Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“Kelainan Sistem Reproduksi ”

“Infeksi Maternal”

Dosen pembimbing :
Ns. Nadia Rahmawati M.Kep

Disusun oleh :
HAIRUL RIJAL (821181004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Bidang Studi : Keperawatan


Topik : Infeksi Maternal
Sasaran : Warga Kota Pontianak JL. Budi Utomo RT 03 s/d RT 02
Tempat : Rumah RT 03
Hari/tanggal : Minggu, 16 Juni 2020
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB

A. LATAR BELAKANG

Menurut definisi WHO (World Health Organization) "Kematian maternal


adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan ". Sebab-sebab ini dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab lain seperti
penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (associated causes). Angka kematian
maternal (Maternal Mortality Rate) ialah jumlah kematian maternal
diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa
negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup (Sarwono, 2009; h. 7).
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih cukup penting, pada tahun 2012
mencapai 228 kasus per 100.00 kelahiran hidup, yang mana masih dibawah
pencapaian target tahun 2014 yaitu 118 kasus per 100.00 kelahiran hidup
(Pratitis dkk, 2013; h. 33).Di Jawa Tengah, pada tahun 2012 Angka Kematian
Ibu (AKI) adalah sekitar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup. Sekitar 57,93%
kematian maternal terjadi pada waktu nifas, sekitar 24,74% pada waktu hamil
dan sekitar 17,33% pada waktu persalinan. Berdasarkan kelompok umur,
kematian maternal terbanyak terjadi pada kelompok usia produktif (20-34 tahun)
sekitar 66,96% kemudian pada kelompok umur >35 tahun sekitar 26,67% dan
pada kelompok umur <20 tahun sekitar 6,37% (Colti dkk, 2012; h. 353).

2
Penyebab kematian maternal di Kabupaten Banyumas tahun 2011 adalah
preeklamsi berat/eklamsi (38,09%), perdarahan (28,57%) dan lain-lain (33,34%)
yaitu penyakit penyerta yang sering tidak terdeteksi secara dini saat kehamilan
(Anasari, 2012; hal. 2).
Kehamilan adalah masa terpenting dalam kehidupan seorang wanita. Maka
dari hasil yang sudah kita ketahui diatas maka asuhan kehamilan sangat
diperlukan. Para ibu akan menjaga kehamilanya dengan baik, hampir semua ibu
akan melakukan Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu usaha untuk
menjaga kehamilanya. ANC dapat digunakan sebagai screening awal terhadap
kondisi bayi yang akan lahir (Rotua, 2010; h. 1). Penyebab kematian terjadi
pada saat persalinan adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan departemen kesehatan untuk
mempercepat angka kematian ibu adalah mengupayakan agar setiap persalinan
ditolong atau minimal di damping oleh bidan dan pelayanan obstetric sedekat
mungkin kepada semua ibu hamil (Wattimena, 2008; h. 15).
Upaya pemberian pelayanan kesehatan dan pencegahan kematian bayi
baru lahir di Indonesia, menurut Kementrian Kesehatan RI melalui Direktorat
Bina Kesehatan Anak telah dilaksanakan beberapa program mulai saat bayi
lahir hingga bayi usia 28 hari. Upaya yang dilakukan selama ini pendekatan
masih cenderung pada tingkat petugas kesehatan dan sebagian kecil di tingkat
keluarga, padahal teridentifikasi sekitar 98% kematian neonatal terjadi di negara
berkembang (termasuk Indonesia) yang mana 60% diantaranya lahir dirumah
tanpa bantuan perawatan tenaga kesehatan terampil. Asuhan pada bayi baru
lahir yang dimaksud adalah meliputi Inisiasi menyusui dini dan pemberian asi,
menjaga bayi tetap hangat serta tunda mandi minimal 6 jam setelah kelahiran,
perawatan tali pusat serta pencegahan infeksi, serta pengenalan tanda bahaya
pada bayi baru lahir (Suriah, 2013; h. 37).
Masa pascapersalinan merupakan fase khusus dalam kehidupan ibu dan
bayi. Perdarahan pada pascapersalinan merupakan penyebab utama dari
150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena
perdarahan pasca persalinanterjadi dalam waktu 4 jam setelah pascapersalinan.

3
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama (Prawirohardjo, 2010; h. 122).
B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu warga Desa Sui
Rengas RT 01 s/d RT 04 mengetahui dan mengerti tentang Infeksi Maternal.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Menjelaskan pengertian Infeksi Nifas
b. Penyebab Infeksi Nifas
c. Patofisiologi Infeksi Nifas
d. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
e. Pencegahan Infeksi Nifas
f. Pengobatan Infeksi Nifas
C. MATERI
(Terlampir)
D. Pelaksanaan
1. Topik
infeksi Nifas
2. Sasaran atau Target
a. Sasaran : Kota Pontianak JL. Pontianak. RT 03 s/d RT 02
b. Target : Kota Pontianak JL. Pontianak. RT 03 s/d RT 02
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Games atau Kuis
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Laptop
5. Waktu dan Tempat

4
Hari : Minggu, 16 juni 2020
Jam : 08.00-10.00 Wib
Tempat : Rumah RT 03
6. Pengorganisasi
I. Mentor :
II. Pemateri :
III. Dokumentasi :
IV. Audies : 1.
2.
3.
7. Setting tempat

C B

A
Keterangan D:
E
A : menitor
B : Pemetari
C : Media
D : Peserta
E ; Pemateri

8. Uraian Tugas
I. Menitor
 Mengawasi proses pelaksaan kegiatan dari awal sampai akhir.
 Membuat laporan penyuluhan yang dilakukan
 Menilai proses pelaksanaan kegiatan
II. Pemateri
a. Pada acara pembukaan
 Membuka acara
 Memperkenalkan diri

