Anda di halaman 1dari 25

SARIPATI

C
I
N
T
A
BEDAH
ORTHOPEDI
CONGENITAL
1. Osteogenesis Imperfekta
Kelainan jaringan ikat dan tulang yang bersifat herediter dengan gangguan
maturitas kolagen, sehingga osteoblas tidak mampu untuk berdiferensiasi
Insidensi :1 dari 20000-60000 kelahiran

Tipe-tipe :
a. Tipe I (autosomal dominant)
b. Tipe II (new dominant mutations)
c. Tipe III (some gene mutations, some recessive)
d. Tipe IV (autosomal recessive)
Riwayat prenatal : ditemukan patah tulang panjang pada janin saat USG
Riwayat perinatal : adanya fraktur
RPK: adanya kematian perinatal, adanya keluarga dengan patah tulang berulang, gigi
rapuh (dentinogenesis imperfecta), sklera biru, gangguan pendengaran dini.
Riwayat penyakit : mulai timbulnya, progresifitas, riwayat pertumbuhan dan adanya
patah tulang berulang

Manifestasi Klinis :
a. Kerapuhan tulang
b. Kelemahan persendian
c. Kerapuhan pembuluh darah
d. Sklera biru
Gangguan kulit
Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi:
Ditemukan tanda fraktur atau penurunan densitas mineral tulang (osteopenia atau
osteoporosis) dari pemeriksaan:
• USG prenatal
• Bone survey
• BMD (bila tersedia standar normal untuk anak sesuai usia)
Laboratorium: Biokimia tulang (kalsium, vitamin D, fosfat, alkali fosfatase,
magnesium). Bila klinis meragukan dan pemeriksaan memungkinkan, kultur
fibroblast dan analisis mutasi
Tatalaksana :
a. Merawat bayi secara seksama sehingga komplikasi fraktur berlanjut
dapat dicegah
b. Mencegah deformitas → menggunakan bidai
c. Mobilisasi untuk mencegah osteoporosis
d. Koreksi deformitas → osteotomi dan fiksasi interna

• Jarang kasusnya

2. Clubfoot (Congenital Talipes Equinovarus)


Deformitas forefoot adduksi dan supinasi melalui sendi midtarsal, tumit varus
pada subtalar, equinus pada ankle dan deviasi medial seluruh kaki dalam hubungan
dengan lutut. (salter)

Keluhan Utama : Kelainan bentuk pada kedua pergelangan kaki


Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RS Polri mengeluh kelainan bentuk
pada pergelangan kakinya sejak lahir. Bentuk kedua kaki dikatakan membengkok ke
dalam, pergelangan kaki yang bengkok itu tidak disertai nyeri, bengkak ataupun
kemerahan. Kedua kaki tidak dapat diluruskan
Riwayat kehamilan dan persalinan : selama hamil ibu pasien memeriksa teratur ke
bidan dan melakukan pemeriksaan USG di dokter kandungan. Selama hamil pasien
tidak mengeluh sakit dan tidak mengonsumsi obat-obatan. Pasien melakukan persalinan
normal di RS Polri dengan usia kehamilan 38-39 minggu, tidak ada riwayat ketuban
pecah dini, pasien lahir dengan berat 3250 gram, panjang 50 cm dengan APGAR 8-9.

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : lemah
Look : kaki terputar kedalam sehingga telapak menghadap ke posteromedial
- Pergelangan kaki (angkle) equines, tumit inversi & forefoot adduksi & supinasi.
Kadang terdapat cavus dan talus menonjol ke permukaan dorsolateral kaki.
- Tumit kecil dan tinggi, betis (calf) tipis
Feel :
- Upaya koreksi secara gentle → fixed (tipe rigid)
- Pada bayi normal dengan postural equinovarus (tipe flexible) kaki dapat dorsi flexi
sehingga jari menyentuh permukaan depan cruris.
- Kelainan lain yang dapat ditemukan
spina bifida atau arhtrocryposis
Move :
- ROM ; + pada tipe rigid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X – ray :
Diperlukan terutama untuk evaluasi terapi
- Posisi AP diambil dengan kaki 30º plantar flexi & tabung (beam) membentuk
sudut 30º.
- Tarik garis melalui axis memanjang talus sejajar batas medial & melalui axis
memanjang calcaneus sejajar tepi lateral. Normal sudut talocalkaneal 20º.
- Posisi lateral diambil dengan kaki dalam forced dorsi flexi. Garis ditarik melalui
axis mid longitudinal talus dan tepi bawah calcaneus. Normalnya 40°

PENATALAKSANAAN
Konservatif
Tipe flexible : Dimulai sejak bayi berusia 2-3 hari dan dikoreksi berdasarkan
urutan adduksi forefoot, kemudian supinasi dan equines.
Operatif
Tipe rigid/resisten : dioperasi pada usia 8 minggu.
Pasca Operatif : pembidaian dilanjutkan dan koreksi dengan Denis Browne Split.

