Anda di halaman 1dari 21

1.

TB Paru

 Tampak bercak berawan disertai


kavitas pada kedua lapang paru
 Cor bentuk dan ukuran dalam
batas normal
 Kedua sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang yang tervisualisasi
intak
 Kesan : TB Paru Aktif

 Tampak bercak berawan pada kedua lapang


paru atas yang disertai kavitas, bintik-bintik
kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan
retraksi hilus ke atas
 Cor: bentuk dan ukuran dalam batas normal
 Kedua sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang yang tervisualisai intak
 Kesan: TB Paru Lama Aktif

 Tampak bercak berawan pada kedua lapang


paru
 Cor sulit dinilai tampak tertarik ke kanan
 Efusi pleura bilateral
 Tulang-tulang yang tervisualisai intak
 Kesan: TB Paru Lama Aktif dengan infeksi
sekunder, fibrosis dan penebalan pleura
bilateral
TB Paru merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. Gambaran klinis yang sering ditemukan pada TB paru adalah gejala
respiratorik seperti batuk lebih dari 2 minggu, hemoptisis, sesak nafas, nyeri dada
dan gejala sistemik seperti adanya demam, malaise, keringat malam, anoreksia,
berat badan menurun.

2. Pneumonia

 Terdapat edema dinding


bronkioli dan juga edema
jaringan interstitial
prebronkial
 Terlihat bayangan udara
pada alveolus dengan
perselubungan yang tidak
merata
 Kesan : Pneumonia
Interstitial

 Konsolidasi homogen pada lobus


kanan bawah
 Batas tegas
 Air bronkogram +
 Kesan : pneumonia lobaris
 Perbercakan di medial
kedua lapang paru
 Kardiomegali
 Kesan :
Bronkopneumonia

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme


(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Gambaran klinis yang didapatkan adalah
demam, menggigil, batuk dengan dahak mukoid atau purulen, sesak nafas, kadang-
kadang disertai nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik didaptkan pada bagian yang
sakit tertinggal pada waktu bernafas, fremitus mengeras, perkusi redup, auskultasi
terdengar ronkhi basah halus yang kemudia menjadi ronkhi basah kasar saat
resolusi. Berdasarkan predileksi infeksi pneumonia terbagi atas pneumonia lobaris
yang terjadi pada satu lobus atau segmen, bronkopneumonia yang ditandai dengan
bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru, dan pneumonia interstisial.
3. Pneumothorax
(a) (b)

Gambar (a) menunjukkan pneumothoraks yang hampir lengkap pada paru kiri
dengan pergeseran awal organ mediastinum ke sisi kanan. Foto ini diambil sekitar
satu jam setelah akupuntur dan diagnosisnya adalah tension pneumothorax. Gambar
(b), setelah mendapat perawatan yang sesuai dan drain chest hasil foto dada
menunjukkan re-ekspansi hampir lengkap dari paru-paru kiri.

(c) (d)

Gambar (c) menunjukkan menunjukkan pneumothorax pada paru kiri. Gambar (d)
menunjukkan infiltrasi interstitial di kedua bidang paru-paru lebih rendah.

Pneumothorax merupakan akumulasi udara dalam cavum pleura. Pneumothorax


dibagi menjadi tiga yaitu pneumothorax sederhana, komunikans dan tension.
Pneumothorax sederhana tida terdapat hubungan dengan udara luar mediastinum
dan tidak terdapat pergeseran garis tengah. Pneumothorax komunikans
berhubungan dengan defek pada dinding dada, sedangkan pneumothorax tension
merupakan akumulasi udara progresif dengan tekanan dalam rongga pleura yang
menyebabkan pergeseran mediastinum dengan kompresi paru kontralateral dan
pembuluh darah besar. Gambaran klinis pneumothorax adalah adanya nyeri dada
dan sesak nafas tiba-tiba. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dada asimetris, perkusi
paru hipersonor, dan suara nafas menurun atau menghilang. Pada tension
pneumothorax juga didapatkan takikardi, distensi vena jugularis, tidak adanya
bunyi nafas pada paru yang terkena, pergeseran trakea ke arah paru yang sehat.
Untuk gambaran radiologi yang umumnya didapatkan adalah bayangan udara
dalam rongga pleura memberikan radiolusen avaskuler, batas pleura viseral terlihat,
kehilangan volume pada sisi yang terkena, corakan bronkovaskular tidak terlihat
dari pleura viseral, dan pada tension pneumothorax terdapat pergeseran
mediastinum ke sisi yang berlawanan.

