Nama kelompok
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan Rohman dan Rohim-Nya
kepada kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang direncanakan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul “PERDAMAIAN DALAM ISLAM”. Makalah ini diajukan untuk
memberi pengetahuan dan berbagi untuk kegiatan mata kuliah Islam Rahmatan Lil Alamin.
Sejak awal sampai selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tegur
sapa dari para pembaca yang sifatnya kritik membangun akan kelompok kami terima demi
kebaikan makalah selanjutnya. Kelompok kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi para mahasiswa/wi.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Damai memiliki banyak arti, arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan
kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan
perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh.
Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang
terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan
emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.
Secara esensial, Islam mengandung makna “perdamaian” dan mensosialisasikan
kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai, menuntun berhati sabar, semuanya di atas dasar
kebenaran dan keadilan. Saat ini jumlah pemeluk Islam di dunia lebih dari satu miliar orang.
Dari jumlah tersebut ternyata yang berlatar belakang Arab 18 persen, sisanya 82 persen non-
Arab. Itu menunjukkan bahwa Islam bukan semata Arab. Secara geografis Islam pun menyebar
di seluruh pelosok bumi. Terbanyak berada di Asia dan Afrika. Inilah jumlah umat beragama
terbesar sejagad. Akan tetapi jumlah besar tak berarti kuat dan maju. Tepat seperti yang
digambarkan Dr. Mahathir Mohamad bahwa dunia Islam kini berada pada titik terendah. "Tak
satu pun negara Islam masuk ke dalam jajaran negara-negara dunia maju. Dunia Islam sekarang
ini sangat lemah dan terbelakang.
Oleh karena itu dalam era globalisasi saat ini terjadi hegemoni seluruh nilai, yaitu politik,
budaya, dan ekonomi, oleh negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Dunia Islam
tersisihkan dalam kompetisi global. Bahkan beberapa negara dengan leluasa dikuasai
kemerdekaannya oleh Barat. Hal tersebut terjadi antara lain karena umat Islam mengabaikan
pembangunan ilmu pengetahuan dan dunia informasi yang dapat membawa pengaruh secara
global. Para pemimpin umat lebih mencurahkan perhatiannya pada kajian-kajian keagamaan. Di
samping itu, umat Islam juga terpuruk dalam perpecahan dan tidak mencoba untuk saling
memajukan satu sama lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Keterkaitan Antara Islam Dan Perdamaian
Mengetahui cara meredam pertikaian
Cara Islam Mengatasi Permasalahan-Permasalahan Dengan Perdamaian
Mengetahui solusi pemecahan masalah
Mengetahui arti perbedaan adalah khazanah, rahmat dan kekayaan intelektual
Mengetahui fenomena teraktual saat ini yang berhubungan dengan perdamaian
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Perdamaian
Perdamaian dalam arti kata yang sebenarnya tidaklah hanya mencakup semata-mata
keamanan fisik atau tidak adanya perang dan pertikaian diantara manusia di bumi kita ini .
Kendatipun pengertian diatas mengandung arti yang sangat penting dan juga merupakan inti dari
perdamaian sesungguhnya, tetapi keadaan perdamaian yang dilukiskan demikian itu hanyalah
suatu segi pasif dan terbatas dari arti sesungguhnya, apalagi kalau kita hendak
membandingkannya dengan pengertian perdamaian yang lebih luas lagi.
Perdamaian adalah penyesuaian dan pengarahan yang baik dimana pihak bersangkutan
dapat menyelesaikan masalah atau pertentangannya dengan cara damai dikarenakan
ditemukannya jalan keluar yang sama-sama tidak merugikan sehingga dapat menciptakan
suasana yang kondusif.
Namun, dalam arti yang lebih luas Perdamaian adalah, “penyesuaian dan pengarahan yang baik
dari orang seorang terhadap Penciptanya pada satu pihak dan kepada sesamanya pada pihak yang
lain” . Hal ini berlaku bagi keseluruhan hubungan konsentris (bertitik pusat yang sama) antara
seorang dengan orang lainnya, seseorang dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat,
bangsa dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan umat manusia satu sama lainnya, dan
antara manusia dan alam semesta. Perdamaian yang juga mencakup segala bidang kehidupan
fisik, intelektual, akhlak dan kerohanian. Perdamaian beginilah yang merupakan ruang perhatian
yang utama.