• Equinovagus tidak termasuk CTEV, beda diagnosis.


INFEKSI

1. Osteomielitis Hematogen Akut


• Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi serius yang biasanya terjadi pada
tulang yang sedang tumbuh.
• Penyakit ini disebut sebagai osteomielitis primer karena kuman penyebab infeksi
masuk ketubuh secara langsung dari infeksi local di daerah orofaring, telinga, gigi,
atau kulit secara hematogen
• Penderita kebanyakan adalah anak laki-laki
• Etiologi tersering adalah kuman Gram positif yaitu Staphylococcus aureus.
• Lokasi infeksi tersering adalah di daerah metafisi tulang panjang femur, tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Daerah metafisis menjadi daerah sasaran infeksi
diperkirakan karena:
• Daerah metafisis merupakan daerah pertumbuhan sehingga sel-sel
mudanya rawan terjangkit infeksi
• Metafisis kaya akan rongga darah sehingga risiiko penyebaran infeksi
secara hematogen juga meningkat
• Pembuluh darah di metafisis memiliki struktur yang unik dan aliran darah
didaerah ini melambat sehingga kuman akan berhenti disini dan
berproliferasi
Gejala Klinis
• Diawali dengan nyeri local hebat yang terasa berdenyut
• Pada anamnesis sering ditemukan ada kaitannya dengan riawayat jatuh sebelumnya
disertai gangguan gerak yang disebut pseudoparalisis.
• Dalam 24 jam muncul gejala sistemik seperti demam, malaise, cengeng, dan
anoreksia
• Nyeri terus menghebat dan timbul pembengkakan
• Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan akan
menimbulkan selulitis sehingga kulit kemerahan

Pemeriksaan Fisik
Look : bengkak, kemerahan,
Feel : nyeri tekan local pada daerah infeksi (+), teraba hangat pada daerah yang
terkena
Movement : terbatas

Pemeriksaan Laboratorium dan penunjang lainnya


• Leukositosis dengan predominansi sel-sel PMN
• Hemoglobin dapat menurun
• Penigkatan LED dan protein C-reaktif
• Kelainan tulang baru tampak pada foto Roentgen setelah 2-3 minggu
• Bone scan atau scintigrafi memiliki nilai lebih untuk diagnosis pada minggu
pertama awitan infeksi
• MRI, menunjukkan adanya dark focus pada T1-weighted image atau bright signal
pada T2-weighted image
• USG, pembengkakan jaringan lunak pertama terlihat pada hari-hari pertama awitan
infeksi
• Pemeriksaan Histologi, Aspirasi dengan jarum khusus untuk member dilakukan
untuk memperoleh pus dari subkutan, sub periosteum atau fokus infeksi di
metafisis.

Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal


Diagnosis Banding
• Granuloma eosinofilik
• Tumor Ewing
• Osteosarkoma

Penatalaksanaan
• Berikan antibiotik parenteral berspektrum luas berdosis tinggi selama 4-6
minggu.
• Tirah baring dengan memerhatikan kelurusan (alignment) tungkai yang sakit
dengan mengenakan bidai atau traksi guna untuk mengurangi nyeri, mencegah
kontraktur, serta mencegah penyebaran kuman lebih lanjut.
• Bila setelah terapi intensif 24 jam tidak ada perbaikan, dilakukan pengeboran
tulang yang sakit dibeberapa tempat untuk mengurangi tekanan intraosseus.

Komplikasi
• Komplikasi dini: abses, artritis septic hingga sepsis
• Komplikasi lanjutnya : osteomielitis kronik, kontraktur sendi, dan gangguan
pertumbuhan tulang

2. Spondilitis TB / Penyakit Pott


• Tuberkulosis tulang belakang (spondilitis tuberkulosa) “ peradangan
granulomatosa yg bersifat kronik destruktif oleh Mycobacterium tuberculosa
• Penyakit ini paling sering mengenai vertebrae T8-L3 dengan infeksi dimulai dari
korpus vertebrae di sentral, paradiskus, atau anterior.
• Merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dlm tubuh. Percivall Pott
(1793) menyatakan terdapat hub. antara pykt ini dgn deformitas tlg blkg yg terjadi.

