Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOFARMASI

“EKSKRESI & ELIMINASI OBAT MELALUI EMPEDU & USUS ”

DISUSUN OLEH :

ADI MUSWARMAN 15330001

FEBI MIRAJ PRIHAT TAQWA 17330013

RENDI RAMDANI 17330082

MUHAMMAD FAUZI RAHMAN 173300

AKHMAD FAHRI ZAINULQOIS 173300

MUHAMMAD ARDIANSYAH 173300

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senatiasa melimpahkan rahmat dan Hidayahnya,
sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan keridoan nya Makalah
dengan judul “Eksreksi & eliminasi obat melalui ” ini dapat terselesaikan

Penyusun menyadari betul sepenuhnya bhawa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini
tidak akan terwujud dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami berharap kritik dan saran demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Akhirnya kami berharap. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

Depok, 15 november 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................

2.1 Pengertian eksresi dan eliminasi ...................................................................….......3


2.2 Jalur eliminasi melalui ginjal.....................................................................................
2.3 Eksresi melalui empedu...........................................................................................

BAB II PENUTUP

3.1 Simpulan…………………………………………………………………….…...,.11

3.2 Saran…………………………………………………………………………….…11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...,12

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sebelum obat yang diberikan pada pasien tiba pada tujuannya didalam tubuh, yaitu tempat
kerjanya atau targetsite, obat harus mengalami banyak proses. Dalam garis besarnya, proses-
proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik dan fase
farmakodinamik

Efek obat tidak bergantung dari factor farmakologi saja, tetapi juga dari bentuk pemberian dan
terutama dari formulasinya, dimana factor formulasi yang dapat mengubah efek obat dalam
tubuh yaitu, bentuk fisis zat aktif, keadaan kimiawi, zat pembantu dan proses teknik yang
digunakan untuk membuat sediaan

Penyerapan dan difusi didalam tubuh memungkinkan zat aktif mencapai titik ikatan, secara
simultan hal ini berperan dalam proses eliminasi yang merupakan proses akhir nasib obat dalam
tubuh. Seperti apa fase penyerapan dan penyebaran, fase eliminasi berperan pada aktivitas
toksitifitas obat.

Aturan umum perlintasan membrane juga berlaku pada eliminasi, namun perlintasan eliminasi
terjadi dengan arah berbeda dengan arah penyerapan dan penyebaran, yaitu dari jaringan menuju
darah, kemudian dari darah menuju ke luar tubuh. Molekul-molekul obat dikeluarkan dari tubuh
tanpa atau setelah mengalami perubahan hayati.

Pada umumnya molekul-molekul yang lebih larut air lebih mudah dieliminasi, sebaliknya
senyawa larut lemak diubah menjadi bentuk yang kurang larut lemak. Metabolit yang larut lemak
ini lebih mudah dikeluarkan melalui ginjal yang merupakan proses penting dalam eliminasi obat,
tergantung jalur pengeluaran dan gradient konsentrasi. Proses eliminasi tergantung pada
penyebaran senyawa, yang di pengaruhi oleh cara pemberian dan fenomena penyerapan.
Misalnya bentuk bebas yang berdifusi, peran gradient konsentrasi serta ikatan pada protein
plasma. Adanya fiksasi pada tempat penimbunan ( jaringan lemak ) akan memperlambat
eliminasi obat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Ekskresi merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel
satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Organisme
multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks misalnya keringat dan urin.
Eliminasi juga merupakan proses pengeluaran zat / metabolit dengan tujuan menurunkan
kadar zat / metabolit dalam tubuh agar tidak menyebabkan akumulasi
Obat obat yang berada dalam tubuh akan di keluarkan melalui 3 jalan utama, yaitu ginjal,
paru-paru dan system empedu. Eksresi obat melalui paru hanya terjadi pada obat-obat yang
berupa gas atau cairan yang mudah menguap. Sebagian obat keluar dari tubuh melalui urine.
Beberapa obat dikeluarkan tubuh melalui usus. Hanya beberapa macam obat saja yang
dikeluarkan melalui hepar atau empedu dalam jumlah yang berarti, yaitu rimfampisin dan
kromoglikat. Sebagian obat juga disekresikan kedalam kelenjar sekresi, seperti air susu ibu
atau kelenjar keringat, tetapi secara kuantitatif tidak begitu bila dibandingkan dengan eksresi
obat melalui ginjal, kecuali obat-obat yang memengaruhi bayi yang sedang menyusui.

2.2 JALUR ELIMINASI MELALUI GINJAL

Ginjal merupakan organ eksresi yang penting. Eksresi merupakan resultante dari 3 proses antara
lain :
1. Filtrasi glomeruli
2. Sekresi dan reabsopsi oleh tubuli
3. Reabsorbsi / difusi
Peran yang diawali pada nefron yang merupakan kesatuan anatomi-fisiologi dari ginjal. Setiap
nefron ( 1 juta tiap ginjal ) merupakan tubulus yang panjang dengan epitel monoseluler, dan
terdiri dari dua bagian dengan fungsi yang berbeda yaitu bagian glomerulus dan bagian tubulus.
Bagian glomerulus terletak pada daerah perifer ginjal di dalam korteks ginjal. Glomerulus
tersebut tebentuk dari kapsul bowman dan tubuli nefron yang melekuk, terdiri dari jaringan
kapiler arterial.
Glomeruli ginjal merupakan keseluruhan kapsul bowman dan glomerulus vaskuler yang
membentuk badan malphigi yang dapat diliat dengan mata telanjang ( berkuran 200-300 mm ).
Bagian tubulus atau tubulus renalis, diawali dengan tubulus contortus proksimalis yang terletak
dalam korteks dan kemudian membentuk kapsul bowman. Selanjutnya adalah loop henle yang
mengikuti nefron, tertanam cukup dalam di medulla : ini didahului oleh tubulus kontortus distalis
yang terletak di dalam korteks. Tubulus distalis menyebar kedalam tubulus colengentes yang di
akhiri oleh pori unifer dalam kantong. Urin dikumpulkan melalui ureter dan dialirkan ke dalam
vesical urinaria.
Ginjal mempunyai perfusi yang sangat besar yaitu 20% dari debit jantung atau lebih kurang 1
liter darah yang lewat tiap menit didalam arteri renalis. Pada setiap nefron terdapat 2 anyaman
kapiler yaitu glomerulus yang terdiri atas pembuluh darah arteri serta darah arteri kapiler yang
dialirkan menuju jaringan tubuler arteria-renalis. Darah vena dialirkan melalui vena renalis , dan
selanjutnya kembali pada sirkulasi umum( menuju vena cava anterior).Pentingnya permukaan
kontak dan tepi yang tipis dari endotelium vaskuler dan epitel nefron memberikan peluang
pertukaran antara darah kapiler ginjal dan cairan tubuler. Semua nefron berperan pada proses
peniadaan obat , juga pada pembentukan air kemih. Mekanisme yang sama juga terjadi pada
filtrasi glomerulus dan penyerapan kembali serta sekresi tubuler.
Fitrasi glomerulus merupakan fenomena pasif yang erat hubungannya dengan parameter
kardiovaskuler , khususnya tentang debit jantung dan tekanan arteri. Semua pengurangan
aktivitas jantung akan mengurangi debit jantung dan debit ginjal sedangkan pengurangan
tekanan arteri akan menurunkan tekanan perfusi dalam arteri renalis akan menurunkan tekanan
perfusi dalam arteri renalis dan menurunkan jumlah filtrat dan akibatnya terjadi diuresis.Filtrasi
glomerulus sangat efektif karena jumlah dan besarnya pori-pori endothelium glomerulus .
Glomerulus dapat menyaring hingga 1/5 volume plasma yang melalui lumen kapsul , volume
dari ultrafiltrat glomerulus mencapai 120-130 ml tiap menit. Besarnya pori-pori dapat
menyebabkan lolosnya sejumlah partikel dalam plasma, kecuali molekul-molekul besar dengan
berat molekul diatas 68.000. jadi ultrafiltrat dari protein plasma komposisinya sama dengan
plasma, hal ini menunjukkan bahwa proses ultrafiltrasi glomerulus terjadi secara difusi. Hampir
pada semua obat, konsentrasi zat aktif yang terdapat dalam filtrat sama dengan konsentrasi dalam
plasma. Hal itu juga berarti bahwa berkaitan dengan ikatan plasmatik , hanya satu fraksi bebas
yang terdapat dalam ultrafiltrat dan seimbang dengan fraksi dalam plasma. Beberapa molekul
obat tidak dapat berdifusi melalui membran glomerulus, karena berat molekulnya yang besar
sehingga molekul-molekul tersebut tetap tinggal dalam lumen vaskuler dan digunakan untuk
ekspansi vaskuler ( misalnya dekstran, polivinil-pirolidon dan sebagainya ).
Laju ultrafiltrasi glomerulus (180 liter /24 jam) dan jumlah ultrafiltratnya berbeda secara
bermakna dibandingkan dengan urin (1,5 liter /24 jam), di satu sisi keduanya berbeda secara
bermakna dan di sisi lain perbedaan komposisinya berkaitan erat dengan aktivitas intensif
tubulus renalis, sesuai dengan fenomena penyerapan kembali dan pengeluaran. Dengan adanya
proses ini, konsentrasi molekul-molekul yang terdapat di dalam ultrafiltrat glomerulus sama
dengan konsentrasi dalam plasma, dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh dengan laju yang
berbeda.Jika molekul yang tersaring di sepanjang tubulus renalis tidak mengalami perubahan,
maka jumlah obat yang keluar dari tubuh dalam 1 menit dalam urin (= U x V) adalah sama
dengan jumlah obat yang melalui darah /menit dalam ultrafiltrat glomerulus (= P x F).