Sejak lebih dari satu abad yang lalu agama telah mendapat tekanan-tekanan dari berbagai
jurusan, dalam berbagai aspek kehidupan diberbagai tempat diseluruh dunia ini. Adapun mereka
yang menaruh perhatian pada agama, kendatipun mereka dalam keadaan mayoritas dari umat
manusia, namun mereka masih dapat merasakan dan menyadari akan hal ini. Bahwasanya
tekanan-tekanan.
Kecenderungan ini nampak jelas sekali pada sebagian besar generasi muda dalam
berbagai ragam masyarakat, selanjutnya merebak luas dengan cepatnya pada berbagai kalangan
lainnya di berbagai belahan dunia. Perdamaian yang menjadi arahan dan tujuan yang hendak
diwujudkan Islam itu adalah merupakan dorongan hatinurani yang bertitik tolak dari dalam batin
manusia.
Tak seorangpun akan dapat mempunyai hubungan damai dengan saudaranya, kalau ia
sendiri tidak berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan tak seorang pun berada
dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri, jika ia tidak mempunyai hubungan damai dengan
Penciptanya. Masyarakat adalah perkalian dari orang-orang dan umat manusia adalah perkalian
dari masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan. Jadi inti dan saripati dari masalah perdamaian
adalah bahwa orang seorang harus berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan
dengan umat manusia dan dengan sebagai akibat dari penempatan dirinya dalam hubungan
damai dengan penciptanya.
Islam sebagai agama damai sesungguhnya tidak membenarkan adanya praktek kekerasan.
Cara-cara radikal untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan apa yang dianggap sakral
bukanlah cara-cara yang Islami. Di dalam tradisi peradaban Islam sendiri juga tidak dikenal
adanya label radikalisme.
Perdamaian merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia, karena dengan
kedamaian akan tercipta kehidupan yang sehat, nyaman dan harmonis dalam setiap interaksi
antar sesama. Dalam suasana aman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan
dan kegembiraan juga bisa melaksanakan kewajiban dalam bingkai perdamaian. Oleh karena itu,
kedamaian merupakan hak mutlak setiap individu . Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan
setiap mahluk merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan damai itu menyimpan keramahan,
kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh Allah SWT
ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan bukan hanya untuk pengikut Muhammad semata. Islam
pada intinya bertujuan menciptakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai
dengan nama agama ini: yaitu al-Islâm. Islam bukan nama dari agama tertentu, melainkan nama
dari persekutuan agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut
mereka. Itulah misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam
diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam di antara umat
manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana sikap tasâmuh
(toleran) dan kasih sayang kaum muslim terhadap pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke
dalam ahl al-Kitab maupun kaum mushrik, bahkan terhadap seluruh
Di dalam Islam gagasan tentang perdamaian merupakan pemikiran yang sangat mendasar
dan mendalam karena berkait erat dengan watak agama islam, bahkan merupakan pemikiran
universal islam mengenai alam, kehidupan, dan manusia.3 Yang dimaksud universal disini
adalah pemikiran Islam yang sama tujuannya dengan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu dalam
upaya menciptakan kemanusiaan dan keadilan di muka bumi.
Nilai-nilai perdamaian pada hakikatnya banyak termaktub dalam Al-Qur’an dan juga
secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat Hadis Nabi. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-
Qur’an, dan tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat kebencian, permusuhan,
pertentangan, atau segala bentuk perilaku negatif yang mengancam stabilitas dan kualitas
kedamaian hidup. Al-Qur’an menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk
menebarkan kasih sayang: “dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya: 10). 4 Ada berbagai pendapat tentang kejelasan
maksud arti dari “rahmat bagi semesta alam”, ada yang berpendapat bahwa rahmat tersebut
hanya berlaku untuk orang islam saja dan ada yang mengatakan bahwa rahmat tersebut berlaku
untuk seluruh umat manusia. Kami sepakat dengan pendapat yang kedua bahwa kasih sayang
diberikan kepada siapa saja yang berada di muka bumi tanpa membedakan dari segi apapun baik
suku, bangsa, agama, ras dan lain sebagainya sesuai dengan watak perdamaian dalam islam.
Ada beberapa ajaran Islam yang berorientasi kepada pembentukan perdamaian di tengah
umat manusia, sehingga mereka dapat hidup sejahtera dan harmonis, diantaranya:
Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan tegas mengharamkan
kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan di mana saja. Firman Allah QS. A-
Furqaan:19 berikut ini : “Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami
rasakan kepadanya azab yang besar” (QS. A-Furqaan:19). Di samping itu Rasulullah bersabda :
“Wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku perbuatan dzalim dan aku juga
mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat dzalim”. Kedzaliman adalah sumber
petaka yang dapat merusak stabilitas perdamaian dunia. Maka selayaknya setiap insan sadar
bahwa kedzaliman adalah biang kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan
yang damai maka tindakan kedzaliman harus dijauhi.
4. Memberikan Kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan bagi siapa saja
dalam beragama, setiap orang bebas menentukan pilihannya. Firman-Nya QS Al-Baqarah : 256 :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
dari pada jalan yang salah (QS Al-Baqarah : 256).
Dalam ayat lain Allah berfirman QS Yûnus: 99: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS Yûnus: 99).
Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk menentukan pilihannya,
tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian. Dengan
kebebasan ini, jalan menuju kehidupan damai semakin terbuka lebar.
Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau
antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi menghindarkan
terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam
suatu kelompok masyarakat. Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala
perbedaan yang ada,. Dalam firman-Nya : “ Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”
QS. Fushilat : 34.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian solidaritas sendiri merupakan
suatu sifat yang dimiliki manusia secara solider atau suatu perasaan setia kawan terhadap orang
lain maupun kelompok. Rasa setia kawan yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain
maupun kelompok dapat membuat seseorang tersebut rela berkorban demi orang lain maupun
kelompok tanpa adanya rasa paksaan di dalam dirinya.
Tantangan bagi Perdamaian adalah pertikaian. Dimana adanya pertikaian berarti ada
perbedaan paham atau alternatif-alternatif bertindak atau kepentingan-kepenteingan yang saling
mengecualikan. Selanjutnya ada dua kemungkinan untuk memecahkan pertikaian, yaitu : secara
damai, atau secara paksa. Paksaan bisa bersifat fisik ( saling memukul, berkelahi dengan senjata
atau tanpa senjata ). Atau secara damai ( sosial ) dalam berbagai dimensi ( saling menekan atau
memaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu ). Apabila pertikaian beralih menjadi
perkelahian, maka sama halnya dengan pihak-pihak yang bersangkutan tidak mau
memecahkannya secara damai. Dalam perkelahian atau perang yang menang adalah yang lebih
kuat, bukan yang lebih benar. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk meredam pertikaian ataupun
perkelahian harus dilaksanakan. Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat
Al Hujuraat ayat : 9 yang berbunyi :
Artinya :
Dan jika dua puak dari orang-orang Yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara
keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap Yang lain, maka lawanlah puak Yang
zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka
damaikanlah di antara keduanya Dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah
kamu (dalam Segala perkara); Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang Yang berlaku adil.
Dengan demikian tugas pengelolaan pertikaian ataupun perkelahian yang baik dapat
dirumuskan dengan lebih tajam: konflik harus dikelola dengan berorientasi pada idea keadilan
yaitu, rasional, etis, dan efektif; bukan melalui perkelahian, perang atau paksaan. Begitu pula
suatu keadaan yang nampak tenang hanya merupakan perdamaian dalam arti yang sebenarnya
apabila bukan berdasarkan paksaan, melainkan keadilan.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad merupakan agama
yang ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam. Kata Islam
sendiri yang berasal dari bahasa Arab berarti tunduk, patuh, selamat, sejahtera, dan damai. Maka,
agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menegakkan perdamaian di dunia sehingga
persaudaraan dapat terjalin dengan erat.
