Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

PRODUKTIVITAS HIJAUAN YANG DITANAM PADA NAUNGAN POHON KELAPA SAWIT


DENGAN TANAMAN CAMPURAN

Grass Productivity on Palm Oil Shade with Mixing Grass

Agung Kusuma Wijaya, Muhtarudin, Liman, Cloudia Antika, dan Dini Febriana

Departement of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Lampung University


Jl. Soemantri Brojonegoro No 1, Gedong Meneng, Bandar Lampung, 35145
Email: agung.kusumawijaya@fp.unila.ac.id

ABSTRACT

This research intended to determine the effect of palm oil tree shade and mixed planting on grass
and leguminous on productivity. This research has been done on March—June 2018 in Tanjung Agung
Area, Katibung District, Kalianda, South Lampung. This research used Completely Randomized Design
(CRD) with split plot design method. The treatment was implemented in this research is (1) shading, consist
of two levels, which are N0 (without shade) and N1 (palm oil tree shade) and (2) mixed plant species,
consist of two variations; which is A1 (elephant grass and purple bush bean) and A2 (dwarf elephant grass
and purple bush bean). The data which obtained were analyzed by analysis of variance on 5% significant
level, then if the result significantly difference, it were analyzed with Duncan Multiple Range Test (DMRT).
The results showed that palm oil shading has not significant effect on grass productivity. there is an
interaction between the type of grass and oil palm shade on the number of elephant grass and odot grass
tillers. The dry matter of grass on mixed planting on land without shade was significantly different with dry
matter of grass on mixed planting in palm oil shade. However, it has tendency to increase organic matter
of grasss on palm oil shade.

Keywords: Palm Oil Shade, Elephant Grass, Dwarf Elephant Grass, Mixing Grass, Productivity

PENDAHULUAN secara ekonomis, disela-sela lahan perkebunan


kelapa sawit dapat diusahakan budidaya hijauan
Laju pertambahan kebun kelapa sawit di pakan ternak dengan beberapa spesies tanaman
Indonesia sejak tahun 2015--2017 meningkat dari yang tahan terhadap naungan (Diana et al., 2005).
11.260.277 menjadi 12.307.677 ha, sedangkan Tanah dibawah naungan pohon kelapa sawit
laju pertumbuhan kebun kelapa sawit di Provinsi mengandung kelembapan yang tinggi karena
Lampung sejak tahun 2015--2017 juga meningkat kurang terpapar sinar matahari, tanah juga
dari 207.868 menjadi 224.175 ha (Ditjenbun, mengandung kadar air yang tinggi sehingga
2015). Usaha perkebunan sawit secara ekonomi memungkinkan hijauan pertumbuhannya cepat
memberikan devisa negara yang sangat besar dan ditanah ini. Hijauan yang ditanam pada naungan
menyediakan lapangan pekerjaan. Dilain sisi kelapa sawit yaitu rumput odot, rumput gajah dan
berpotensi menambah jumlah spesies fauna leguminosa siratro. Hijauan ini dipilih karena
maupun flora yang hilang karena adanya keunggulannya yaitu disukai oleh ternak
pembukaan lahan pertanian maupun hutan secara ruminansia, tanaman yang mudah ditanam, bibit
besar-besaran. Kondisi ini berpeluang untuk mudah didapat, memiliki kualitas nutrisi yang
Pengembangan usaha peternakan karena adanya baik untuk ternak, dan mudah beradaptasi. Ketiga
potensi tersedianya sumber hijauan pakan ternak jenis tanaman di tanam dengan sistem pertanaman
dibawah naungan pohon kelapa sawit. Tumbuhan campuran dibawah naungan pohon kelapa sawit.
di area perkebunan dianggap sebagai gulma bagi Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini
tanaman pokoknya, namun dapat dimanfaatkan yaitu untuk memanfaatkan lahan dibawah
sebagai pakan ternak (Purwantari et al., 2015). naungan kelapa sawit dengan menanam hijauan
Pemanfaatan areal pada lahan kelapa sawit pakan dan meningkatkan produktifitas hijauan
adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan rumput yang dicampur dengan leguminosa.
untuk mengatasi penyediaan hijauan pakan Rumput sebagai pakan utama ternak ruminansia,
ternak. Jarak tanam kelapa sawit adalah 9x9 sehingga perlu pengukuran produktifitas rumput
meter, ini adalah lahan potensial yang belum yang akandibudidayakan di lahan naungan
dimanfaatkan dan dibiarkan begitu saja, padahal tersebut.