4. Efusi Pleura

(a) (b)

Gambar (a) menunjukkan kesan efusi pleura sinistra masif. Pada gambar (b)
menunjukkan terdapat perselubungan pada basal paru kanan dan kiri dengan sinus
costofrenikus paru kanan dan kiri tumpul dan diafragma kanan dan kiri terselubung.
Kesan pada foto (b) adalah efusi pleura bilateral.

Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana cairan terkumpul pada ruang antara
lapisan parietal dan viseral dari pleura, biasanya berisi cairan serosa, namun dapat
juga mengandung bahan lainnya. Gambaran klinis yang bisa didapatkan dari efusi
pleura adalah gejalanya dapat asimptoatik, dapat dijumpai sesak nafas. Pada
umumnya gambaran klinis efusi pleura sesuai dengan penyakit yang mendasari.
Penyebab efusi pleura antara lain pleuritis karena virus, bakteri piogenik,
tuberkolosa, fungi (jamur), parasit, sirosis hati, SLE, RA, gangguan kardiovaskular,
emboli pulmonal, hipoalbuminemia,dan neoplasma. Pada pemeriksaan radiologi
diperlukan volume cairan sejumlah kurang lebih 300 ml agar efusi pleura dapat
terlihat pada foto thoraks tegak. Foto lateral dapat mendeteksi efusi pleura sebanyak
kurang lebih 75 ml dan foto lateral dekubitus dapat mendeteksi cairan efusi
sebanyak kurang lebih 15- 20 ml.

Beberapa gambaran efusi pleura antara lain:


 Efusi subpulmonal: gambaran diafragma bukan merupakan diafragma yang
sebenarnya melainkan cairan pleura yang terkumpul di atas diafragma. Titik
tertinggi diafragma tergeser ke arah lateral
 Penumpulan sudut kostofrenikus posterior kemudian diikuti oleh
penumpulan sudut kostofrenikus lateral.
 Perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya
relatif radiopak dengan permukaan atas cekung (meniscus sign)
 Perselubungan pada hemithoraks, terjadi jika rongga pleura mengandung 2
liter cairan dan paru akan kolaps secara pasif, jantung dan trakea terdorong
menjauhi sisi yang terkena efusi
5. Atelektasis

Rontgen toraks menunjukkan atelektasis pada kanan paru-paru pada gambar


1 dan 3 karena terdapat perselubungan pada pulmo kanan sedangkan pada
gambar 2 dan 4 perselubungan terjadi di pulmo kiri, sehingga pada gambar
2 dan 4 menunjukan atelektasis pada paru paru kiri. Terdapat tanda
kehilangan volume pada bagian kanan, pergeseran mediastinum ke kanan,
dan kompensasi ekspansi berlebihan dari paru kiri pada gambar 1 dan 3
begitupun pada gambar 2dan 4 terdapat tanda kehilangan volume bagian
kiri, pergeseran mediastinum ke kiri dan kompensasi paru kanan.

Penyebab paling umum adalah atelektasis pasca-bedah, ditandai dengan


splinting, yaitu pernapasan terbatas setelah operasi perut. Penyebab umum
lainnya adalah tuberkulosis paru, perokok dan orang tua juga berisiko
tinggi. Atelektasis menyiratkan beberapa penyumbatan bronkiole atau
bronkus, yang dapat berada di dalam saluran napas (benda asing, lendir
lendir), dari dinding (tumor, biasanya karsinoma sel skuamosa) atau
menekan dari luar (tumor, kelenjar getah bening) , tuberkel). Penyebab lain
adalah penyebaran surfaktan yang buruk selama inspirasi, menyebabkan
tegangan permukaan berada pada titik tertinggi yang cenderung
meruntuhkan alveoli yang lebih kecil.

