Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas telah dilaksanakan mulai

berbagai upaya seperti pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistem evaluasi,

pengembangan bahan ajar, pelatihan guru, dan usaha lain. Uapaya pembangunan

pendidikan ini merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai

suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembang-

kan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang.

Melalui pembangunan pendidikan, guru harus berwawasan masa depan yang

memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan

seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup dimasa

depan. Pada kenyataannya berbagai upaya itu belum membawa dampak yang

maksimal, termasuk dalam hal ini belum berhasil meningkatkan profesionalisme guru

sehingga sangat berdampak kepada prestasi siswa. Sebuah pernyataan yang

mencengangkan dikemukakan mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman

Djoyonegoro (Mulyasa, 2006: 3) bahwa, “Hanya 43% guru yang memenuhi syarat.”

Artinya, 57% tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak

professional.

Melihat kondisi tersebut peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah

Dasar menjadi fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas dumber daya

manusia. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan formal
2

pertama mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan sikap, kemampuan,

pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Pada kenyataannya pendidikan

bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan

penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman.

Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi

sasaran ketidakpuasan masyarakat. Hal ini dikarenakan pendidikan menyangkut

kepentingan semua orang dan bukan menyangkut investasi kondisi kehidupan di

masa yang akan datang. Itulah sebabnya, pendidikan senantiasa memerlukan upaya

perbaikkan dan peningkatan kualitas guru sejalan dengan semakin tingginya

kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan formal. Bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi

tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan unsur yang sangat berpengaruh

dalam mencapai tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas lainnya.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam

mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian

posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

mensyaratkan untuk: (1) memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4; (2)

memiliki kompetensi sebagai agen perubahan yaitu kompetensi pedagogik;

kompetensi kepribadian, sosial dan profesional; dan (3) memiliki sertifikat pendidik.

Dengan berlakunya undangundang ini, diharapkan memberikan suatu kesempatan


3

yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya melalui pelatihan,

penulisan karya ilmiah, pertemuan kelompok kerja guru (KKG), dan musyawarah

guru mata pelajaran (MGMP).

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal

pelaksanaan penilaian hasil belajarsebagai bagian dari langkah pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang

menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan

pendidikan menetapkan KKM dengananalisis dan memperhatikan mekanisme, yaitu

prinsip dan langkahlangkah penetapan. Kenyataan dilapangan guru berdasar pada

hasil wawancara dengan 4 guru SDN 43 Melayu Kota Bima dalam menetapkan KKM

tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah

penetapan. Mereka hanya menyalin KKM milik orang lain karena ketidaktahuan

bagaimana menetapkan KKM. Adapun tujuan penelitian ini adalah melatih

kemampuan guru untuk dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran

matematika yang sesuai dengan karakteristik kelas. Penelitian ini mengupayakan

pengadaan rapat kerja KKG sekolah untuk berbagi pengalaman kepada guru mengenai

penentuan KKM sehingga diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.

Dari uraian di atas, penulis akan meneliti mengenai Upaya Peningkatan

Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Melalui

Rapat Kerja KKG Sekolah di SDN 43 Melayu Kota Bima Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut bagaimana


4

Upaya Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) Melalui Rapat Kerja KKG Sekolah di SDN 43 Melayu Kota Bima

Tahun Pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui Upaya Peningkatan

Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Melalui

Rapat Kerja KKG Sekolah di SDN 43 Melayu Kota Bima Tahun Pelajaran

2013/2014.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan,

maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Melalui Rapat

Kerja KKG dapat meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) Sekolah di SDN 43 Melayu Kota Bima Tahun

Pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan

sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti; hasil penelitian ini memberikan bukti empirik yang dapat menjadi

bahan masukan untuk meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menetapkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui rapat dewan guru.


5

2. Bagi guru; hasil penelitian ini akan membantu guru dalam meningkatkan

Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

3. Bagi siswa; sebagai upaya meningkatkan hasil belajar agar dapat mencapai KKM

yang telah ditetapkan.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini dikemukakan beberapa batasan

istilah sebagai berikut:

1. Peningkatan Kemampuan Guru dalam penelitian ini adalah Kemampuan Guru

dalam hal Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masing-masing

bidang studi yang diampu.

2. Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan

belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang

satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan

teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. KKM ditetapkan oleh

sekolah pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan : (a) Intake

(kemampuan rata-rata peserta didik), (b) Kompleksitas (mengidentifikasi

indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), dan (c) Kemampuan

daya pendukung (berorientasi pada sumber belajar).

3. Rapat Kerja KKG adalah Rapat Kerja (Raker) yang digelar oleh KKG sebagai

upaya meningkatkan  kualitas pelaksanaan tugas profsional guru.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi, Peran dan Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru da-pat

dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indone-sia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kom-

petensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan se-cara

utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) ke-pribadian, (3)

sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terin-tegrasi dalam kinerja

guru.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru ber-kenaan

dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan

intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai

teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan

interest yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus

mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan

disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk meng-

aktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan kegiat-an

penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.


7

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang

diamati, yaitu:

a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional dan intelektual.

b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengem-bangan

yang diampu.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisa-sikan

berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga

akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan ge-nerasi kualitas

masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam

pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksa-kan tugas sebagai seorang
8

guru. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui

proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempenga-ruhi ke arah

proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berla-ku dalam

masyarakat.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mem-

pengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyara-kat.

Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasil-kan sikap

mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut ha-rus mampu

membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku,

menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mema-tuhi aturan/tata tertib, dan

belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga

disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewa-jibannya.

Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantap-an dan

integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudaya-

an nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan te-

ladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa.

d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga men-

jadi guru, dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.


9

3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu di-contoh

dan merupkan suritauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru per-lu memiliki

kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran

yang efektif. Dengan dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah

dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan

orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja

sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja

guru yang harus dilakukan adalah:

a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis ke-lamin,

agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendi-dik,

tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

memiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru da-lam

perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tu-gas untuk

mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pem-belajaran, untuk itu

guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
10

update, dan menguasai materi pelajaran yang disaji-kan. Persiapan diri tentang materi

diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti

membaca buku-buku terbaru, mengakses da-ri internet, selalu mengikuti

perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Kompetensi atau kemampuan kepribadian yaitu kemampuan yang harus

dimiliki guru berkenaan dengan aspek:

a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai

sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran.

Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan

proses pembelajaran yang diperoleh melalui latih-an, pengalaman, dan kemauan

belajar yang tidak pernah putus.

b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu di-ciptakan

dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi me-ngajar yang

tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong sis-wa untuk bertanya,

mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemu-kan fakta dan konsep yang

benar. Karena itu guru harus melakukan kegi-atan pembelajaran menggunakan

multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil

mendengar, dan belajar sambil ber-main, sesuai kontek materinya.

c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-

prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagai-mana

menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-

prinsip lainnya.
11

d. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksana-kan

sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula gu-ru dapat

menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat me-motivasi siswa

belajar.

Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati

dari aspek-aspek:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendu-kung

mata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/ bidang

pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

reflektif

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

mengembangkan diri

B. Peranan Guru

Peran guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses

pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam

pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses

pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari pro-ses pendidikan

secara keseluruhan.
12

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serang-kaian

perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam proses tersebut terkandung

multi peran dari guru.

Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar,

pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, peren-cana pembelajaran,

supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.

C. Indikator Kinerja Guru dan Penilaiannya

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia

Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance

assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat

Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1)

rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau dise-but dengann RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembe-lajaran (classroom

procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Indikator penilaian

terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegi-atan pembelajaran dikelas yaitu:

1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang ber-

hubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat

dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajar-an yang

dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pe-laksanaan

pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdi ri dari:


13

a. Identitas Silabus

b. Stándar Kompetensi (SK)

c. Kompetensi Dasar (KD)

d. Materi Pembelajaran

e. Kegiatan Pembelajaran

f. Indikator

g. Alokasi waktu

h. Sumber pembelajaran

Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan sitilah

RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari sila-bus, ditandai

oleh adnya komponen-komponen :

a. Identitas RPP

b. Stándar Kompetensi (SK)

c. Kompetensi dasar (KD)

d. Indikator

e. Tujuan pembelajaran

f. Materi pembelajaran

g. Metode pembelajaran

h. Langkah-langkah kegiatan

i. Sumber pembelajaran

j. Penilaian
14

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang

ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber

belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tu-gas tersebut

merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya

menuntut kemampuan guru.

a. Pengelolaan Kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses

pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam

pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa

dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepat-an waktu masuk dan

keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan

melakukan pengaturan tempat duduk siswa.

Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting

tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberi-

kan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu diku-asi guru

di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sum-ber belajar.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

(materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan

siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (R. Ibra-him dan Nana

Syaodih S., 1993: 78)


15

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.

Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku

teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-bu-ku/sumber-

sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan teruta-ma untuk keperluan

perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya meng-gunakan

media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual.

Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang

ada di sekitar sekolahnya.

Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang su-dah ada

(by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat

mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat

media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.

c. Penggunaan Metode Pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Gu-ru

diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesu-ai dengan

materi yang akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (1993:

74) ”Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari

berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan

harus jelas tujuan yang akan dicapai”.

Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru

harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode

pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan de-ngan tanya jawab
16

dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tu-gas dan seterusnya. Hal ini

dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan sis-wa, dan menghindari terjadinya

kejenuhan yang dialami siswa.

3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pem-

belajaran yang telah dilakukan. Pada tahp ini seorang guru dituntut memiliki

kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyu-sunan alat-

alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/

penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian

Acuan Patokan (PAP).

PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah so-al yang

diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang

dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di

kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan terting-gi di kelasnya.

Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh sis-wa

tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat

dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasar-kan jumlah soal tes

yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas

lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang

telah ditetapkan.
17

Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan pe-nilaian

dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kempuan lainnya yang perlu dikuasai guru

pada kegiatan evaluasi/ pe-nilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat

evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat

menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.

Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah,

pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah soal

tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa

secara lisan. Tes ini umumya ditujukan un-tuk mengulang atau mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.

Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini

siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai de-ngan materi

yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, kete-rampilan, olahraga,

komputer, dan sebagainya. Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes

ini dapat di-gambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif,

ka-rena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat pe-

nilaian hasil belajar.

Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang

harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil bela-jar. Ada dua

hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:

a. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian

kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelaja-ran, melainkan

cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang bersangkutan.


18

b. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh se-bagian

besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembe-lajaran,

khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.

Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengem-bangan

pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam pengo-lahan dan

penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:

a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan

menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa.

b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semes- teran

maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran,

yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau

disempurnakan.

D. Indikator Abilitas Guru

Abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dari seseo-rang yang

berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujud-kan melalui

tindakan. Abilitas seorang guru secara aplikatif indikatornya da-pat digambarkan

melalui delapan keterampilan mengajar (teaching skills), yakni:

1. Keterampilan Bertanya (Questioning skills)

Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting, hal ini

dikarenakan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontar-kan pertanyaan yang

tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yiatu:

a. Meningkatkan pastisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.


19

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masa-lah

yang sedang dibicarakan.

c. Mengembangkan pola fikir dan cara belajar aktif dari siswa, karena pada

hakikatnya berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.

d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan mem-bantu

siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman (1992: 67) adalah: (1) Jelas dan

mudah dimengerti oleh siswa, (2) Berikan informasi yang cukup untuk menjawab

pertanyaan, (3) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu, (4) Berikan waktu

yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menja-wab pertanyaan, (5) Berikan

pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata, (6) Berikan respon yang ramah dan

menyenangkan sehingga timbul kebera-nian siswa untuk menjawab dan bertanya, (7)

Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri ja-waban yang

benar.

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)

Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal (diung-kapkan

dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat se-kali, dan

sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat,

pendekatan, dan sebagainya) merupakan bagian dari modifikasi ting-kah laku guru

terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan

balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau

koreksi.
20

Reinforcement dapat berarti juga respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat

meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakah

tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran atau membesarkan hati siswa agar

mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.

Tujuan dari pemberian penguatan ini adalah untuk: (1) Meningkatkan perhatian

siswa terhadap pembelajaran, (2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar,

dan (3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang

produktif.

Ada 4 cara dalam memberikan penguatan (reinforcement) yaitu:

a. Penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan harus jelas kepada siapa di-tujukan,

yaitu dengan cara menyebutkan namanya, sebab bila tidak jelas akan tidak efektif.

b. Penguatan kepada kelompok siswa, yaitu dengan memberikan pengharga-an

kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

c. Pemberian penguatan dengan cara segera. Penguatan seharusnya diberi-kan

sesegera mungkin setelah muncul tingkah laku/respon siswa yang di-harapkan.

Penguatan yang ditunda cenderung kurang efektif.

d. Variasi dalam penggunaan. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi,

tidak terbatas pada satu jenis saja karena akan menimbulkan kebosanan, dan lama

kelamaan akan kurang efektif.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses inter-aksi

pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa, sehing-ga dalam


21

situasi belajar mengajar, siswa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh

partisipasi. Tujuan dan manfaat variation skills adalah untuk:

a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek

pembelajaran yang relevan.

b. Memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang dimiliki siswa

c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai

cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang le-bih baik.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pe-lajaran

yang disenangi.

Ada tiga prinsip penggunaan variation skills yang perlu diperhatikan guru yaitu:

a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan

tujuan yang hendak dicapai.

b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga ti-dak

akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pem-belajaran.

c. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam renca-na

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4. Keterampilan Menjelaskan (Explaning skills)

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian infor-masi

secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan

yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat. Pe-nyampaian informasi yang

terencana dengan baik dan disajikan dengan urut-an yang cocok merupakan ciri

utama kegiatan menjelaskan.


22

Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiat-an guru

dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas.

Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran adalah: (1) membim-bing

siswa untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif

dan bernalar; (2) melibatkan siswa untuk berfikir dengan me-macahkan masalah-

masalah atau pertanyaan; (3) mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat

pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpaham-an siswa; dan (4) membimbing

siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-

bukti dalam memecahkan masalah.

E. Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian

kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat

digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan (lembar) observasi.

Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui

pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau

nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai

terrendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (4,

3, 2, 1), atau berupa kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan

sebagainya.

Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan Yang dapat

diamati baik dalam situasi yang alami (sebenarnya) maupun situasi buatan. Tingkah
23

laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan

observasi. Tentu saja penilai harus terlebih dahulu mempersiapkan lembaran-

lembaran yang berisi aspek-aspek yang hendak dinilai. Dalam lembaran tersebut

terdapat kolom di sebelah aspek yang hendak dinilai, di mana penilai dapat

memberikan catatan atau penilaian mengenai kuantitas dan/atau kualitas aspek yang

dinilai. Penilaian dapat diberikan dalam bentuk tanda cek (√).

Lembar penilaian observasi juga dapat dibuat dalam bentuk yang tidak

terstruktur. Maksudnya penilai (observer) tidak memberikan tanda cek, namun

menuliskan catatan mengenai kondisi aspek yang diamati. Hal ini biasanya dilakukan

apabila hal-hal yang diamati memang belum dapat dipastikan seperti apa dan

bagaimana kemunculannya. Sebagai contoh, penilaian terhadap kemampuan seorang

guru baru dalam mengelola kelas. Meskipun kisi-kisi pengelolaan kelas telah jelas,

akan tetapi bisa saja guru baru yang dinilai tersebut memunculkan perilaku yang tidak

terprediksi dalam menghadapi para siswa di kelas. Hal ini dilakukan terutama bila

penilai menggunakan pendekatan kualitatif.

Beberapa contoh model instrumen penilaian guru disajikan dalam lampiran.

F. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru


Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas ki-nerja

guru menurut T.R. Mithcell (1978) yaitu:

Performance = Motivation x Ability


24

Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan abilitas ada-lah

unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya

sebagai guru.

1. Motivasi

Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan

perilaku individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting

dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau

pekerjaan individu.

Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor pe-nyebab

yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Me-nurut Maslow

(1970: 35) sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuh-an hidup individu dari

mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.

Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan insentif keuangan

sebagaimana dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja se-

bagaimana dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262), dan pendekatan ana-lisis

pekerjaan dan struktur penggajian (job analysis and wage structure approach)

yaitu mengklasifikasikan sikap, skill, dan pengetahuan dalam usa-ha untuk

mempertemukan kemampuan dan skill individu dengan persyaratan pekerjaan.

Analisis tugas adalah suatu proses pengukuran sikap pegawai dan penetapan tingkat

pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan konpen-sasi.

Berdasarkan pendekatan di atas, maka di kalangan para guru, jabatan guru dapat

dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memoti-vasi (pemotivasi)

para guru untuk meningkatkan kemampuannya.


25

2. Abilitas

Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja,

abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimi-liki individu.

Menurut Bob Davis at. al. (1994: 235) skill dan abilitas adalah dua hal yang saling

berhubungan. Abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui

tindakannya.

Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan guru A. Samana (1994: 51)

menjelaskan bahwa, ”Kecakapan profesional guru menunjuk pada suatu tindakan

kependidikan yang berdampak positif bagi proses belajar dan per-kembangan pribadi

siswa”. Bentuk tindakan dalam pendidikan dapat berwu-jud keterampilan mengajar

(teaching skills) sebagai akumulasi dari pengeta-huan (knowledge) yang diperoleh

para guru pada saat menempuh pendidikan seperti di SPG, PGSD, atau sejenisnya.

3. Kinerja

Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan

yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan

melakukan penilaian hasil belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi, dan abilitas guru

dapat digambarkan sebagai berikut:

Pelaksanaan Skill/Ketr yang Kemampuan Guru:


Jab.Fungs.Guru. dikuasai Guru.  Perencanaan
(Pemotivasian (Abilitas Guru) Pembelajaran
Guru)  Pelaksanaan
Pembelajaran/KBM
 Melakukan
penilaian hasil
pembelajaran
(Kinerja Guru)

Gambar 3.1 Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru


26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek, Lokasi, Dan Waktu Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru SDN 43 Melayu Kota Bima sebanyak 28

orang yang terdiri dari 12 orang guru tetap (GT) dan 17 orang Guru tidak tetap

(GTT). Selanjutnya kepada guru ini diberikan pelatihan tentang pembelajaran

Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM melalui kerja kelompok untuk meningkatkan

kemampuan guru di SDN 43 Melayu Kota Bima Tahun Pelajaran 2013/2014 .