5
 Menjelasakan topik dan tujuan penyuluhan
 Menjelaskan kontrak waktu
b. Kegiatan inti
 Meminta peserta memberikan pernyataan pengetahuan yang
mereka pahami mengenaii infertelitas .
 Menjelaskan materi infertelitas kepada peserta.
 Meminta peserta bertnya atas materi yang belu dipahami kepada
pemateri.
 Mengevaluasi peserta dengan cara memberi pertanyaan.
c. Pada acar penutup
 Menyimpulkan dan menutupkan diskusi
 Mengucapakn salam
 Foto bersama
III. Media
Memafisilitasi proses penyuluhan dengan alat bantu leafleat.
IV. Peserta
 Sebagai peserta dan target sasaran dalam kegiatan penyuluhan.
 Mendengarkan dan menyampaikan materi yang telah di dapat dari
penyuluhan kepada orang lain
 Menerapakan aktivitas fisik secara benar ddan rutin setelah penyuluhan.
V. Dokomentasi
 Mengambil gambar dan video pada saat proses penyuluhan.

E. Kegiatan Pemyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audies/Sasaran Waktu
1 Pembahasan
 Moderator memberi salam (1  Menjawab salam
Menit)  Mendengarkan dan
 Moderator memperkenalkan memperhatikan
anggota penyuluh (2 Menit)  Mendengarkan dan
15 menit

6
 Moderator menjelaskan tentang memperhatikan
topik penyuluhan (1 Menit)  Mendengarkan dan
 Menjelaskan membuat kontrak memperhatikan
waktu dan tujuan pertemuan (1  Menyampaikan masalah
Menit) yang dirasakan saat ini
 Menanyakan masalah yang (jika ada)
dirasakan saat ini (5 Menit)  Mendengarkan dan
 Mendiskusikan masalah memperhatikan
2 Pelaksanaan
 Mengkaji pengetahuan audiens  Menyampaikan
tentang Infertelitas , melalui media pendapat sesuai
pretest dengan cara tanya jawab (2 pengetahuan
menit)
 Pemateri Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
materi infertilitas menggunakan memperhatikan
media Leaflet (13 menit)
 Memberi kesempatan audiens
untuk bertanya (2 menit)
 Menjawab pertanyaan (4 menit)

3  Meminta audiens mengulang  Memberi rangkuman


beberapa informasi yang telah mengenai informasi
diberikan (5 menit) yang telah diberikaan
10 menit

F. Evaluasi
Metode Evaluasi              : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan               : Lisan (Langsung)
Jumlah Soal                      : 2 soal
a. Menjelaskan pengertian Infeksi Nifas
b. Penyebab Infeksi Nifas

7
c. Patofisiologi Infeksi Nifas
d. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
e. Pencegahan Infeksi Nifas
f. Pengobatan Infeksi Nifas

MATERI INFEKSI NIFAS


A. Pengertian Infeksi Nifas
Infeksi merupakan penyebab salah satu angka kematian ibu (AKI) sehingga sangat tepat jika
para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi.Angka kematian ibu (AKI) adalah
banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut WHO, pada tahun 2005 tercatat lebih dari 585.000 terjadi kematian ibu saat hamil
atau bersalin. Sebanyak 11% kematian ibu disebabkan karena infeksi, dimana 25-55 % dari
kasus infeksi ini disebabkan karena infeksi perlukaan pada jalan lahir (Depkes dalam Abidah,
2012).
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
kedalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas (Sulistyawati, 2009). Factor penyebab
terjadinya infeksi nifas bisa berasal dari perlukaan pada jalan lahir yang merupakan media
yang baik untuk berkembangnya kuman. Hal ini diakibatkanoleh daya tahan tubuh ibu yang
rendah setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga
(BKKBN dalam Abidah, 2012).
Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau rupture perineum, jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang
terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus (Sulistyawati, 2009).

8
Penyebab Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun
kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam
organ kandungan terbagi menjadi:

Ektogen (kuman datang dari luar)


Autogen (kuman dari tempat lain)
Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

Streptococcus Haemolyticus Aerobic


Staphylococcus Aerus
Escheria Coli
Clostridium Welchii

Patofisiologi Infeksi Nifas

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm, permukaan
tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman
dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.

Tanda dan Gejala Infeksi Nifas

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi,
warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:

1. Infeksi lokal
2. Infeksi umum

9
Infeksi lokal

Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas
terbatas, suhu badan meningkat.

Infeksi umum

Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan
meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri,
lokia berbau, bernanah dan kotor.

Pencegahan Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya
berbeda.

Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:

1) Perbaikan gizi.
2) seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.

Persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:

1) Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.


2) perlukaan jalan lahir.
3) perdarahan banyak.
4) persalinan lama.
5) sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

10
Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:

1) Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.


2) alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus bersih.
3) dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas
yang sehat.
4) Membatasi tamu yang berkunjung.
5) Mobilisasi dini.

Pengobatan Infeksi Nifas


Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1) Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah, serta uji
kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2) dosis yang cukup dan adekuat.
3) antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4) mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-
zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas


Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1) Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130
gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
2) Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan
setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
3) , eritromisin dan kloramfenikol.
4) pemberian politerapi antibiotika berlebihan.

11
5) evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Manuba, dkk, 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta. EGC.
Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Nifas.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset.
Prawirohardjo, S. 2008. IlmuKesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:YBP-SP.

12

Anda mungkin juga menyukai