DISUSUN OLEH:
ANDI HUSNUL HANIFAH C014192034
MUH. SYARIF ADNAN C014192168
PENDAMPING:
dr. DEISY CHRISANTY BETAH
PEMBIMBING:
Dr. dr. TENRI ESA, Msi., Sp.PK
Penyakit Jantung Reumatik (PJR) masih merupakan masalah utama di negara sedang
berkembang yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada usia muda. Penyakit ini
terjadi sebagai akibat respons autoimun yang abnormal pada pasien yang rentan secara
genetik. Walaupun di negara maju sudah hampir hilang dengan penggunaan antibiotik
profilaksis pada pasien dengan demam reumatik (DR), penyakit ini masih merupakan
masalah yang utama di negara berkembang.1
PJR merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat DR akut sebelumnya.
Penyakit ini terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup
trikuspid dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. DR ditandai dengan adanya respons
inflamasi akibat infeksi Streptococcus β hemolitikus grup A (SGA) dan dapat menyebabkan
manifestasi klinis pada jantung, sendi, kulit, dan otak. Penyakit ini pada umumnya terjadi
sekitar tiga minggu setelah faringitis, dan ditandai dengan gejala klinis berupa demam, nyeri
pada beberapa sendi, adanya gerakan tanpa disadari dari otot, dan erythema marginatum.2,3
Penelitian menunjukkan 39% dari pasien DR akan mengalami pancarditis atau
inflamasi pada seluruh bagian jantung (endokardium, miokardium, epikardium, dan
perikardium) yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup jantung atau dikenal
dengan PJR. Adanya manifestasi klinis hingga ke jantung disebabkan reaksi autoimun akibat
kemiripan epitop protein M pada SGA dan protein pada jaringan tubuh manusia, terutama
yang terdapat di jantung.4,5
Kriteria diagnosis PJR berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan kriteria Jones yang telah direvisi. Gejala klinis yang dianggap sebagai kriteria mayor
untuk diagnosis adalah adanya poliartritis akibat inflamasi sendi seperti pada reumatik,
karditis, dan perikarditis dengan inflamasi pada otot jantung, nodul subkutan akibat inflamasi
pada kolagen, eritema marginatum, serta Sydenham’s chorea yang merupakan pertanda
adanya inflamasi di susunan saraf. Pada kriteria minor dijumpai adanya febris yang
menandakan adanya inflamasi, infeksi, atralgia yang menandakan inflamasi sendi, serta
parameter laboratorium yaitu peningkatan LED, CRP, adanya leukositosis yang menandakan
infeksi disertai kelainan EKG, dan riwayat penyakit DR atau jantung.6,7
2.1 Definisi
PJR merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat DR akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup
trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit ini disebabkan oleh
autoimun pada katup jantung yang diawali dari riwayat infeksi SGA di faring.2
2.2 Epidemiologi
Epidemiologi PJR mengalami tren penurunan dari 463.000 kematian pada tahun
1990 menjadi 345.000 kematian pada tahun 2010. Tren tersebut hanya berlaku di negara
maju yang sudah mengalami kemajuan cukup pesat di bidang kesehatan, pendekatan dan
penanganan infeksi SGA sedini mungkin, serta kesadaran akan pola hidup bersih dan
sehat yang baik.8
Salah satu penelitian memprediksi sebanyak 33.194.900 kasus PJR terjadi
dinegara endemik pada tahun 2015, dengan prevalensi 444 kasus per 100,000 penduduk.
Sedangkan pada negara nonendemik prevalensi PJR yaitu 3,4 kasus per 100.000
penduduk, dengan total 221.000 kasus. Negara dengan perkiraan jumlah kasus terbesar
adalah India (13,17 juta), Cina (7,07 juta), Pakistan (2,25 juta), Indonesia (1,18 juta) dan
Republik Demokratik Kongo (805.000). Keseluruhan kasus tersebut menyumbang
sekitar 73% dari kasus global. Ini menunjukkan, bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara endemik dengan jumlah kasus yang besar dibanding negara lainnya.9
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan utama yang didapat pada anak hingga
remaja di negara berkembang. Hal ini disebabkan karena 5-30 juta anak-anak dan remaja
terkena penyakit ini, dan 90.000 lainnya meninggal setiap tahunnya dengan tingkat
mortalitas sebesar 1-10%. Di Indonesia, prevalensi PJR sebesar 0,3-0,8 per 1.000 anak
usia sekolah dengan rentang umur 5-15 tahun. Rendahnya pemahaman kesehatan,
kondisi sosioekonomi, pencegahan, dan pengobatan terhadap etiologi dari penyakit ini
menyebabkan tingkat mortalitas di Indonesia 10x lebih tinggi dibandingkan negara
berkembang lainnya.3,10
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Sebanyak 70% remaja dan dewasa muda pernah mengalami sakit tenggorok 2-
6 minggu sebelum muncul DR dan sekitar 20% anak-anak menyatakan pernah
mengalami sakit tenggorokan (faringitis SGA). Keluhan mungkin tidak spesifik,
seperti demam, tidak enak badan, sakit kepala, penurunan berat badan, epistaksis,
kelelahan, malaise, diaforesis dan pucat. Terkadang pasien juga mengeluhkan nyeri
dada, ortopnea atau sakit perut dan muntah. Gejala spesifik yang kemudian muncul
adalah nyeri sendi, nodul di bawah kulit, peningkatan iritabilitas dan gangguan atensi,
Tabel 1. Revisi Kriteria Jones Sebagai Pedoman Dalam Diagnosis DR dan PJR.15
c. Pemeriksaan Penunjang
Sumber: WHO. 2004; Kumar. 2013; Magrey, 2011; Fitriany. 2019; Scott. 2017; Mc Murray. 2012.