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan alur

kegiatan setiap siklus terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu: rencana tindakan (plan),

pelaksanaan tindakan (action), observasi atau evaluasi (observation/evaluation), dan

refleksi (reflection). Alur kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)


(Sumber: Adaptasi dari Kemmis & Taggart Depdikbud, 1999)
27

Penelitian tindakan sekolah ini berlangsung beberapa siklus sampai mencapai

indicator kinerja yang diharapkan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang harus

dijalani, yaitu perencanaan, pelaksanaan/ tindakan, pengamatan dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan tentang rancangan

pembelajaran dalam bentuk Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM

2) Menyepakati untuk menentukan materi yang akan diajarkan dengan Rapat Kerja

KKG Sekolah .

3) Merancang pembuatan rencana pengajaran dalam bentuk Sosialisasi/pelatihan

penenutuan KKM.

4) Melalui rapat KKG di Sekolah menyampaikan materi tentang penenutan KKM.

5) Merancang pelatihan soal secara individual.

b. Pelaksanaan

1) Merancang membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan menyusun

kelengkapan pembelaaran RPP dalam bentuk Sosialisasi/pelatihan penenutuan

KKM

2) Menyepakati untuk menentukan materi yang akan diajarkan dengan Rapat Kerja

KKG Sekolah .

3) Merancang pembuatan rencana pengajaran dalam bentuk Sosialisasi/pelatihan

penenutuan KKM.

4) Merancang pembelajaran Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM.

5) Melakukan observasi tentang tanggapan guru-guru tentang model pembelajaran


28

yang disosialisasikan.

c. Pengamatan

1) Peneliti berkolaborasi dengan teman seprofesi untuk melakukan pengamatan.

2) Observer mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam

mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan

lembar kerja siswa.

3) Melakukan penilaian hasil latihan soal yang dikerjakan siswa secara individu.

d. Refleksi

Hasil dari tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh

peneliti, kemudian peneliti dapat mereflesi diri tentang berhasil tidaknya yang

dilakukan.Hasil dari siklus I digunakan untuk perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Sama dengan siklus I dengan merevisi hal-hal yang belum optimal

dilaksanakan pada siklus I

b. Pelaksanaan

1) Guru menyusun kembali rencana pengajaran.

2) Melaksanakan kembali pembelajaran Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM.

3) Dengan metode tanya jawab, guru kembali mengamati pemahaman konsep yang

telah dikuasai siswa.

4) Membentuk kembali kelompok-kelompok kecil berdasarkan tempat duduk yang

berdekatan untuk membahas tentang materi, RPP dan instrument lainnya.

5) Melakukan observasi tentang tanggapan guru-guru tentang Rapat Kerja KKG


29

Sekolah .

c. Pengamatan

1) Peneliti berkolaborasi dengan teman seprofesi untuk melakukan pengamatan.

2) Observer mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam

mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan

lembar kerja siswa

3) Melakukan observasi guru dan penilaian latihan soal yang dikerjakan siswa

secara individual.

d. Refleksi

Hasil pada tahap pengamatan disimpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh

peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan

yang dilakukan. Hasil siklus I digunakan untuk perbaikan-perbaikan pada siklus II.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah guru SDN 43 Melayu Kota Bima sebanyak 30

orang.

2. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di

susun peneliti.

b. Data hasil observasi motivasi belajar


30

c. Data hasil pengamatan perilaku guru dan siswa waktu

pelaksanaan pembelajaran.

d. Data tes prestasi belajar siswa.

3. Cara Pengambilan Data

Lembar Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan

prsoses pembelajaran, sedangkan tes digunkan untuk memperoleh data tentang

prestasi belajar atau prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang

dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini.

D. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang ingin dicapai penulis adalah harapan terjadinya

peningkatan kinerja guru dan hasil tes siswa dalam proses pembelajaran yang

ditunjukkan dengan adanya kenaikan nilai kinerja guru yaitu 80% dan prestasi

belajar siswa di atas KKM atau sama dengan KKM yaitu 75 dan target ketuntasan

belajar 80%.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan,

dikembangkan selama proses refleksi sampai dengan proses penyusunan laporan. Ada

dua jenis data yang dipakai oleh penulis yaitu data kuantitatifdan data kualitatif. Data

kualitatif dianalisis dengan diskriptif kualitatif. Untuk lebih jelasnya diuraikan

sebagai beriku:

1) Aktivitas guru
31

Data aktivitas guru dalam pelatihan rapat KKG penentuan KKM dapat

dianalisis dengan rumus sebaai berikut:

As=

Keterangan:
As = Skor rata-rata aktivitas gurtu
∑x = Jumlah skor aktivitas guru masing-masing indikator
ni = Banyaknya item

2) Sikap guru terhadap pelatihan

Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap pelatihan yang dilakuklan

menggunakan rumus sebagai berikut:

SP
TG= x 100 %
SMax

Dimana :
TG= Tanggapan guru
SP= skor perolehan
SMax=skor masimal
32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada guru-guru di SDN 43 Melayu Kota Bima

tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini untuk mengetahui apakah dengan

menerapkan kerja kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru menerapkan

model pembelajaran jigsaw di SDN 43 Melayu Kota Bima Tahun Pelajaran

2013/2014.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan materi dalam bentuk power

point tentang Rapat Kerja KKG Sekolah. Juga menyiapkan tentang skenario

pelaksanaan pelatihan model pembelajaran jigsaw ini pada guru-guru. Peneliti juga

menyiapkan lembar observasi bagi guru ketika guru menerapkan model pembelajaran

di kelas. Untuk meminta tanggapan guru-guru peserta pelatihan tentang model

pembelajaran yang disosialisasikan disiapkan angket untuk guru-guru sebagai peserta

pelatihan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I telah dimulai pada bulan Agustus 2013, yang

terdiri dari dua kali pertemuan untuk memberikan materi dan satu kali untuk

pengumpulan data. Pertemuan pertama khusus membahas tentang sosialisasi materi

pembelajaran Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM. Sebagai pelaksana


33

pembelajaran adalah peneliti sendiri, sedangkan observer melibatkan teman

pengawas/pengawas sejawat.

c. Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi Keaktifan guru dalam pelatihan

Untuk mengetahui tingkat aktivitas guru dalam proses pelatihan pembelajaran

menggunakan Rapat Kerja KKG Sekolah pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan lampiran 4 pada siklus I baru 49% dengan kriteria sangat kurang aktif

dalam mengikuti Rapat Kerja penenutuan KKM. Artinya lebih banyak guru/peserta

yang tidak aktif yaitu 51% pada siklus I.

