HEMATOTHORAX
DI Ruang IGD RSUD GENTENG
Oleh:
2020
HALAMAN PENGESAHAN
HEMATOTHORAX
Oleh :
Kelompok 3
Mahasiswa
(Kelompok 3)
(...........................................) (...........................................)
Kepala Ruangan
(..........................................)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
) (Institute of Health Science)
BANYUWANGI
Jl. LetkolIstiqlah No. 109 Telp.(0333) 421610 / Fax. (0333) 425270
Website : http://stikesbanyuwangi.ac.id/
I. KONSEP PENYAKIT
A. Anfis Sistem Respirasi
1. Anatomi Saluran Respirasi
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian
atas dan saluran nafas bagian bawah.
Saluran nafas bagian atas terdiri dari:
rongga hidung, faring dan laring. Saluran
nafas bagias bawah terdiri dari trakea,
bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
1) Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama.
Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi
melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu
penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Hidung
terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
- Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
- Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
- Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat
yang dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang
berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis
media, dan konka nasalis superior.
2) Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil
dan Tuba Eustachius).
- Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah
basis crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan II.
Nasofaring membuka bagian depan ke dalam cavum nasi dan
ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke
dalam didnding lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil
(tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada
dinding posteriosuperior nasofaring.
- Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat
pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi
dan pencernaan , makanan masuk dari mulut dan udara
masuk dari nasofaring dan paru.
- Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan)
Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak
tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.
3) Laring (tenggorok)
2. Definisi Hemothorax
Hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari
pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur
dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi (Smeltzer & Bare, 2001).
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks,
sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada
tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi
resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasidarah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian
terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik
(Sjamsuhidayat, & Jong, 2004).
Jadi hemototaks adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding
dada dan paru-paru (rongga pleura).
3. Etiologi Hemothorax
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.Dapat juga
terjadi pada pasien yang memiliki:
Sebuah cacat pembekuan darah
Trauma tumpul dada
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
Kanker paru-paru atau pleura
Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru
paru-paru )
Penempatan dari kateter vena sentral
Operasi jantung
Tuberkulosis
5. Patofisiologi Hematoraks
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-
paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura.
Benda tajam seperti pisau atau peluru menembus paru-paru.
mengakibatkan pecahnya membran serosa yang
melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini
memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi
toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan
Intra Alveoler, kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler
kecil , sehingga takanan perifer pembuluh darahparu naik,
aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda
klinis.
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah
didinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak
menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik
merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.Secara klinis
pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis,
tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti
dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung (Price, &
Wilson, 2005).
7. Komplikasi Hematoraks
Kegagalan pernafasan
Kematian
Fibrosis atau parut dari membran pleura
Syok
9. Pathway Hemothorax
Trauma thorak
(Tumpul/Tembus)
akumulasi Hb
Nyeri akut cairan di
Pleura Gangguan perfusi jaringan perifer
Metabolisme O2
anaerob
Asam laktat + 2ATP Takipnea/dispneu
Intoleransi aktivitas
Palpasi
Perkusi
Suara redup
Auskultas
ronkhi
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Tympani
Pelvis:
Inspeksi :warna kulit sama dengan sekitar, tidak terdapat lesi,
tidak terdapat pendarahan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
4 4
4 4
Pemeriksaan Neurologi
GCS : 4,5,6
C. INTERVENSI
Rencana keperawatan atau intervensi adalah tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan.
1. Pola nafas tidakefektif berhubungan hambatan upaya pernafasan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
di harapkan pola nafas efektif
Kriteria Hasil
1) Dipsnea menurun
2) Penggunaan otot bantu nafas menurun
3) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4) Pernafasan cuping hidung menurun
5) Frekuensi nafas membaik
6) Tekanan ekspirsi membaik
6) Tekanan inspirasi membaik
Intervensi
O
a) monitor pola nafas ( frekuensi, kealaman, upaya nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan
c) Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
T
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
b) Posisiskan semi fowler atau fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f) Berikan O2
E
a) Anjurkan asupan cairan
b) Ajarkan tehnik batuk efektif
K
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
5) Anoreksia menurun
Intervensi
intensitas nyeri