155
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

Tinjauan hasil penelitian mengenai diperoleh berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap


pertanaman campuran rumput dan leguminosa produksi segar rumput gajah dan rumput odot.
menunjukkan bahwa pertanaman campuran dapat Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan
meningkatkan produksi hijauan rumput yaitu rumput gajah tanpa naungan memberikan hasil
menghasilkan kualitas hijauan yang lebih baik. berbeda nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan
Penggunaan pupuk anorganik seperti urea yang perlakuan rumput odot tanpa naungan, rumput
mengandung nitrogen (N2) dapat dihemat dengan gajah pada naungan, dan rumput odot naungan.
memanfaatkan leguminosasebagai pengikat Perlakuan rumput gajah yang ditanam tanpa
nitrogen (N2). Pertanaman campuran juga naungan yaitu sebesar 166,76 ton/ ha
meningkatkan kapasitas tampung sebagai menghasilkan produksi bahan segar rataan
konsekuensi meningkatnya pertumbuhan hijauan tertinggi dibandingkan dengan jenis rumput
(Diana et al., 2005). lainnya yang masing-masing rumput odot tanpa
naungan 77,66 ton/ ha, rumput odot dinaungan
MATERI DAN METODE sebesar 5,55 ton/ ha, dan yang terendah pada
perlakuan rumput gajah tanpa naungan yaitu
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari - sebesar 1,64 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa
Mei 2018 di Kecamatan Katibung, Kabupaten jenis rumput dan naungan mempengaruhi
Lampung Selatan, Provinsi Lampung dan produksi segar hijauan. Jenis rumput
Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, mempengaruhi produksi segar hijauan, perbedaan
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, pertumbuhan pada penanaman campuran rumput
Universitas Lampung. dan leguminosa disebabkan oleh faktor
lingkungan, pertumbuhan dan produksi tanaman
Materi juga dipengaruhi oleh faktor genetis tanaman itu
Penelitian ini menggunakan perlakuan sendiri.
utama berupa naungan (N1) dan tanpa naungan
(N0) dan perlakuan anak petak berupa jenis Tabel 1. Produksi segar pertanaman campuran
rumput yaitu rumput gajah (Pennistum Perlakuan
purpureum), dan rumput gajah mini (Pennisetum Variabel
Tanpa Naungan Naungan
purpureum cv. Mott). Leguminosa yang ditanam
-----Produksi segar (ton/ha/th)-----
yaitu siratro (Macroptilium atropurpureum)
sebagai tanaman sela pada rumput. Rumput Gajah 166,76d 1,64a
c
Rumput Odot 77,66 5,55b
Metode Rata-rata 122,21 3,595
Penelitian ini dilaksanakan secara Keterangan: Nilai dengan huruf superscript yang
eksperimental dengan menggunakan Rancangan berbeda pada kolom dan baris yang
Acak Lengkap (RAL) metode spli plot design sama menunjukkan berbeda nyata
(rancangan petak terbagi). (P<0,05) uji Duncan

Variabel Penelitian Perlakuan rumput gajah tanpa naungan


Variabel penelitian yaitu penentuan yang jumlah produksi segarnya lebih besar dari
produksi bahan segar rumput, penentuan produksi produksi segar perlakuan lainnya hal ini di duga
bahan kering rumput, penentuan kandungan karena produksi rumput gajah memang lebih
bahan kering, dan penentuan kandungan bahan tinggi dari produksi rumput odot. Hal ini sesuai
organik. dengan pendapat Halim et al. (2013) yang
menyatakan bahwa produksi bahan segar rumput
Analisis Data gajah yaitu 100--200 ton/ha/tahun, sedangkan
Data yang diperoleh kemudian akan menurut Purwawangsa (2014) produksi rumput
dianalisis dengan menggunkan analisis of varian odot dapat mencapai 60 ton/ha/tahun. Produksi
(ANOVA), apabila dari analisis of varian yang diukur hanya produksi rumput saja
berpengaruh nyata akan dilakukan pengujian dikarenakan leguminosa merupakan salah satu
lanjut dengan menggunakan DMRT. faktor yang menentukan produktifitas rumput
yang ditanam campuran. Leguminosa merupakan
HASIL DAN PEMBAHASAN hijauan yang perakarannya mampu mengikat
unsur nitrogen bebas yang ada di udara sehingga
Produksi segar menurunkan penggunaan pupuk. Unsur hara
Hasil analisis ragam pada penelitian ini tanah juga mempengaruhi produktivitas dari
diketahui, bahwa terdapat interaksi antara jenis rumput. Setiadi (1994) menyatakan, produksi
rumput dan naungan kelapa sawit, hasil yang tanaman dipengaruhi oleh besarnya radiasi

