Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATOTHORAX
DI Ruang IGD RSUD GENTENG

Oleh:

Iqvina Aulia Rahma (2019.04.035)


Galuh Nurul Fajriah (2019.04.027)
Hilda Riva Fadhilla (2019.04.030)
Ulya Unzila Dina (2019.04.078)
Ismi Kamelia (2019.04.036)
Decky Wiratama Putra (2019.04.013)
Ayudia Arinda D.Q.H (2019.04.008)
Nida Fitria (2019.04.052)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

Program Studi Profesi Ners

2020
HALAMAN PENGESAHAN

HEMATOTHORAX

Di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Genteng

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners RSUD GENTENG

Oleh :

Kelompok 3

Telah di periksa dan di setujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Kelompok 3)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(...........................................) (...........................................)

Kepala Ruangan

(..........................................)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
) (Institute of Health Science)
BANYUWANGI
Jl. LetkolIstiqlah No. 109 Telp.(0333) 421610 / Fax. (0333) 425270
Website : http://stikesbanyuwangi.ac.id/

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN PENDAHULUAN

No Tanggal/Hari Revisi Tanda Tangan

1 27 April 2020 1. Menambahkan anfis


respirasi
2. Konsep skep keluhan dan
pola di hilngkan
3. Pemeriksaan fisik di
lengkapi
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMATOTHORAX

I. KONSEP PENYAKIT
A. Anfis Sistem Respirasi
1. Anatomi Saluran Respirasi
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian
atas dan saluran nafas bagian bawah.
Saluran nafas bagian atas terdiri dari:
rongga hidung, faring dan laring. Saluran
nafas bagias bawah terdiri dari trakea,
bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.

a. Saluran Nafas Bagian


Atas

1) Hidung
 Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama.
Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi
melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu
penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Hidung
terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
- Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
- Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
- Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat
yang dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang
berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis
media, dan konka nasalis superior.
2) Faring
 Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil
dan Tuba Eustachius).
- Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah
basis crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan II.
Nasofaring membuka bagian depan ke dalam cavum nasi dan
ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke
dalam didnding lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil
(tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada
dinding posteriosuperior nasofaring.
- Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat
pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi
dan pencernaan , makanan masuk dari mulut dan udara
masuk dari nasofaring dan paru.
- Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan)
Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak
tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.

3) Laring (tenggorok)

 Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara.


Pada bagian pangkal ditutup oleh sebuanh empang
tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-
tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan
dengan menutup laring.
 Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah
dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila,
dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
 Cartilago / tulang rawan pada laring
 Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan
bagian epiglottis yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.

b. Saluran Nafas Bagian Bawah

1) Trachea atau Batang tenggorok


 Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm
dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago
cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira
ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
 Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang
berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.
2) Bronchus
 Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel
yang sama.
 Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke
arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih
lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah.
 Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di
belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah.
 Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil
yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
 Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I
mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan.
Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah.
 Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
yaitu alveolus.
3) Paru-Paru

 Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri


atas gelembung-gelembung kecil ( alveoli ). Alveolus
yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari
bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki
kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus
alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus
atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-
kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan
mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
 Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru
kanan yang terdiri dari 3 lobus ( lobus pulmo dekstra
superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo dekstra
inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus
( lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).
 Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang
bernama segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu
5 buah segmen pada lobus superior dan lima lobus
inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada
lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-
tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus.
 Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke
tengah rongga dada / kavum mediastinum.. Pada bagian
tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung.
 Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama
pleura . Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral
( selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu
selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum/ hampa udara.
 Suplai Darah
Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi
dari ventrikel kanan jantung, memecah bersama dengan
setiap bronkus menjadi cabang-cabang untuk lobus,
segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir
dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap
alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke dalam vena yang
secara progresif makin besar, yang akhirnya membentuk
vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh
darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung.
Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai
jaringan paru dengan darah yang teoksigenasi.

B. Fisiologi Sistem Pernafasan

Respirasi dibagi menjadi 2 bagian , yaitu respirasi eksternal dimana


proses pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru ke dalam O2 masuk ke
dalam darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru darah. kemudian
dikeluarkan dari tubuh dan respirasi internal/respirasi sel dimana proses
pertukaran O2 & peristiwaCO2 di tingkat sel biokimiawi untuk
proses kehidupan.

 Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :


- Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara
atmosfir dan alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas
(inspirasi dan ekspirasi) sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan
karbondioksida) antara alveoli dan kapiler pulmonal serta ransport
O2 & CO2 melalui darah ke dan dari sel jaringan.
- Mekanik pernafasan
Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-
paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan
yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi (inhalasi) adalah
masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas.
Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan
berkontraksi dan kubah difragma turun ( posisi diafragma
datar ), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik
dinding dada agak keluar, sehingga volume paru-paru
membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan
lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar
akan masuk ke dalam paru-paru. Ekspirasi (exhalasi) adalah
keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas.
Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik
kembali ke posisi semula ( melengkung ) dan muskulus
intercotalis interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang
didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke
dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-
paru meningkat.

 Transportasi gas pernafasan


a. Ventilasi
Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli.
Selama ekspirasi sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru.
Udara yg masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu dan
kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan jenuh dengan
uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh.
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada
pertemuan udara dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di
membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis.
Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi.
Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi dari
pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah.
Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga
perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan
ketebalan dinding alveolus. Transportasi gas dalam darah O2
perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus
ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor
yg mempengaruhi dari paru ke jaringan , yaitu:
o Cardiac out put.
o Jumlah eritrosit.
o Exercise
o Hematokrot darah, akan meningkatkan vikositas darah
mengurangi transport O2 menurunkan CO.
c. Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal
dimana O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb)
/Oksihaemoglobin (98,5%) sedangkan dalam eritrosit
bergabung dengan Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm
plasma (1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai
bikarbonat, alam eritosit sebagai natrium bikarbonat, dalam
plasma sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung
dengan Hb dan protein plasma. C02 larut dalam plasma
sebesar 5 – 7 % , HbNHCO3 Carbamoni Hb (carbamate)
sebesar 15 – 20 % , Hb + CO2 HbC0 bikarbonat sebesar 60 –
80% .
 Pengukuran volume paru
Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut
volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :
o Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan
dihembuskan setiap kali bernafas.
o Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara
maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal.
o Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal
yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
o Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru
setelah ekhalasi maksimal.
 Kapasitas Paru
o Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi
maksimal.
o Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup
setelah ekspirasi normal.
o Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa
dalam paru-paru setelah ekspirasi normal.
o Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah
inspirasimaksimal.

2. Definisi Hemothorax
Hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari
pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur
dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi (Smeltzer & Bare, 2001).
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks,
sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada
tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi
resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasidarah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian
terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik
(Sjamsuhidayat, & Jong, 2004).
Jadi hemototaks adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding
dada dan paru-paru (rongga pleura).

3. Etiologi Hemothorax
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.Dapat juga
terjadi pada pasien yang memiliki:
 Sebuah cacat pembekuan darah
 Trauma tumpul dada
 Kematian jaringan paru-paru  (paru-paru infark )
 Kanker paru-paru atau pleura
 Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru
paru-paru )
 Penempatan dari kateter vena sentral
 Operasi jantung
 Tuberkulosis

4. Tanda dan gejala Hemothorax


 Denyut jantung yang cepat
 Kecemasan
 Kegelisahan
 Kelelahan
 Kulit yang dingin dan berkeringat
 Kulit yang pucat
 Rasa sakit di dada
 Sesak nafas

5. Patofisiologi Hematoraks
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-
paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura.
Benda tajam seperti pisau atau peluru menembus paru-paru.
mengakibatkan pecahnya membran serosa yang
melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini
memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi
toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan
Intra Alveoler, kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler
kecil , sehingga takanan perifer pembuluh darahparu naik,
aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda
klinis.
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah
didinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak
menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik
merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.Secara klinis
pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis,
tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti
dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung (Price, &
Wilson, 2005).

6. Pemeriksaan penunjang Hematoraks


 CT-Scan (dengan atau Sinar X dada : menyatakan akumulasi
udara / cairan pada area pleura, dapat   menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
 GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang
dipengeruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan
mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2
mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya
menurun.
 Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa
(hemothorak).
 Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

7. Komplikasi Hematoraks
 Kegagalan pernafasan
 Kematian
 Fibrosis atau parut dari membran pleura
 Syok

Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan


diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah
tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di
rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi
fungsi paru-paru, atau bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks).
8. Penatalaksanaan Hemotorax
Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya
darah yang hilang dan terjadinya kegagalan pernafasan. Kegagalan
pernapasan disebabkan adanya sejumlah besar darah dalam rongga
pleura menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang
melakukan ventilasi. Maka pengobatan hemothorax sebagai berikut
(Mansjoer, et all, 2000) :
 Pengosongan rongga pleura dari darah
 Menghentikan perdarahan
 Memperbaiki keadaan umum
 Dipasang “chest tube” dan dihubungkan dengan system WSD, hal
ini dapat mempercepat paru mengembang.
 Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti
maka dipertimbangkan untuk thorakotomi
 Pemberian oksigen 2 – 4 liter/menit, lamanya disesuaikan dengan
perubahan klinis, lebih baik lagi apabila dimonitor dengan analisa
gas darah. Usahakan sampai gas darah penderita normal kembali
 Pemberian tranfusi darah : dilihat dari adanya penurunan Hb.
Sebagai patokan dapat dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap
250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15 g %) dapat menaikkan
¾ g % Hb. Diberikan dengan tetesan normal kira-kira 20 –30
tetes / menit dan dijaga jangan sampai terjadi gangguan pada
fungsi jantung atau menimbulkan gangguan pada jantung.
 Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
o Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan
dan kultur
o Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan
penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum
antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x
sehari

9. Pathway Hemothorax
Trauma thorak
(Tumpul/Tembus)

Perlukaan thorak Perlukaan abdomen

Kerusakan Perdarahan cemas akan penyakitnya Pecahnya usus


Jaringan kurangya informasi
Ansietas
Iritasi ujung Perdarahan Terjadinya perdarahan
Saraf permeabilitas

Pelepasan Cairan ke Cairan vaskuler Hipovolemia


Mediator nyeri interstitinum

akumulasi Hb
Nyeri akut cairan di
Pleura Gangguan perfusi jaringan perifer

Metabolisme Pulmo distusisi


aerob Kolaps

Metabolisme O2
anaerob
Asam laktat + 2ATP Takipnea/dispneu

Kelemahan Ketidakefektifan pola nafas

Intoleransi aktivitas

(Prince & Wilson, 2005)

II. Konsep Askep


A. Pengkajian
1. Pemeriksaan primery dan secondary
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Terdapat obstruksi jalan nafas yang di sebabkan karena
adanya cairan pada paru-paru dan biasanya terdapat
suara nafas tambahan seperti gurgling
2) Breathing
pasien mengalami sesak nafas, gerakan dada asimetris,
irama nafas cepat tidak beraturan, pola nafas tidak
teratur, dan terdapat retraksi otot dada
3) Circulation
Pasien mengalami takikardi, Crt > 2 detik, mengalami
hipotensi, terdapat perdarahan pada thorax.
4) Disability
Pasien mengalami penurunan kesadaran,reflek cahaya
isokor.
b. Pengkajian Skunder
1) Exposure
Memeriksa keadaan tubuh pasien dengan caera
membuka pakaian pasien dan pada pasien hemathotorax
biasanya terdapat jejas pada bagian dada
2) Full Fital Sign
Memeriksa keadaan vital pasien, biasanya pada pasien
hemathotorax mengalami hipotensi, thakikardi dan
dipsnea
3) Give Comfort
Mengukur tingkat kesakitan pasien dan berikan metode
farmakologi dan nonfarmakologi. Pada pasien
hemathotorax di berikan posisi semi fowler dan
pemberian O2
4) History
Menanyakan langsung ke psein atau keluarga pasien
Untuk mendaapatkan informasi seputar kesehatan
sebelumnya
5) Inspect posterior survace
Memeriksa bagian belakang/punggung untuk
mengidentifikasi adanya cacat atau tidak selaras dan
untuk mengetahui ada tidaknya abrasi, laserasi dan
kelainan bentuk.
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala : pertumbuhan rambut merata merata, tidak terdapat
odem
b) Mata : mata simetris kanan dan kiri, sklera tidak ikterik,
konjungtiva pucat
c) Telinga : telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi,
tidak terdapat serumen
d) Hidung : hidung simetris, tidak terdapat polip, terpasang
nasal kanul 3 lpm
e) Mulut : mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi
f) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenja tiroid
g) Thorax
 Pemeriksaan Paru
Inspeksi

Terdapat jejas pada dada dan pasien merasa sulit untuk


bernafas (dipsnea) dan batuk-batuk, terdapat retraksi dada,
perkembanagan paru tidak simetris, gerakan dada tidak
simetris.