Gejala Klinis
• Keluhan paling awal: Nyeri punggung
• Riwayat TB paru
• Adanya gejala sistemik seperti demam, nafsu makan turun, keringat malam
• Riwayat batuk lama >3 minggu
• Adanya paraparesis/kekakuan otot sampai nyeri yang tergantung pada lokasi
infeksi
• Adanya perubahan pola jalan
• Kebas, baal, gangguan defekasi & miksi

Pemeriksaan Fisik
Look: kifosis
Feel : Gibbus, Abses paravertebra, Abses terbentuk di anterior rongga dada atau
abdomen
Movement : terbatas
Pemeriksaan Laboratorium :
• Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis Uji Mantoux positif
• Kultur/Pewarnaan: ditemukan Micobacterium TB Pungsi lumbal: Akan didapati
tekanan cairan serebrospinalis rendah, test Queckenstedt menunjukkan adanya
blokade sehingga menimbulkan sindrom Froin yaitu kadar protein likuor
serebrospinalis amat tinggi sehingga likuor dapat secara spontan membeku.

Pemeriksaan Pencitraan :
• Foto toraks -> tuberkulosis paru
• Foto polos vertebra-> osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus vertebra,
disertai penyempitan discus intervertebralis yang berada di antara korpus
tersebut, massa abses paravertebral.
• Pada foto AP -> abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung
(bird’s net), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses
terlihat berbentuk fusiform.
• Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis.

Pemeriksaan Pencitraan :
Pemeriksaan CT scan :
CT scan dapat memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irreguler,
skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.
Pemeriksaan MRI :
Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra dan osteomielitis tulang belakang.
Menunjukkan adanya penekanan saraf.
Terapi konservatif
a. Medikamentosa :
b. Imobilisasi - 2-3 bulan
c. Pencegahan komplikasi imobilisasi lama
• turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus latihan luas gerak
sendi untuk mencegah kontraktur
• latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan
mencegah terjadinya orthostatik pneumonia
• latihan penguatan otot
• bladder training dan bowel training bila ada gangguan mobilisasi
bertahap sesuai dengan perkembangan penyakit
d. Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai perkembangan penyakit
e. Pemberian Obat Anti Tuberkulosis
Indikasi operasi :
1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia.
2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri, dalam hal ini
kifosis progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak anak).
3) tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu.
4) abses luas.
5) biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis.
6) nyeri berat karena kompresi abses.
Kontra-indikasi operasi :
Kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung yang membahayakan operasi

Tindakan bedah yang dapat dilakukan :


1. drainase abses
2. debridemen radikal
3. penyisipan tandur tulang
4. artrodesis/fusi
5. osteotomi.
KOMPLIKASI
• Cedera corda spinalis (spinal cord injury).
• Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke
dalam pleura.

• Awalnya didahului infeksi primer, namun gejala awal infeksi primer bisa ga
keliatan.
• Gejala infeksi sekunder bisa minimal, tau tau langsung keluhan di punggung.
• Anamnesis harus cermat.
• Kalau terlihat gibus sudah jelas diagnosisnya.

Neoplasma
1. Osteosarkoma
ANAMNESIS
a. Keluhan utama:
Nyeri yang awalnya ringan dan hilang timbul, lama kelamaan menjadi
progresif dan menetap.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan adanya bengkak di lokasi sekitar nyeri. Dapat ditemui
anemia dan penurunan berat badan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Osteosarkoma sekunder dapat berhubungan dengan penyakit Paget, displasia
fibrosa, infark tulang, tumor mikso fibrosa lippo sclerosing, osteomyelitis kronik,
differensiasi chondrosarkoma
PEMERIKSAAN FISIK
a. Look: Massa kemerahan, terlihat vena yang membengkak.
b. Feel: Teraba hangat, lunak, teraba pulsasi yang meningkat, nyeri pada penekanan.
c. Move: keterbatasan gerak pada sendi yang terlibat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Terdapat peningkatan Alkaline Phosphatase (ALP) dan Lactate Dehydrogenase
(LDH).
Pemeriksaan laboratorium lain mencakup hitung darah lengkap (termasuk
differential), hitung trombosit, elekrolit, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, dan urinalisis
dilakukan sebelum kemoterapi guna menunjang keberhasilannya.
Radiologi
Sunray appearance. Berupa
garis- garis tipis (seperti sinar)
yang tegak lurus dengan aksis
tulang. Menandakan
keterlibatan jaringan lunak.
Stadium dini, belum terdapat
metastasis.
Codman’s triangle

Destrksi korteks, terjadi reaktivasi pembentukan tulang baru


yang menyebabkan peningkatan periosteum.