Keterangan:
U = konsentrasi dalam urin
V = volume urin /menit
P = konsentrasi dalm plasma
F = volume filtrat glomerulus
Klirens dari suatu molekul obat atau jumlah plasma yang terinci /menit sama dengan volume
ultrafiltrat glomerulus :
Klirens = U xP V

Bila klirens molekul di atas 120-130 m/menit, maka selama melalui tubulus, mekanisme
aktif sekresi telah membantu proses eliminasi. Sebaliknya, bila klirens lebih rendah dari volum
ultrafiltrat , maka fenomena reabsorpsi memperlambat eliminasi.
Dari perhitungan yang mengabaikan pengaruh-pengaruh luar, ternyata waktu paruh
biologik (waktu yang diperlukan agar konsentrasi zat aktif dalam darah menurun separuhnya)
adalah :
· 70 menit jika hanya terjadi proses filtrasi
· 7 menit jika terjadi sekresi melalui tubulus renalis
· 7 hari jika terjadi penyerapan kembali tubulus, dalam hal ini konsentrasi dalam urin tidak
melampaui konsentrasi plasma.Perhitungan ini menggambarkan secara nyata bahwa peran
eliminasi obat melalui ginjal berkaitan erat dengan aktivitas obat.
Fenomena penyerapan kembali tubulus berperan nyata dalam pembentukan urin :
pengurangan volum dari 180 liter filtrat menjadi 1,5 liter urin menunjukkan fenomena tersebut.
Pentingnya proses penyerapan kembali air (99%) menyangkut kepentingan reabsorpsi Natrium
yang sebagian terjadi karena pengaruh mekanisme hormonal (ADH). Pengurangan volum urin
yang terbentuk pada tubulus renalis yang menyebabkan adanya gradien konsentrasi yang
mendorong difusi obat dari cairan tubulus menuju plasma. Dengan demikian konsentrasi
intratubulus menjadi lebih besar dari konsentrasi plasma. Perlintasan membran ginjal terjadi
seperti halnya membran yang lain yaitu senyawa yang paling larut lemak dan fraksi tak
terionosasi dari asam/basa lemah yang lebih mudah diserap kembali.Derajat ionosasi merupakan
fungsi dari pH cairan sekitar dan pH plasma relatif tetap, sedangkan pH urin dapat bervariasi
walaupun dalam keadaan normal bersifat asam. Sebanarnya ginjal bukan hanya berperan untiuk
mengeluarkan sisa-sisa kotoran tetapi juga berpartisipasi mempertahankan homeostasis ;
sebagian melalui fungsinya dengan sekresi ion H+ pada tubulus distalis. Keragaman pH pada
lumen tubulus mempengaruhi keseimbangan antara bentuk yang terionkan dan yang tak
terionkan, sehingga penyerapan kembali elektrolit lemah mengalami perubahan.
Untuk asam lemah, penurunan pH mengurangi ionosasi molekul, sedangkan bentuk tidak
terionkan yang larut lemak konsentrasinya di dalam saluran cerna lebih besar dari konsentrasi
dalam plasma. Hal ini menguntungkan proses penyerapan kembali. Pada keadaan fisiologis
normal, asam asetil salisilat mudah diserap kembali pada tubulus renalis. Maka, alkalinisasi air
kemih melalui perfusi Natrium bikarbonat merupakan cara yang sering dilakukan pada overdosis
obat untuk pengeluaran senyawa-senyawa seperti asam asetil salisilat atau barbiturat. Sebaliknya
juga berlaku untuk basa lemah eliminasinya dipengaruhi oleh keasaman urin.Sifat-sifat fisiko-
kimia dari molekul zat aktif dan pH larutan menentukan terjadinya penyerapan kembali. Namun
perlu juga diperhatiakan bahwa adanya ikatan plasmatik dan gradien difusi hanya tergantung
pada bentuk yang tidak terikat.
pH = pKa + log konsentrasi bentuk terionkan (I)
konsenterasi bentuk tak terion (NI)