Atelektasis kemungkinan tidak akan menyebabkan tanda atau gejala jika


hanya mempengaruhi area kecil paru-paru. Jika atelektasis mempengaruhi
area paru yang luas, terutama jika terjadi tiba-tiba, itu dapat menyebabkan
rendahnya kadar oksigen dalam darah. Akibatnya merasa sesak napas,
denyut jantung dan laju pernapasan dapat meningkat, dan kulit dan bibir
menjadi biru. Gejala lain mungkin terkait dengan penyebab atelektasis
(misalnya, nyeri dada karena operasi). Jika anak anak menderita atelektasis
akan tampak bahwa ia gelisah, atau takut.

6. Edema Pulmonal
Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi
vaskular di hilus), Corakan paru
meningkat (lebih dari 1/3 lateral),
Kranialisasi vaskuler, Hilus batas tidak
jelas, Fibrosis interstitial

Edema pulmonal adalah akumulasi cairan


di jaringan dan ruang udara paru-paru.
Ada beberapa macam penyebab edema paru, biasanya berhubungan dengan
gangguan pada jantung. Namun, edema paru juga dapat terjadi tanpa gangguan
jantung. Edema pulmonal akibat penyakit jantung antara lain disebabkan oleh PJK,
CHF, Hipertensi serta Penyakit Katup jantung. Sedangkan yang disebabkan bukan
karena penyakit jantung adalah Emboli paru, Trauma paru, Infeksi dan tenggelam

7. Perdarahan Intracranial

Hasil :

Tampak lesi hiperdens di sulci, fisura, cysterna,


dan ventrikel lateral dextra et sinistra

Tampak lesi hiperdens dengan perifokal


oedema di lobus frontalis sinistra

Struktur mediana tak terdeviasi

Kesan : Intracerebral hematom di lobus


frontalis sinistradan subarachnoid haemorrhagic
sampai intraventrikular, e.c. ruptur aneurisma
Hasil :
Tampak soft tissue swelling di regio occipital
Tampak pelebaran sutura lamdoidea aspek dextra
Tampak fraktur ala mayor os sphenoid
Tampak lesi hiperdens di sinus sphenoidalis dan etmoidalis dextra et sinistra
Densitas bulbus occuli normal
Kaliber dan densitas N. Opticus normal
Tampak lesi hiperdens di fissura interhemisfer
Tampak cavum septum pelucidum
Struktur mediana tak terdeviasi

Kesan :
Subgaleal hematom regio occipital
Diastasis sutura lamdoidea aspek dextra dan fraktur ala mayor osphenoid
Hemosinus sphenoidalis dan etmoidalis bilateral
Subarachnoid hematom di fissura interhemisfer
Cavum septum pelucidum
Hasil :
Tampak soft tissue swelling di regio temporoparietal sinistra dan parietal sinistra
Tampak fraktur linier os temporal sinistra
Tampak pelebaran sutura coronaria
Tak tampak perselubungan di sinus paranasalis
Densitas bulbus occuli normal
Kaliber dan densitas N. Opticus normal
Gyri dan sulci kabur
Tampak lesi hiperdens, biconvex regio temporal sinistra
Tampak lesi hiperdens concav-convex regio frontoparietal sinistra
Ventrikel lateral dextra et sinistra dan ventrikel III menyempit
Struktur mediana terdorong ke dextra

Kesan : Subgaleal hematom regio occipital


Fraktur linier os temporal sinistra
Diastasis sutura coronaria
Epidural hematom regio temporal sinistra
Subdural hematom regio frontoparietal sinistra
Herniasi sulfalcine
Oedem cerebri

Hasil : Tampak lesi hiperdens bentuk tipikal convex regio temporal sinistra
Kesan : Tampak epidural hematom sinistra regio temporal sinistra

8. Ileus Obstruktif
Foto Abdomen 3 Posisi
Kesan :

 Udara usus terdistribusi sampai distal


 Tampak gambaran dilatasi loop-loop usus, gambaran herring bone dan air fluid
level yang bertingkat-tingkat memberikan gambaran “step ladder”
 Tidak tampak gambaran udara bebas subdiafragma
 Kedua psoas line tidak tervisualisasi
 Kedua preperitoneal fat line intak
 Tulang-tulang intak

Kesan:

 Preperitoneal fat dan psoas line samar-samar


 Distribusi udara usus merata
 Tampak distensi udara usus halus
 Udara colon (+)
 Tampak air fluid levels
 Tak tampak udara bebas cavum peritoneum

Obstruksi usus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usu, yang
dapat bersifat akut, maupun kronis, parsial maupun total. Sebagian obstruksi
mengenai usus halus. Terdapat dua jenis obstruksi yaitu mekanis (Ileus Obstruktif)
dan non-mekanis (Ileus Paralitik atau Ileus Adinamik).

Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sub mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus
terhalang dan tertimbun dibagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah
proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus. Pada obstruksi usus
harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus
yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali
disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi
sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.

Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat
lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya
berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus
akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah
darurat yang sering terjadi pada anak.

Hasil pencitraan radiologis pada foto polos 3 posisi (Supine, tegak, atau lateral
dekubitus):

Pada posisi supine: distensi usus halus (>3 cm) dengan sejumlah valvula koniventes
memberikan gambaran “stack of coins” atau Herringbone appearance.

Gambar. Posisi supine dan Herringbone appearance.


Pada posisi tegak / lateral decubitus ditemukan multiple air-fluid levels dengan
ketinggian berbeda pada loop usus yang sama memberikan gambaran “step ladder”
serta jejeran gelembung udara kecil yang terperangkap di bawah valvula konventes
memberikan gambaran “string of pearls”.

Gambar. multiple air-fluid levels “step ladder” dan “string of pearls”

9. Stroke Infark
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak sepintas, tumor otak, dan stroke sekunder karena trauma
maupun infeksi.

Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh
iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal
pembuluh darah otak yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan glukosa
ke bagian otak tertentu. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau
tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia salah satu daerah
pendarahan otak tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral
atau perdarahan subarakhnoid.
Stroke non hemorragik adalah stroke yang biasanya disebabkan kerana adanya
sumbatan pada pembuluh darah otak yang dapat berupa emboli maupun kalsifikasi
ditambah dengan kerusakan vaskuler oleh lipid. Sumbatan ini menyebabkan
terjadinya edema di daerah yang mengalami iskemik berupa edema vasogenik.
Stroke jenis ini paling banyak disebabkan oelh emboli ekstrakranial atau thrombosis
intracranial. Namun dapat juga disebabkan oleh penurunan aliran darah serebri.

Infark merukan kematian jaringan akibat influx Ca2+ dan pelepasan radikel bebas
kerana terjadi suplai O2 ke jaringan terhambat. Bila jaringan otak kekurangan O2,
akan terjadi pelunakan dan edema baik intrasel maupun ekstrasel. Pada daerah otak
yang mengalami infark kita akan menemukan daerah yang disebut Umbra (daerah
sel neuronnya sudah mati dan dikenali sebagai daerah infark) dan Penumbra ( daerah
yang neuronnya masih setengah hidup dan setengah mati dipanggil pre-infark).