MRI digunakan untuk mengetahui perluasan tumor dan mengevaluasi hasil terapi. Pada
gambar (c) terlihat tumor yang meluas ke posterior dari jaringan lunak dan respon yang
signifikan terhadap kemoterapi pada gambar (j)

Terapi Konservatif:
1. Kemoterapi Neoadjuvan
Terapi Operatif:
1. Amputasi (derajat keganasan tinggi yang tidak memungkinkan pemberian
kemoterapi neoadjuvan; ukuran sangat besar, ulkus, perdarahan)
2. Limb Salvage Surgery dengan megaprostesis
3. Limb Salvage Surgery dengan Biological Reconstruction
2. Osteochondroma
ANAMNESIS
Tumor tumbuh dengan lambat sehingga sering kali asimtomatik, apabila semakin
besar dan menekan persarafan sekitar dapat menyebabkan gejala neuropati. Pasien
dapat mengeluhkan rasa sakit apabila tumor menekan jaringan sekitar atau terdapat
fraktur patologis dari tangkai tumor.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Look: Terlihat massa, tidak tampak kemerahan apabila tidak terdapat inflamasi
b. Feel: Teraba keras. Bisa jadi hangat dan nyeri apabila terdapat inflamasi dan
penekanan jaringan sekitar
c. Move: Keterbatasan gerak pada sendi yang terlibat apabila ukuran membesar.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Foto X-ray menunjukkan massa bertangkai yang menyerupai


cauliflower

MRI menunjukkan cartilaginous cap yang tipis pada


proximal humerus

TERAPI
Terapi diindikasikan bila (1) menimbulkan gejala akibat penekanan terhadap
struktur-struktur sekitarnya, (2) gambaran radiologis menunjukkan tanda-tanda
keganasan, serta (3) bila pertumbuhannya progresif. Lesi-lesi asimptomatik pada anak
dapat dibiarkan saja, tetapi penderita diawasi agar tidak mengalami trauma di daerah
lesi sebab mudah menimbulkan fraktur. Lesi-lesi soliter yang besar (> 5 cm) diangkat
untuk tujuan kosmetik serta memperkecil resiko terjadinya keganasan.Dilakukan
reseksi apabila didapatkan indikasi pembedahan. Reseksi memastikan bahwa tidak ada
tutup tulang rawan atau perichondrium yang tersisa, jika tidak, mungkin ada
kekambuhan. Idealnya, garis reseksi harus melalui dasar tangkai, dengan demikian,
seluruh lesi dihapus secara en blok.

• Tipe bertangkai dan tidak bertangkai


• Saat reseksi, pastikan cartilagenous cap terangkat semua
Trauma

1. Fraktur
Terputusnya kontinuitas (keutuhan) tulang yang ditentukan berdasarkan jenis dan
luasnya.
Etiologi : Cedera, Stress, Kelemahan tulang.
Manifestasi klinis:
• Nyeri
• Deformitas pd lokasi fraktur
• Pemendekan tulang
• Krepitasi
• Edema dan perubahan warna local (memar)
• Perdarahan
Klasifikasi Fraktur
Fraktur Patologis
Fraktur Stress
● Berdasarkan luas garis fraktur
1. Komplit → garis patah melalui 2 korteks tulang
2. Inkomplit → garis patah tdk melalui seluruh garis penampang tulang
TATALAKSANA
PRINSIP TATALAKSANA: Mengurangi nyeri, menjaga posisi fragmen
fraktur, mendorong terjadinya union tulang, mengembalikan fungsi optimal.
• Penari balet : fraktur tibia

2. Dislokasi

DISLOKASI ANTERIOR:
● Yang tersering ditemukan
● Kaput humerus berada di bawah glenoid, sub-korakoid dan sub-klavikuler
Gambaran klinis: Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan per-gerakan sendi
bahu. Kontur sendi bahu menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan/
DISLOKASI POSTERIOR
● Lebih jarang ditemukan
● Trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna
Gambaran klinis
● Nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi

Pemeriksaan radiologis
● Tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus
● Reduksi dengan menarik lengan, rotasi interna, imobilisai 3-6 minggu

• Sprain diobati dengan konservatif aja karena bakal sembuh 2 minggu sampai 3
bulan kalau dioperasi terlalu agresif.
• Sprain berarti ligamentumnya ga sampai putus.
• Operatif kalau udah jelas, fungsi untuk memperkuat ligamen.
Appendageg

1. Osteoarthritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
pada sendi (CDC, 2014).
Anamnesis
Chief complaint dapat berupa:
- Nyeri sendi (biasanya pada daerah sendi yang menopang berat badan) yang
dirasa pada saat bergerak (pain of motion) dan hilang pada saat istirahat. Pada
keadaan lanjut, nyeri bisa dirasakan bahkan saat istirahat (pain of rest)
- Kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau setelah berdiam/duduk lama
- Bengkak pada sendi
- Keterbatasan gerak
Recent/past history:
twisted-ankle, obesitas, hip dysplasia

Pemeriksaan Fisik
- Look : Pembengkakan pada sendi setempat dan dapat pula disertai
kemerahan
- Feel : Krepitasi tulang pada sendi saat pergerakan, ketidaksegarisan (mal-
alignment) sendi, deformitas sendi, serta teraba hangat pada sendi yang sakit
- Move : Keterbatasan gerak sendi (range of motion) pada pergerkan aktif
maupun pasif akibat pembengkakan

• Pemeriksaan penunjang
- Tes diagnostik spesifik untuk osteoartritis saat ini tidak tersedia. Tes darah rutin,
urinalisis, dan bahkan analisis cairan sinovial tidak memberikan informasi yang
berguna, kecuali untuk pengecualian inflamasi atau infectious arthritis.
- Foto polos: dapat ditemukan penyempitan celah sendi, sklerosis tulang subkondral,
pembentukan osteofit, kista subartikuler, deformitas
- CT scan & MRI: dapat digunakan untuk menilai kelainan jaringan lunak pada tulang
rawan, meniscus, ligament, dan peningkatan cairan sendi
- Pemeriksaan cairan sendi: hanya dilakukan jika ada kecurigaan terjadinya infeksi
Foto polos pada
osteoartritis genu

Tujuan pengobatan pada pasien OA adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah
terjadinya kontraktur atau atrofi otot. Terapi dapat berupa:
• Terapi Non-medikamentosa
- Penurunan berat badan terutama pada pasien-pasien obesitas, untuk
mengurangi beban pada sendi yang terserang OA
- Penyangga badan seperti tongkat atau kruk
- Fisioterapi untuk menjaga mobilitas sendi, mempertahankan kekuatan otot,
serta mengurangi nyeri
- water-based exercise: aqua jogging
• Terapi Medikamentosa
- Paracetamol atau NSAID untuk mengurangi keluhan pada nyeri kronik progresif
- SYSADOA (symptomatic slow acting drug for osteoarthritis) atau DMOAD (disease
modifying osteoarthritis drug) seperti kondroitin sulfat, glukosamin, dan asam
hialuronat
- Injeksi hialuronan intraartikuler untuk mempertahankan synovium sendi
• Terapi Bedah
Untuk OA yang parah/ tidak membaik dengan medikamentosa/ sangat mengganggu
aktivitas.
- Joint debridement : mengangkat loose bodies atau menghambat osteofit. Dapat
dilakukan dengan artroskopi atau bedah terbuka
- Realignment osteotomy : jika sendi masih stabil dan bagian utama dari permukaan
articular dipertahankan
- Arthrodesis : dilakukan jika kekakuan masih dapat ditoleransi. Biasanya pada sendi-
sendi kecil tempat predileksi OA (metatarso/carpophalangeal)
- Mikrofraktur : membuat lubang-lubang pada subkondral agar nutrient dari sumsum
tulang dapat mencapai permukaan rawan sendi
- Implantasi tulang rawan : dilakukan pada daerah permukaan sendi dengan
menggunakan biakan tulang rawan sendi itu sendiri
• Nyeri di weight bearing joint : lutut, hip, kaki
• Cardinal sign OA: kekakuan sendi
• Kalau masalah di hip: pasien susah naik tangga, susah pake kaus kaki yg butuh
flexi
• Kalau masalah di lutut: pasien tidak kuat berdiri lama
• Krepitasi bisa audible ketika pasien bergerak
• Analisis cairan synovial, darah rutin, dan urinalisis tidak banyak membantu.
• Cardinal sign foto polos: penyempitan celah sendi, kista subartikuler, sclerosis
tulang subkondral, osteofit.
• Pasien gejala ringan: modifikasi gsya hidup
• Obat topikal dulu, kalau makin berat gejalanya baru ke sistemik.

2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan yang ditandai dengan adanya kelainan massa tulang
yang rendah dan defek pada struktur tulang, yang menyebabkan tulang menjadi rapuh
dan lebih berisiko fraktur dibandingkan tulang yang normal sesuai dengan usia, jenis
kelamin, dan ras.

Gambar 2. Tulang normal vs Tulang osteoporosis


© Office of the Surgeon General (US). 2004
Anamnesis
Chief complaint dapat berupa:
Keluhan fraktur tergantung lokasinya (nyeri, bengkak, malformasi)
Recent/past history:
Trauma (fraktur tl. belakang, kolumna femoris, pergelangan tangan), chronic
glucocorticoid therapy, riwayat keluarga dengan hip fracture, IMT rendah (<18,5
kg/m2), merokok, konsumsi alkohol berlebih, defisiensi kalsium kronik,
osteomalacia, hyperparatiroidism.

Pemeriksaan Fisik
- Look : kelainan bentuk tulang belakang kifosis, height loss
- Feel : back tenderness, tanda-tanda fraktur jika sudah ada fraktur
- Move : kecepatan berjalan atau kekuatan genggaman berkurang (sering pada
pasien yang pernah atau akan mengalami hip fracture)

Pemeriksaan penunjang
- Lab:
• pengukuran komponen biokimiawi berupa osteokalsin dan alkali
fosfatase untuk melihat aktivitas osteoklas serta piridinolin dan
deoksipiridonolin untuk melihat aktivitas osteoblas
• kadar TSH, kortisol, kalsium, fosfat, dan kalsitonin untuk mencari
penyebab sekunder
- Foto polos: foto polos vertebrae berupa “fish tail vertebrae” akibat perlekukan
ke dalam kedua sisi vertebrae, serta bentuk “doweger’s hump” akibat kifosis
- Densitometri DEXA (dual-energy x-ray absorptiometry): BMD kurang dari -
2,5 SD (osteoporosis), bila dengan fraktur (osteoporosis berat)
- Densitometri Ultrasound
- CT scan & MRI: bila dicurigai adanya keganasan

Gambar 3. Pemeriksaan penunjang osteoporosis


© Blom, Ashley, et al. 2018.

Non-farmakologi
• Latihan aerobik low-impact, seperti berjalan atau bersepeda
• Terapi fisik: latihan kekuatan otot dan beban
• Konsumsi kalsium dan vitamin D secara optimum
• Surgical care: vertebroplasty & kyphoplasty untuk fraktur kompresi
vertebral osteoporosis
Farmakologi
Goal: menurunkan risiko kemungkinan fraktur
• Bisphosphonates: 1st line medication, oral/IV selama 3-5 tahun
• Denosumab, injeksi subkutan tiap 6 bulan
• Hormon paratiroid
• Selective oestrogen receptor modulators (SERMs)
• Cathepsin K inhibitor (Odanacatib)

• Pemeriksaan Serum Beta crosslaps (Beta-CTx)


• Biasanya tidak menunjukan gejala jelas, datang karena sudah fraktur hip
• Tanyakan penggunaan glukokortikoid jangka panjang
• Penurunan tinggi badan bisa lebih dari 4 cm karena pasien mengalami fraktur
kompresi di vertebra
• Bisa diraba back tenderness
• Aktivitas osteoklas meningkat sedangkan bone formation menurun
• Primer: juvenile dan idiopatik (biasanya pada perempuan post menopause)
• TSH, kortisol, kalsium, fosfat, kalsitonin untuk mengecek osteoporosis akibat
penyakit sekunder, missal DM, GGK, hipertiroid, dll
• DXA: untuk cek densitas tulang
• Beta crosslaps: pemeriksaan osteoklas
• Kalsium dan vit D tidak bermanfaat unuk mencegah fraktur, hanya bermanfaat
untuk melengkapi kebutuhan tubuh
• GOAL therapy: menurunkan rsiko kemungkinan fraktur
• Hormon paratiroid: merangsang pertubuhan tulang
• Odanacatib: obat baru tapi sudah menunjukkan hasil positif di penelitian.

Anda mungkin juga menyukai