156
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

matahari, umur tanam, curah hujan, dan unsur leguminosa lebih tahan naungan dari pada rumput
hara tanah. Kandungan unsur hara tanah dilahan gajah dan rumput odot. Bahar et al. (1998)
naungan lebih rendah dibandingkan dengan lahan menyatakan leguminosa siratro atau
tanpa naungan sehingga dapat menurunkan Macroptilium atropurpureum memiliki daya
produksi segar rumput gajah dan rumput odot. adaptasi dan kemampuan untuk tumbuh bersama
Perlakuan rumput gajah tanpa naungan rumput tanpa menekan pertumbuhan rumput.
yaitu rumput gajah yang ditanam di lahan tanpa Leguminosa ini juga mampu beradaptasi
naungan juga membuktikan bahwa naungan dapat dilingkungan yang kurang cahaya.
mempengaruhi hijauan rumput yang tumbuh di
bawahnya, cahaya yang ada dibawah naungan Produksi Bahan Kering
lebih sedikit dibandingkan dilahan tanpa naungan. Hasil analisis ragam pada penelitian ini
Sebagian besar rumput tropis mengalami diketahui, bahwa naungan yang berbeda
penurunan produksi sejalan dengan menurunnya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi
intensitas sinar matahari, namun jenis rumput bahan kering rumput gajah dan rumput odot,
yang tahan terhadap naungan sering menunjukkan namun jenis rumput yang berbeda tidak
penurunan produksi yang relatif kecil atau bahkan berpengaruh nyata (P>0,05). Tabel 2
masih meningkat pada naungan sedang. Hasil menunjukkan produksi bahan kering tertinggi
penelitian Farizaldi (2011) menyatakan bahwa pada rumput gajah tanpa naungan. Setelah
umur kelapa sawit akan mempengaruhi intensitas dilakukan uji lanjut Duncan hasil yang didapat
cahaya dan kelembaban tanah, umur kelapa sawit menunjukkan bahwa perlakuan rumput gajah
yang semakin tua maka intensitas cahaya rendah tanpa naungan yaitu 31,94 ton/ha memberikan
dan kelembaban tanah tinggi. hasil berbeda nyata (P<0,05) bila dibandingkan
Perlakuan rumput gajah pada naungan dengan perlakuan rumput gajah pada naungan
yang jumlah produksi segarnya lebih rendah yaitu 0,28 ton/ha, sedangkan perlakuan rumput
merupakan jenis rumput yang kurang toleran odot tanpa naungan yaitu 10,80 ton/ha juga
terhadap naungan. Ludlow dan Wilson (1976) memberikan hasil berbeda nyata (P<0,05) bila
menyatakan bahwa kemampuan tanaman dibandingkan dengan perlakuan rumput odot pada
mempertahankan pertumbuhan pada naungan naungan yaitu 0,62 ton/ha. Hal ini diduga bahwa
sangat bervariasi. Pertumbuhan spesies-spesies naungan pohon kelapa sawit penyebab turunnya
pastura sangat nyata, tergantung pada cahaya produksi berat kering hijauan rumput. Hasil
lingkungan dan biasanya kualitas energi cahaya penelitian Alvarenga et al. (2003) menunjukkan
yang tersedia sangat erat dan berhubungan positif bahwa tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa
terhadap pertumbuhan (Saravanan et al., 2008). naungan cenderung memiliki produksi berat
Penelitian dilakukan dengan sistem kering akar yang lebih tinggi dibandingkan
pertanaman campuran, rumput ditanam secara tanaman dengan naungan. Produksi hijauan yang
bersamaan dengan leguminosa. Bahar et al. toleran naungan masih dapat meningkat pada
(1998) menyatakan leguminosa bermanfaat untuk naungan sedang (Samarakoon et al., 1990).
tanaman pokoknya karena mempunyai
kemampuan mendapatkan senyawa nitrogen Tabel 2. Produksi bahan kering pertanaman
untuk hidupnya sendiri, bahkan dapat campuran
berkontribusi nitrogen untuk lingkungan maupun Perlakuan
tanaman pokoknya, bila dapat menambat N2 udara Variabel
Tanpa Naungan Naungan
secara efektif. Penanaman campuran antara
---Produksi Bahan Kering (ton/ha/th)---
rumput dan leguminosa akan lebih
menguntungkan karena leguminosa selain Rumput Gajah 31,94 0,28
mengandung gizi yang tinggi dan protein tinggi Rumput Odot 10,80 0,62
juga mempunyai kemampuan mengikat nitrogen Rata-rata 21,37 0,45
udara bila bersimbiosis dengan bakteri rhizobium.
Rumput sebagai pakan utama ternak ruminansia Pengaruh produksi bahan kering
dapat ditanam secara tunggal, namun produksi dikarenakan naungan yang berdampak pada
dan kualitasnya rendah. intensitas cahaya. Intensitas cahaya pada
Produksi total leguminosa dilahan tanpa penelitian ini telah diukur dengan menggunakan
naungan yaitu sebesar 40,83 ton/ha dan produksi lux meter,pada lahan tanpa naungan adalah 1209
dilahan naungan yaitu sebesar 8,02 ton/ha lux, sedangkan pada lahan naungan adalah 773
produksi leguminosa menurun pada lahan lux. Hasil penelitian Nopriani et al. (2014)
naungan. Produksi legum dilahan naungan jika menunjukkan bahwa bahan kering tertinggi
dibandingkan dengan produksi rumput gajah dan diperoleh pada perlakuan tanpa naungan
odot jauh lebih besar hal ini diduga bahwa (1007,21--2813,57 lux) dan bahan kering