PERUBAHAN GAMBARAN CT SCAN PADA STROKE ISKEMIK

Infark Hiperakut
Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan biasanya tidak
sensitif mengidentifi kasi infark serebri karena terlihat normal pada >50% pasien;
tetapi cukup sensitif untuk mengidentifi kasi perdarahan intrakranial akut dan/atau
lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi terapi trombolitik. Gambaran CT scan
yang khas untuk iskemia serebri hiperakut adalah sebagai berikut :
 Gambaran pendangkalan sulcus serebri (sulcal eff acement)
Gambaran ini tampak akibat adanya edema difus di hemisfer serebri. Infark
serebral akut menyebabkan hipoperfusi dan edema sitotoksik. Berkurangnya
kadar oksigen dan glukosa seluler dengan cepat menyebabkan kegagalan pompa
natrium-kalium, yang menyebabkan berpindahnya cairan dari ekstraseluler ke
intraseluler dan edema sitotoksik yang lebih lanjut. Edema serebri dapat
dideteksi dalam 1-2 jam setelah gejala muncul. Pada CT scan terdeteksi sebagai
pembengkakan girus dan pendangkalan sulcus serebri.
 Menghilangnya batas substansia alba dan substansia grisea serebri
Substansia grisea merupakan area yang lebih mudah mengalami iskemia
dibandingkan substansia alba, karena metabolismenya lebih aktif. Karena itu,
menghilangnya diferensiasi substansia alba dan substansia grisea merupakan
gambaran CT scan yang paling awal didapatkan. Gambaran ini disebabkan oleh
influks edema pada substansia grisea. Gambaran ini bisa didapatkan dalam 6
jam setelah gejala muncul pada 82% pasien dengan iskemia area arteri serebri
media.

 Tanda insular ribbon


Gambaran hipodensitas insula serebri cepat tampak pada oklusi arteri serebri
media karena posisinya pada daerah perbatasan yang jauh dari suplai kolateral
arteri serebri anterior maupun posterior.
 Hipodensitas nukleus lentiformis
Hipodensitas nukleus lentiformis akibat edema sitotoksik dapat terlihat dalam
2 jam setelah onset. Nukleus lentiformis cenderung mudah mengalami
kerusakan ireversibel yang cepat pada oklusi bagian proksimal arteri serebri
media karena cabang lentikulostriata arteri serebri media yang
memvaskularisasi nukleus lentiformis merupakan end vessel.
 Tanda hiperdensitas arteri serebri media
Gambaran ekstraparenkimal dapat ditemukan paling cepat 90 menit setelah
gejala timbul, yaitu gambaran hiperdensitas pada pembuluh darah besar, yang
biasanya terlihat pada cabang proksimal (segmen M1) arteri serebri media,
walaupun sebenarnya bisa didapatkan pada semua arteri. Arteri serebri media
merupakan pembuluh darah yang paling banyak mensuplai darah ke otak.
Karena itu, oklusi arteri serebri media merupakan penyebab terbanyak stroke
yang berat. Peningkatan densitas ini diduga akibat melambatnya aliran
pembuluh darah lokal karena adanya trombus intravaskular atau
menggambarkan secara langsung trombus yang menyumbat itu sendiri.
Gambaran ini disebut sebagai tanda hiperdensitas arteri serebri media.
 Tanda Sylvian dot menggambarkan adanya oklusi distal arteri serebri media
(cabang M2 atau M3) yang tampak sebagai titik hiperdens pada fi sura Sylvii.

InfarkAkut
Pada periode akut (6-24 jam), perubahan gambaran CT scan non-kontras akibat
iskemia makin jelas. Hilangnya batas substansia alba dan substansia grisea
serebri, pendangkalan sulkus serebri, hipodensitas ganglia basalis, dan
hipodensitas insula serebri makin jelas.
Distribusi pembuluh darah yang tersumbat makin jelas pada fase ini.

Infark Subakut dan Kronis

Selama periode subakut (1-7 hari), edema meluas dan didapatkan efek massa
yang menyebabkan pergeseran jaringan infark ke lateral dan vertikal. Hal ini
terjadi pada infark yang melibatkan pembuluh darah besar.
Edema dan efek massa memuncak pada hari ke-1 sampai ke-2, kemudian
berkurang. Infark kronis ditandai dengan gambaran hipodensitas dan
berkurangnya efek massa. Densitas daerah infark sama dengan cairan
serebrospinal.

Anda mungkin juga menyukai