                
Sekresi tubuler merupakan suatu mekanisme aktif yang ikut berperan dalam pengeluaran
senyawa asing dari tubuh bersama urin. Sekresi tubuler akan membantu pengeluaran obat-obat
tertentu secara cepat. Ada 2 sistem transport pada tubulus contortus priximal, sebagian untuk
asam-asam organik : penisilin, metabolit glukoronat atau sulfat, yang lain untuk basa-basa
organik : kinina, amonium kuarterner dan sebagainya.
            Kedua sistem tersebut merupakan kriteria transpor aktif transmembran. Tidak ada tipe
transpor yang spesifik untuk suatu molekul, adnya persainagn untuk transporer yang sama dapat
terjadi antara beberapa molekul. Contoh klasik adalah penisilin dan
probenesid.Penisilin merupakan senyawa yang larut air dan mencapai tubulus proximal untuk
disekresi (harga klirens penisilina lebih besar dari penyaringan glomerulus yaitu 500 ml/menit);
laju eliminasi tidak begitu penting karena obat tersebut mempunyai batas efek terapetik dan
mengharuskan penderita disuntik ulang. Untuk memperpanjang efek terapetik maka penisilin
diberikan bersama dengan probenesid. Sistem eliminasi probenesid sama dengan sistem
eliminasi penisilin, dengan adanya persaingan pada transporter yang sama, maka probenesid
akan memperlambat eliminasi penisilin karena ionisasi probenesid yang kuat akan mencegah
penyerapan kembali penisilin.Asam para-aminohipurat merupakan tipe yang sama dengan
senyawa yang dikeluarkan oleh ginjal. Pengeluarannya relatif terjadi sejak awal pengaliran darah
dalam ginjal dan hal itu menguntungkan untuk penentuan aliran darah glomerulus.

Eksresi melalui ginjal akan berkurang jika terdapat gangguan fungsi ginjal lain halnya dengan
pengurangan fungsi hati yang tidak dapat dihitung. Pengaturan fungsi ginjal dapat dihitung
berdasarkan pengurangan klirenskreatinin. Dengan demikian pengurangan dosis obat pada
gangguan fungsi ginjal dapat di hitung

2.3 EKSRESI MELALUI EMPEDU : pengaliran darah hati menuju canaliculi biliaris serta zat
aktif dan metabolitnya yang terbentuk di dalam hati mengikuti hukum umum perlintasan
membran. Difusi pasif molekul-molekul tergantung pada ukurannya, sifat fisiko-kimia serta
perbedaan konsentrasi. Mekanisme transpor aktif berperan penting pada eliminasi obat
khususnya pada metabolit yang lebih polar dibandingkan senyawa induknya seperti trurunan
glokoronat. Seperti pada ginjal, pada empedu juga terdapat 2 sistem transpor aktif
transmembran. Mekanisme transpor aktif ini penting untuk beberapa molekul antibiotika
terutama tetrasiklin.hal ini karena obat dapat menembus saluran empedu sampai konsentrasi
yang cukup untuk pengobatan infeksi.

Dengan adanya cairan empedu di dalam duodenum maka zat aktif dan metabolitnya dapat
dikeluarkan melalui pembentukan garam, atau zat aktif diserap kembali di usus, jika sifat-
sifat fisiko-kimianya dapat melewati sawar usus dan masuk kembali dalm sirkulasi (siklus
entero-hepatik). Fenomena ini menyebabkan obat lebih lama berada di dalam tubuh dan
pengeluaran secara definitif baru terjadi melalui ginjal.
Senyawa yang di eksresi adalah
1. Senyawa BM > 500
2. Senyawa dengan gugus polar yang kuat
3. Metabolit ( konjugat glukoronida )
Eksresi melalui difusi ataupun transport aktif ada 3 sistem transpot : untuk asam organik,
basa organik, zat netral
Contoh obat yang di eksresikan ke empedu adalah: 1. Glikosida digitalis, kolesterol steroid,
indometasin, penisilin, eritromisin, rimfampisin.

Anda mungkin juga menyukai