157
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

terendah diperoleh pada perlakuan naungan 70% rumput lainnya yang masing-masing rumput
(326,86--852,43 lux). gajah tanpa naungan 9,00 tanaman/batang, diikuti
Bahar et al. (1998) menyatakan umur rumput odot naungan sebesar 3,33
kelapa sawit kemungkinan akan mempengaruhi tanaman/batang, dan yang terendah pada
keragaman tumbuhan yang di bawah perkebunan perlakuan rumput gajah naungan yaitu sebesar
kelapa sawit. Umur kelapa sawit berpengaruh 0,67 tanaman/ batang. Hal ini menunjukkan
karena semakin tua umur kelapa sawit maka bahwa jenis rumput dan naungan mempengaruhi
jumlah pelepah akan semakin banyak, pelepah jumlah anakan. Jenis rumput mempengaruhi
kelapa sawit akan semakin panjang, dan kerapatan jumlah anakan hijauan, berdasarkan perbandingan
kanopi akan semakin rapat. Hal ini menyebabkan jenis tanaman atau spesies rumput ini dengan
intensitas cahaya akan semakin menurun. Fitter jumlah anakan yang diperoleh selama
dan Hay (1991) juga menyatakan bahwa besarnya pengamatan, dapat dikatakan bahwa karakter
produksi tanaman juga di pengaruhi oleh tingkat setiap spesies tanaman atau rumput memberikan
efisiensi penggunaan cahaya yang diserap dan respons yang berbeda pula terhadap adanya
juga di pengaruhi oleh terganggunya naungan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
keseimbangan pada sistem tanaman. Tingkat cahaya yang diterima oleh kedua jenis rumput ini
naungan yang tinggi menurunkan jumlah tunas, dalam naungan mempengaruhi pertumbuhan dan
anakan, diameter batang, dan produksi, produksinya.
sedangkan jumlah daunnya meningkat sejalan
dengan meningkatnya naungan. Pendapat yang Tabel 3. Jumlah anakan pertanaman campuran
sama juga didukung oleh Ludlow et al. (1974) Perlakuan
yang menyatakan bahwa produksi bahan kering Variabel
Tanpa Naungan Naungan
menurun dengan adanya intensitas cahaya yang
-------(tanaman/batang)------
rendah pada beberapa spesies rumput dan
leguminosa. Rumput Gajah 9,00b 0,67a
c
Hasil rata-rata produksi kering rumput Rumput Odot 22,33 3,33b
gajah pada penelitian ini di lahan N0 adalah 31,94 Keterangan: Nilai dengan huruf superscript yang
ton/ha sudah sangat baik, namun pada lahan berbeda pada kolom dan baris yang
naungan produksi kering nya sangat rendah yaitu sama menunjukkan berbeda nyata
0,28 ton/ha. Halim et al. (2013) menyatakan (P<0,05) uji Duncan
produksi bahan kering rumput gajah yaitu 20
ton/ha/tahun. Hasil rata-rata produksi bahan Hasil penelitian Lukas et al. (2017)
kering rumput odot pada penelitian ini di lahan N0 menyatakan bahwa analisis keragaman jumlah
adalah 10,80 ton/ha sudah sangat baik, namun anakan P. purpureum cv. Mott pada lingkungan
pada lahan N1 produksi bahan kering nya sangat level naungan 0% berbeda sangat nyata lebih
rendah yaitu 0,62 ton/ha. Susetyo (1969) tinggi dibandingkan lingkungan naungan 70%.
menyatakan rumput gajah mini mempunyai Banyaknya jumlah anakan di lingkungan naungan
produksi bahan kering 40 sampai 63 ton/ha/tahun. 0% merupakan respon tanaman terhadap sinar
Hal ini dapat disimpulkan bahwa penanaman matahari. Pada lingkungan naungan 0%, sinar
rumput lebih baik di lahan tanpa naungan agar matahari yang tak terbatas dimanfaatkan untuk
produksi bahan kering akan lebih maksimal. proses fotosintesis guna menghasilkan energi
berupa karbohidrat. Sudaryono (2011)
Jumlah Anakan Rumput menyatakan intensitas cahaya matahari
Hasil analisis ragam pada penelitian ini berkolerasi dengan laju fotosintesis tanaman.
diketahui, bahwa terdapat interaksi antara jenis Intensitas cahaya matahari yang rendah
rumput dan naungan kelapa sawit, hasil yang menyebabkan suhu udara di bawah naungan lebih
diperoleh berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rendah dan kelembapan udaranya menjadi lebih
jumlah anakan rumput gajah dan rumput odot, tinggi dibandingkan dengan di luar naungan.
setelah dilakukan uji lanjut Duncan hasil yang Suhu udara menentukan laju difusi zat cair di
didapat menunjukkan bahwa perlakuan rumput dalam tanaman, apabila suhu udara turun maka
gajah tanpa naungan memberikan hasil berbeda kekentalan air menjadi naik sehingga
sangat nyata (P<0,05) jika dibandingkan dengan menyebabkan proses fotosintesis menurun.
perlakuan rumput odot tanpa naungan, rumput Perbedaan jumlah anakan antara rumput
gajah pada naungan, dan rumput odot naungan. gajah dan rumput odot yang berbeda karena
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan memang karakteristik dari masing-masing rumput
rumput odot tanpa naungan yaitu sebesar 22,33 tersebut. Rumput odot menghasilkan anakan
tanaman/batang menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumput
rataan tertinggi dibandingkan dengan jenis gajah hal ini dikarenakan berdasarkan