2.7 Prognosis
BAB 3
PJR merupakan penyakit yang masih cukup banyak dijumpai dan masih merupakan
masalah kesehatan di banyak negara, terutama di Negara berkembang. Penyakit ini umumnya
di dahului dengan infeksi SGA terutama di daerah faring. Adanya manifestasi klinis hingga
ke jantung disebabkan reaksi autoimun akibat kemiripan epitop protein M pada SGA dan
protein pada jaringan tubuh manusia, terutama yang terdapat di jantung.13
Kriteria diagnosis PJR berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan kriteria Jones yang telah direvisi. Gejala klinis yang dianggap sebagai kriteria mayor
untuk diagnosis adalah adanya poli arthritis akibat inflamasi sendi seperti reumatik, karditis,
dan perikarditis dengan inflamasi pada otot jantung, nodul subkutan akibat inflamsi pada
kolagen, erythema marginatum, serta Sydenham’s chorea yang merupakan pertanda adanya
inflamasi di susunan saraf.15
Pemeriksaan laboratorium pada PJR merupakan penunjang dalam membantu
penegakan diagnosis sebagai salah satu kriteria minor dan kriteria Jones. Pemeriksaan
dilakukan untuk mencari kuman penyebab, baik secara biakan langsung atau melalui deteksi
antibodi terhadap antistreptolisin O (ASTO), mengetahui derajat inflamasi infeksi melalui
pemeriksaan leukosit, LED, dan CRP. Di seluruh dunia penyakit ini merupakan penyebab
utama gagal jantung pada anak dan dewasa muda sehingga menyebabkan disabilitas dan
kematian dini. Untuk menunjang diagnosis dan prognosis gagal jantung dapat dilakukan
pemeriksaan BNP/NT-proBNP.6,13
1. Rasjidi K. Penyakit Jantung Reumatik. In: Wijaya IP, RanityaR, Ginanjar E, Salim S,
editors. 12th Holistic approaches in cardiovascular disease. Jakarta: PB PAPDI;
2013:349-60.
2. Kliegman RM, Stanton B, Joseph SG, Schor N, Behrman RE. Rheumatic Heart Disease.
Dalam: Kliegman RM, Stanton B, Joseph SG, Schor N, Behrman RE. Nelson textbook of
pediatric. Edisi ke-19. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011:1961-63.
3. Carapetis JR. Acute rheumatic fever, In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS,
Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18 th edition.
New York: McGraw-Hill; 2012:2752-7.
4. Chin, T., K. Rheumatic heart disease: eMedicine Pediatrics: Cardiac Disease and
Critical Care Medicine. 2019.
5. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathology. 9 th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2013:391-2.
6. World Health Organization. Rheumatic fever and rheumatic heart disease; Report of a
WHO Expert Consultation, Geneva , 29 October-1 November 2001. WHO Technical
Report Series; 923. Geneva: WHO; 2004.
7. Yanagawa, B., Butany, J., & Verma, S. Update on rheumatic heart disease. Current
Opinion in Cardiology, 2016;31(2):162–168.
8. Madiyono B, Sastroasmoro S, Subandrio A. Inhibiting ability of benzathine penicillin G
towards Group A Streptococcus β-hemolyticus in 21 and 28 days after a single
intramuscular injection. Pediatrica Indonesia. 2013;43 (7-8):136-139.
9. Watkins, D. A., Johnson, C. O., Colquhoun, S. M., Karthikeyan, G., Beaton, A.,
Bukhman, G., … Roth, G. A. Global, Regional, and National Burden of Rheumatic
Heart Disease, 1990–2015. New England Journal of Medicine.2017;377(8):713–722.
10. Turi BSRZG. Rheumatic fever. Dalam: Braunwald E, Bonow RO, editors. Braunwald’s
heart disease a textbook of cardiovascular medicine. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2007.
11. Leman S. Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: InternaPublishing. 2015;6(1):1164-1171.
12. Nulu, S., Bukhman, G., & Kwan, G. F. (2017). Rheumatic Heart Disease. Cardiology
Clinics. 2017;35(1):165–180.