OLEH
KELOMPOK 3:
2. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian demam?
2. Bagaimana Mekanisme demam?
3. Bagaimana Penanganan pada demam pada anak?
4. Bagaimana Tatalaksana demam?
5. Bagaimana Cara Pemberian Terapi Oksigen?
3. Tujuan Penulisan
3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui keterampilan dasar
praktik klinik pemberian oksigen melalui nasal kanul pada Bayi Ny. N dengan
hiperpireksia di Ruang IGD RSUD Padang Pariaman.
2.1 Demam
Demam adalah keadaan dimana temperatur rektal >38 0C. Menurut American
Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur kurang dari 3
tahun sampai 38 0C, suhu normal oral sampai 37,5 0C. Pada anak berumur lebih dari 3
tahun suhu oral normal sampai 37,2 ˚C , suhu rektal normal sampai 37,8 0C.
Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatric Nurse) disebut demam
bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38 0C. Pada anak umur
lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 0C.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui
sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal macrophage
inflammatory protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja secara langsung
terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin,
demam melalui aktivitas MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik.
Diagnosis banding
Terdapat empat kategori utama bagi anak demam:
1. Demam karena infeksi tanpa tanda lokal
2. Demam karena infeksi disertai tanda lokal
3. Demam disertai ruam
4. Demam lebih dari tujuh hari
Beberapa penyebab demam hanya ditemukan di beberapa daerah endemis (misalnya
malaria)
Nasal prongs. Nasal prongs adalah pipa pendek yang dimasukkan ke dalam
cuping hidung. Letakkan nasal prongs tepat ke dalam cuping hidung dan
rekatkan dengan plester di kedua pipi dekat hidung. Jaga agar cuping hidung
anak bersih dari kotoran hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen.
Pasang aliran oksigen sebanyak 1–2 liter/menit (0.5 liter/menit pada bayi
muda) untuk memberikan kadar-oksigen-inspirasi 30–35%. Tidak perlu
pelembapan.
Kateter Nasal. Kateter berukuran 6 atau 8 FG yang dimasukkan ke dalam
lubang hidung hingga melewati bagian belakang rongga hidung. Tempatkan
kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung hingga ke bagian tepi dalam dari
alis anak. Pasang aliran oksigen 1–2 liter/ menit. Tidak perlu pelembapan.
Kateter Nasofaring. Kateter dengan ukuran 6 atau 8 FG dimasukkan ke dalam
faring tepat di bawah uvula. Letakkan kateter pada jarak dari sisi cuping
hidung hingga ke arah telinga (lihat gambar B). Jika alat ini diletakkan terlalu
ke bawah, anak dapat tersedak, muntah dan kadang-kadang dapat timbul
distensi lambung. Beri aliran sebanyak 1–2 liter/menit, yang memberikan
kadar-oksigeninspirasi 45-60%. Perlu diperhatikan kecepatan aliran tidak
berlebih karena dapat menimbulkan risiko distensi lambung. Perlu dilakukan
pelembapan.
Pemantauan
Latih perawat untuk memasang dan mengeratkan nasal prongs atau kateter
dengan tepat. Periksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan semestinya
dan lepaskan serta bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari. Pantau
anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
terjadi, meliputi:
Nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry
Kateter nasal atau prongs yang bergeser
Kebocoran sistem aliran oksigen
Kecepatan aliran oksigen tidak tepat\
Jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan hidung dengan
ujung kain yang lembap atau sedot perlahan).
Distensi lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika diperlukan).
Pulse oxymetry
Merupakan suatu alat untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah secara
non-invasif. Alat ini memancarkan cahaya ke jaringan seperti jari, jempol kaki, atau
pada anak kecil, seluruh bagian tangan atau kaki. Saturasi oksigen diukur pada
pembuluh arteri kecil, oleh sebab itu disebut arterial oxygen saturation (SaO2). Ada
yang dapat digunakan berulang kali hingga beberapa bulan, adapula yang hanya sekali
pakai. Nilai saturasi oksigen yang normal pada permukaan laut pada anak adalah 95–
100%; pada anak dengan pneumonia berat, yang ambilan oksigennya terhambat, nilai
ini menurun. Oksigen biasanya diberikan dengan saturasi < 90% (diukur dalam udara
ruangan). Batas yang berbeda dapat digunakan pada ketinggian permukaan laut yang
berbeda, atau jika oksigen menipis. Reaksi yang timbul dari pemberian oksigen dapat
diukur dengan menggunakan pulse oxymeter, karena SaO2 akan meningkat jika anak
menderita penyakit paru (pada PJB sianotik nilai SaO2 tidak berubah walau oksigen
diberikan). Aliran oksigen dapat diatur dengan pulse oxymetry untuk mendapatkan
nilai SaO2 > 90% yang stabil, tanpa banyak membuang oksigen.