158
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

karakteristiknya rumput odot merupakan penanaman campuran di lahan tanpa naungan


tanaman berumpun yang dapat menghasilkan sebesar 16,64±3,81% berbeda nyata (P<0,05)
jumlah anakan banyak. Soetanto dan Subagyo dengan bahan kering rumput pada penanaman
(1988) menyatakan, rumput odot memiliki ciri- campuran di lahan naungan yaitu 15,58±2,98%
ciri seperti: merupakan tanaman berumur Hasil tersebut menunjukkan nilai bahan
panjang, membentuk rumpun mirip seperti padi, kering rumput pada penanaman campuran pada
tingginya dapat mencapai 1--1,8 m. Sistem lahan tanpa naungan lebih tinggi dibandingkan
perakarannya memiliki rhizome-rhizome yang dengan nilai bahan kering rumput pada
pendek, banyak menghasilkan anakan. penanaman campuran di bawah naungan (Tabel
Perlakuan rumput gajah tanmpa naungan 4). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
yang jumlah anakannya lebih rendah di duga Alvarenga (2004) menunjukkan bahwa tanaman
karena rumput gajah adalah rumput yang kurang yang ditanam pada kondisi tanpa naungan
toleran terhadap naungan. faktor cahaya yang cenderung memiliki produksi bahan kering yang
rendah pada naungan yang menyebabkan hasil lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan
fotosintesis berupa karbohidrat jumlahnya relatif naungan. Lahan naungan memiliki kandungan
sedikit dan masih dipergunakan dimanfaatkan bahan kering yang lebih rendah. Wilson dan
rumput untuk pertumbuhan tinggi tanaman Wong (1982) menyatakan bahwa naungan
sehingga sampai dengan defoliasi, hasil asimilasi menurunkan bahan kering green panic dan siratro.
ini belum cukup untuk membentuk anakan.
Holmes (1980) menyatakan bahwa intensitas Tabel 4. Kandungan bahan kering pertanaman
cahaya mempengaruhi pemenuhan hasil asimilasi campuran
tumbuhan sehingga berpengaruh terhadap Perlakuan
pembentukan anakan. Faktor cahaya akan Variabel Tanpa
mempengaruhi pertumbuhan daun sehingga Naungan Naungan
mempengaruhi pembentukan anakan. -- Kandungan bahan kering (%)--
Proses penangkapan energi matahari
dikenal dengan fotosintesis. Proses ini akan Rumput Gajah 19,33±0,23 17,68±1,48
berlangsung dengan baik jika cahaya matahari Rumput Odot 13,94±0,22 13,47±0,77
yang jatuh ke permukaan tanaman melalui klorofil Rata-rata 16,64±3,81 15,58±2,98
optimal dan akan terganggu jika sebaliknya.
Cahaya matahari merupakan faktor iklim yang Bahan kering terdiri atas bahan organik
sangat penting dalam fotosintesis karena berperan dan bahan anorganik, berdasarkan tabel 3 bahwa
sebagai sumber energi pembentuk bahan kering hasil rata-rata nilai bahan organik pada
tanaman. Gangguan yang timbul dapat dilihat penanaman campuran di lahan tanpa naungan dan
dari bentuk atau penampilan pertumbuhan pada lahan naungan tidak berbeda nyata (P>0,05)
tanaman dan pertambahan anakannya. Hal ini hal tersebut menujukkan bahwa peningkatan
tentunya secara tidak langsung mempengaruhi bahan kering pada lahan tanpa naungan terletak
produksi suatu hijauan makanan ternak (Sawen, pada peningkatan kadar bahan anorganik. Tillman
2012). Wong (1990) juga mengemukakan cahaya et al. (1998) bahan anorganik terdiri atas lignin,
matahari sangat berpengaruh terhadap mineral dengan berbagai unsur-unsurnya.
perbanyakan tiller (anakan) yaitu semakin tinggi Faktor yang menyebabkan bahan
intensitas penyinaran matahari semakin banyak anorganik pada lahan tanpa naungan lebih tinggi
jumlah anakannya. Hasil dari penelitian bahwa dibandingkan dengan lahan naungan adalah
rumput odot tanpa naungan menghasilkan jumlah intensitas cahaya, dimana intensitas cahaya pada
anakan rataan tertinggi dan yang terendah lahan tanpa naungan lebih besar. Berdasarkan
perlakuan N1A1 menyimpulkan bahwa rumput gambar 3 dan 4, nilai intensitas cahaya pada lahan
gajah dan rumput odot lebih baik ditanam di lahan tanpa naungan sebesar 1209,3 lux dan pada lahan
tanpa naungan karena jumlah anakannya akan naungan sebesar 773 lux. Miller (1984)
lebih tinggi dan maksimal dibandingkan ditanam menyatakan Kondisi lingkungan seperti
di lahan naungan sawit karena jumlah anakannya kelembaban, cahaya, dan suhu baik pada tanah
menurun. Rumput gajah juga ternyata tidak dan udara akan mempengaruhi mempengaruhi
toleran terhadap naungan dibandingkan dengan proses fisiologi pada tanaman.
rumput odot yang lebih tahan dan toleran dengan Tingginya intensitas cahaya pada lahan
naungan. tanpa naungan memberikan pengaruh pada kadar
lignin dan serat kasar hijauan. Ihsan dan Syahdar
Kandungan Bahan Kering Rumput (2007) menyatakan bahwa kandungan serat kasar
Berdasarkan uji Duncan menunjukkan pada pertanaman campuran dipengaruhi oleh
bahwa rata-rata bahan kering rumput pada musim kemarau dimana intensitas cahaya dan