Palpasi

Vocal vremitus menurun, terdapat nyeri tekan pada dada

Perkusi

Suara redup

Auskultas

ronkhi

 Pemeriksaan Jantung
Inspeksi

Ictus cordis tidak terlihat pada ICS V midclavicula sinistra

Palpasi

Ictus cirdis terba di ics V midclavicula sinistra

Perkusi

Kanan atas ics 2 midclavicula dextra

Kanan atas ics 2 midclavicula sinistra

Kanan bawah ics 4 midclavicula dextra

Kiri bawah ics 5 midclavicula sinistra

Auskultasi

S1 terdengar reguler di ics 4 parasternal sinistra dan ics 5


midclavicula sinistra

S2 terdengar tunggal di ics 2 parasternal


 Payudara
Inspeksi

Payudara simetris, warna kulit sama dengan warna sekitar,


areola kehitaman, punting susu menonjol keluar

Palpasi

Tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan

 Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi

Warna kulit sama dengan sekitar, tidak terdapat lesi

Auskultasi

Bisisng usus 10x/ menit

Palpasi

Tidak terdapat benjolan, tidak terdapt nyeri tekan

Perkusi

Tympani

 Pelvis:
Inspeksi :warna kulit sama dengan sekitar, tidak terdapat lesi,
tidak terdapat pendarahan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

 Genetalia dan Anus


Tidak terdapat perdarahan pada genetalia dan anus, tidak
terdapat benjolan abnormal

 Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot


CRT > 2 detik

Turgor kulit < 2 detik

4 4

4 4
 Pemeriksaan Neurologi
GCS : 4,5,6

Kesadaran : compos mentis

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan/kesimpulan yang
diambil dan pengkajian tentang situasi kesehatan pasien yang dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan secara teoritis diagnosa
keperawatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan dengan
cara teoritis . Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien
penyakit hemathorax adalah:
1. Ketidakefektifan pola napasan berhubungan hambatan upaya
pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antar suplai dan kebutuhan oksigen
6. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi makanan

C.   INTERVENSI
Rencana keperawatan atau intervensi  adalah tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan.
1. Pola nafas tidakefektif berhubungan hambatan upaya pernafasan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
di harapkan pola nafas efektif
Kriteria Hasil
1) Dipsnea menurun
2) Penggunaan otot bantu nafas menurun
3) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4) Pernafasan cuping hidung menurun
5) Frekuensi nafas membaik
6) Tekanan ekspirsi membaik
6) Tekanan inspirasi membaik
Intervensi
O
a) monitor pola nafas ( frekuensi, kealaman, upaya nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan
c) Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
T
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
b) Posisiskan semi fowler atau fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f) Berikan O2
E
a) Anjurkan asupan cairan
b) Ajarkan tehnik batuk efektif
K
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme


jalan nafas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
di harapkann jalan nafas efektif
Kriteria hasil
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Mengi menuurn
4) Whezzing menurun
5) Dipsnea menurun
6) Ortopnea menurun
7) Gelisah menurun
8) Pola nafas membaik
Intervensi
O
1) Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, upaya nafas)
2) Monitor bunyi nafas tambahan ( mis whezzing, ronki,
gurgling)
3) Monitor sputum ( jumlah, warna, bau)
T
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Posisikan semi fowler atau fowler
3) Berikan minum hangat
4) Berikan fisioterapi dada
5) Berikan O2
E
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2) Ajarkan tehnik batuk efektif
K
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam di

harapkan nyeri berkurang


Kriteria Hasil

1) Keluhan nyeri berkurang

2) Meringis menurun

3) Gelisah menurun

4) Kesulitan tidur menurun

5) Anoreksia menurun

6) Nafsu makan membaik

Intervensi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan

intensitas nyeri

2) Identifikasi respon nyeri non verbal

3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

1) Berikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

3) Fasilitasi istriahat dan tidur

1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

1) Kolaborasi pemberian analgesik


DAFTAR PUSTAKA

Ganong, F. William. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22.


Jakarta: EGC

Mansjoer, A. et all (2000). Kapita selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 2.


Jakarta: Media Aesculapius
Price, SA & Wilson, LM. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Smeltzer,SC & Bare, BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC
Syaifuddin.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan,Ed
3. Jakarta: EGC.

Syaifuddin.2009.Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan


Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai