Anda di halaman 1dari 6

Diagnosis Banding

1. Pneumonia
Pnumonia dapat didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis yang muncul, misal batuk,
demam, produksi sputum dan nyeri dada pleuritis, disertai pemeriksaan imejing paru,
biasanya dengan radiografi dada. Temuan pada pemeriksaan radiografi dada dapat
berkisar dari suatu bercak infiltrat kecil di area udara sebagai konsolidasi lobar dengan
bronkogram udara hingga infiltrat alveolar difus atau infiltrat interstisial. Efusi pleura
dan kavitasi juga dapat ditemukan.
Secara umum gambaran foto thoraks pada pneumonia terdiri dari :
a. Infiltrat Interstitial
Ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular.
b. Infiltrat Alveolar
Merupakan konsolidasi paru dengan airbronchogram. Konsolidasi dapat mengenai
satu lobus yang disebut pneumonia lobaris.
c. Bronkopneumonia
Ditandai dengan adanya gambaran difus merata pada kedua paru,berupa gambaran
bercak-bercak infiltrat yang meluas hingga perifer paru dan dengan peningkatan
corakan peribronkial yang inhomogen dan menyebabkan batas jantung biasanya
menghilang.1,2,3
2. Gagal Jantung (Edema Kardiogenik)
Gagal jantung akan menyebabkan perubahan pada bentuk jantung yang membesar
sebagai berikut : 2,4
 Proyeksi PA
Akan terlihat batas kanan jantung menonjol dan batas kiri jantung
mencembung karena pembesaran atrium kiri. Bronkus utama kiri terangkat.
 Proyeksi Lateral
Pada proyeksi ini dengan menggunakan kontras tampak pembesaran atrium
kiri yang mendorong esofagus 1/3 tengah ventrikel kiri di bagian bawah belakang,
tidak melewati vena cava inferior.
 Proyeksi Oblik Kanan dan Kiri Depan
Posisi ini tidak begitu membantu untuk diagnosis gagal jantung. Karena terjadi
peningkatan volume darah, perubahan pada pembuluh darah baik arteri dan vena
menjadi lebih menonjol terutama arteri. Dengan ujung pembuluh yang berdekatan
dengan hilus menjadi lebih terlihat, dan pembuluh distal memanjang keluar ke perifer
paru. Hemosiderosis merupakan gambaran radiologi dari gagal jantung, yang berarti
pecahnya pembuluh darah. Karena peningkatan dari volume darah, pembuluh darah
kapiler akan dilatasi dan bisa pecah atau hemorage. Akibatnya besi bebas akan
terkumpul pada daerah interstitial jaringan yang akan tampak sebagai bayangan nodul
pada radiograf.

Edema paru terjadi pada jaringan interstitial dan dalam ruangan alveolar.
Edema interstitial menyebabkan paru berbercak-bercak tipis, halus, sehingga
gambaran radiolusensi dari paru berubah menjadi suram. Garis Kerley B muncul di
lapangan paru bagian tepi-tepi dan kebanyakan di lapangan bawah. Garis ini terdapat
pada sinus kostofrenikus dan mewakili adanya cairan dalam jaringan interlobaris,
agak spesifik untuk stenosis mitral dengan edema paru. Pa da e de ma a l ve ola r a ka
n ta mpa k be r ka but da n dapat memberikan gambaran Batwing dan butterfly yang
berupa kekasaran bonkovaskular tidak begitu jelas tapi ada kesuraman yang dimulai
dari suprahiler, hiler, paracardial sedangkan bagian tepi bersih. Gambaran ini
menandakan semakin meningkatnya tekanan vena sehingga cairan melewati rongga
alveolus. Pada kasus yang berat, terjadi edema paru di seluruh kedua lapangan paru.

Secara umum gambaran rontgen thoraks pada gagal jantung adalah sebagai
berikut: 2,4,5

a. Pembesaran jantung
Tidak semua pasien gagal jantung ditemukan gambaran rontgen kardiomegali.
Namun kardiomegali sering ditemukan pada gagal jantung kronis.

b. Penonjolan vaskular pada lobus atas


Hal ini terjadi akibat meningkatnya tekanan vena pulmonalis.

c. Efusi pleura
Terlihat sebagai penumpukan sudut kostofrenikus, namun dengan semakin luasnya
efusi, terdapat gambaran opak yang homogen di bagian basal dengan tepi atas yang
cekung.
d. Edema pulmonal interstisial
Pada awalnya, merupakan penonjolan pembuluh darah pada lobus atas dan
penyempitan pembuluh darah pada lobus bawah. Seiring meningkatnya tekanan
vena, terjadi edema interstisial dan cairan kemudian berkumpul di daerah
interlobular dengan garis septal di bagian perifer (garis Kerley ‘B’)

e. Edema pulmonal alveolus

Dengan semakin meningkatnya tekanan vena, cairan melewati rongga alveolus


(bayangan alveolus) dengan kekaburan dan gambaran berkabut pada regio
perihilar; pada kasus yang berat, terjadi edema pulmonal di seluruh kedua
lapangan paru. Sepertiga bagian luar paru dapat terpisah, edema sentral bilateral
digambarkan sebagai ‘bat’s wing’ (sayap kelelawar).

3. MERS (Middle East Respiratory Syndrome)


Meskipun tidak ada kelainan yang terlihat dapat dideteksi dengan foto thorax awal pada
17% pasien yang terinfeksi MERS-CoV, 83% sisanya hadir dengan kelainan parenkim
paru. Temuan radiologis dada utama yang terkait dengan MERS-CoV adalah ground-
glass opacity (66%) (Gambar 1) diikuti oleh konsolidasi (18%) (Gambar. 2). Ground
glass opacity dan konsolidasi terlihat pada 16% kasus. Konsolidasi bisa tidak merata
(18%), bisa konfluen (29%), atau bisa muncul sebagai daerah nodular bulat dari opasitas
(9%). Airbronchogram kadang-kadang terlihat dalam area konsolidasi (11% kasus).
Temuan radiografi yang kurang umum ditemukan yaitu airspace tipe linier yang
irregular (9% kasus) (Gambar. 3) dan kavitasi multisentrik (2% kasus) (Gambar. 4). Foto
thoraks awal pasien yang terinfeksi MERS-CoV menunjukkan kelainan parenkim paru
pada zona paru tengah bagian perifer dan dominan pada zona paru bawah perifer.
Keterlibatan unifokal (69%) lebih umum daripada keterlibatan multifokal (30%). Seiring
perkembangan penyakit, kelainan parenkim paru akhirnya menyebar ke area sentral dan
lobus atas bilateral.6

Gambar. 1 Radiografi dada frontal yang diperoleh pada saat presentasi (hari 1)
menunjukkan opasitas ground-glass fokal perifer unilateral ringan di zona kiri atas.
Gambar 2. Radiografi dada frontal yang diperoleh pada hari ke-3 menunjukkan
konsolidasi ruang udara pada lobus bawah perifer bilateral dengan efusi pleura.

Gambar 3. Radiografi dada frontal yang diperoleh pada saat presentasi (hari 1)
menunjukkan kekeruhan nodular sentrilobular bilateral dan kekeruhan perifer linier
karena penebalan dinding bronkial.
Gambar 4. Radiografi frontal yang diperoleh pada hari pertama menunjukkan
multifocal bilateral patchy airspace dengan distribusi perihilar yang dominan dan
kavitasi (panah).

Referensi

1. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and


Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019-nCoV.
PDPI: Jakarta; 2020.
3. Metlay JP, Waterer GW, Long AC, Anzueto A, Brozek J, Crothers K, et al. Diagnosis
and Treatment of Adults with Communityacquired Pneumonia: An Official Clinical
Practice Guideline of the American Thoracic Society and Infectious Diseases Society of
America. Am J Respir Crit Care Med.Vol: 200 Iss 7;2019. pp e45– e67.
4. Corr, Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.Jakarta : EGC. 2011.
5. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2009.
6. Karuna M. Das, Edward Y. Lee, Ruth D. Langer, and Sven G. Larsson. Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus: What Does a Radiologist Need to Know?. American
Journal of Roentgenology 2016 ,06:6, 1193-1201

Anda mungkin juga menyukai