159
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

temperatur lebih tinggi. Kondisi ini Ketersediaan nitrogen dalam tanah ini
memungkinkan respirasi tanaman meningkat menyebabkan proses pembelahan sel akan
sehingga mempercepat proses penuaan sehingga semakin cepat terjadi. Aplikasi pupuk urea pada
tanaman cepat menimbun lignin (lignifikasi) pada tanaman akan meningkatkan pertumbuhan
dinding sel yang merupakan bagian bahan tanaman dan sesuai dengan pendapat Bey dan Las
anorganik. Pada lahan naungan memiliki bahan (1991) bahwa pertumbuhan tanaman ditentukan
kering lebih rendah disebabkan intensitas cahaya oleh laju pembelahan dan pembesaran sel dan
yang rendah. Ludlow et al. (1974) menyatakan suplay bahan-bahan organik dan anorganik untuk
produksi bahan kering menurun dengan adanya sintesa protoplasma dan dinding sel yang baru.
intensitas cahaya yang rendah pada beberapa Unsur hara yang tersedia dalam leguminosa
spesies rumput dan legum. Cahaya merupakan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan
salah satu faktor yang mempengaruhi terbuka dan tanaman sehingga menghasilkan bahan kering
tertutupnya stomata. Menurunnya intensitas lebih besar pula. Hasil penelitian ini sesuai
cahaya akibat naungan akan mempengaruhi pendapat Salisbury dan Ross (1995) bahwa
pembukaan stomata, sehingga aktivitas komponen utama dalam berat kering tanaman
fotosintesis akan menurun. Berdasarkan hal adalah senyawa polysakarida dan lignin pada
tersebut fotosintat yang dihasilkan selama dinding sel, ditambah komponen sitoplasma
tanaman dinaungi menjadi berkurang, ini akan seperti protein, lipid, asam amino dan asam
tercermin dari rendahnya bobot kering tanaman. organik.
Jika dibandingkan dengan perlakuan jenis Faktor lain yaitu waktu pemanenan pada
rumput, berdasarkan DMRT menunjukkan penelitian ini yaitu 57 hari pada kondisi musim
bahwa penanaman campuran rumput gajah hujan sehingga hijauan sudah tergolong tua.
dengan leguminosa dan rumput odot dengan Koten (2013) mengemukakan bahwa faktor umur
leguminosa berbeda nyata (P<0,05) terhadap panen, produksi bahan kering tanaman bagian atas
bahan kering rumput. Hal ini disebabkan karena semakin meningkat dengan bertambahnya umur
varietas pastura memberikan respon yang berbeda potong karena makin banyaknya waktu yang
pada kondisi lingkungan yang berbeda dan tersedia bagi tanaman untuk berfotosintesis maka
pertumbuhan serta produksi tanaman juga makin banyak terjadi akumulasi material hasil
dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis tanaman itu fotosinteis didalam jaringan tanaman.
sendiri. Soegito et al. (1992) menyatakan bahwa Bertambahnya umur tanaman menyebabkan
setiap varietas tanaman memiliki produksi yang tanaman memasuki fase renesance dimana
berbeda-beda tergantung kepada sifat genetis tanaman telah berada pada masa penuaan
varietas tanaman itu sendiri. sehingga menyebabkan bagian tanaman
Berdasarkan Tabel 1 terdapat nilai rata-rata mengandung selulosa dan lignin yang tinggi.
bahan kering rumput gajah dan rumput odot yang
ditanam campuran dengan leguminosa berturut- Bahan Organik Rumput
turut sebesar 18,51±1,17% dan 13,71±0,33%, Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 2
keduanya memiliki hasil yang lebih tinggi pada perlakuan 1 terdapat rata-rata nilai bahan
dibandingkan dengan bahan kering rumput gajah organik rumput pada penanaman campuran
menurut hasil penelitian Halim et al. (2013) dilahan tanpa naungan sebesar 81,79±1,51%,
sebesar 16,16% dan bahan kering rumput odot tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata bahan
menurut hasil penelitian Sirait et al. (2014) organik rumput penanaman campuran di lahan
sebesar 13,55%. Hal tersebut menunjukkan naungan sebesar 84,90±0,85%. Meskipun pada
bawah penanaman campuran dapat meningkatkan lahan bernaungan kandungan bahan organik pada
bahan kering dibandingkan dengan penanaman rumput tergolong baik.
rumput secara tunggal.
Penanaman secara campuran dimungkinkan Tabel 5. Kandungan bahan organik pertanaman
terjadi persaingan atau saling mempengaruhi campuran
antara komponen pertanaman yang berlangsung Perlakuan
selama periode pertumbuhan tanaman yang Variabel Tanpa
mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih Naungan Naungan
tanaman tersebut. Gardner et al. (1991) --Kandungan bahan organik (%)--
menyatakan bahwa pada pertanaman campuran
leguminosa memberi sumbangan N pada rumput Rumput Gajah 82,86±2,70 85,50±4,44
selama pertumbuhannya. Berdasarkan hal Rumput Odot 80,72±1,14 84,30±1,63
tersebut sumbangan N dari leguminosa yang Rata-rata 81,79±1,92 84,90±3,04
optimum dapat menyediakan unsur N dalam tanah
untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