Banyak alasan untuk menyatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian. Setidaknya ada
tiga alasan, yakni: pertama, Islam itu sendiri berarti kepatuhan diri (submission) kepada Tuhan
dan perdamaian (peace). Kedua, salah satu dari nama Tuhan dalam alasma‘al-husna adalah Yang
Maha damai (al-salam). Ketiga, perdamaian dan kasih-sayang merupakan keteladanan yang
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di antara bukti konkrit dari perhatian Islam terhadap
perdamaian adalah dengan dirumuskannya Piagam Madinah (al-sahifah al-madinah), perjanjian
Hudaibiyah, dan pakta perjanjian yang lain.
Sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk mengajarkan agama Islam, sejarah
mencatat bahwa kehidupan manusia pada waktu itu dikenal sebagai masa Jahiliah. Di zaman
Jahiliah itu banyak terjadi kezhaliman seperti pembunuhan, permusuhan, penindasan, dan lain
sebagainya. Namun, setelah Nabi Muhammad saw diutus sebagai Rasul Allah dan
menyampaikan ajaran Islam, bukti bahwa Islam agama perdamaian terwujud. Pengikut Nabi
Muhammad saw berangsur-angsur banyak, Islam menjadi agama yang menjanjikan keselamatan
dan kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, QS. Al Anbiya:107 “Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al
Anbiya:107)
Islam juga mengajarkan bagaimana menghadapi perpecahan dan segala perselisihan yang
bermaksud memecah belah umat. Nilainilai perdamaian pada hakikatnya banyak termaktub
dalam al-Qur’an dan juga secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat Hadis Nabi. Tidak
ada satu ayat pun dalam al-Qur’an, dan tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat
kebencian, permusuhan, pertentangan, atau segala bentuk perilaku negative dan represif yang
mengancam stabilitas dan kualitas kedamaian hidup. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa sejak
zaman Rasul pun Islam selalu mendapat pertentangan dan serangan dari musuh-musuh Islam.
Rasulullah saw difitnah dan dimusuhi. Namun beliau tetap istiqomah menjalankan syariat dari
Allah swt. Dalam QS. Al An’am:112menyebutkan, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-
tiap nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al An’am:112)
Begitu pula dalam surat Al Baqarah ayat 120: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu.”
Sifat Rasul dalam menyampaikan ajaran Islam di zaman itu bisa menjadi teladan kita di
tengah adanya berbagai fitnah maupun usah pemecahbelahan umat Islam yang akhir-akhir ini
semakin menjadi, baik berupa film, tulisan, buku, dan lain sebagainya. Keimanan kita sebagai
umat Islam sedang diuji oleh Allah swt, di mana kita merasa marah di kala kesucian Islam
diporak-porandakan, sehingga Islam memiliki image yang buruk di mata dunia. Maka ingatlah
kita akan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.”
Al-Qur’an menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menebarkan
kasih sayang: “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya: 10).
Zuhairi Misrawi menyatakan bahwa ada dua hal utama yang perlu diketahui dari ayat
tersebut. Pertama, makna rahmatan. Secara linguistik, rahmatun berarti kelembutan dan
kepedulian (al-riqqah wa al-ta’aththuf). Kedua, makna lil’alamin. Para ulama berbeda pendapat
dalam memahami ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa cinta kasih Rasulullah saw. hanya
untuk orang muslim saja. Tapi ulama lain berpendapat bahwa cinta kasih Rasulullah saw untuk
semua umat manusia. Hal ini mengacu pada ayat terdahulu yang menyatakan bahwa Rasulullah
diutus untuk seluruh umat manusia (kaffatan li an-nas). Sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim disebutkan pula bahwa “sesungguhnya saya tidak diutus sebagai pemberi laknat,
tapi saya diutus untuk member rahmat”.
Solusi Pemecahan Masalah merupakan salah satu pokok bahasan yang menarik untuk
kita simak. Bagaimana tidak, semua orang memiliki masalah dan masalah tidak akan pernah ada
pernah habisnya, terlebih masalah pertikaian . Namun, mengatasi masalah tetap harus dilakukan
meski kita akan masuk ke masalah lain. Sebab jika masalah saat ini tidak diatasi maka masalah
akan numpuk dan hidup kita akan semakin sulit. Jika kita mampu menyelesaikan setiap masalah
yang datang, maka hidup akan terasa ringan dan indah. Ada berbagai cara dalam penyelesaian
masalah khususnya masalah pertikaian, diantaranya :
1. Compromise adalah suatu bentuk penyelesaian masalah dimana pihak-pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
2. Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak
ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan
lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
3. Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang
netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah
sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusan-keputusan
penyelesaian perselisihan tersebut.
4. Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5. Adjudication adalah penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Cara penyelesaian masalah, apa pun masalahnya, fondasinya pada kemampuan untuk tetap
berpikir positif, agar pikiran tetap jernih karena sebesar apa pun masalahnya Insya Allah sanggup
untuk mengatasinya. Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah
ayat : 286 yang berbunyi:
Artinya :
Allah tidak memberati seseorang melainkan apa Yang terdaya olehnya. ia mendapat pahala
kebaikan Yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan Yang diusahakannya.
(Mereka berdoa Dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau mengirakan Kami
salah jika Kami lupa atau Kami tersalah. Wahai Tuhan Kami ! janganlah Engkau bebankan
kepada Kami bebanan Yang berat sebagaimana Yang telah Engkau bebankan kepada orang-
orang Yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau pikulkan kepada
Kami apa Yang Kami tidak terdaya memikulnya. dan maafkanlah kesalahan kami, serta
ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu,
tolonglah Kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum Yang kafir".
Di samping itu, generasi muda Islam harus memegang idealisme, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip ke-Islam-an yang benar dan humanis. Di atas itu semua salah satu kunci utama untuk
menciptakan kekuatan Islam adalah dengan kembali mengukuhkan semangat ukhuwah
Islamiyah. Melalui ukhuwah dan silaturahmi di antara sesama umat Islam, maka kita akan
mampu bersatu. Kita juga akan dapat mengembangkan solidaritas dan kedewasaan beragamam.
BAB III
Berdasarkan arti katanya, maka ajaran Islam itu condong ke arah perdamaian. Pada
dasarnya semua ajaran Islam itu bertujuan mewujudkan kedamaian hidup manusia. Tudingan
bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan itu tidak benar. Islam dengan jelas
mengatur konsep peperangan sebagai wujud dari mempertahankan diri, dan dengan lapang
hati menerima perdamaian.
Dan Muslim adalah gambaran terbaik dari mereka yang percaya pada agama ini. Perang adalah
kebutuhan sosial kehidupan Sipil dalam Islam ditujukan untuk perdamaian. Namun demikian,
penawaran Islam dengan realitas dan selama ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri
dan kepentingan pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi jika perang adalah demi
menghentikan agresor, membantu mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu adalah suatu kebajikan
karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat. Intinya perdamaian merupakan suatu hal
bertujuan untuk meredam pertikaian supaya tercipta suasana yang aman, tentram, dan harmonis.
Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini
semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu, 1996.
Ridwan Lubis, M. Agama dalam PerbincanganSosiologi, cetI. Bandung: Citapustaka
Media, Perintis, 2010.
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, judul : Menuju Pemahaman Islam Yang Kaffah, Jakarta: insan
cemerlang, 2003.
Hermanto Harun, Islam dan Perdamaian
Nasution, Harun Prof. Dr. Filsafat Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta,1973.
https://rachman007.wordpress.com/perdamaian-dalam-perspektif-islam/
https://id.wikipedia.org/wiki/
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/11/persamaan-derajat.html
https://materiips.com/pengertian-solidaritas