NO MR : 065719
Tanggal : 21/2/2019
Pukul : 19.10
SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum :
KU Bayi : Lemah
2. Pemeriksaan TTV
Denyut nadi : 105 kali per menit
Suhu : 40,4 0C
Pernafasan : 40 kali per menit
3. Pemeriksaan antropometri
Berat Badan : 7500 gr
Panjang Badan : 73 cm
4. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi auskultasi perkusi dll
Mata : Simetris, warna bola mata hitam, tidak ada perdarahan sub
konjungtiva dan sclera tidak kuning
Hidung : Simetris, terdapat dua lubang hidung yang dibatasi oleh sekat
hidung. Tidak terdapat kelainan.
Telinga : Simetris, lubang telinga ada dan daun telinga terbentuk
sempurna
Mulut : bibir pucat, tidak ada kelainan.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyriod dan kelenjer limfe
Dada :
Bentuk dada : simetris
Gerakan dada : simetris
Suara napas : stridor +
Bunyi jantung : teratur
Tangan :
Gerakan : aktif
Jumlah jari : 10
Kelainan : tidak ada
Abdomen :
Bentuk perut : normal
Bising usus : ada
Kaki :
Gerakan : aktif
Jumlah jari : 10
Kelainan : tidak ada
Punggung :
Bentuk punggung : normal
Gangguan lainnya : tidak ada
Anus :
Bentuk anus : normal
Kulit :
Warna kulit : pucat
Oedema : tidak ada
ASSESMENT
o Diagnosa : By.Ny.N usia 7 bulan dengan hyperphyrexia
o Masalah : Sesak nafas dan batuk
o Kebutuhan :
1. Beritahu hasil pemeriksaan pada orangtua bayi
2. Berikan oksigenasi
3. Gantikan pakaian tebal bayi dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
4. Berikan kompres hangat
5. Berikan obat antipiretik
6. Pasang infus
7. Pantau suhu tubuh bayi
8. Anjurkan untuk rawat inap
PLANNING
1. Beritahu hasil pemeriksaan pada orangtua bayi
2. Berikan oksigenasi
3. Gantikan pakaian tebal bayi dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
4. Berikan kompres hangat
5. Berikan obat antipiretik
6. Pasang infus
7. Pantau suhu tubuh bayi
8. Anjurkan untuk rawat inap
Dalam kasus ini, pasien (bayi) mengalami hyperphyrexia disertai batuk dan
sesak nafas. Terapi yang diberikan berupa obat antipiretik dan terapi oksigen. Pada
saat ibu datang membawa bayi ke IGD, langsung dilakukan pengkajian dan ibu
mengatakan kalau bayinya sudah demam sejak 2 hari yang lalu dan suhu meningkat
pada hari ini hingga 400C disertai batuk ringan. Kemudian dilakukan pemeriksaan
kepada bayi dengan hasil keadaan umum bayi lemah, berkeringat, suhu tubuh bayi
40,4 0C dan bayi terlihat sesak nafas. Tatalaksana awal yang dilakukan kepada bayi
tersebut adalah dengan pemasangan oksigen melalui nasal kanul sebanyak 2L. Tujuan
diberikannya oksigen yaitu mencegah terjadinya hipoksemia, karena bayi dengan
hyperhyrexia dapat mengalami hipoksemia atau kekurangan oksigen dalam darah.
Setelah pasien diberikan terapi oksigen,sesak nafas pasien mulai berkurang.
Uyun, H.F., R. Inriawati. 2013. Pengaruh Lama Hipoksia terhadap Angka Eritrosit
dan Kadar Hemoglobin Rattus Norvegicus. Jurnal Mutiara Medika Vol. 13 No.
1 Hal: 49-54