160
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

Faktor nilai bahan organik pada kandungan bahan organik pada rumput gajah dan
penanaman di lahan naungan tetap baik rumput odot berturut-turut 88,30% dan 85,55%.
dikarenakan intensitas cahaya rendah Berdasarkan hal tersebut kandungan bahan
menyebabkan diameter daun pada hijauan lebih organik rumput gajah dan rumput odot dengan
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Nopriani penanaman campuran leguminosa lebih rendah
(2014) bahwa diameter daun pada perlakuan dibandingkan dengan kandungan bahan organik
naungan lebih tinggi dibandingkan dengan rumput pada penanaman tunggal. Hal tersebut
perlakuan tanpa naungan. Diameter daun dapat disebabkan oleh umur panen yang dilakukan pada
memberi gambaran tentang proses dan laju penelitian ini yaitu 57 hari pada musim
fotosintesis pada suatu tanaman, yang pada penghujan. Jarak defoliasi pada musim
akhirnya berkaitan dengan pembentukan penghujan sebaiknya 40 hari sekali dan musim
biomassa tanaman. Peningkatan diameter daun kemarau 60 hari sekali (Soetrisno, 2008). Hal
merupakan upaya tanaman dalam tersebut menyebabkan kandungan nutrisi
mengefisiensikan penangkapan energi cahaya menurun. Penurunan kualitas nutrisi mulai
untuk fotosintesis secara normal pada kondisi menurun pada umur pemotongan 37 hari (Norris
intensitas cahaya rendah. dan Ayres, 1991). Frekuensi dan intensitas
Intensitas cahaya sangat mempengaruhi defoliasi mempengaruhi produksi dan mobilisasi
tanaman dalam meningkatkan pembukaan luas N pada tanaman. Intensitas defoliasi
daun dan pemanjangan tangkai daun. Selain itu, meningkatkan penyerapan N yang dialokasikan
ketersediaan N dalam tanah sangat terbatas, untuk pertumbuhan daun yang diperoleh dari akar
ternyata ditemukan produksi biomasa tertinggi dan daun tua.
pada perlakuan naungan yang sedang dibanding Umur panen berpengaruh terhadap nutrisi
pada kondisi terbuka. Pengaruh ini nyata disertai hijauan semakin tua tanaman maka akan lebih
dengan konsentrasi nitrogen yang lebih banyak sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding
pada jaringan tanaman (Wong dan Wilson, 1980). selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel.
Faktor yang menyebabkan nilai bahan Konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun
organik tidak berbeda nyata pada lahan tanpa pada rerumputan, ditandai dengan meningkatnya
naungan yaitu intensitas cahaya, penelitian umur tanaman yang disebabkan meningkatnya
berlangsung selama musim hujan sehingga bagian dinding sel dan menurunnya bagian silitol
intensitas cahaya lebih rendah. Intensitas cahaya (Whitehead, 2000). Berdasarkan hal tersebut
yang diterima tanaman selama fotosintesis akan kandungan lignin pada penelitian ini tergolong
dimanfaatkan sebagai sumber energi sedangkan tinggi sehingga menyebabkan kandungan bahan
lama penyinaran mengendalikan pembungaan organik menjadi lebih rendah.
sebagai besar jenis tanaman. Sopandie et al.
(2003) menyatakan bahwa kondisi kekurangan SIMPULAN
cahaya pada tanaman mengakibatkan
terganggunya metabolisme, sehingga Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
menyebabakan menurunnya laju fotosintesis dan interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis
sintesis karbohidrat. Bahan organik terdiri atas rumput pada penanaman campuran dengan
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin, bahan leguminosa terhadap jumlah anakan.
anorganik terdiri atas mineral dengan berbagai produktivitas hijauan, naungan yang berbeda
unsur-unsurnya (Tillman et al., 1998). memberikan pengaruh nyata terhadap produksi
Perlakuan jenis rumput bedasarkan uji bahan kering rumput gajah dan rumput odot,
anova kadar bahan organik pada penanaman namun jenis rumput yang berbeda tidak
campuran antara rumput gajah dengan berpengaruh nyata dan kadar bahan organik
leguminosa siratro tidak berbeda nyata (P>0,05) hijauan dalam naungan pohon kelapa sawit
dengan penanaman campuran antara rumput odot menunjukkan hasil yang lebih baik.
dengan leguminosa siratro. Berdasarkan tabel 2
nilai rata-rata dari penanaman campuran antara DAFTAR PUSTAKA
rumput gajah dengan leguminosa siratro dan
rumput odot dengan leguminosa siratro berturut- Alverenga, A.A., M.C. Evaristo, C. Erico, J. Lima
turut sebesar 84,18±1,87% dan 82,51±2,53%. dan M.M. Marcelo. 2003. Effect of
Hasil tersebut menunjukkan kandungan bahan different light levels on the innitial growth
organik pada rumput gajah dan rumput odot and photosynthetic of Croton Urucuruna.
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal Baill in Southeastern Brazil. J Arvore.
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Munasik et 27:53--57
al. (2012) dan Sirait et al. (2014) bahwa nilai Bahar, S., Chalidiah, U. Abduh, dan M Sariubang.
1998. Pertanaman Campuran Rumput dan

