Kelompok Genap
Kelompok Genap
PENDAHULUAN
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga.
1. keluarga prasejahtera
keluarga - keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan
kesehatan.
2. keluarga sejahtera tahap I
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tatapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana,
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan
transportasi.
3. keluarga sejahtera tahap II
keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,
juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan
tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan
seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. keluarga sejahtera tahapan III
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum
dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat,
seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan
keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran secara
aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan
sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan pendidikan.
5. keluarga sejahtera tahap IV
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik
yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah
dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
Menurut Iskandar (1997) anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang
tua atau sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang
mendapatkannya dari orang lain. Di Indonesia kasus-kasus tersebut diperparah
dengan kurang adanya komitmen dan dukungan pemerintah dalam bentuk
kebijakan yang mengatur tentang pendidikan seksual dan reproduksi bagi remaja
terutama di tiap sekolah. Norma adat dan nilai budaya leluhur yang masih dianut
sebagian besar masyarakat Indonesia juga masih menjadi kendala dalam
penyelenggaraan pendidikan seksual dan reproduksi berbasis sekolah.
Kemudahan akses informasi, memungkinkan remaja Kota Depok untuk
berperilaku bebas dan menyimpang. Pengaruh informasi global (paparan media
audio-visual) yang semakin mudah diakses memancing anak dan remaja untuk
mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman
berakohol, penyalahgunaan obat, perkelahian antar-remaja atau tawuran. Pada
akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia
awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual
yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang
akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
BAB III
3.1 Masalah
Permasalahan ini dialami pada 10 keluarga binaan yang dibina peneliti selama
4 bulan di Kelurahan Ratu Jaya. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah pola kebutuhan seksual tidak efektif pada remaja adalah: