Anda di halaman 1dari 19

Islam dan Perdamaian

Nama kelompok

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan Rohman dan Rohim-Nya
kepada kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang direncanakan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
 Makalah ini berjudul “PERDAMAIAN DALAM ISLAM”. Makalah ini diajukan untuk
memberi pengetahuan dan berbagi untuk kegiatan mata kuliah Islam Rahmatan Lil Alamin.
Sejak awal sampai selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tegur
sapa dari para pembaca yang sifatnya kritik membangun akan kelompok kami terima demi
kebaikan makalah selanjutnya. Kelompok kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi para mahasiswa/wi.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Damai memiliki banyak arti, arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan
kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan
perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh.
Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang
terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan
emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.
            Secara esensial, Islam mengandung makna “perdamaian”  dan mensosialisasikan
kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai, menuntun berhati sabar, semuanya di atas dasar
kebenaran dan keadilan. Saat ini jumlah pemeluk Islam di dunia lebih dari satu miliar orang.
Dari jumlah tersebut ternyata yang berlatar belakang Arab 18 persen, sisanya 82 persen non-
Arab. Itu menunjukkan bahwa Islam bukan semata Arab. Secara geografis Islam pun menyebar
di seluruh pelosok bumi. Terbanyak berada di Asia dan Afrika. Inilah jumlah umat beragama
terbesar sejagad. Akan tetapi jumlah besar tak berarti kuat dan maju. Tepat seperti yang
digambarkan Dr. Mahathir Mohamad bahwa dunia Islam kini berada pada titik terendah. "Tak
satu pun negara Islam masuk ke dalam jajaran negara-negara dunia maju. Dunia Islam sekarang
ini sangat lemah dan terbelakang.
            Oleh karena itu dalam era globalisasi saat ini terjadi hegemoni seluruh nilai, yaitu politik,
budaya, dan ekonomi, oleh negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Dunia Islam
tersisihkan dalam kompetisi global. Bahkan beberapa negara dengan leluasa dikuasai
kemerdekaannya oleh Barat. Hal tersebut terjadi antara lain karena umat Islam mengabaikan
pembangunan ilmu pengetahuan dan dunia informasi yang dapat membawa pengaruh secara
global. Para pemimpin umat lebih mencurahkan perhatiannya pada kajian-kajian keagamaan. Di
samping itu, umat Islam juga terpuruk dalam perpecahan dan tidak mencoba untuk saling
memajukan satu sama lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Keterkaitan Antara Islam Dan Perdamaian
Mengetahui cara meredam pertikaian
Cara Islam Mengatasi Permasalahan-Permasalahan Dengan Perdamaian
Mengetahui solusi pemecahan masalah
Mengetahui arti perbedaan adalah khazanah, rahmat dan kekayaan intelektual
Mengetahui fenomena teraktual saat ini yang berhubungan dengan perdamaian
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Perdamaian

Perdamaian dalam arti kata yang sebenarnya tidaklah hanya mencakup semata-mata
keamanan fisik atau tidak adanya perang dan pertikaian diantara manusia di bumi kita ini .
Kendatipun pengertian diatas mengandung arti yang sangat penting dan juga merupakan inti dari
perdamaian sesungguhnya, tetapi keadaan perdamaian yang dilukiskan demikian itu hanyalah
suatu segi pasif dan terbatas dari arti sesungguhnya, apalagi kalau kita hendak
membandingkannya dengan pengertian perdamaian yang lebih luas lagi.
Perdamaian adalah penyesuaian dan pengarahan yang baik dimana pihak bersangkutan
dapat menyelesaikan masalah atau pertentangannya dengan cara damai dikarenakan
ditemukannya jalan keluar yang sama-sama tidak merugikan sehingga dapat menciptakan
suasana yang kondusif.  
Namun, dalam arti yang lebih luas Perdamaian adalah, “penyesuaian dan pengarahan yang baik
dari orang seorang terhadap Penciptanya pada satu pihak dan kepada sesamanya pada pihak yang
lain” . Hal ini berlaku bagi keseluruhan hubungan konsentris (bertitik pusat yang sama) antara
seorang dengan orang lainnya, seseorang dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat,
bangsa dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan umat manusia satu sama lainnya, dan
antara manusia dan alam semesta. Perdamaian yang juga mencakup segala bidang kehidupan
fisik, intelektual, akhlak dan kerohanian. Perdamaian beginilah yang merupakan ruang perhatian
yang utama.
         Sejak lebih dari satu abad yang lalu agama telah mendapat tekanan-tekanan dari berbagai
jurusan, dalam berbagai aspek kehidupan diberbagai tempat diseluruh dunia ini. Adapun mereka
yang menaruh perhatian pada agama, kendatipun mereka dalam keadaan mayoritas dari umat
manusia, namun mereka masih dapat merasakan dan menyadari akan hal ini. Bahwasanya
tekanan-tekanan. 
 Kecenderungan ini nampak jelas sekali pada sebagian besar generasi muda dalam
berbagai ragam masyarakat, selanjutnya merebak luas dengan cepatnya pada berbagai kalangan
lainnya di berbagai belahan dunia. Perdamaian yang menjadi arahan dan tujuan yang hendak
diwujudkan Islam itu  adalah merupakan dorongan hatinurani yang bertitik tolak dari dalam batin
manusia. 
Tak seorangpun akan dapat mempunyai hubungan damai dengan saudaranya, kalau ia
sendiri tidak berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan tak seorang pun berada
dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri, jika ia tidak mempunyai hubungan damai dengan
Penciptanya. Masyarakat adalah perkalian dari orang-orang dan umat manusia adalah perkalian
dari masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan. Jadi inti dan saripati dari masalah perdamaian
adalah bahwa orang seorang harus berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan
dengan umat manusia dan dengan sebagai akibat dari penempatan dirinya dalam hubungan
damai dengan penciptanya.

A. Keterkaitan Antara Islam Dan Perdamaian

Islam sebagai agama damai sesungguhnya tidak membenarkan adanya praktek kekerasan.
Cara-cara radikal untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan apa yang dianggap sakral
bukanlah cara-cara yang Islami. Di dalam tradisi peradaban Islam sendiri juga tidak dikenal
adanya label radikalisme.

Perdamaian merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia, karena dengan
kedamaian akan tercipta kehidupan yang sehat, nyaman dan harmonis dalam setiap interaksi
antar sesama. Dalam suasana aman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan
dan kegembiraan juga bisa melaksanakan kewajiban dalam bingkai perdamaian. Oleh karena itu,
kedamaian merupakan hak mutlak setiap individu . Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan
setiap mahluk merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan damai itu menyimpan keramahan,
kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh Allah SWT
ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan bukan hanya untuk pengikut Muhammad semata. Islam
pada intinya bertujuan menciptakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai
dengan nama agama ini: yaitu al-Islâm. Islam bukan nama dari agama tertentu, melainkan nama
dari persekutuan agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut
mereka. Itulah misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam
diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam di antara umat
manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana sikap tasâmuh
(toleran) dan kasih sayang kaum muslim terhadap pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke
dalam ahl al-Kitab maupun kaum mushrik, bahkan terhadap seluruh

Di dalam Islam gagasan tentang perdamaian merupakan pemikiran yang sangat mendasar
dan mendalam karena berkait erat dengan watak agama islam, bahkan merupakan pemikiran
universal islam mengenai alam, kehidupan, dan manusia.3 Yang dimaksud universal disini
adalah pemikiran Islam yang sama tujuannya dengan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu dalam
upaya menciptakan kemanusiaan dan keadilan di muka bumi.

Nilai-nilai perdamaian pada hakikatnya banyak termaktub dalam Al-Qur’an dan juga
secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat Hadis Nabi. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-
Qur’an, dan tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat kebencian, permusuhan,
pertentangan, atau segala bentuk perilaku negatif yang mengancam stabilitas dan kualitas
kedamaian hidup. Al-Qur’an menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk
menebarkan kasih sayang: “dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya: 10). 4 Ada berbagai pendapat tentang kejelasan
maksud arti dari “rahmat bagi semesta alam”, ada yang berpendapat bahwa rahmat tersebut
hanya berlaku untuk orang islam saja dan ada yang mengatakan bahwa rahmat tersebut berlaku
untuk seluruh umat manusia. Kami sepakat dengan pendapat yang kedua bahwa kasih sayang
diberikan kepada siapa saja yang berada di muka bumi tanpa membedakan dari segi apapun baik
suku, bangsa, agama, ras dan lain sebagainya sesuai dengan watak perdamaian dalam islam.

Ada beberapa ajaran Islam yang berorientasi kepada pembentukan perdamaian di tengah
umat manusia, sehingga mereka dapat hidup sejahtera dan harmonis, diantaranya:

1. Larangan melakukan kedzaliman

Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan tegas mengharamkan
kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan di mana saja. Firman Allah QS. A-
Furqaan:19 berikut ini : “Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami
rasakan kepadanya azab yang besar” (QS. A-Furqaan:19). Di samping itu Rasulullah bersabda :
“Wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku perbuatan dzalim dan aku juga
mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat dzalim”. Kedzaliman adalah sumber
petaka yang dapat merusak stabilitas perdamaian dunia. Maka selayaknya setiap insan sadar
bahwa kedzaliman adalah biang kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan
yang damai maka tindakan kedzaliman harus dijauhi.

2. Adanya Persamaan Derajat


Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang ditekankan dalam
Islam. Tidak ada perbedaan antara satu golongan dengan golongan lain, semua memiliki hak dan
kewajiban yang sama. Kaya, miskin, pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa
bukanlah alasan untuk mengistimewakan kelompok atas kelompok lainnya. Allah berfirman :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. Raulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk kalian
ataupun kepada harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kalian”.
Jadi yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah ketakwaan. Yang
paling bertakwa dialah yang paling mulia. Dengan adanya persamaan derajat itu, maka semakin
meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan permusuhan di antara manusia, sehingga
semuanya dapat hidup rukun dan damai.

3. Menjunjung Tinggi Keadilan


Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat,
keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan musuh sekalipun. Dengan ditegakkannya
keadilan, maka tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga
dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan terjadi. Allah berfirman
dalam Qs. Al-Mâidah: 8; “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orangorang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Mâidah: 8).

4. Memberikan Kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan bagi siapa saja
dalam beragama, setiap orang bebas menentukan pilihannya. Firman-Nya QS Al-Baqarah : 256 :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
dari pada jalan yang salah (QS Al-Baqarah : 256).
Dalam ayat lain Allah berfirman QS Yûnus: 99: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS Yûnus: 99).
Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk menentukan pilihannya,
tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian. Dengan
kebebasan ini, jalan menuju kehidupan damai semakin terbuka lebar.

5. Menyeru Hidup Rukun dan Saling Tolong Menolong.


Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun dan saling tolong menolong
dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk saling bahu membahu menumpas
kedzaliman di muka bumi ini, dengan harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat
terwujud. Allah berfirman Qs. Al-Mâidah : 2. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
(Qs. Al-Mâidah : 2).
6. Menganjurkan Toleransi

Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau
antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi menghindarkan
terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam
suatu kelompok masyarakat. Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala
perbedaan yang ada,. Dalam firman-Nya : “ Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”
QS. Fushilat : 34.

7. Meningkatkan Solidaritas Sosial.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian solidaritas sendiri merupakan
suatu sifat yang dimiliki manusia secara solider atau suatu perasaan setia kawan terhadap orang
lain maupun kelompok. Rasa setia kawan yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain
maupun kelompok dapat membuat seseorang tersebut rela berkorban demi orang lain maupun
kelompok tanpa adanya rasa paksaan di dalam dirinya.

B. Perintah Meredam Pertikaian        

Tantangan bagi Perdamaian adalah pertikaian. Dimana adanya pertikaian berarti ada
perbedaan paham atau alternatif-alternatif bertindak atau kepentingan-kepenteingan yang saling
mengecualikan.  Selanjutnya ada dua kemungkinan untuk memecahkan pertikaian, yaitu : secara
damai, atau secara paksa. Paksaan bisa bersifat fisik ( saling memukul, berkelahi dengan senjata
atau tanpa senjata ). Atau secara damai ( sosial ) dalam berbagai dimensi ( saling menekan atau
memaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu ). Apabila pertikaian beralih menjadi
perkelahian, maka sama halnya dengan pihak-pihak yang bersangkutan tidak mau
memecahkannya secara damai. Dalam perkelahian atau perang yang menang adalah yang lebih
kuat, bukan yang lebih benar. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk meredam pertikaian ataupun
perkelahian harus dilaksanakan. Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat
Al Hujuraat ayat : 9 yang berbunyi :

Artinya :
Dan jika dua puak dari orang-orang Yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara
keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap Yang lain, maka lawanlah puak Yang
zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka
damaikanlah di antara keduanya Dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah
kamu (dalam Segala perkara); Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang Yang berlaku adil.
Dengan demikian tugas pengelolaan pertikaian ataupun perkelahian yang baik dapat
dirumuskan dengan lebih tajam: konflik harus dikelola dengan berorientasi pada idea keadilan
yaitu, rasional, etis, dan efektif; bukan melalui perkelahian, perang atau paksaan. Begitu pula
suatu keadaan yang nampak tenang hanya merupakan perdamaian dalam arti yang sebenarnya
apabila bukan berdasarkan paksaan, melainkan keadilan. 

C. Cara Islam Mengatasi Permasalahan-Permasalahan Dengan Perdamaian


Aksi kekerasan/terorisme yang melanda Indonesia, dari Bom Malam Natal tahun 2000,
kediaman kedutaan Philipina tahun 2001, Bom Bali I tahun 2002, Kedutaan Australia tahun
2004, dan Bom Bali II Oktober 2005. Pada tanggal 12 Oktober 2002 pukul 23.15 WITA terjadi
ledakan bom di Bali tepatnya di Paddy’s Cafe dan Sari Club di Jalan Legian.
Penanganan radikalisme/terorisme/non-perdamaian perlu dilakukan secara terus menerus
dan mutlak memerlukan kerjasama yang terpadu lintas instansi dan lintas negara. Untuk itu
diperlukan penanggulangan secara komprehensif yang melibatkan peran dan fungsi berbagai
instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah dan bekerjasama dengan komunitas internasional
dengan dukungan dan partisipasi segenap komponen bangsa. Meskipun bangsa Indonesia tengah
menghadapi masalah terorisme namun demikian ternyata dalam masyarakat masih terjadi
perdebatan tentang penanganan terorisme di Indonesia oleh pemerintah. Bagi sebagian kelompok
di masyarakat, penanganan terorisme di Indonesia hanyalah untuk mengikuti keinginan Amerika
Serikat. Perang dianggap sebagai bentuk perpanjangan tangan kepentingan Amerika Serikat
dalam memerangi Islam.
Lebih jauh lagi, pesan-pesan perdamaian yang ada dalam Islam tidak hanya berupa nilai-
nilai normatif belaka. Fakta sejarah telah membuktikan adanya usaha untuk mewujudkan nilai-
nilai tersebut dalam tataran realita. Piagam Madinah, misalnya, merupakan contoh konkrit upaya
Nabi SAW mewujudkan perdamaian. Tujuan utama dari Piagam yang berjumlah 47 pasal itu,
pada hakekatnya, adalah mewujudkan prinsip perdamaian serta mengembalikan keharmonisan
pada masyarakat Madinah pada masa itu. Secara eksplisit, ketetapan prinsip ini juga terekam
dalam beberapa pasal dalam Piagam itu. Antara lain pada pasal 17 yang menyatakan bahwa
seluruh umat Islam harus bersatu dan mengambil peran yang sama bila mengadakan perdamaian
dengan pihak lain. Di samping itu, pada pasal 45 juga dinyatakan bahwa agar orang-orang
mukmin aktif dan gemar dalam menerima serta memprakarsai perdamaian.
Seperti dalam firman Allah SWT Qs. An-Nahl : 125 berikut ini:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad merupakan agama
yang ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam. Kata Islam
sendiri yang berasal dari bahasa Arab berarti tunduk, patuh, selamat, sejahtera, dan damai. Maka,
agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menegakkan perdamaian di dunia sehingga
persaudaraan dapat terjalin dengan erat.
Banyak alasan untuk menyatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian. Setidaknya ada
tiga alasan, yakni: pertama, Islam itu sendiri berarti kepatuhan diri (submission) kepada Tuhan
dan perdamaian (peace). Kedua, salah satu dari nama Tuhan dalam alasma‘al-husna adalah Yang
Maha damai (al-salam). Ketiga, perdamaian dan kasih-sayang merupakan keteladanan yang
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di antara bukti konkrit dari perhatian Islam terhadap
perdamaian adalah dengan dirumuskannya Piagam Madinah (al-sahifah al-madinah), perjanjian
Hudaibiyah, dan pakta perjanjian yang lain.
Sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk mengajarkan agama Islam, sejarah
mencatat bahwa kehidupan manusia pada waktu itu dikenal sebagai masa Jahiliah. Di zaman
Jahiliah itu banyak terjadi kezhaliman seperti pembunuhan, permusuhan, penindasan, dan lain
sebagainya. Namun, setelah Nabi Muhammad saw diutus sebagai Rasul Allah dan
menyampaikan ajaran Islam, bukti bahwa Islam agama perdamaian terwujud. Pengikut Nabi
Muhammad saw berangsur-angsur banyak, Islam menjadi agama yang menjanjikan keselamatan
dan kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, QS. Al Anbiya:107 “Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al
Anbiya:107)
Islam juga mengajarkan bagaimana menghadapi perpecahan dan segala perselisihan yang
bermaksud memecah belah umat. Nilainilai perdamaian pada hakikatnya banyak termaktub
dalam al-Qur’an dan juga secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat Hadis Nabi. Tidak
ada satu ayat pun dalam al-Qur’an, dan tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat
kebencian, permusuhan, pertentangan, atau segala bentuk perilaku negative dan represif yang
mengancam stabilitas dan kualitas kedamaian hidup. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa sejak
zaman Rasul pun Islam selalu mendapat pertentangan dan serangan dari musuh-musuh Islam.
Rasulullah saw difitnah dan dimusuhi. Namun beliau tetap istiqomah menjalankan syariat dari
Allah swt. Dalam QS. Al An’am:112menyebutkan, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-
tiap nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al An’am:112)
Begitu pula dalam surat Al Baqarah ayat 120: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu.”
Sifat Rasul dalam menyampaikan ajaran Islam di zaman itu bisa menjadi teladan kita di
tengah adanya berbagai fitnah maupun usah pemecahbelahan umat Islam yang akhir-akhir ini
semakin menjadi, baik berupa film, tulisan, buku, dan lain sebagainya. Keimanan kita sebagai
umat Islam sedang diuji oleh Allah swt, di mana kita merasa marah di kala kesucian Islam
diporak-porandakan, sehingga Islam memiliki image yang buruk di mata dunia. Maka ingatlah
kita akan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.”
Al-Qur’an menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menebarkan
kasih sayang: “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya: 10).
Zuhairi Misrawi menyatakan bahwa ada dua hal utama yang perlu diketahui dari ayat
tersebut. Pertama, makna rahmatan. Secara linguistik, rahmatun berarti kelembutan dan
kepedulian (al-riqqah wa al-ta’aththuf). Kedua, makna lil’alamin. Para ulama berbeda pendapat
dalam memahami ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa cinta kasih Rasulullah saw. hanya
untuk orang muslim saja. Tapi ulama lain berpendapat bahwa cinta kasih Rasulullah saw untuk
semua umat manusia. Hal ini mengacu pada ayat terdahulu yang menyatakan bahwa Rasulullah
diutus untuk seluruh umat manusia (kaffatan li an-nas). Sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim disebutkan pula bahwa “sesungguhnya saya tidak diutus sebagai pemberi laknat,
tapi saya diutus untuk member rahmat”.

D. Solusi Pemecahan Masalah

Solusi Pemecahan Masalah merupakan salah satu pokok bahasan yang menarik untuk
kita simak. Bagaimana tidak, semua orang memiliki masalah dan masalah tidak akan pernah ada
pernah habisnya, terlebih masalah pertikaian . Namun, mengatasi masalah tetap harus dilakukan
meski kita akan masuk ke masalah lain. Sebab jika masalah saat ini tidak diatasi maka masalah
akan numpuk dan hidup kita akan semakin sulit. Jika kita mampu menyelesaikan setiap masalah
yang datang, maka hidup akan terasa ringan dan indah. Ada berbagai cara dalam penyelesaian
masalah khususnya masalah pertikaian, diantaranya :

1. Compromise adalah suatu bentuk penyelesaian masalah dimana pihak-pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
2.  Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak
ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan
lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
3. Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang
netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah
sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusan-keputusan
penyelesaian perselisihan tersebut.
4.  Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.  
5.  Adjudication adalah penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Cara penyelesaian masalah, apa pun masalahnya, fondasinya pada kemampuan untuk tetap
berpikir positif, agar pikiran tetap jernih karena sebesar apa pun masalahnya Insya Allah sanggup
untuk mengatasinya. Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah
ayat : 286 yang berbunyi:
Artinya :
Allah tidak memberati seseorang melainkan apa Yang terdaya olehnya. ia mendapat pahala
kebaikan Yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan Yang diusahakannya.
(Mereka berdoa Dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau mengirakan Kami
salah jika Kami lupa atau Kami tersalah. Wahai Tuhan Kami ! janganlah Engkau bebankan
kepada Kami bebanan Yang berat sebagaimana Yang telah Engkau bebankan kepada orang-
orang Yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau pikulkan kepada
Kami apa Yang Kami tidak terdaya memikulnya. dan maafkanlah kesalahan kami, serta
ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu,
tolonglah Kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum Yang kafir".

