BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
HIV/AIDS adalah singkatan dari Human Immunodefiency Virus yaitu virus yang
lanjut dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi lainnya. Virus akan
dengan kematian dalam waktu 5-10 tahun kemudian jika tanpa pengobatan yang
cukup. HIV adalah organisme patogen yang menyebabkan AIDS retro virus yang
menyebabkan HIV, menular melalui darah, serum, semen, jaringan tubuh dan cairan
AIDS merupakan sumber penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV. AIDS
berasal dari benua Afrika dan merupakan suatu penyakit menular yang dengan
cepat menyebar ke seluruh dunia, terutama melalui hubungan seksual. Sampai saat
ini belum diketahui ada vaksin maupun obat yang dapat menanggulangi penyakit
ini, angka kematian AIDS ini sangat tinggi hampir semua penderita penyakit
meninggal dunia dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama
(Saydam, 2012).
menyerang jenis sel tertentu, terutama sekali sel darah putih limfosit T4 yang
kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, HIV dapat juga menginfeksi sel Langerhans
pada kulit, menginfeksi kelenjar limfe, alveoli paru-paru, retina, serviks uteri dan
menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. HIV juga
mempunyai tat, yaitu salah satu dari sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi
maupun pertumbuhan sel yang baru. Tat dapat mempercepat replikasi virus
besaran yang pada akhirnya menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi turun
berbagai infeksi oportunistik dan keganasan kondisi ini disebut AIDS (Pinem, 2012).
2.1.2 Etiologi
Menurut Manan (2011), penyebab etiologi pada HIV adalah sebagai berikut:
a. Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan HIV terjadi
kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks dengan
pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik dan alat-alat penusuk (tato, penindik
dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin
b. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.
c. ASI dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus tersebut.
11
d. Kemungkinan kecil HIV dapat ditemukan dari air liur, air mata, cairan otak,
2.1.3 Patofisiologi
dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan sekret vagina,
sebagian besar 75% penularan terjadi melalui kontak seksual dan virus ini
cenderung menyerang sel jenis tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen
sebagai berikut:
12
a. Melalui hubungan seksual
Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan, virus
dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra seksualnya
melalui hubungan seksual tanpa pengaman seperti kondom, jalur ini dapat
dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual, saling setia dengan satu
b. Parental
Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah atau
penggunaan alat-alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum tato,
tindik. Hal ini dapat dicegah dengan memastikan bahwa darah yang diterima
pada saat transfusi tidak mengandung HIV dan memastikan bahwa peralatan
seperti jarum suntik, jarum tato dan tindik telah disterilkan dan apabila
c. Perinatal
Penularan melalui ibu kepada anaknya, hal ini bisa terjadi saat anak berada di
dengan cara ELISA (Enzym Liked Immuno Sorbent Assay) tes ini digunakan mencari
antibodi yang ada dalam darah seseorang termasuk HIV, sifat tes ini sangat sensitif
dalam membaca kelainan darah. Cara kedua yaitu Western Bolt, tes ini dapat
mendeteksi kehadiran antibodi HIV dengan lebih akurat tetapi lebih mahal dari
13
ELISA dan ketiga dengan cara dipstick HIV, yaitu tes ini cepat dan murah dengan
sifat sensitif dan spesifik dalam melihat kelainan darah (Kusmiran, 2012).
a. Stadium I
Belum menunjukkan gejala dan dalam hal ini pasien dengan HIV tidak
menunjukkan gejala klinis yang berarti, sehingga pasien akan tampak sehat
b. Stadium II
Sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan dan gejala ringan seperti
penurunan berat badan kurang dari 10%, infeksi yang berulang pada saluran
c. Stadium III
Pasien sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan,
enderita akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, diare yang
tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi
d. Stadium IV
Pasien akan menjadi AIDS, aktivitas pasien akan banyak dilakukan di tempat tidur
karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah dan infeksi mulai
14
2.1.8 Pencegahan HIV/AIDS
masyarakat dan pemerintah untuk mencegah atau mengurangi perilaku risiko tinggi
berhubungan seks dengan satu orang saja yang diketahui tidak terinfeksi HIV.
yang benar saat melakukan hubungan seks baik secara vaginal, anal dan oral
c. Menyediakan fasilitas konseling dan tes HIV sukarela. Konseling dan tes ini secara
sukarela ini sangat disarankan untuk semua orang yang terkena salah satu faktor
d. Melakukan sunat bagi laki-laki, sunat pada laki-laki yang dilakukan oleh
tahun 2011 telah mengkonfirmasi bahwa orang HIV positif yang telah mematuhi
15
pengobatan ARV, dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada pasangan
menggunakan alat suntik steril untuk setiap injeksi atau tidak berbagi jarum
g. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan dan
menyusui yaitu dengan pemberian ARV untuk ibu dan bayi selama kehamilan,
2.1.9 Pengobatan
HIV/AIDS dapat diatasi dengan pemberian obat ARV, tetapi obat ini hanya
kekebalan tubuh sehingga infeksi HIV tidak menjadi lebih parah (Saydam, 2012).
Perempuan dan laki-laki yang terinfeksi HIV atau sudah menderita AIDS
masyarakat luas. Hal ini semua dapat menimbulkan stress. Selain itu wanita yang
menderita AIDS akan berpengaruh sangat buruk terhadap anak dan seluruh anggota
16
keluarganya. Hal yang lebih parah adalah jika ibu yang terinfeksi HIV menularkannya
kepada bayinya baik selama di dalam kandungan, selama proses persalinan atau
Perilaku merupakan suatu tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang
tertawa, bekerja dan lain-lain,baik yang diamati langsung maupun tidak langsung.
