JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal materinya yang kami sajikan, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami.
Harapan paling besar dari kami yang menyusun makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kelompok kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya sehingga dapat di ambil hikmah dari judul tugas ini “KECERDASAAN
DALAM KEPEMIMPINAN” sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif..........................................................4
2.2 Kecerdasan Emosi................................................................................................6
2.3 Pemimpin yang Efektif dan Transformasional....................................................8
2.4 Kompetensi Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)...............................11
2.5 Pentingnya Kecerdasan Emosi bagi Pemimpin yang Efektif............................14
BAB III PENUTUP....................................................................................................21
3.1 Kesimpulan........................................................................................................21
3.2 Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Melakukan kegiatan manajemen berarti mengerjakan segalanya secara benar,
dan melakukan kegiatan kepemimpinan berarti mengerjakan hal-hal yang benar.
Seorang pemimpin dituntut untuk dapat memenuhi kedua persyaratan di atas secara
menyeluruh. Seringkali para pemimpin menemui dilema dalam pengambilan
keputusan karena hal benar yang dibenarkan secara manajemen dalam kesempatan
yang lain, artinya dimensi waktu bisa menegatifkan pengambilan keputusan
sebelumnya (Gunawan Samsu, 2009). Untuk lebih mengantisipasi hal tersebut, maka
dibutuhkan seorang pemimpin yang visioner dan efektif.
2
tinggi jika kepemimpinannya efektif. Kinerja bawahan tinggi dengan sendirinya akan
berimbas pada kinerja organisasi yang tinggi pula.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif
2. Mengetahui Bagaiamana Kecerdasan Emosi
3. Mengetahui Bagaiamana Pemimpin yang Efektif dan Transformasional
4. Mengetahui Bagaiamana Kompetensi Kecerdasan Emosional (Emotional
Quotient)
5. Mengetahui Pentingnya Kecerdasan Emosi bagi Pemimpin yang Efektif
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
terhadap ketidakpastian, dapat bekerja dibawah tekanan, fleksibel dan efektif
dalam menangani konflik dan umpan balik negatif, (3) (surgency), yaitu
pemimpin selalu bersifat terbuka, asertif, dan memiliki energi yang tinggi,
berani mengambil keputusan, (4) (conscientiousness), yaitu pemimpin
memiliki sifat hati-hati dan sabar, motivasi yang tinggi untuk berprestasi,
tanggungjawab, integritas yang tinggi, memiliki etos kerja, memiliki
kemampuan mengorganisasi, dan (5) (agreeableness) yaitu pemimpin dapat
kooperatif, dapat berdiplomasi, bersahabat, pembicara yang efektif, dan dapat
dipercaya.
4. Bliss (1999) semua pemimpin memiliki karakteristik sifat-sifat yang umum
yaitu: (1) mengarah pada visi dan tujuan, (2) memiliki kemampuan untuk
mengkomunikasikan kemauannya kepada orang lain, (3) memiliki integritas
meliputi: pengetahuan diri (self knowledge) yaitu tahu akan kelemahan dan
kelebihan dirinya sendiri, terus terang (candor), dan kematangan (maturity)
yang merupakan hasil belajar yang telah dijalani.
5. Steers (1985) menyoroti rintangan-rintangan dalam keefektifan
kepemimpinan, yaitu: (1) ketrampilan dan sifat dari pemimpin dapat menjadi
kendala dalam menjadi pemimpin yang efektif. Misal, penelitian tentang
kepemimpinan menunjukkan bahwa pemimpin yang efektif memiliki
karakteristik pribadi tertentu. Kekurangan dari ketrampilan tersebut dapat
menghalangi perilaku pemimpin yang efektif, (2) ketidakmampuan pemimpin
dalam membuat berbagai gaya kepemimpinan dalam situasi yang tepat, (3)
pada tingkat tertentu, pemimpin harus mengontrol sistim pemberian hadiah
seperti menaikkan gaji, promosi dan lain-lain, (4) karakteristik dari situasi
kerja juga dapat menyebabkan ketidakefektifan kepemimpinan.
6. Klemm (1999) menyoroti ciri-ciri pemimpin kreatif yang berkorelasi positif
dengan kepemimpinan yang efektif. Menurut Klemm ada 5 ciri-ciri pemimpin
yang kreatif meliputi: (1) memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi, (2)
dapat menerima informasi dengan baik (well informed), (3) memiliki
5
pemikiran yang asli (original thinkers), 4) menjawab pertanyaan dengan benar
(ask the right questions), dan 5) disiapkan untuk menjadi kreatif (prepared to
be creative).
7. Dunning (2000) mengemukakan 4 kompetensi yang menentukan keberhasilan
pemimpin yang baru di era milenium, yaitu: (1) harus memahami dan
mempraktekkan pentingnya suatu penghargaan terhadap kemampuan,
sehingga pemimpin dituntut memiliki kemampuan, (2) senantiasa
mengingatkan bahwa pentingnya mengembangkan bawahannya, (3)
senantiasa memberikan kepercayaan kepada bawahannya, dan (4)menjalin
keakraban dengan rekan sekerja.
8. Kane (1998) menyoroti aspek-aspek yang paling relevan untuk dimiliki
pemimpin pada era melinium yaitu: (1) kompetensi dasar (core competencies)
seperti: inteligensi, integritas (integrity) dan perhatian (caring), (2)
ketrampilan/pengetahuan (skills/knowledge), membangun tim (team
building), mengorganisir bawahan (people management), keterlibatan pada
aktivitas di masyarakat (community involvement), dapat mengelola konflik
secara produktif (productive use of conflict) dan kecerdasan emosi (emotional
intelligence), (3) sikap terhadap keberhasian kepemimpinan (attitudes for
successful leadership), yaitu: memiliki komitmen (comitment), perbaikan
yang terus menerus (continuous improvement) (Yoenanto, Herry (2002).
6
adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur orang untuk bertindak
bijaksana dalam menjalin hubungan, meliputi: kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk
mengelola diri sendiri, sedangkan kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
memahami orang lain.
7
Dalam buku yang terbaru bekerja dengan kecerdasan emosi dalam
konteks dunia kerja, Goleman yang dikutip oleh Blisss, (1999); Simon (2001)
membagi 2 wilayah dari kerangka kecerdasan emosi, yaitu: (1) kompetensi
pribadi (personal competency), yaitu bagaimana mengatur diri sendiri yang
terdiri dari: a) kesadaran diri (self awareness), yaitu kemampuan untuk mengenal
perasaan dirinya sendiri, b) kemampuan mengatur diri sendiri (self regulation/
self management) yaitu kemampuan mengatur perasaannya dan c) motivasi
(motivating) yaitu kecenderungan yang memfasilitasi dirinya sendiri untuk
mencapai tujuan walaupun mengalami kegagalan dan kesulitan. (2) kompetensi
sosial ( social competence), yaitu kemampuan mengatur hubungan dengan orang
lain, yang terdiri dari (a) empati, yaitu kesadaran untuk memberikan
perasaan/perhatian, kebutuhan dan kepedulian kepada orang lain, dan (b)
memelihara hubungan sosial, yaitu mengatur emosi dengan orang lain,
ketrampilan sosial seperti: kepemimpinan, kerja tim, kerjasama dan negosiasi.
8
keinginan pemimpinnya? Indikator berikutnya adalah berdasar kontribusi
pemimpin pada kualitas proses kelompok yang dirasakan oleh para pengikut.
Apakah pemimpin mampu meningkatkan kohesivitas anggota kelompok,
kerjasama anggota, motivasi anggota, penyelesaian masalah, pengambilan
keputusan dan mendamaikan konflik antaranggota? Apakah pemimpin
berkontribusi terhadap efisiensi pembagian peran, pengorganisasian aktivitas,
pengakumulasian sumber-sumber dan kesiapan kelompok untuk menghadapi
perubahan atau krisis? Apakah pemimpin dapat memperbaiki kualitas kehidupan
kerja, membangun rasa percaya diri pengikutnya, meningkatkan ketrampilan
mereka dan berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis
para pengikutnya.
9
memotivasi pengikutnya untuk mencapai melebihi apa yang mulanya dianggap
mungkin. Bass (1985) mengusulkan empat faktor karakteristik kepemimpinan
transformasional yang sering disebut sebagai ”Four I’s :
10
berhubungan dengan kepemimpinan transformasi, para peneliti mengeksplorasi
faktor-faktor yang memprediksi perilaku kepemimpinan transformasional (Rost,
1991). Faktor yang banyak dinyatakan adalah kecerdasan emosional (Sosik dan
Megerian, 1999; Barling et al.,2000) Avolio mengemukakan bahwa para
pemimpin yang efektif adalah orang-orang yang mempunyai gaya kepemimpinan
transformasional daripada gaya kepemimpinan transaksional (1995).
Kepemimpinan Transformasional lebih berdasarkan emosi dibandingkan dengan
kepemimpinan transaksional dan melibatkan tingkat emosional tinggi
(Yammarino dan Dubinsky, 1994).
11
dan, sebagai hasilnya, individu memberikan fokus pada orang lain serta
merangsang intelektual dan memotivasi pengikutnya.
12
Ada dua jenis cara pandang, pertama melalui cermin dan kedua melalui
kaca jendela. Seseorang yang self centered memandang hanya melalui kaca
cermin sehingga yang ia lihat hanya dirinya sendiri. Sedangkan seorang
extracetered memandang melalui kaca jendela, yang dilihat bukanlah dirinya
sendiri. melainkan orang lain dan kebutuhannya. Orang yang perhatiannya tertuju
kepada orang lain akan bersikap: 1) Lebih sadar akan kepentingan dan kebutuhan
orang lain; 2) Perhatiannya terhadap kepentingan diri sendiri berkurang; 3)
Bertambah kesadarannya bahwa setiap orang memiliki keunikan sendirisendiri; 4)
Bertambah keinginan untuk memberikan bantuan dan pertolongan bagi orang
lain; 5 ) Berkurangnya rasa kesedihan, karena melihat bahwa orang lain banyak
yang kurang beruntung.
13
Sikap peduli dan empati dapat meningkatkan emosi positif, dimana emosi
positif akan mendorong orang untuk bereaksi positif juga. Dengan demikian jika
pemimpin menginginkan ada respon yang baik dan motivasi untuk bekerja
menjadi lebih baik adalah dengan menumbuhkan sikap peduli dan empati. Selain
kepedulian dan empati, ada beberapa dimensi keterampilan yang lain yang ada
dalam kecerdasan emosional. Dimensi ketrampilan tersebut meliputi Intrapersonal
sebagai indikator Kesadaran-diri dan ekspresi diri, Interpersonal digunakan untuk
mengukur Kesadaran sosial dan hubungan interpersonal, Manajemen Stress
digunakan untuk Manajemen dan Pengendalian Emosi, Adaptation digunakan
sebagai indikator kemampuan untuk Mengelola Perubahan, dan General Mood
digunakan sebagai indikator Motivasi diri.
14
membuktikan seorang penguasa biasanya akan mendapat respek dan dukungan
rakyat jika ia memberi kadar kedamaian yang masuk akal dan kondisi hidup
yang terjamin. Jika rakyat hilang percaya, orang lain mungkin akan segera
mengantikan.
15
manula, (4) dokter medis keluarga, (5) ahli terapi fisik, (6) guru/kepala sekolah,
(7) manajer sumber daya manusia, (8) perawat, (9) humas, (10) manajer
pelatihan, (11) polisi, (12) dokter gigi, (13) wartawan, (15) pemasar, (16) editor,
(17) agen asuransi, (18) ahli kacamata, (19) sekretaris, (20) agen perjalanan, (21)
asisten medis, (22) pelayan, (23) insinyur piranti lunak, (24) ahli geofisik, (25)
akunta, (26) insinyur listrik, (27) analis sistem, (28) teller, dan (29) ahli botani.
16
pemimpin yang memiliki kecerdasan emosi yang baik secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja bawahannya dan produktivitas dalam segala hal. Cooper
dan Sawaf (1998 dan 2001) yang menyoroti perbedaan kecerdasan emosi dari
pemimpin dapat membuat faktor keberhasilan karir dan organisasi dalam hal: 1)
pengambilan keputusan, (2) kepemimpinan, (3) komunikasi secara jujur dan
terbuka, (4) hubungan yang saling mempercayai dan kerjasama tim, dan (5)
kepuasan pelanggan.
17
adalah empati. Sejarawan Fred Greenstein mengadakan penelitian dan
menunjukan Emotional Intelligence merupakan salah satu unsur terpenting untuk
meramalkan kebesaran seorang pemimpin. Jelas argumen dari sejarawan ini bisa
dikatakan benar, karena jika seorang pemimpin tidak memilki sifat empati dan
mendengar apa yang dikatakan oleh bawahan ataupun masyarakat yang
dipimpinnya, maka akan menjadikan dia pemimpin yang cendrung diktator.
Di Amerika Serikat, cendrung memilih pemimpin (presiden) yang
memiliki Emotional Intelligence tinggi dibanding pemimpin yang cerdas dalam
berpolitik. Hal ini terlihat ketika George W Bush memenangkan Pemilu 2004,
mengalahkan lawannya Jhon Kerry. Seorang komentator politik menjelaskan
sikap mayoritas suara rakyat USA, “Rakyat menangkap bahwa Kerry memiliki
Emotional Intelligence lebih rendah dari pada Bush. Walaupun Kerry memiliki
kecerdasan politik yang lebih tinggi, tetapi Bush memiliki kecerdasan bangsa
yang jauh lebih baik. Tercermin dari sikap Bush saat melakukan kampanye yang
lebih memberi kesan secara emosional, berbicara dengan jelas, sederhana, penuh
semangat dan Dia menang.“ Musuh utama dari kepemimpinan yang efektif
adalah kekuasaan yang dapat merubah visi utama dari seorang pemimpin.
Kekuasaan selama ini dianggap sebagai kata yang paling kotor. Mereka
yang mencoba dan belum mendapatkan kekuasaan akan terus mengejar. Mereka
yang pandai mendapatkan akan merahasiakan cara untuk memenangkannya. Kita
mungkin sudah mendengar ungkapan power corroupts, absolute power
corroupts absolutely (kekuasaan itu korup dan kekuasaan penuh akan
sepenuhnya korup). Para pemimpin akan menggunakan kekuasaan sebagai
sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok, dan kekuasaan adalah sarana untuk
memudahkan usaha mereka.
Kekuasaan terfokus bukan hanya pengaruh kepada pengikut atau
bawahan, tapi melebarkan pengaruh ke samping atau dengan kata lain ingin
menguasai secara menyeluruh. Padahal pemimpin memiliki keterbatasan sebagai
18
pribadi-pribadi yang tidak sempurna. Pemimpin ideal harus memenuhi aspek-
aspek kepribadian yang unggul. Berikut ini adalah ciri dari kepribadian seorang
pemimpin yang ideal: Pertama, Memiliki integritas, berprilaku jujur dan lurus
sehingga dapat menantang musuh-musuhnya dihadapan umum. Tidak munafik,
sehingga masyarakat akan tergerak untuk menjadi pendukungnya
(karismatik).Kedua, Peduli terhadap masyarakat, memberi dukungan moril,
materil, penghiburan bagi orang-orang yang tertekan, mendengarkan dan empati
(emotional Intellgence). Ketiga, Mau bekerja, menyelesaikan semua tugas-tugas
sebagai seorang pemimpin, tanggap ketika rakyatnya membutuhkan pertolongan,
mau melayani masyarakat bukan hanya dilayani turun kebawah).
