B. Tujuan
Tujuan umum :
1. Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi gizi seimbang pada
balita.
2. Meningkatkan perilaku ibu untuk berperilaku memperhatikan kesehatan balita akan
kecukupan gizi balita.
3. Meningkatkan status kesehatan balita.
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan pada ibu mengenai gizi seimbang pada balita.
2. Menjelaskan pada ibu prinsip gizi seimbang pada balita.
3. Menjelaskan pada ibu cara pengolahan makanan.
4. Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5. Menjelaskan pada ibu kecukupan gizi balita.
6. Menjelaskan pada ibu pengarug gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7. Menjelaskan pada ibu menu seimbang balita.
8. Menjelaskan pada ibu triguna makanan gizi seimbang.
9. Menjelaskan pada ibu manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.Menjelaskan pada ibu gangguan makanan gizi seimbang.
C. Sasaran
F. Kebutuhan Cairan:
- 1 - 1,5 Ltr / hari.
- Dalam keadaan tertentu (infeksi, diare atau muntah) masukan cairan ditingkatkan.
Tujuan
Tujuan umum :
1. Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi gizi seimbang pada
balita.
2. Meningkatkan perilaku ibu untuk berperilaku memperhatikan kesehatan balita akan
kecukupan gizi balita.
3. Meningkatkan status kesehatan balita.
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan pada ibu mengenai gizi seimbang pada balita.
2. Menjelaskan pada ibu prinsip gizi seimbang pada balita.
3. Menjelaskan pada ibu cara pengolahan makanan.
4. Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5. Menjelaskan pada ibu kecukupan gizi balita
6. Menjelaskan pada ibu pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7. Menjelaskan pada ibu menu seimbang balita.
8. Menjelaskan pada ibu triguna makanan gizi seimbang.
9. Menjelaskan pada ibu manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.Menjelaskan pada ibu gangguan makanan gizi seimbang.
E. Pelaksanaan
a. Tema : Gizi Seimbang untuk Anak Balita
b. Sasaran : Ibu dan Anak Balita
c. Tempat : Balai Desa Sumberporong
d. Waktu : 1 X 60 menit
Moderator :
Ahmad Abiyyu Mu’tashim
Dokumentasi :
Lya Lexi
Operator :
Devi Erlina Mandasari
Billiam Nasta K.
SUB TOPIK
1. Gizi seimbang pada balita.
2. Prinsip gizi seimbang pada balita.
3. Cara pengolahan makanan.
4. Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5. Kecukupan gizi balita.
6. Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7. Menu seimbang balita.
8. Triguna makanan gizi seimbang..
9. Manfaat asi untuk gizi seimbang.
10. Gangguan makanan gizi seimbang.
METODE
Persentasi
. Tanya jawab
MEDIA
• LCD Power Point
MATRIKS KEGIATAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
Pembukaan : • Menjawab salam
Memberi salam • Mendengarkan dan
1. 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran. memperhatikan
Menyebutkan materi / pokok
bahasan yang akan disampaikan
Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
Materi :
1. Gizi seimbang pada balita.
2. Prinsip gizi seimbang pada balita.
3. Cara pengolahan makanan.
4. Menjelaskan pada ibu manfaat gizi • Menyimak dan
2. 20 menit
bagi balita. memperhatikan
5. Kecukupan gizi balita.
6. Pengaruh gizi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan.
7. Menu seimbang balita.
8. Triguna makanan gizi seimbang..
9. Manfaat asi untuk gizi seimbang.
10. Gangguan makanan gizi seimbang.
Evaluasi :
Meminta kepada ibu menjelaskan
atau menyebutkan kembali :
1. Gizi seimbang pada balita.
2. Prinsip gizi seimbang pada balita.
3. Cara pengolahan makanan.
4. Menjelaskan pada ibu manfaat gizi
• Bertanya dan menjawab
3. 30 menit bagi balita.
pertanyaan.
5. Kecukupan gizi balita.
6. Pengaruh gizi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan.
7. Menu seimbang balita.
8. Triguna makanan gizi seimbang..
9. Manfaat asi untuk gizi seimbang.
10. Gangguan makanan gizi seimbang.
Penutup :
4. 10 menit Mengucapkan terima kasih dan - Menjawab salam
mengucapkan salam.
Lawang, 5 November 2018
Narasumber,
SASARAN :
Ibu-ibu yang mempunyai balita di Desa Sumberporong, Lawang.
Jumlah peserta :
-Ibu :50 orang
- Peserta lain :20 orang
6. LAMPIRAN MATERI
A. Pemenuhan Gizi Pada Balita
1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima
tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun,
karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak
usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi
berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun
mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai
dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya,
faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya
pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan
karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari
satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga
tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut
konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat
pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai
senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi
yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak.
Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting
dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan
selera makan anak.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein.
Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat
berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut
dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya
harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat
dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya
kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya
usia.
6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini
menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai
sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan
dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan
atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap
bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat
keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat
besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan
asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi
dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak
tidak kurus.
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan
lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan
penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai
berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga
anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak
sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
a. Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka
penyakitnya melalui dokter.
b. Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
c. Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah
selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
d. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
e. Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan
makan bersama keluarga (orangtua)
f. Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari
dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan
haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang
tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
B. Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.
Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain
dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri
atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi
yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan
terlalu jauh)
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu
D. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
• Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemenuhan Kebutuhan gizi balita yang mengalami gizi kurang yang merupakan kasus
dalam penelitian ini memang masih sangat minim. Motivasi masyarakat terhadap pemenuhan
gizi keluarga terutama pada anak usia balita cukup tinggi, katidak berdayaan ekonomi
keluarga menjadi penghambat motivasi tersebut, bahkan menimbulkan budaya baru
menyebabkan masyarakat terbiasa dalam pemenuhan kebutuhan gizi balitanya sesuai apa
adanya. Faktor budaya yang melekat secara turun temurun masih dianut sebagian besar
responden. Kurangnya informasi secara akurat menyebabkan masyarakat suiit untuk merubah
kebiasaan dan kepercayaan tersebut kearah perilaku sehat yang lebih produktif dan
menguntungkan kesehatan keluarga terutama pada anak usia balita Perilaku orang tua masih
sangat minim dalam pemenuhan kebutuhan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA