DISUSUN OLEH:
Pembimbing Residen
dr. Hendra Toreh
Pembimbing Supervisor
dr. Luthfy Attamimi, Sp.Rad
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas KedokteranUniversitas Hasanuddin
ii
dr. Rafikah Rauf, M.Kes, Sp. Rad
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, belum ada terapi antiviral spesifik ataupun vaksin dalam
penanganan COVID-19. Akan tetapi, beberapa terapi, seperti remdesivir,
klorokuin/hidroksiklorokuin, lopinavir-ritonavir, dan tocilizumab, sudah ditemukan
memiliki efikasi dalam penanganan COVID-19 dan sudah masuk dalam uji coba
klinis. Pasien COVID-19 dengan infeksi ringan umumnya hanya disarankan isolasi di
rumah dan menggunakan obat yang dijual bebas untuk meredakan gejala. Pada pasien
dengan infeksi berat, disarankan untuk dirawat inap dan terkadang diperlukan
tindakan intubasi dan ventilasi mekanik apabila terjadi gagal napas atau acute
respiratory distress syndrome.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(2 kasus), Nepal (1 kasus), Sri Lanka (1 kasus), Iran (1.501 kasus, 66 kematian),
Kuwait (56 kasus), Bahrain (49 kasus), Iraq (26 kasus), Uni Emirat Arab (21 kasus),
Libanon (13 kasus), Qatar (7 kasus), Oman (6 kasus), Pakistan (5 kasus), Mesir (2
kasus), Afghanistan (1 kasus), Yordania (1 kasus), Maroko (1 kasus), Arab Saudi (1
kasus), Tunisia (1 kasus), Amerika Serikat (64 kasus, 2 kematian), Kanada (27
kasus), Ekuador (6 kasus), Meksiko (5 kasus), Brasil (2 kasus), Republik Dominika
(1 kasus), Algeria (5 kasus), Nigeria (1 kasus), Senegal (1 kasus). Diantara kasus
tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi.1
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara
luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020,
WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 29 Maret 2020,
terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di
Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus
kematian.4
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi
berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di
Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Per 30
Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan
Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus dan kematian
sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan
kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus
pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia
memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.5
4
Gambar 1. Jumlah kasus COVID-19 dilaporkan hingga 2 Oktober 2020 (WHO,
2020). 5
Gejalanya utama COVID19 adalah demam >38o C, batuk, sesak napas yang
membutuhkan perawatan di RS. Gejala ini diperberat jika penderita adalah usia lanjut
dan mempunyai penyakit penyerta lainnya, seperti penyakit paru obstruktif menahun
atau penyakit jantung.6
5
2.2 Anatomi Radiologi Sistem Respirasi
1. Anatomi sistem pernapasan manusia
Sistem Pernapasan manusia terdiri dari sistem pernapasan atas dan sistem
pernapasan bawah. Sistem pernapasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring,
sedangkan sistem pernapasan bawah terdiri dari trakea, percabangan bronkus, dan
paru-paru (bronkiolus dan alveoli).7
Kedua paru-paru merupakan organ respirasi dan terletak di kedua sisi
mediastinum yg dikelilingi oleh rongga pleura kanan dan kiri. Pleura terdiri dari dua
lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang
melapisi rongga dada. Udara masuk dan keluar dari paru-paru melalui bronkus utama,
yang merupakan cabang dari trakea. Arteri pulmonalis mengirimkan darah
terdeoksigenasi ke paru-paru dari ventrikel kanan jantung. Darah beroksigen kembali
ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Paru-paru kanan biasanya lebih besar dari
paru-paru kiri karena mediastinum tengah yang berisi jantung, lebih menonjol ke kiri
daripada ke kanan.8
Paru-paru kanan memiliki tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Pada
permukaan medial setiap paru-paru adalah hilus, yang merupakan daerah dimana
pembuluh darah, bronkus, saraf dan limpatik masuk dan keluar dari paru-paru. 9
6
Gambar 2. Cavum Pleura 8
Gambar 3. Paru-paru 8
2. Anatomi Foto Thorax Normal
7
Anatomi Foto Thorax Frontal dan Lateral Normal
8
Gambar 5. Foto Thorax Lateral Normal10
Pada gambar 4 tampak gambaran foto thorax normal yang berupa posisi frontal.
Tulang belakang terlihat di belakang bayangan jantung. Kedua sudut costophrenicus
lateral kanan dan kiri bersudut lancip. Garis putih membatasi tingkat perkiraan
ukuran fisura minor atau horizontal yang biasanya terlihat pada tampilan depan.
Tidak ada fisura minor di sisi kiri. Lingkaran putih pada paru-paru merupakan
pembuluh darah.Hilus kiri biasanya sedikit lebih tinggi dari kanan. Angka 3 warna
pada panah di atas menunjuk costa ke 3 posterior, sedangkan angka 3 warna hitam
pada panah diatas menunjukan rusuk ke tiga anterior.10
Pada gambar 5 merupakan foto thorax lateral kiri normal. Pada panah warna putih
solid tampak adanya ruangan kosong di belakang sternum. Pada lingkaran putih hlius
tidak menghasilkan bayangan diskrit. Pada panah putih ganda menunjukan bahwa
badan vertebral kira-kira memiliki tinggi yang sama dengan end plate masing-
masing. Pada panah hitam pekat menunjukan sudut costophrenicus posterior tajam.
9
Tampak tulang belakang menjadi lebih hitam (lebih gelap) dari sendi bahu (bintang
hitam) ke diafragma karena ada jaringan yang kurang padat untuk dilalui sinar X pada
tingkat diafragma. Permukaan superior dari hemidiafragma kanan sering terlihat terus
menerus dari belakang ke depan (panah hitam bertitik) karena tidak dikaburkan oleh
jantung, sedangkan Jantung biasanya menyentuh aspek anterior dari hemidiafragma
kiri dan biasanya mengaburkan (siluet) itu. Untuk menilai kardiomegali harus
perhatikan ruangan normal posterior jantung dan anterior tulang belakang. Garis
hitam menunjukan perkiraan lokasi fisura mayor, sedangkan garis putih adalah
perkiraan lokasi fisura minor. Keduanya sering terlihat pada tampilan lateral.10
10
Foto thorax juga merupakan modalitas yang paling tersedia pada banyak pusat
kesehatan, dengan biaya yang relatif murah dan dosis radiasi yang lebih rendah
dibanding CT-scan. Namun, yang perlu diperhatikan, pada foto thorax dapat terlihat
normal pada fase awal atau pada pasien dengan klinis ringan. Sedangkan untuk pasien
yang menunjukkan gejala sedang atau berat, foto thorax dapat dilakukan untuk
menilai progresivitas penyakit dan melihat komplikasi, akan tetapi foto thorax yang
rutin, tidak diindikasikan untuk pasien stabil yang diintubasi. 11
CT scan thorax memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan foto thorax
dalam menilai lesi pada pasien COVID-19, dan menyediakan berbagai informasi
yang signifikan lainnya. CT scan dilakukan pada pasien yang dicurigai COVID-19
namun gambaran yang ditemukan pada foto thorax tidak khas atau meragukan,
disesuaikan pula dengan keadaan klinis dan ketersediaan sumber daya. Temuan pada
CT-scan juga tidak spesifik, namun pada keadaan klinis dengan prevalensi penyakit
yang tinggi, temuan CT-scan COVID-19 akan sangat menandakan bahwa telah
terjadi infeksi COVID-19. Meskipun begitu, konfirmasi dengan RT-PCR tetap
diperlukan. 5,11
Temuan utama pada CT scan thorax adalah ground-glass opacity (GGO)
(88%), dengan atau tanpa konsolidasi, sesuai dengan pneumonia virus. Keterlibatan
paru cenderung bilateral (87,5%), multilobular (78,8%), lebih sering pada lobus
inferior dengan distribusi lebih perifer (76%). Penebalan septum inter/intra lobular,
penebalan pleura, bronkiektasis, dan keterlibatan pada subpleural tidak banyak
ditemukan. Gambaran CT scan yang lebih jarang ditemukan yaitu efusi pleura, efusi
perikardium, limfadenopati, kavitas, CT halo sign, dan pneumothorax. Walaupun
gambaran-gambaran tersebut bersifat jarang, namun bisa saja ditemui seiring dengan
progresivitas penyakit. Studi ini juga melaporkan bahwa pasien di atas 50 tahun lebih
sering memiliki gambaran konsolidasi. 4
USG dada atau transtorakal, juga dilakukan pada beberapa tempat, utamanya
untuk triase pasien, memonitor efek terapi, dan mendiagnosis komplikasi dari
pneumonia COVID-19, seperti efusi pleura. Sebagaimana prosedur lain yang
11
dilakukan bed-side pada pasien, pemeriksaan USG harus diminimalkan untuk
menghindari risiko infeksi kepada petugas medis. USG transtorakal dapat mendeteksi
konsolidasi subpleura walaupun jarang, dan variasi konten udara dan cairan di
jaringan paru. Temuan utama yang dapat terlihat adalah pola B-lines dengan
berbagai pola. USG transtorakal juga mungkin berguna dalam evaluasi pasien yang
sedang kritis atau sakit parah.4,11,12
Studi lain mencoba menggunakan kedokteran nuklir 18F-FDG PET/CT, namun
dianggap kurang praktis untuk praktik sehari-hari. Beberapa penyebabnya adalah
kurang tersedianya alat, biaya yang mahal, dan dosis radiasi yang tinggi. 4,11
Secara umum, pencitraan tidak direkomendasikan untuk skrining pada individu
asimtomatik, atau pada pasien dugaan COVID-19 atau yang telah terkonfirmasi
COVID-19 oleh RT-PCR dengan hanya gejala klinis ringan, kecuali mereka berisiko
berkembangnya penyakit. Radiologi diindikasikan pada pasien dengan COVID-19
dan status pernapasan yang memburuk, dan digunakan untuk triase medis pasien
dengan dugaan COVID-19 yang datang dengan gambaran klinis sedang-berat dan
kemungkinan penyakit berisiko tinggi.11,12
12
Gambar 6. Gambaran foto thorax pada COVID-19
13
(ARDS). Radiografi dada menunjukkan konsolidasi di kedua paru-paru, dominasi di
bidang paru-paru bagian bawah. Pasien diintubasi dan menjalani perawatan ekstra
oksigenasi membran korporeal (ECMO). 11
Gambar 8. Pasien wanita 84 tahun dengan dispnea selama dua minggu, tidak
demam, tidak batuk. Radiografi dada menunjukkan konsolidasi yang tidak jelas di
pinggiran bidang paru-paru tengah dan bawah kedua paru-paru. COVID-19
dikonfirmasi oleh RT-PCR. 11
14
Gambar 9. A: Konsolidasi pada paru-paru bagian perifer dan distribusi di basal paru,
mengenai kedua lapangan paru (bilateral).13
15
abnormalitas retikuler (pola crazy-paving) (gambar 10), serta area GGO yang
dikelilingi konsolidasi berbentuk cincin (reversed halo sign) (gambar 11).11
Tampakan radiologi lain yang bisa didapatkan adalah penebalan septum
interlobular, air bronchogram/traction bronchiectasis (gambar 12), dan penebalan
pleura. Sedangkan untuk efusi pleura, efusi perikardium, limfadenopati, kavitasi,
emfisema paru, dan pneumotoraks adalah penemuan yang jarang.15
COVID-19 memiliki manifestasi pencitraan yang berbeda pada tiap tahapan
berbeda, yang utamanya berhubungan dengan pathogenesis. Lesi pada tahap awal
relatif terlokalisasi dan utamanya bermanifestasi sebagai infiltrasi inflamasi yang
terbatas di region subpleura atau peribronchovaskular dari satu atau kedua paru,
memperlihatkan ground glass opacity (GGO) murni yang kecil atau segmental
(gambar 13). Sangat sedikit kasus dengan temuan CT yang negatif pada tahap awal.