2. Tanggapan guru terhadap pelaksanaan Pelatihan dengan


metode jigsaw berbasis kerja kelompok

Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada siklus I

baru 41% orang guru yang menanggapi positif mempraktekkan pembelajaran

Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM melalui kerja kelompok ini. Dan guru yang

menanggapi negative masih banyak yaitu 85%.

d. Refleksi

Setelah selesai siklus I maka diadakan refleksi dan diskusi dengan kolega

dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk mengetahui tingkat aktivitas guru dalam

proses pelatihan pembelajaran menggunakan Rapat Kerja KKG Sekolah pada siklus I

dapat baru 49% dengan kriteria sangat kurang aktif dalam mengikuti Rapat Kerja

penenutuan KKM. Artinya lebih banyak guru/peserta yang tidak aktif yaitu 51% pada

siklus I.
34

Proses observasi dilaksanakan oleh guru selama proses belajar mengajar di

kelas dengan mengisi lembar observasi yang telah di siapkan untuk memantau

jalannya proses belajar mengajar. Data hasil aktivitas guru siklus I dapat disajikan

pada lampiran 5.

Aktivitas guru dalam mengikuti Rapat Kerja penenutuan KKM pada siklus I

baru 55% guru yang aktif sedangkan yang tidak aktif 62%. Berdasarkan hal tersebut

maka pada disiklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang direncanakan.

Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada siklus I

baru 41 orang guru yang menanggapi positif mempraktekkan pembelajaran

Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM melalui kerja kelompok ini. Dan guru yang

menanggapi negative masih banyak yaitu 85%.

Beredasarkan refleksi pada siklus I maka dari tiga aspek yang dievaluasi dan

diobservasi yaitu keaktifan guru dalam pelatihan, kinerja guru di kelas dalam

mempraktekkan pembelajaran Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM, dan tanggapan

guru terhadap pelaksanaan pelatihan dengan metode jigsaw berbasis kerja kelompok

masih belum mencapai indicator kinerja yang diharapkan, oleh karena itu perlu

dilanjutkan siklus ke II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Sama seperti pada siklus I, sebelum proses belajar dimulai pada siklus II,

peneliti terlebih dahulu mempersiapkan materi dalam bentuk power point tentang

Rapat Kerja KKG Sekolah , menyiakan tentang scenario pelaksanaan pelatihan model

pembelajaran jigsaw, menyiapkan angket untuk meminta tanggapan guru-guru


35

peserta pelatihan tentang model pembelajaran yang disosialisasikan dan menyiapkan

lembar observasi bagi guru ketika guru menerapkan model pembelajaran di kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan pada bulan Oktober 2012.

Materi pelatihan sama seperti siklus I yaitu tentang sosialisasi model pembelajaran

kooperatif jenis jigsaw. Teman sejawat/teman pengawas sebagai kolaburator

melakukan observasi tentang apa yang dilakukan peneliti. Peneliti melakukan

observasi terhadap peserta pelatihan dan selain itu peneliti mengamati juga aktivitas

guru-guru peserta pelatihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas.

c. Observasi dan Evaluasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru peserta pelatihan

Pada siklus II ini hasil observasi tentang aktivitas guru sebagai peserta

pelatihan belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 4b.

Berdasarkan data yang disajikan pada lampiran 4b menunjukkan aktivitas

guru dalam mengikuti pelatihan mencapai 97% (sangat tinggi) berarti sudah

mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebesar 85%.

2) Tanggapan guru terhadap pelaksanaan Pelatihan dengan metode jigsaw berbasis

kerja kelompok

Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada siklus II

guru yang menanggapi positif mempraktekkan pembelajaran Sosialisasi/pelatihan

penenutuan KKM melalui kerja kelompok ini sudah mencapai 87% dan hanya 41%

saja yang menanggapi negative tentang pelatihan ini.

d. Refleksi
36

Pada siklus II ini hasil observasi tentang aktivitas guru sebagai peserta

pelatihan belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 4b.

Berdasarkan data yang disajikan pada lampiran 4b menunjukkan aktivitas

guru dalam mengikuti pelatihan mencapai 97% (sangat tinggi) berarti sudah

mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebesar 85%.

Hasil observasi yang dilakukan terhadap kinerja/aktivitas guru dalam kelas

dalam Rapat Kerja penenutuan KKMsiklus II menunjukkan bahwa semua aspek

sudah dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik hal ini dapat dilihat bahwa hampir

semua aspek telah dilaksanakan oleh guru kecuali guru belum memberikan

penghargaan mingguan pada siswa. Secara keseluruhan persentase capaian dari

aktivitas guru dalam proses pembelajaran adalah mencapai 87%.

Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada siklus II

guru yang menanggapi positif mempraktekkan pembelajaran Sosialisasi/pelatihan

penenutuan KKM melalui kerja kelompok ini sudah mencapai 87% dan hanya 41%

saja yang menanggapi negative tentang pelatihan ini. Berdasarkan uraian di atas maka

tidak dilakukan lagi perbaikan pada siklus berikutnya, dengan kata lain pelaksanaan

pelatihan ini tidak dilanjutkan pada siklus ke-III.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pada Setelah selesai siklus I maka

diadakan refleksi dan diskusi dengan kolega dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk

mengetahui tingkat aktivitas guru dalam proses pelatihan pembelajaran menggunakan

Rapat Kerja KKG Sekolah dalam penentuan KKM pada siklus I dapat baru 49%
37

dengan kriteria sangat kurang aktif dalam mengikuti Rapat Kerja penenutuan KKM.