E. Perbedaan Merupakan Khazanah, Rahmat, dan Kekayaan Intelektual


Perbedaan merupakan Khazanah
 Yang artinya kekayaan, jika begini kita memahami perbedaan maka secara otomatis
akan melahirkan sikap yang dewasa, toleran dan saling menghargai sesama muslim. Namun,pada
kenyataannya perbedaan ini menjadi batu ujian terhadap eksistensi ukhuwwah kita. Terutama
jika berbagai perbedaan ini direspon secara ekstrem dan hanya menuntut kebenaran sepihak.
Padahal berbagai perbedaan di tengah umat Islam ini hanya terjadi pada persoalan-persoalan
furu’ (masalah-masalah cabang) dan tidak dalam masalah-masalah ushul (pokok). Realitas
perbedaan ini telah terjadi sejak masa Sahabat, Tabi’in dan para ulama Muta’akhirin maupun
Mutaqaddimin. Mereka memandang perbedaan ini sebagai pilihan dan sebagai keringanan
(rukhshoh). Sehingga mereka tidak perlu berdebat atau saling menyalahkan. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz pernah mengungkapkan : “Saya tidak senang kalau para Sahabat Rasulullah SAW
itu tidak berbeda pendapat. Seandainya mereka tidak berbeda pendapat, niscaya tidak ada
rukhsoh (keringanan untuk memilih) bagi kita“ (Diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam al-
Madkhal; Faidhul Qadir, 1/209; dan Jami Bayanil Ilmi, 2/80). Dari uraian tersebut maka sikap
saling menghargai, kasih sayang, dan toleransi harus selalu kita pegang teguh.
Perbedaan merupakan rahmat yang artinya karunia, kemahabijaksanaan dan
kemahaterpujian Allah SWT menghendaki adanya perbedaan yang sangat besar dan mencolok di
antara hamba-hamba-Nya. Ini Dia lakukan agar hamba-hamba-Nya yang mendapatkan nikmat
dan kemurahan-Nya mengetahui bahwa Allah SWT telah menganugerahkan nikmat dan
kemurahan serta kemuliaan yang tidak diberikan kepada yang lainnya, semua itu agar mereka
mau bersyukur. Seandainya semua manusia sama dalam memperoleh nikmat dan kesejahteraan,
maka mereka yang memperoleh nikmat tidak akan mengetahui nilai nikmat itu sendiri dan tidak
akan berusaha untuk bersyukur karena merasa bahwa kondisi semua orang sama dengannya. Di
antara sebab yang paling kuat dan paling besar yang membuat seorang hamba bersyukur, adalah
ketika dia melihat dirinya dalam kondisi yang berbeda dengan hamba yang lain, di mana dia
berada dalam keadaan serba cukup dan beruntung. Dalam sebuah riwayat yang masyhur, tatkala
Allah SWT memperlihatkan kepada Adam a.s. kondisi keturunannya dan perbedaan tingkatan
mereka, Adam a.s. berkata,”Wahai Tuhanku mengapa Engkau tidak menyamakan derajat hamba-
hamba-Mu?” Allah SWT menjawab,”Saya suka menerima rasa syukur.” Maka, keinginan Allah
SWT untuk disyukuri, menuntut diciptakannya sebab-sebab yang menjadikan rasa syukur
hamba-hamba-Nya lebih besar dan lebih sempurna. Dan, inilah esensi kebijaksanaan Allah SWT
yang berasal dari sifat keterpujian-Nya. 
Perbedaan merupakan kekayaan intelektual yang artinya kekayaan hasil produksi
kecerdasan daya pikir orang-orang yang berbeda pandangan. Bukan Muhammadiyah, bukan NU,
ataupun ormas Islam manapun yang menjamin pengikutnya masuk surga. Adanya perbedaan di
karenakan memang perbedaan di butuhkan dalam kehidupan ini, tanpa perbedaan kita tidak bisa
menilai mana orang pintar dan mana orang kurang pintar. Dalam  ilmu apapun pasti ada
perbedaan pendapat dalam fiqh kita mengenal adanya madzhab, tashawuf  ataupun kita
mengenal beberapa aliran semisal fana’, khauf, mahabah, dll. Semua itu merupakan perbedaan
dalam menanggapi suatu pemahaman, padahal bila perbedaan benar-benar di pahami dengan
sebetul-betulnya pemahaman akan menghasilkan kesimpulan bahwa perbedaan berfikir adalah
kekayaan intelektual.

F. Bersama Mewujudkan Sebuah Masyarakat yang Berkebudayaan, Berperadaban


dan Memiliki Iman yang Tebal
Di dalam mewujudkan masyarakat tersebut haruslah bepacu pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang diamanatkan oleh Rasulullah kepada kita sebagai umat akhir zaman. Kita sebagai
generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Maka diharapkan
kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat
berkebudayaan,berperadaban dan memiliki iman yang tebal di negeri tercinta ini yaitu Indonesia.
Yakni melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi,
serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat
Islam dengan baik kita dapat mempunyai iman yang tebal agar supaya kita tidak dapat mudah
terpengaruh atau terjerumus di dalam kemaksiatan dan kesesatan. Jika semuanya sudah terpenuhi
niscaya kehidupan bangsa ini akan menjadi aman, tentram dan harmonis kedepannya
G. Fenomena Aktual
Bila Islam adalah agama damai, mengapa masih ada orang-orang yang menggunakan
Islam sebagai alasan untuk mengedepankan kekerasan? Banyak ahli mencoba menjawab
pertanyaan tersebut. Ada yang mendefinisikan bahwa Islam fundamentalis merupakan gerakan
sosial massif yang mengartikulasikan agama dan aspirasi peradaban dan mempertanyakan isu-isu
di seputar moralitas teknologi, distribusi ala kapitalis, legitimasi non-negara, dan paradigma non-
negara bangsa. Islam fundamentalis, lebih dari sekedar gerakan lokal. Ia juga beraksi dan
bereaksi secara regional dan universal Fundamentalisme itu sendiri bisa bersifat moderat dan
radikal.
Ada pula yang menyebutkan bahwa fundamentalisme merupakan gejala tiap agama dan
kepercayaan, yang merepresentasikan pemberontakan terhadap modernitas. Tapi kelompok ini
jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah umat Islam yang moderat. Mereka
adalah bagian dari dinamika perkembangan Islam. Itu sebabnya kita harus mendorong
tumbuhnya 'moderatisme' Islam di Indonesia, bukan saja agar umat bias menguasai ilmu
pengetahuan, sadar informasi, dan bersatu, namun yang lebih penting agar Islam sebagai agama
rahmatan lil 'alamin dapat terwujud secara nyata.
Dengan begitu sekaligus kita berusaha mengikis habis sikap-sikap anarkis dan radikal
dikalangan masyarakat termasuk umat Islam. Oleh karena itu agar umat Islam bisa bangkit dan
mampu bekompetisi di era globalisasi ini sekaligus menciptakan umat yang cinta damai maka
diperlukan banyak langkah revitalisasi nilai-nilai Islam. Dan salah satu hal penting yang
dibutuhkan untuk merevitalisasi nilai-nilai Islam moderat adalah kepeloporan kepemimpinan.

Kepeloporan kepemimpinan, termasuk keteladan, sekarang kurang tampak di Indonesia.


Padahal seharusnya para pemimpin dan penguasa harus memiliki kesadaran dan komitmen
keteladanan sebab inilah yang akan menjadi sumber legitimasi bagi pelaksanaan pemerintahan
yang bersih, adil, dan efektif, khususnya dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Di samping itu, generasi muda Islam harus memegang idealisme, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip ke-Islam-an yang benar dan humanis. Di atas itu semua salah satu kunci utama untuk
menciptakan kekuatan Islam adalah dengan kembali mengukuhkan semangat ukhuwah
Islamiyah. Melalui ukhuwah dan silaturahmi di antara sesama umat Islam, maka kita akan
mampu bersatu. Kita juga akan dapat mengembangkan solidaritas dan kedewasaan beragamam.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan :

Islam mengandung makna “perdamaian”  dan mensosialisasikan kedamaian. Islam memimpin ke


jalan damai, menuntun berhati sabar, semuanya di atas dasar kebenaran dan keadilan. Islam adalah
sebuah hukum tanpa kompromi damai dan agama rahmat. Hanya dia yang tahu tentang ajaran-
ajarannya, memusuhi sistem, atau cukup sombong untuk tidak menerima bukti yang jelas, akan
membantah fakta ini. Kata Islam itu sendiri berasal dari kata damai (yaitu salam) yang berarti damai,
adapun damai dapat diartikannya sebagai kondisi yang aman dan tenang.

Berdasarkan arti katanya, maka ajaran Islam itu condong ke arah perdamaian. Pada
dasarnya semua ajaran Islam itu bertujuan mewujudkan kedamaian hidup manusia. Tudingan
bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan itu tidak benar. Islam dengan jelas
mengatur konsep peperangan sebagai wujud dari mempertahankan diri, dan dengan lapang
hati menerima perdamaian.

Dan Muslim adalah gambaran terbaik dari mereka yang percaya pada agama ini. Perang adalah
kebutuhan sosial kehidupan Sipil dalam Islam ditujukan untuk perdamaian. Namun demikian,
penawaran Islam dengan realitas dan selama ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri
dan kepentingan pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi jika perang adalah demi
menghentikan agresor, membantu mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu adalah suatu kebajikan
karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat. Intinya perdamaian merupakan suatu hal
bertujuan untuk meredam pertikaian supaya tercipta suasana yang aman, tentram, dan harmonis.

Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini
semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
 Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu, 1996.
 Ridwan Lubis, M. Agama dalam PerbincanganSosiologi, cetI. Bandung: Citapustaka
Media, Perintis, 2010.
 Dr. Yusuf Al-Qardhawi, judul : Menuju Pemahaman Islam Yang Kaffah, Jakarta: insan   
cemerlang, 2003.
 Hermanto Harun, Islam dan Perdamaian
 Nasution, Harun Prof. Dr. Filsafat Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta,1973.
 https://rachman007.wordpress.com/perdamaian-dalam-perspektif-islam/
 https://id.wikipedia.org/wiki/
 http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/11/persamaan-derajat.html
 https://materiips.com/pengertian-solidaritas

Anda mungkin juga menyukai