161
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 155-162, November 2018 Agung Kusuma Wijaya et al.

leguminosa untuk Meningkatkan Produksi pada Intensitas Cahaya yang Berbeda.


dan Kualitas Hijauan. Seminar Nasional JITV. 19:272—286
Peternakan dan Veteriner. Ujung Pandang. Purwantari, N. D., B. Tiesnamurti dan Y. Adinata.
Diana, H.N., Roeswandy dan F. N. Hasan. 2005. 2015. Ketersediaan Sumber Hijauan di
Pengaruh Berbagai Level Naungan dari Bawah Perkebunan Kelapa Sawit untuk
Beberapa Pastura Campuran Terhadap Penggembalaan Sapi. Wartazoa. 25:047—
Produksi Hijauan. J AGP. 1: 67--72 054
Ditjenbun. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Purwawangsa, Hadian dan W.P. Bramada. 2014.
2015--2017 Kelapa sawit. Direktorat Pemanfaatan Lahan Tidur untuk
Jenderal Perkebunan. Jakarta. Penggemukkan Sapi. J. Ris. Keb. Pert.
Farizaldi. 2011. Produktivitas Hijauan Makanan Ling.. 1: 92—96
Ternak pada Lahan Perkebunan Kelapa Samarakoon, S.P., J.R. Wilson dan H.M. Shelton.
Sawit Berbagai Kelompok Umur di PTPN 1990. Growth Morphology, and
6 Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Nutritivevalue of Shaded Stenotaphrum
JIIP. 14: 68--73. secundatum, Axonopus compressus and
Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Pennisetum clandestinum. J Agr. Sci.
Lingkungan Tanaman. UGM. Yogyakarta. 114:161--169
Halim, M.R.A., S. Samsuri, I.A., Bakar. 2013. Saravanan, R., K.Sunil, N.A. Gajbhiye dan S.
Yield and Nutritive Quality of Nine Napier Maiti. 2008. Influence of Light Intensity
Grass Varieties in Malaysia. J Anim Sci. on Gas Exchange, Herbage Yield an
16:37—44 Andrographolide Content in Andrographis
Holmes, W. 1980. Grazing Management 2nd paniculata (Nees). J Hort Indian. 65:
Edition. In: Grass Its Production and 220—225
Utilization. Holmes, W (Ed). Lackwell Sawen, D. 2012. Pertumbuhan Rumput Gajah
Sciencetific Publication, Oxford. UK. (Pennisetum perpureum dan Benggala
Ludlow, M.M. dan G.I. Wilson. 1976. Physiology (Panecum maximum) Akibat Perbedaan
of Growth and Chemical Compotition. In: Intensitas Cahaya. JITT. 2: 17—20
Tropical Pastures Research. N.H. Show Soetanto, H dan I. Subagyo. 1988. Landasan
and W.W. Bryan(eds). Buletin 51. Agrostologi. Universitas Brawijaya.
England. Malang.
Ludlow, M. M., G. I. Wilson, and M. R. Huterust. Setiadi. 1994. Kentang Varietas dan
1974. Studies on The Productivity of Pembudidayaan. Penebar Swadaya.
Tropical Pasture Plants. Shading Jakarta
Ongrowth, Photosyntesis and Respiration Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan
in Two grasses and Two Legumes. Aust J Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka.
Agr Res. 23:415—463 Jakarta.
Lukas, R.G., D.A. Kaligis, dan M. Najoan. 2017. Sudaryono. 2011. Pengaruh Bahan Pengkondisi
Karakter Morfologi dan Kandungan Tanah Terhadap Iklim Mikro pada Lahan
Nutrien Rumput Gajah Dwarf Berpasir. JTL. 2:175—184
(Pennisetum purpureum cv. mott) pada Susetyo. 1969. Hijauan Makanan Ternak.
Naungan dan Pemupukan Nitrogen. J Direktorat Peternakan Rakyat. Dirjen
LPPM Unsrat. 4:33--43 Peternakan, Deptan. Jakarta.
Nopriani U, PDMH Karti, dan I. Prihantoro. 2014. Wong, C.C., 1990. Shade Tolerance of Tropical
Produktivitas Duckweed (Lemna minor) Forages: a review. In: ACIAR Proceding
sebagai Hijauan Pakan Alternatif Ternak Forage for Plantation Crop. Shelton, H.M.
and W.W.Stur (Ed). 32:64

162

Anda mungkin juga menyukai