Artinya lebih banyak guru/peserta yang tidak aktif yaitu 51% pada siklus I.

Proses observasi dilaksanakan oleh guru selama proses belajar mengajar di

kelas dengan mengisi lembar observasi yang telah di siapkan untuk memantau

jalannya proses belajar mengajar. Data hasil aktivitas guru siklus I dapat disajikan

pada lampiran 5.

Aktivitas guru dalam mengikuti Rapat Kerja penenutuan KKM pada siklus I

baru 55% guru yang aktif sedangkan yang tidak aktif 62%. Berdasarkan hal tersebut

maka pada disiklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang direncanakan.

Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada siklus I

baru 41 orang guru yang menanggapi positif mempraktekkan pembelajaran

Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM melalui kerja kelompok ini. Dan guru yang

menanggapi negative masih banyak yaitu 85%.

Beredasarkan refleksi pada siklus I maka dari tiga aspek yang dievaluasi dan

diobservasi yaitu keaktifan guru dalam pelatihan, kinerja guru di kelas dalam

mempraktekkan pembelajaran Sosialisasi/pelatihan penenutuan KKM, dan tanggapan

guru terhadap pelaksanaan pelatihan dengan metode jigsaw berbasis kerja kelompok

masih belum mencapai indicator kinerja yang diharapkan, oleh karena itu perlu

dilanjutkan siklus ke II.

Pada siklus II ini hasil observasi tentang aktivitas guru sebagai peserta

pelatihan belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 4b.


38

Berdasarkan data yang disajikan pada lampiran 4b menunjukkan aktivitas

guru dalam mengikuti pelatihan mencapai 97% (sangat tinggi) berarti sudah

mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebesar 85%.

Hasil observasi yang dilakukan terhadap kinerja/aktivitas guru dalam kelas

dalam Rapat Kerja penenutuan KKM siklus II menunjukkan bahwa semua aspek

sudah dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik hal ini dapat dilihat bahwa hampir

semua aspek telah dilaksanakan oleh guru kecuali guru belum memberikan

penghargaan mingguan pada siswa. Secara keseluruhan persentase capaian dari

aktivitas guru dalam proses pembelajaran adalah mencapai 87%.

Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada siklus II

guru yang menanggapi positif mempraktekkan pembelajaran Sosialisasi/pelatihan

penenutuan KKM melalui kerja kelompok ini sudah mencapai 87% dan hanya 41%

saja yang menanggapi negative tentang pelatihan ini. Berdasarkan uraian di atas maka

tidak dilakukan lagi perbaikan pada siklus berikutnya, dengan kata lain pelaksanaan

pelatihan ini tidak dilanjutkan pada siklus ke-III.


39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka pada bagian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Aktivitas guru dalam proses pelatihan pembelajaran menggunakan

Rapat Kerja KKG Sekolah pada siklus I baru mencapai 49% dengan kriteria

sangat kurang aktif meningkat menjadi 97% pada siklus II dengan kategori

sangat aktif.

2. Dilihat dari tanggapan guru terhadap pelatihan yang diadakan pada

siklus I baru 41% guru yang menanggapi positif pelatihan meningkat 85% apada

siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas,

maka pada bagian ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah sebaiknya secara rutinitas melakukan sosialisasi model

pembelajaran inovatif kepada guru-guru di sekolah agar profesionalisasi guru

dapat ditingkatkan.

2. Kepala sekolah perlu menguasai model, metode, strategi pembelajaran inovatif

untuk didesiminasikan kepada guru-guru agar kinerja guru dapat ditingkatkan.


40

3. Sebaiknya Kepala sekolah melakukan komunikasi yang intensif dengan kepala

sekolah dalam membina peningkatanh kualitas kinerja guru dalam proses

pembelajaran.

4. Sebaiknya kepala sekolah menganjurkan kepada guru untuk menggunakan

model-model pembelajaran inovatif dan perlu didahului dengan sosialisasi model

pembelajaran tersebut.
41

DAFTAR PUSTAKA

Darmo Mulyoatmodjo. 1980. Micro Teaching. Jakarta: Proyek Pengembang-an


Pendidikan Guru

Dunkin. J. Michael. 1987. Teaching and Teacher Education. New York. Pergoman
Press.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta

_________ 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Balitbang Diknas.

_________ 2003. Standar Kompetensi Guru. Jakarta

_________ 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dikmenum.

Kustimi. 2003. Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Ke-mampuan
Mengajar Guru. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.

Mohamad Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Karya.

Muhammad Surya. 2005. Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nugroho Susanto. 2000. Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional Guru. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Stan-dar


Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar


Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and Models. London:


Lowrence Erlbaum Associaties Publisher.
42

Rusman. 2006. Pendekatan dan Model Pembelajaran. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia. .

Toto Toharuddin. 2002. Kinerja Profesional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia.

Tim Penulis Akta IV. 2007. Pengajaran Mikro dan Keterampilan Mengajar
Terbatas. Bandung: FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Weber, WA. 1990. Classroom Management. Toronto. D.C.: Health and Company.
43

Lampiran 1
Nama Peserta Guru SDN 43 Peserta Rapat Kerja KKG Sekolah

No Nama Guru Mengajar di Kelas Jenis Guru


Jaenab, S.Pd.I
2. Guru Kelas I Guru Kelas
NIP. 198603032019032005
Nurhalifah, S.Pd
3. Guru Kelas II Guru Kelas
NIP. 196004251993032001
Yustina, S.Pd
4. Guru Kelas III Guru Kelas
NIP. 196006121983032016
Amrin, S.Pd
5. Guru Kelas IV Guru Kelas
NIP. 196501271988031014
Amrin, A.Ma
6. Guru Kelas V/a Guru Kelas
NIP. 198401012005011002
Mustika Rita, S.Pd.I
7. Guru Kelas V/b Guru Kelas
NIP. 198207062009012003
Murtinagari, S.Pd SD
8. Guru Kelas VI/a Guru Kelas
NIP. 197509142000122004
Muhamad, S.Pd
9. Guru Kelas VI/b Guru Kelas
NIP. 197812312011011018
Helmin Herdinad, S.Pd Guru PJOK
10. Guru PJOK
NIP. 197810192010011011 II s/d VI
Mutmainnah, S.Pd.I Guru PAI Pemb. Imtaq
11.
NIP. 199403192019032002 I s/d II Pemb. BTA/BTQ
Guru PAI Pemb. Imtaq
12. Rita Kurniati, S.Pd.I
III s/d VI Pemb. BTA/BTQ
13. Muhammad Sirajudin, S.Pd Pend. Kelas VI/b SBdP Kelas VI/b
14. Mindaratu, S.Pd SD Pend. Kelas I Mulok Kelas I
15. Sri Hardiningsih, A.Ma Pend. Kelas V/a Mulok Kelas V/a
16. Zaitun, S.Pd.I Pend. Kelas V/b Mulok Kelas V/b
17. Nur Ima, S.Pd Pend. Kelas II Mulok Kelas II
18. Miranti, S.Pd Pend. Kelas IV Mulok Kelas IV
19. Sunaryo, S.Pd Pend. PJOK PJOK Kelas I
20. Rusdian Sani, S.Pd Pend. Kelas III Mulok Kelas III
21. Ermi Sunarsih, S.Pd Pend. Kelas VI/a Mulok Kelas VI/a
Pembina OSN
22. Imam Muslimat, S.Pd.I
Perpustakaan
23. Taufiqurrahman, S.Pd.I Tenaga Administrasi
Operator/ Tenaga
24. Suhardin
Administrasi
25. Nasrullah, S.Sos Tenaga Administrasi
Mulok Kelas VI/b
25. Junaidin, S.Pd
Tenaga Administrasi
44

Lampiran 2

Angket Tanggapan Guru Terhadap Penerapan


Rapat Kerja KKG Sekolah

Petunjuk
1. Mohon diisi tanggapan Bapak/Ibu peserta pelatihan Model pembelajaran
Kooperatif tipe jigsaw terhadap kuesioner ini. Kouesioner ini terdapat 25
pernyataan.
2. Beri tanda contereng (v) pada lembar yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak
Ibu.
3. Pengisian angket ini tidak ada kaitannya dengan kondite dalam habatan Bapak Ibu
sebagai guru dan semata-mata sebagai bahan masukan kami dalam kajian
keilmuan.

Terima kasih.

Keterangan Pilihan jawaban:


5 = sangat Senang (SS)
4 = Senang (S)
3 = Agak senang (AS)
2 = tidak senang (TS)
1 = sangat tidak setuju (STS)

PERNYATAAN
1. Bagi saya penerapan pembelajaran inovatif sangat diperlukan bagi guru-guru di
Sekolah Dasar (SD)
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS
2. Masih banyak guru yang belum memahami berbagai model pembelaaran inofatif.
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

3. Perlu adanya pelatihan model-model pembelajaran inovatif


B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

4. Pengawas memiliki kewajiban mensosialisasikan model pembelajaran inovatif


B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

5. Guru harus menggunakan model pembelajaran berfariasi di kelas


A. SS B S C AS D TS E. STS
45

. . .

6. Guru perlu memahami berbagaia model pembelajaran kooperatif


B C D
A. SS . S . AS . TS E. SS

7. Guru perlu memahami berbagaia model pembelajaran kooperatif antara lain tipe
jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

8. Sebagai guru saya serius mengikuti pelatihan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

9. Sebagai guru saya ingin menguasai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berbasis kerja kelompok
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

10. Sebagai guru saya ingin sekali menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam kelas saat proses pembelajaran di kkelas
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

11. Saya senang dalam pelatihan ini peserta diberi tugas secara kelompok
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

12. Sebagai guru saya ingin selalu ingin menambah pengetahuan tentang model
pembelajaran terbaru
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

13. Saya senang mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan diskusi kelompok
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

14. Mata pelajaran yang saya bina cocok menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS
46

15. Siswa senang bila guru menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

16. Kami aktif mendiskusikan materi yang akan disampaikan dalam proses
pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

17. Kami aktif dan antusias mendiskusikan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS
47

18. Kami aktif menyusun RPP berbasis pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

19. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam membuat


Perencanaan Pembelajaran
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

20. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam


Pelaksanaan variasi stimulus pembelajaran
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS
21. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam Membuka
dan Menutup Pembelajaran

B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

22. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam membuat


Perencanaan Pembelajaran
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

23. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam membuat


Perencanaan Pembelajaran

B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

24. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam membuat


Perencanaan Pembelajaran
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS

25. Kami semakin memiliki kemampuan melaksanakan ketrampilan dalam membuat


Perencanaan Pembelajaran
B C D
A. SS . S . AS . TS E. STS
48

Lampiran 3

Format Penilaian Kinerja Guru

Format Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran


(Skala Nilai 1 – 4)

Nama Guru : ..............................................................


Mata Pelajaran : ..............................................................
Pokok Materi : ..............................................................
Kelas/Semester : ..............................................................

No Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nilai *)


1 Tujuan Pembelajaran
a. Standar Kompetensi
b. Indikator
c. Ranah Tujuan (komprehenship)
d. Sesuai dengan Kurikulum

2 Bahan Belajar/Materi Pelajaran


a. Bahan belajar mengacu/sesuai dengan tujuan
b. Bahan belajar disusun secara sistematis
c. Menggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulum
d. Memberi Pengayaan

3 Strategi/Metode Pembelajaran
a. Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan
b. Pemilihan metode disesuaikan dengan materi
c. Penentuan langkah-langkah proses pembelajaran berdasarkan
metode yang digunakan
d. Penataan alokasi waktu proses pembelajaran sesuai dengan pro-
porsi.
e. Penetapan metode berdasarkan pertimbangan kemampuan siswa.
f. Memberi pengayaan
4 Media Pembelajaran
a. Media disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
b. Media disesuaikan dengan materi pembelajaran
c. Media disesuaikan dengan kondisi kelas
d. Media disesuaikan dengan jenis evaluasi
e. Media disesuaikan dengan kemampuan guru
f. Media disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa
49

5 Evaluasi
a. Evaluasi mengacu pada tujuan
b. Mencantumkan bentuk evaluasi
c. Mencantumkan jenis evaluasi
d. Disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
e. Evaluasi disesuaikan dengan kaidah evaluasi
Total Nilai
Nilai RPP (R)

*) Skala Nilai 0 – 4
.................., ...............................
Penilai/Evaluator

(...........................................)
NIP.
Kriterai Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
50

Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran


(Skala 0 – 4)
Nama Guru : .........................................................
Mata Pelajaran : .........................................................
Pokok Materi : .........................................................
Kelas/Semester : .........................................................
Waktu : .........................................................

No. Penampilan Guru Skors *)


1. Kemampuan Membuka Pelajaran
a. Menarik Perhatian siswa
b. Memberikan motivasi awal
c. Memberikan apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya dengan materi yang
akan disampaikan)
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan
2. Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran
a. Kejelasan artikulasi suara
b. Variasi Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa
c. Antusisme dalam penampilan
d. Mobilitas posisi mengajar
3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direnca-nakan
dalam RPP
b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi)
c. Kejelasan dalam memberikan contoh
d. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar
5. Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran)
a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan
b. Penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator yang telah
ditetapkan
c. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa.
d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan
6. Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran:
a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media
b. Ketepatan/kesusian penggunaan media dengan materi yang disampai-kan
c. Memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran
d. Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran
7. Evaluasi Pembelajaran
a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian
c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP
8. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran:
a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan
b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
c. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran
51

9. Tindak Lanjut/Follow up
a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelom-
pok
b. Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikunya.
c. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar
Jumlah Skors Aspek
Nilai Penampilan (T)
......................., .........................
Nilai Akhir : å2R + 3T =
5
Penilai,
. (_________________)
NIP.
*) Skala nilai 0 – 4
Kriterai Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
52

Format Penilaian Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Nama Guru :……………….. Pokok Materi : …………………….


Hari/Tanggal : …………….… Kelas/Smt : .................................

No Aktivitas Guru Skor


Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa 1 2 3 4
2. Memulai pembelajaran setelah siswa siap untuk belajar 1 2 3 4
3. Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari 1 2 3 4
4. Melakukan Appersepsi (mengkaitkan materi yang disajikan dengan materi 1 2 3 4
yang telah dipelajari sehingga terjadi kesinambungan)
5. Kejelasan hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran dilakukan 1 2 3 4
semenarik mungkin

Kegiatan Menutup Pembelajaran


1. Kemampuan menyimpulkan KBM dengan tepat 1 2 3 4
2. Kemampuan menggunakan kata-kata yang memebesarkan hati siswa 1 2 3 4
3. Kemampuan memberikan evaluasi lisan maupun tulisan 1 2 3 4
4. Kemampuan memberikan tugas yang sifatnya memberikan pengayaan, dan 1 2 3 4
pendalaman
Komentar/Saran
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

Total Skors
Penilai,

(..............................................)
NIP
53

Format Penilaian Pelaksanaan Variasi Stimulus Pembelajaran

Nama Guru :……………….. Pokok Materi : ……………………......


Hari/Tanggal : ……………… Kelas/Smt : ......................................

No Aktivitas Guru Skors


Kegiatan Variasi Pembelajaran
1. Gerak bebas guru 1 2 3 4
2. Isyarat guru (tangan, badan, wajah) 1 2 3 4
3. Suara guru (variasi kecepatan/besar kecil/intonasi) 1 2 3 4
4. Pemusatan perhatian pada murid (penekanan pada hal yang penting- 1 2 3 4
penting dengan verbal/gestural)
5. Pola interaksi (guru-kelompok/guru-murid/murid-murid) 1 2 3 4
6. Pause/diam sejenak (untuk memberi kesempatan pada murid untuk 1 2 3 4
berpikir, memberi penekanan, memberi perhatian)
7. Penggantian indera penglihat/pendengar (dalam menggunakan media 1 2 3 4
pembelajaran)
Komentar/Saran
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

Total Skors

Penilai,

(................................................)
NIP
54

Format Penilaian Pelaksanaan Keterampilan Bertanya

Nama Guru :……………….. Pokok Materi : ……………………......


Hari/Tanggal : ……………… Kelas/Smt : ......................................

No Aktivitas Guru Skors


Keterampilan Bertanya
1. Kejelasan pertanyaan yang disampaikan guru. 1 2 3 4
2. Kejelasan hubungan antara pertanyaan guru dengan masalah yang 1 2 3 4
dibicarakan.
3. Pertanyaan ditujukan ke seluruh kelas lebih dahulu, baru menunjuk salah 1 2 3 4
satu siswa.
4. Pemberian waktu berpikir untuk bertanya dan menjawab 1 2 3 4
5. Pendistribusian pertanyaan secara merata di antara para siswa. 1 2 3 4
6. Pemberian tuntunan: *) 1 2 3 4
a. Pengungkapan pertanyaan dengan cara lain.
b. Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana.
c. Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
*) Amati salah satu cara yang muncul.
Komentar/Saran
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

Total Skors

Penilai,

(................................................)
NIP
55

Format Penilaian Memberikan Penguatan

Nama Guru : ……………….. Pokok Materi : …….………………..


Hari/Tanggal : ……………..… Kelas/Smt : ...................................

No Aktivitas Guru Skors


A. Penguatan Verbal
1. Mengucapkan kata-kata benar, bagus, tepat, dan bagus sekali bila murid 1 2 3 4
menjawab/mengajukan pertanyaan.
2. Mengucapkan kalimat pekerjaanmu baik sekali, saya senang dengan 1 2 3 4
pekerjaanmu, pekerjaanmu makin lama makin baik, pikir dulu, dan lihat
lagi, untuk membesarkan hati dan memberikan dorongan.
B. Penguatan Non Verbal
1. Penguatan berupa senyuman, anggukan, pandangan yang ramah, atau 1 2 3 4
gerakan badan.
2. Penguatan dengan cara mendekati. 1 2 3 4
3. Penguatan dengan sentuhan. 1 2 3 4
4. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. 1 2 3 4
5. Penguatan dengan memberikan hadiah yang relevan dan rasional 1 2 3 4
Komentar/Saran
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

Total Skors

Penilai,

(................................................)
NIP.

Anda mungkin juga menyukai