Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayananan
kesehatan. Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai
media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama, dunia
kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien.
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian
tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah
sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit.
KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang
tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain
sebagainya. Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi
areaarea pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut,
misalnya untuk menunjukkan: 1. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke
waktu; 2. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau
terapi sebagaimana yang diharapkan; 3. tingginya variasi antar rumah sakit dan
antarpemberi pelayanan; 4. ketidaksepadanan antarunit pelayanan kesehatan
(misalnya, pemerintah dengan swasta atau urban dengan rural).
Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering
tejadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke,
cedera tulang belakang atau penyakit degeneratif. Adanya dekubitus yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi
panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu perawat perlu
memahami secara komprehensif tentang dekubitus agar dapat memberikan
pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien yang berisiko.
Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus.
Pasien dikatagorikan berisiko jatuh pasien apabila mempunyai satu atau lebih
faktor berisiko jatuh pada saat pengkajian:
a. tingkat pencahayaan;
b. permukaan lantai;
c. furnitur;
e. call bell;
g. lama dirawat.
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial (inos) adalah Infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu tempat orang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi
dan perawatan untuk agar mendapat kesembuhan. Akan tetapi, rumah sakit dapat juga
merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun
dari pengunjung yang berstatus pembawa (carier). Kuman penyakit ini dapat hidup
dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan
benda-benda medis maupun nonmedis. Mulai tahun 2001, Depkes RI telah
memasukkan pengendalian infeksi nosokomial sebagai salah satu tolak ukur
akreditasi rumah sakit. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit di 14 negara di
seluruh dunia juga menunjukkan bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi
selama menjalani perawatan di rumah sakit. Sementara di negara berkembang,
diperkirakan lebih dari 40% pasien di rumah sakit terserang infeksi nosokomial.
Berbagai tindakan pelayanan medis dapat berisiko kepada terjadinya infeksi
nosokomial, misalnya suntikan/pengambilan darah, tindakan bedah dan kedokteran
gigi, persalinan, pembersihan cairan tubuh, dan lain-lain. Salah satu upaya
pengendalian infeksi di rumah sakit dilakukan universal precaution yang telah
dikembangkan sejak tahun 1980. Universal precaution merupakan upaya pencegahan
infeksi yang mengalami perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan dan pasien (Depkes,
2011). Unsur universal precation meliputi cuci tangan, alat pelindung yang sesuai,
pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum suntik,
bekas botol ampul, dan sebagainya), dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi dan
pengelolaan limbah. Penerapan universal precaution merupakan bagian pengendalian
infeksi yang tidak terlepas dari peran masing–masing pihak yang terlibat di dalamnya
yaitu pimpinan rumah sakit beserta staf administrasi, staf medis dan nonmedis, serta
para pengguna jasa rumah sakit, misalnya pasien dan pengunjung pasien. Pimpinan
rumah sakit berkewajiban menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan umum
dengan membuat standar operasional prosedur pada setiap tindakan, memantau dan
mengontrol pengendalian infeksi nosokomial melalui pembentukan tim pengendalian
infeksi rumah sakit, dan lain-lain. Pimpinan juga bertanggung jawab atas perencanaan
anggaran dan ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan universal
precaution. Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan atau keselamatan dirinya dan
orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan
rumah sakit. Tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam menggunakan sarana yang
disediakan dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap dipakai
dan dapat dipakai selama mungkin (Kemenkes, 2011). Perawat adalah tenaga
profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari baris terdepan pelayanan
rumah sakit. Oleh karena perawat merupakan petugas kesehatan yang kontak paling
lama dengan pasien bahkan sampai 24 jam penuh, maka perawat ikut mengambil
peran yang cukup besar dalam memberikan kontribusi kejadian infeksi nosokomial.
Tenaga keperawatan juga ikut berperan aktif dalam pengendalian infeksi nosokomial.
KEPUASAN
Pengukuran dan Analisis Kepuasan Survei kepuasan harus
mempertimbangkan aspek apa saja yang dinilai pasien. Ada empat aspek yang
harus diukur, yaitu atribut jasa layanan kesehatan (kompetensi klinis, empati,
kesediaan menjawab keluhan, responsif, keselamatan, perawatan (caring),
komunikasi, dan lain-lain).
KECEMASAN
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh
pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa
terencana begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai
pasien dan keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit
yang diderita pasien. Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman
subjektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk
diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat
perubahan tingkah laku pasien. Cemas adalah emosi tanpa objek yang
spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh pengalaman baru.
Takut mempunyai sumber yang jelas dan objeknya dapat didefinisikan. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan
cemas merupakan respons emosi terhadap penilaian tersebut. Kecemasan
adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam
keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, fobia
tertentu. Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan
kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan
pertahanan, perasaan terisolasi.