Pada tahap progresif, CT utamanya menunjukkan penambahan luas GGO murni
(gambar 14), melibatkan lobus multiple (gambar 15), konsolidasi dari beberapa lesi,
dan GGO yang mengelilingi lesi konsolidasi. Penebalan septum interlobular dan pola
crazy-paving yang jelas sering terlihat, juga biasa terdapat air bronchograms (gambar
16). Pada tahap lanjut, manifestasi CT pasien mirip dengan tipe pneumonia yang lain
dan utamanya adalah lesi difus pada kedua paru, yang kebanyakan adalah lesi
konsolidasi dan GGO yang mengelilingi lesi konsolidasi, yang disertai parenchymal
bands dan biasanya efusi pleura dengan jumlah kecil. Tampakan CT ini disebut lung
whiteout. 14
Perbedaan manifestasi gambaran ini kemungkinan berhubungan dengan
mekanisme patologis dari pneumonia virus, yang pada awalnya cenderung merusak
bronkiolus terminalis dan parenkim paru sekitarnya lalu berkembang menjadi
infiltrasi pada lobus-lobus paru dan akhirnya kerusakan alveolus yang difus. Pada
diagnosis pencitraan, COVID-19 sulit dibedakan dengan pneumonia yang disebabkan
oleh virus-virus yang lain ataupun yang disebabkan oleh bakteri. 14
Tampakan CT-scan oleh perjalanan klinis tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut: 4
16
1. Pasien asimtomatis: cenderung unilateral, multifokal, predominan gambaran
ground-glass. Penebalan septum interlobularis, efusi pleura, dan limfadenopati
jarang ditemukan.
2. Satu minggu sejak onset gejala: lesi bilateral dan difus, predominan gambaran
ground-glass. Efusi pleura 5%, limfadenopati 10%.
3. Dua minggu sejak onset gejala: masih predominan gambaran ground-glass,
namun mulai terdeteksi konsolidasi
4. Tiga minggu sejak onset gejala: predominan gambaran ground-glass dan pola
retikular. Dapat ditemukan bronkiektasis, penebalan pleura, efusi pleura, dan
limfadenopati.
Radiological Society of North America (RSNA) telah merilis pernyataan
konsensus yang didukung oleh Society of Thoracic Radiology dan American College
of Radiology (ACR) yang mengklasifikasikan tampakan CT COVID-19 menjadi
empat kategori : 12
1. Tampakan tipikal
- GGO perifer, bilateral, dengan atau tanpa konsolidasi atau garis-garis
intralobular yang visibel (pola "crazy-paving")
- GGO multifokal dengan morfologi bulat dengan atau tanpa
konsolidasi atau garis-garis intralobular yang visibel (pola "crazy-
paving")
- Reversed halo sign terbalik atau temuan lain dari pneumonia
2. Tampakan indeterminate
- Tidak adanya temuan tampakan CT tipikal, dan adanya;
Adanya GGO multifokal, difus, perihilar, atau unilateral dengan
atau tanpa konsolidasi yang tidak memiliki distribusi spesifik dan
tidak bulat (non-rounded) atau non-perifer
Beberapa GGO sangat kecil dengan tidak bulat (non-rounded) dan
distribusi non-perifer
17
3. Tampakan atipikal
- Tidak adanya tampakan tipikal atau indeterminate, dan adanya;
Konsolidasi lobar terisolasi atau segmental tanpa GGO
Nodul kecil terpisah (sentrilobular, tree-in-bud)
Kavitas paru
Penebalan septum interlobular halus dengan efusi pleura
4. Tampakan negatif untuk pneumonia: tidak ada gambaran CT yang
menunjukkan pneumonia, khususnya, tidak adanya GGO dan konsolidasi
18
Gambar 11. Reversed halo sign (panah hitam).17
19
Gambar 13. GGO pada segmen basal lateral dari lobus bawah paru kanan dan
dilatasi vaskular di dalam lesi. 14
Gambar 14. GGO multipel di lobus bawah paru kanan, distribusi pada area
subpleura dan perifer paru, pola crazy-paving, dan penebalan septum interlobular
(panah merah).14
20
Gambar 15. GGO multipel di beberapa lobus kedua paru, penebalan septum
interlobular, dan pola crazy paving (panah merah).14
Gambar 16. Konsolidasi pada lobus atas paru kiri, jaringan paru terkonsolidasi
sebagian, GGO di tepi, dan air bronchograms di dalam lesi (panah merah).14
21
Gambar 17. Extensive patchy exudates dan konsolidasi pada kedua paru, GGO halus
di tepi dan penebalan septum interlobular (panah merah).14
Gambar 18. GGO luas pada kedua paru, terdistribusi terutama sepanjang hilus,
penebalan septum interlobular, dan penebalan pleura interlobular (panah merah).14
22
3. Ultrasonografi (USG) Dada/Transtorakal
Pneumonia COVID-19, predileksinya adalah pada perifer paru, sehingga secara
prinsip bisa dinilai dengan USG transtorakal. Modalitas ini dapat mendeteksi
konsolidasi subpleura dan berbagai tampakan udara serta cairan pada jaringan paru.