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena
itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan
Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012), perilaku dipengaruhi oleh tiga
1. Faktor Predisposisi
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
2. Faktor pemungkin
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
17
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,
3. Faktor penguat
Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (Toma), tokoh
dengan kesehatan.
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
HIV/AIDS pada remaja, diketahui bahwa semakin baik pengetahuan remaja tentang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2015), tentang hubungan tingkat
18
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
HIV/AIDS, semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula perilaku siswa dalam
hal pendidikan kesehatan reproduksi remaja khususnya dalam pencegahan HIV dan
AIDS. Remaja yang memiliki pengetahuan baik akan memiliki perilaku yang positif.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamdi (2016), tentang pencegahan
Indonesia membicarakan seks adalah hal yang tabu dan bertentangan dengan
budaya, sehingga remaja tidak mendapat informasinya dari teknologi dan semakin
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu, sikap merupakan kesadaran yang sifatnya
individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap
individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal
dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu
(Mubarak, 2011).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak
19
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu, sikap merupakan kesadaran yang sifatnya
individual. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Enggarwati
remaja, diketahui bahwa semakin baik sikap remaja tentang HIV/AIDS maka
mayoritas remaja memiliki sikap yang baik dan positif terhadap pencegahan
jarum suntik yang sama secara bergantian saat memakai narkoba dan mendukung
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liawati (2018), tentang faktor-faktor yang
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara sikap dengan perilaku
20
2.3.3 Hubungan Pendidikan dengan Pencegahan HIV/AIDS
itu dapat berdiri sendiri. Jadi pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
(Notoatmodjo, 2012).
karena dengan pendidikan yang baik dapat menerima segala informasi dari luar
maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya jika
pengetahuan yang lebih luas tentang HIV/AIDS yang didapatkan dari berbagai
21
b. Menengah, jika SMA/sederajat.
negatif dari teman sebaya adalah gaya pergaulan bebas, perilaku teman sebaya
dalam kelompok menjadi acuan atau norma tingkah laku yang diharapkan dalam
kelompok. Gaya berpacaran teman sebaya menjadi model atau acuan yang
dengan pacarnya, maka dibenarkan kalau dia juga berciuman. Remaja cenderung
mengembang norma sendiri yang bertentangan dengan norma umum yang berlaku.
dibandingkan orang tua, remaja lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah
dengan teman sebaya. Pada diri remaja pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat, walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok
reproduksi dan hubungan seksual yang diperoleh dari teman sebaya sedikit banyak
22
Remaja cenderung memperoleh informasi kesehatan reproduksi melalui
reproduksi positif maka informasi yang disampaikan kepada teman sebayanya juga
maka akan memberikan dampak negatif pada teman sebayanya (Ismiyatno, 2013).
fenomena yang diamati atau berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang dan
banyak dan jumlahnya terus bertambah karena setiap saat lahir informasi baru
a. Media cetak
Media cetak berupa booklet (dalam bentuk buku), leaflet (dalam bentuk kalimat
atau gambar), flyer (selebaran), flif chart (Lembar balik), rubrik (surat kabar atau
c. Internet.
d. Petugas kesehatan.
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik
itu melalui media cetak, eletronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
23
meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat merubah perilaku kearah positif
Paparan informasi terhadap media massa seperti surat kabar, televisi, radio,
memahami sesuatu hal, begitu pula yang dihadapi oleh para pengguna napza
pencegahan, hal ini disebabkan karena banyak remaja yang tidak pernah
kesehatan ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap remaja. Remaja yang
24
2.4 Komunitas Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marjinal, dan teraliensi dari
perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus
berhadapan dengan lingkungan kota yang keras dan bahkan sangat tidak
bersahabat. Di berbagai sudut kota sering terjadi, anak jalanan harus bertahan
hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima
untuk membantu keluarganya. Tidak jarang pula mereka dicap sebagai pengganggu
ketertiban dan membuat kota menjadi kotor, sehingga yang namanya razia atau
penggarukan bukan lagi hal yang mengangetkan mereka (Kementrian Sosial RI,
2015).
Anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat
tinggal tetap, yang secara yuridis tidak berdomisili secara otentik. Disamping itu
mereka merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak,
menurut ukuran masyarakat pada umumnya dan sebagaian besar dari mereka tidak
mengenal nilai-nilai keluhuran. Anak jalanan memiliki karakteristik khas baik secara
c. Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin
membantunya.
d. Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan kasih
sayang.
25
e. Tidak mau bertatap muka dalam arti mereka diajak bicara, mereka tidak mau
sangatlah labil.
g. Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai
Berdasarkan kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam
tiga kelompok
sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak
b. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik
menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab
lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial,
c. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga
26
kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu
tempat ke tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting dari
kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi,
bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan
rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum
Penyebab keberadaan anak jalanan ada 3 macam, yakni faktor pada tingkat
mikro (Immediate Causes), faktor pada tingkat messo (Underlying Causes), dan faktor
Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan
keluarganya. Pada tingkat mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan
1) Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah
fisik, psikologis dan sosial. Hal ini dipengaruhi pula oleh meningkatnya
27
masalah keluarga yang disebabkan oleh kemiskinan pengangguran,
4) Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua sudah
Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat messo ini yaitu
faktor yang ada di masyarakat. Pada tingkat messo (masyarakat), sebab yang
Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat makro yaitu faktor
28
1) Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu
kerabat, membuat banyak keluarga dari desa pindah ke kota dan sebagian
jalanan.
orang.
3) Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif,
ekonomi, telah mendorong sebagian anak untuk menjadi pencari kerja dan
dam pendekatan yang mengangga anak jalanan sebagai trouble maker atau
pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi kesulitan.
29
6) Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan,
Faktor predisposisi
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Penghasilan
- Sikap
Faktor penguat
- Informasi tentang
HIV/AIDS
- Teman Sebaya
30