Pemimpin memiliki manajemen diri dan manajemen waktu yang baik dan
efektif. Tanggung jawab kepemimpinan bukanlah sesuatu hal yang dapat
dijalankan dengan mudah. Tetapi, semakin besar tanggung jawab kepemimpinan
itu, semakin besar pula penghargaan yang diberikan jika dapat memenuhi
peranan tersebut.
Jika suatu bangsa dapat memilih para pemimpinnya dengan baik, maka
bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi negara yang besar. Tetapi, jika
salah memilih pemimpin, bangsa tersebut akan menuju kehancuran.
Keberhasilan dan jatuhnya suatu negara berada di tangan para pemimpinnya. Ini
sama halnya seperti dalam dunia bisnis. Tidak peduli betapa hebatnya
kemampuan para pekerja di suatu perusahaan, jika kepemimpinannya kurang,
maka perusahaan tersebut akan segera mengalami kebangkrutan. Tetapi, jika
sang pemilik atau para direksi menyediakan suatu kepemimpinan yang handal,
maka perusahaan tersebut akan berkembang dan berhasil. Orang biasa cenderung
untuk meniru para pemimpinnya. Mereka mulai meniru para pemimpinnya
bukan hanya dalam hal penggunaan kata-kata dan kelakuan, tetapi mereka juga
meniru cara berpikir para pemimpin mereka. Coba kita lihat komunitas milist
(mailing list). Jika pemimpin milist ini handal, maka seluruh komunitas milist ini
akan meningkat hari demi hari. Sebaliknya, jika komunitas milist ini kurang
19
dalam hal kepemimpian maka komunitas milist ini akan mengalami banyak
penurunan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemimpin yang efektif sangat diperlukan di era globalisasi. Karakteristik
pemimpin yang dapat merealisasikan visi menjadi kenyataan, memilik perspektif
jangka panjang, dapat mengembangkan bawahan, inovatif, kreatif, memiliki
kecerdasan emosi dan karakteristik lainnya merupakan sesuatu yang menentukan
suksesnya pemimpin untuk bisa bersaing di era globalisasi.
Kecerdasan emosi merupakan aspek sangat dibutuhkan dalam semua
bidang kerja dan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari berbagai penelitian
menunjukkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi lebih
cenderung sukses dalam dunia kerja dan dalam hidup di masyarakat. Dengan
demikian orang yang memiliki kompetensi pribadi (kesadaran diri dan
kemampuan mengelola diri sendiri) dan kompetensi sosial (motivasi, empati dan
ketrampilan sosial) yang merupakan aspek dari kecerdasan emosi cenderung lebih
berhasil dalam segala bidang pekerjaan dan kehidupan.
Seorang pemimpin yang mampu memberikan perhatian pribadi pada
bawahan, memperlakukan setiap karyawan sebagai individu yang unik, dan
melakukan pengembangan kepribadian terhadap setiap karyawan merupakan
komponen kepemimpinan transformasional. Perilaku yang ditunjukkan dalam
kepemimpinan transformasional adalah cerdas secara emosional.
21
Interpersonal digunakan untuk mengukur Kesadaran sosial dan hubungan
interpersonal , Manajemen Stress digunakan untuk Manajemen dan Pengendalian
Emosi, Adaptation digunakan sebagai indikator kemampuan untuk Mengelola
Perubahan, dan General Mood digunakan sebagai indikator Motivasi diri.
3.2 Saran
Sebagai seorang pemimpinan kita harus dapat memiliki kecerdasaan emosi
yang tinggi sebab seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi lebih berhasil dibandingkan dengan pemimpin yang tanpa kecerdasan
emosi dan kecerdasan emosi lebih berpengaruh dari pada intelegensi (IQ).
22
DAFTAR PUSTAKA
23