Hasil gambaran dapat menunjukkan pleura yang menebal dan ireguler dan vertical
reverberation artifacts yang berasal dari pleura (disebut “B-lines”) dengan berbagai
pola, seperti fokal, multifokal, dan konfluen. Konsolidasi fokal atau multifokal bisa
juga didapatkan, terkadang dengan air bronchograms yang mobile. 11
Penelitian pada pasien di Tiongkok menunjukkan bahwa USG paru dapat
berguna dalam evaluasi pasien COVID-19 yang sakit kritis. Pola-pole berikut dapat
diamati, dan cenderung predominan secara bilateral dan posterobasal: 4,12
B-lines multipel
o Mulai dari fokal hingga difus dengan tidak mempengaruhi beberapa
area
o Menandakan septum interlobular subpleura yang menebal. Dapat pula
bermanifestasi sebagai light beam sign.
Garis pleura menebal yang ireguler dengan dikontinuitas yang tersebar
Konsolidasi subpleura
o Dapat dikaitkan dengan efusi pleura yang terpisah dan terlokalisasi
o Relatif avaskuler dengan pemeriksaan menggunakan color flow
Doppler
o Konsolidasi pneumonia biasanya dihubungkan dengan pemeliharaan
aliran atau hyperemia
Konsolidasi alveolar
o Tampakan mirip jaringan dengan air bronchograms yang dinamis dan
statis
o Terkait dengan penyakit yang berat dan progresif
Pemulihan aerasi selama pemulihan
23
o Munculnya kembali A-lines bilateral
24
Pada proyeksi ini dengan menggunakan kontras tampak pembesaran
atrium kiri yang mendorong esofagus 1/3 tengah ventrikel kiri di bagian
bawah belakang, tidak melewati vena cava inferior.
Proyeksi Oblik Kanan dan Kiri Depan
Posisi ini tidak begitu membantu untuk diagnosis gagal jantung.
Karena terjadi peningkatan volume darah, perubahan pada pembuluh darah
baik arteri dan vena menjadi lebih menonjol terutama arteri. Dengan ujung
pembuluh yang berdekatan dengan hilus menjadi lebih terlihat, dan pembuluh
distal memanjang keluar ke perifer paru. Hemosiderosis merupakan gambaran
radiologi dari gagal jantung, yang berarti pecahnya pembuluh darah. Karena
peningkatan dari volume darah, pembuluh darah kapiler akan dilatasi dan bisa
pecah atau hemorage. Akibatnya besi bebas akan terkumpul pada daerah
interstitial jaringan yang akan tampak sebagai bayangan nodul pada radiograf.
25
a. Pembesaran jantung
Tidak semua pasien gagal jantung ditemukan gambaran rontgen
kardiomegali. Namun kardiomegali sering ditemukan pada gagal jantung
kronis.
b. Penonjolan vaskular pada lobus atas
Hal ini terjadi akibat meningkatnya tekanan vena pulmonalis.
c. Efusi pleura
Terlihat sebagai penumpukan sudut kostofrenikus, namun dengan semakin
luasnya efusi, terdapat gambaran opak yang homogen di bagian basal
dengan tepi atas yang cekung.
d. Edema pulmonal interstisial
Pada awalnya, merupakan penonjolan pembuluh darah pada lobus atas dan
penyempitan pembuluh darah pada lobus bawah. Seiring meningkatnya
tekanan vena, terjadi edema interstisial dan cairan kemudian berkumpul di
daerah interlobular dengan garis septal di bagian perifer (garis Kerley ‘B’)
26
alveolus (bayangan alveolus) dengan kekaburan dan gambaran berkabut
pada regio perihilar; pada kasus yang berat, terjadi edema pulmonal di
seluruh kedua lapangan paru. Sepertiga bagian luar paru dapat terpisah,
edema sentral bilateral digambarkan sebagai ‘bat’s wing’ (sayap
kelelawar).
27
syndrome (C). Pemeriksaan follow-up pada hari ke 14 dengan CT Scan menunjukkan
adanya ground-glass opacities dengan crazy paving di kedua lobus atas (D) dan
konsolidasi yang signifikan di lobus bawah dominan di sisi kiri (E dan F). Total
severity Score (TTS) 19. 24
Kasus 2
Seorang laki-laki 63 tahun datang dengan demam sekitar 38°C, batuk, nyeri dada dan
sesak napas. Nasopharyngeal Swab (RT-PCR) menunjukkan hasil positif SARS-
CoV-2. Pasien tidak memiliki riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi
positif COVID-19 dalam keluarga ataupun riwayat perjalanan keluar daerah. Mobile
CXR juga memberikan hasil yang signifikan, terutama pola linear dan retikular peri-
hilar (A) serta menumpulnya sudut costophrenicus bilateral menunjukkan adanya
efusi pleura. Pemeriksaan Follow-up dengan CT-scan dilakukan selama 10 hari dan
memberikan gambaran ground-glass opacities dengan crazy paving pada lobus kiri
atas dan bawah. Total severity Score (TTS) 19. 24
28
Gambar 22. Mobile Radiografi Thorax (Hari 0) menunjukkan signifikan predominan
peri-hilar linear dan pola reticular (A). CT potongan coronal (Hari 10) memberikan
gambaran ground-glass opacities dengan crazy paving pada lobus kiri atas dan
bawah (B,C,D).
Kasus 3
Pasien wanita umur 52 tahun datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit umum di
Jakarta, Indoneisa. Dengan Riwayat demam 5 hari dan memberat di sore dan malam
hari, Riwayat diare sejak onset pertama dari penyakit. Pasien dengan batuk aktif,
Riwayat dispneu disangkal oleh pasien. Pasien tidakmemiliki kontak dengan orang
yang suspect atau terkonfirmasi COVID-19 selain istrinya yang memiliki gejala
batuk kering tanpa demam dan telah bekerja di rumah selama 2 minggu sebelum
onset dari penyakitnya. Pasien telah membatasi untuk tidak melakukan kontak dengan
orang lain, tapi dia tetap melakukan rutinitas untuk ke masjid dan beribadah. Pasien
meiliki Riwayat hipertensi grade 1 (JNC VIII), dan mengkonsumsi angiotensin
inhibitor sebagai kontrol. Dari pemeriksaan fisis ditemukan bradikardi relative,
demam 38.2 °C. lidah kotor dan tidak adanya ronkhi pada kedua lapang paru.
29
Saturasi oksigen dengan oxipulsmeter 97-99% pada suhu ruangan. Tubex TF rapid
Typhoid didapatkan +10 (Strong Positif). Hasil lab menunjukkan penurunan nilai dari
white blood cell, platelets, dan eosinophil, dan sedikit peningkatan pada D-Dimer,
dan peningkatan yang signifikan pada C-reaktive protein (CRP). X-Ray thorax
menunjukkan vague sign pada bilateral infiltrate pericard, suspect pneumonia. Hasil
CT scan memberikan gambaran yang signifikan. CT- Thorax non kontras
memberikan gambaran Ground Glass Opacities dan septal interlobular menebal
hampir diseluruh segmen kedua paru, suspect intertitial pneumonia. Tes RT-PCR
menggunakan sampel oropharyngeal dan nasopharyngeal swab memberikan hasil
positif SARS-CoV-2. 25
Gambar 23. CXR, vague sign bilateral peripheral Ground Glass opacity (A) ; Chest
CT (transverse), bilateral peripheral ground-glass opacity dengan penebalan
interlobular septal (B).
Kasus 4
30
fisik didapatkan suhu 101° F, saturasi oksigen 98%, dan general abdominal
tenderness. Pada laboratorium ditemukan peningkatan alanine aminotransferase
(ALT) dan aspartate aminotransferase (AST). CT scan abdomen- pelvis dengan
kontras intravena kemudian dilakukan untuk menilai patologi akut.
Temuan Radiologi
CT abdomen-pelvis menunjukkan non-dilatasi, usus halus dan usus besar berisi cairan
(A) dengan air fluid level dan hiperemia dan penebalan mukosa usus halus (B).
Temuan lainnya termasuk perlemakan hati (B,C) dan hiperemis dinding kantong
empedu (C). Tidak ada obstruksi usus, radang usus buntu, pankreatitis, divertikulitis,
asites, atau adenopati. Dasar paru pada CT memperlihatkan multifocal bilateral di
perifer dan ground- glass opacities (GGO) sub pleura (D). Foto thorax (E)
menunjukkan gambaran multifocal yang bilateral pada daerah tengah dan bawah
paru-paru, nodular predominant perifer dan opasitas koalesen. Dugaan diagnosis
pnemonia COVID-19 dengan enteritis dan hepatitis ditegakkan berdasarkan pada
riwayat terpapar dengan pasien COVID-19, temuan radiologis, dan analisis
laboratorium.26
Diagnosis
31
Gambar 24. Gambar CT transversal menunjukkan non-dilatasi usus kecil
berisi cairan (panah panjang) dan usus besar (panah pendek) dengan air fluid level.
Gambar 25. CT potongan sagital menunjukkan usus halus sedikit menebal dan
hiperemis (panah). Terlihat gambaran hati (L) dengan low difus atenuasi yang
konsisten dengan infiltrasi lemak.
32
Gambar 26. CT abdomen transversal memastikan perlemakan hati (L) dan
memperlihatkan hiperemia dinding kandung empedu (panah).
Kasus 5
Wanita 93 tahun datang ke unit gawat darurat dengan riwayat sulit bernapas selama
10 hari (Saturasi Oksigen 66%), Peningkatan CRT (71), White Blood Cell normal
(9500 μ/L).Hasil radiografi thorax menunjukkan gambaran interminate dengan
33
bagian tengan dan bawah paru mengalami opaksifikasi bilateral (A) . Progresi yang
cepat selama 7 hari pemantauan, dengan kedua paru memberikan gambaran ground
glass opacification (B) dan adanya acute respiratory distress syndrome (C).
Nasopharyngeal swab RT-PCR menunjukkan hasil positif SARS-CoV-2. 27
34
Gambar 27. Pneumothorax ec tuberkulosis paru duplex lama aktif
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37
15. Hu, L., & Wang, C. 2020. Radiological role in the detection , diagnosis and
monitoring for the coronavirus disease 2019 ( COVID-19 ). European Review
for Medical and Pharmacological Sciences, 2020(24), 4523–4528.
16. Pan, F., et al. 2020. Time Course of Lung Changes at Chest CT during
Recovery from Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Radiology 2020 Jun;
295(3):715-721
17. British Society of Thoracic Imaging. 2020. Thoracic Imaging in COVID-19
Infection. Guidance for the Reporting Radiologist, March, 28.
18. Radiology Assistant. 2020. COVID-19 Imaging Findings. [Internet] Available
from: https://radiologyassistant.nl/chest/covid-19/covid19-imaging-findings
19. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control
and Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.
20. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
2019-nCoV. PDPI: Jakarta; 2020.
21. Metlay JP, Waterer GW, Long AC, Anzueto A, Brozek J, Crothers K, et al.
Diagnosis and Treatment of Adults with Communityacquired Pneumonia: An
Official Clinical Practice Guideline of the American Thoracic Society and
Infectious Diseases Society of America. Am J Respir Crit Care Med.Vol: 200
Iss 7;2019. pp e45– e67.
22. Corr, Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.Jakarta : EGC. 2011.
23. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2009.
24. Zubovic SV., Izetbegovic S., Zukic F., et al.. A case series of chest imaging
manifestation of COVID-19. Radiography. 2020
25. Eric D.Tenda ., Et al.,. The Importance of Chest CT Scan in COVID-19: A
Case Series. January 2020
26. Hellinger JC, Sirous R, Hellinger RL, Krauthamer A, Abdominal Presentation
of COVID-19. Appl Radiol. 2020;49(3):24-26
27. N Woznitza., Et al. COVID-19: A case series to support radiographer
preliminary clinical evaluation, 2020
38