I. HASIL OPERASI
PT. Astra International Tbk memiliki struktur segmen usaha yang terdiri atas tujuh segmen usaha, yaitu
Otomotif; Infrastruktur dan Logistik; Jasa Keuangan; Teknologi Informasi; Alat Berat, Pertambangan,
Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Otomotif PT. Astra International Tbk
telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai hasil operasi
pada segmen usaha di bidang Otomotif adalah informasi mengenai total penjualan. Informasi mengenai
total penjualan tersebut tercantum pada paragraf dua yang terdapat pada halaman 113:
Berdasarkan total penjualan, baik segmen kendaraan penumpang maupun kendaraan komersial
dalam, yaitu sekitar 12% menjadi 248.570 unit, dibandingkan 281.040 unit pada tahun 2018,
yang dipicu oleh pelemahan harga komoditas dan berkurangnya jumlah proyek infrastruktur
pada tahun 2019. Namun demikian, penjualan kendaraan komersial pada tahun 2019 dari Grup
PT. Astra International Tbk mampu meraih peningkatan pangsa pasar sebesar 30% dari 29%
pada tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan kendaraan penumpang turun 10% menjadi
781.556 unit pada tahun 2019, dibandingkan 870.373 unit pada tahun sebelumnya, dimana
produk-produk Grup PT. Astra International Tbk mampu mempertahankan pangsa pasarnya di
segmensegmen tertentu.
Selain itu juga tercantum pada paragraf dua yang terdapat pada halaman 114:
…PT. Astra International Tbk juga terus mendukung target pemerintah untuk ekspor non-
komoditas, dimana pada tahun 2019 segmen usaha empat roda Grup mampu mencetak
peningkatan jumlah ekspor dengan 212.000 unit mobil, naik dibandingkan 207.000 unit untuk
ekspor pada tahun 2018 dan ekspor sepeda motor meningkat menjadi 302.000 unit dari 181.000
Pada segmen usaha di bidang Otomotif, terbagi atas beberapa grup, yaitu Grup Mobil, Sepeda Motor
Honda, Produsen Komponen Otomotif, dan Astra World. Informasi mengenai informasi penjualan untuk
Grup Mobil telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada
halaman 120, 126, 131, 135, 137, 140, dan 143. Informasi mengenai informasi penjualan untuk Sepeda
Motor Honda telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada
halaman 150. Informasi mengenai pendapatan dan laba bersih untuk Produsen Komponen Otomotif telah
dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 157.
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Otomotif tercantum pada halaman 276:
Pada tahun 2019, pendapatan bersih dari divisi otomotif Grup mencapai Rp103,3 triliun, turun
2% dari Rp106,0 triliun pada tahun 2018. Pendapatan bersih dari divisi otomotif Grup
memberikan kontribusi sebesar 44% dari total pendapatan bersih Grup untuk tahun 2019 (2018:
44%).
Laba bersih dari divisi otomotif Grup lebih rendah 1% menjadi Rp8,4 triliun (2018: Rp8,5
triliun), terdiri dari Rp2,4 triliun (2018: Rp1,8 triliun) kontribusi Perusahaan dan anak
perusahaannya serta Rp6,0 triliun (2018: Rp6,7 triliun) dari ventura bersama dan entitas
asosiasi di bidang otomotif. Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh penurunan volume
penjualan mobil dan meningkatnya biaya-biaya produksi, yang sebagian diimbangi oleh
Pada tahun 2019, penjualan mobil secara nasional mencapai 1,03 juta unit, menurun 11%
dibandingkan tahun 2018. Penjualan mobil PT. Astra International Tbk lebih rendah 8% menjadi
536.000 unit, dengan pangsa pasar yang meningkat dari 51% menjadi 52%.
Penjualan sepeda motor secara nasional meningkat 2% menjadi 6,5 juta unit pada tahun 2019.
Penjualan PT. Astra International Tbk Honda Motor (AHM) di pasar domestik meningkat 3%
menjadi 4,9 juta unit, dengan pangsa pasar sebesar 76%, sedikit meningkat dibandingkan tahun
2018, yaitu 75%. Bisnis komponen otomotif Grup yang dikelola PT. Astra International Tbk
Otoparts melaporkan peningkatan laba bersih 21% menjadi Rp740 miliar, terutama disebabkan
oleh kenaikan pendapatan penjualan pasar suku cadang pengganti (REM/replacement market)
Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan PT. Astra International
Tbk telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai hasil
operasi pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan adalah informasi yang mempengaruhi perubahan kas.
Informasi tersebut telah dijabarkan yang mana informasi tersebut tercantum pada halaman 167:
…Pada tahun 2019, sektor perusahaan pembiayaan di Indonesia meraih peningkatan saldo
Sebanyak 184 perusahaan pembiayaan melayani berbagai sektor industri strategis di Indonesia,
Bermotor (Otomotif), Pembiayaan Alat Berat, Jasa Perbankan, dan Asuransi. Informasi mengenai laba
bersih untuk Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Otomotif) telah dijabarkan pada Management Discussion
Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan otomotif Grup PT. Astra International Tbk
meningkat 17% menjadi Rp4,1 triliun pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.
Informasi mengenai volume jumlah pembiayaan dan nilai pembiayaan pada tahun untuk Pembiayaan
Kendaraan Bermotor telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum
pada halaman 172, 175-176, 179. Informasi mengenai volume jumlah pembiayaan dan nilai pembiayaan
untuk Pembiayaan Alat Berat telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana
tercantum pada halaman 185 dan 188. Informasi mengenai pertumbuhan kredit bersih, pendapatan, dan
profitabilitas untuk Jasa Perbankan telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis
sebagaimana tercantum pada halaman 196-198. Informasi mengenai jumlah premi kotor untuk Asuransi
telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 205.
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha dibidang Jasa Keuangan tercantum pada halaman 276:
Divisi jasa keuangan Grup mencatat pendapatan bersih sebesar Rp20,3 triliun, naik 5% dari
Rp19,3 triliun pada tahun 2018. Pendapatan bersih dari divisi jasa keuangan memberikan
kontribusi sebesar 9% terhadap pendapatan bersih Grup pada tahun 2019 (2018: 8%).
Laba bersih divisi jasa keuangan Grup meningkat 22% menjadi Rp5,9 triliun pada tahun 2019.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh portofolio pembiayaan yang lebih besar dan membaiknya
kredit bermasalah.
Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan mobil Grup meningkat 29% menjadi Rp1,5
triliun, terutama disebabkan oleh menurunnya kerugian atas kredit bermasalah. Kontribusi laba
bersih dari Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor
meningkat 11% menjadi Rp2,6 triliun, yang mencerminkan portofolio pembiayaan yang lebih
besar. Secara keseluruhan, bisnis pembiayaan konsumen Grup mengalami peningkatan nilai
Kontribusi laba bersih dari unit usaha pembiayaan alat berat Grup naik sebesar 14% menjadi
Rp98 miliar, dengan provisi kerugian pinjaman yang lebih rendah. Total pembiayaan turun 18%
Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki PT. Astra International Tbk, mencatat kenaikan
laba bersih sebesar 66% menjadi Rp1,5 triliun, yang terutama disebabkan oleh peningkatan
pendapatan dan penurunan biaya provisi, sebagai akibat peningkatan kualitas pinjaman dan
pemulihan dari kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan rasio kredit
bermasalah bersih (net NPL) meningkat menjadi masing-masing 2,8% dan 1,3% pada akhir
tahun 2019 dibandingkan 4,4% dan 1,7% pada akhir tahun 2018.
Asuransi PT. Astra International Tbk Buana (Asuransi PT. Astra International Tbk), perusahaan
asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 4% menjadi Rp1,1 triliun,
perusahaan patungan asuransi jiwa Grup, PT. Astra International Tbk Aviva Life (PT. Astra
International Tbk Life) menambah lebih dari 1.203.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan
dan lebih dari 188.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan.
Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi,
dan Energi telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai
hasil operasi pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan pada Grup PT. Astra International Tbk adalah
informasi pendapatan dan volume penjualan. Informasi tersebut tercantum pada paragraf dua yang
alat berat menurun sebesar 29% menjadi 9.670 unit dibandingkan 13.550 unit terjual di tahun
2018.
Informasi mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Mesin Kontruksi telah dijabarkan
pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 214. Informasi
mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Kontraktor Penambangan telah dijabarkan
pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 218. Informasi
mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Pertambangan Batu Bara telah dijabarkan
pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 221. Informasi
mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Pertambangan Mineral telah dijabarkan pada
Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 223. Informasi mengenai
volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Kontruksi telah dijabarkan pada Management
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi
Divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energy mencatat pendapatan bersih sebesar
Rp84,1 triliun pada tahun 2019, sedikit menurun dari Rp84,5 triliun di tahun 2018. Hal ini
mencerminkan 35% terhadap pendapatan bersih Grup untuk tahun 2019 (2018: 35%)…Laba
bersih divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi Grup meningkat 1% menjadi Rp6,7
triliun.
Pada bisnis mesin konstruksi, penjualan alat berat Komatsu menurun 40% menjadi 2.926 unit,
dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga menurun. Bisnis kontraktor
volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 1% menjadi 989 juta bank
cubic metres (bcm) serta peningkatan produksi batu bara sebesar 5% menjadi 131 juta ton. Anak
usaha United Tractors mencatatkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 21% menjadi 8,5
juta ton, termasuk penjualan coking coal sebesar 1,2 juta ton. Agincourt Resources, yang 95%
sahamnya dimiliki oleh UT, melaporkan penjualan emas 410.000 ons pada tahun 2019.
Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Agribisnis PT. Astra International Tbk
telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai hasil operasi
pada segmen usaha dibidang Agribisnis adalah informasi mengenai total penjualan. Informasi mengenai
…Rendahnya harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sepanjang tahun 2019
mengakibatkan penurunan kontribusi laba bersih segmen usaha agribisnis sebesar 85% menjadi
Rp168 miliar.
Yang mana untuk penjelasan lebih lanjut mengenai total penjualan tersebut termasuk di dalamnya volume
produksi, harga rata-rata, pendapatan bersih dan laba bersih dijabarkan pada tabel yang terdapat pada
halaman 232.
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Agribisnis tercantum pada halaman 278:
Segmen agribisnis di bawah operasional PT. Astra International Tbk Agro Lestari (AAL), yang
dimiliki oleh Grup sebesar 79,7%, mencatat penurunan pendapatan bersih sebesar 9% menjadi
pendapatan bersih Grup ditahun 2019 (2018: 8%). Laba bersih dari segmen agribisnis Grup
tercatat turun 85% menjadi Rp168 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak
kelapa sawit rata-rata sebesar 8% menjadi Rp6.689/kg dibandingkan dengan tahun 2018.
Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 3% menjadi
International Tbk telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi
mengenai hasil operasi pada segmen usaha dibidang Infrastruktur dan Logistik adalah informasi
mengenai laba. Informasi mengenai laba tersebut tercantum pada paragraph satu yang terdapat pada
halaman 235:
menghasilkan peningkatan laba yang dikontribusikan oleh pilar bisnis infrastruktur dan logistik
menjadi Rp292 miliar dibandingkan laba tahun 2018 sebesar Rp196 miliar.
Yang mana untuk penjelasan lebih lanjut mengenai laba tersebut termasuk di dalamnya pendapatan dari
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Infrastruktur dan Logistik tercantum pada
halaman 278:
Pendapatan bersih dari divisi infrastruktur dan logistik Grup meningkat 12% menjadi Rp7,4
triliun pada tahun 2019 (2018: Rp6,6 triliun). Divisi ini berkontribusi sebesar 3% terhadap
Segmen infrastruktur dan logistik Grup mencatat kenaikan laba bersih sebesar 49% menjadi
Rp292 miliar pada tahun 2019, terutama karena peningkatan pendapatan dari jalan tol yang
telah beroperasi. Grup memiliki konsesi 350km jalan tol yang telah beroperasi di sepanjang
Laba bersih SERA menurun sebesar 17% menjadi Rp250 miliar, disebabkan oleh penjualan
mobil bekas yang lebih rendah dan berkurangnya jumlah kendaraan yang disewakan.
Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Teknologi Informasi PT. Astra
International Tbk telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi
mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Teknologi Infromasi adalah informasi mengenai
laba bersih dan pendapatan bersih. Informasi tersebut terdapat pada halaman 255.
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Teknologi Informasi tercantum pada halaman
279:
Pendapatan bersih dari divisi teknologi informasi Grup mencapai Rp4,4 triliun di tahun 2019
(2018: Rp3,7 trillion). Divisi teknologi informasi, yang dikelola oleh PT. Astra International Tbk
Graphia, yang 76,9% sahamnya dimiliki Grup, memberikan kontribusi sebesar 2% terhadap
Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup mencatat penurunan 7% menjadi Rp193
miliar, yang terutama disebabkan oleh penurunan marjin laba operasi, meskipun pendapatan
dari bisnis solusi dokumen dan bisnis solusi layanan perkantoran meningkat.
Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Properti tercantum pada halaman 279:
Pendapatan bersih dari segmen properti Grup mencapai Rp320 miliar pada tahun 2019 (2018:
Rp145 billion). Divisi ini menyumbangkan kurang dari 1% terhadap pendapatan bersih Grup
pada tahun 2019 dan 2018. Segmen property Grup melaporkan penurunan laba bersih sebesar
48% menjadi Rp83 miliar, terutama disebabkan oleh menurunnya penerimaan laba yang diakui
Pembahasan yang terperinci mengenai kinerja keuangan PT. Astra International Tbk dijabarkan pada
bagian Tinjauan Kinerja Keuangan. Sehingga, dapat diketahui bahwa Pendapatan bersih konsolidasian
PT. Astra International Tbk pada tahun 2019 menurun 1% menjadi Rp237,2 triliun. Beban pokok
pendapatan tahun 2019 turun 1% menjadi Rp186,9 triliun, seiring dengan penurunan jumlah pendapatan.
Beban penjualan sedikit menurun dari Rp10,1 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp10,0 triliun. Beban
umum dan administrasi sedikit meningkat dari Rp13,8 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp14,1 triliun.
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2019 adalah Rp19,2 triliun, turun
dibandingkan Rp27,7 triliun pada tahun 2018 seiring dengan penurunan kinerja operasional.
Jadi, pada Management Discussion and Analysis PT. Astra International Tbk sudah memenuhi poin satu
yaitu terdapat hasil operasi, termasuk informasi perubahan harga jual, perubahan beban, perubahan
volume.
Arus Kas Konsolidasian PT.Astra International Tbk=> memiliki arus kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi pada tahun 2019 adalah Rp19,2 triliun, turun dibandingkan Rp27,7 triliun pada tahun
2018 seiring dengan penurunan kinerja operasional. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi tahun 2019 adalah Rp14,2 triliun, turun dari Rp29,7 triliun pada tahun 2018, terutama
diakibatkan oleh akuisisi Agincourt Resources pada tahun 2018, investasi di Gojek serta belanja modal.
Dividen yang diterima yaitu Rp5,7 triliun, turun jika dibandingkan dengan Rp7,0 triliun pada tahun lalu.
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2019 adalah Rp5,4 triliun,
meningkat 11% dari Rp4,9 triliun pada tahun 2018. Aktivitas pendanaan sepanjang tahun meliputi
penerimaan bersih atas pinjaman sebesar Rp8,6 triliun (2018: Rp8,9 triliun) dan pembayaran dividen
tunai sejumlah Rp11,2 triliun (2018: Rp10,2 triliun). Pada akhir tahun 2019, saldo kas, setara kas dan
Untuk menilai keadaan di masa depan, PT.Astra International Tbk menganalisis kinerja keuangan
berdasarkan Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Kolektibilitas Piutang. Salah satu analisa yang umum
digunakan untuk menilai kinerja keuangan adalah dengan rasio likuiditas. Menurut penilaian
menggunakan rasio likuiditas, kemampuan membayar Utang Jangka Pendek dicerminkan dengan Rsio
Likuiditas. Grup mempertahankan likuiditas yang sehat secara konsisten dan memiliki jumlah aset yang
memadai untuk memenuhi semua liabilitas sepanjang tahun 2019. Tingkat likuiditas Grup terlihat dari
rasio lancar yaitu sebesar 1,3 kali pada tahun 2019 dibandingkan dengan 1,1 kali pada tahun 2018. Untuk
penilaian dengan rasio solvabilitas, Pada tahun 2019, Grup mampu menjaga posisi keuangan yang kuat
agar mampu memenuhi seluruh kewajiban pinjaman. Gearing ratio Grup termasuk jasa keuangan pada
tahun 2019 adalah 0,36, dibandingkan dengan 0,35 pada akhir tahun 2018. Kenaikan tersebut terutama
untuk belanja modal dan investasi Grup. Dalam penilaian Kolektibilitas Piutang. Kolekbilitas piutang
dipengaruhi oleh kemampuan Perseroan dalam menagih piutangnya. Pada tahun 2019, Grup mencatat
rata-rata periode penagihan piutang usaha 47 hari, dibandingkan dengan rata-rata 43 hari pada tahun
2018. Grup secara konsisten menerapkan kebijakan piutang usaha yang cermat, dengan didukung oleh
proses pemantauan secara berkala terhadap kualitas kredit dan kemampuan pelanggan untuk memenuhi
kewajiban mereka.
Kebijakan struktur modal PT. Astra Internationl Tbk berdasarkan informasi pada laporan management
discussion and analysis secara keseluruhan disusun berdasarkan keseimbangan antara ekuitas dan
liabilitas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan
keleluasaan dalam pengembangan bisnis. Oleh karena pada dasarnya PT. Astra International adalah grup,
maka dalam pemantauan kelayakan struktur modal dilakukan secara berkala untuk setiap unit bisnisnya.
Pemantauan atas struktur modal demikian dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan modal di
Pemantauan struktur modal didasarkan pada gearing ratio. Di mana gearing ratio adalah perbandingan
antara jumlah utang bersih terhadap total ekuitas. Grup Astra tidak memiliki kebijakan tertentu yang
mengatur jumlah utang bersih terhadap ekuitas konsolidasian. Hal tersebut mempertimbangkan
perusahaan jasa keuangan pada Grup Astra karena dianggap memiliki jumlah utang yang lebih tinggi
Berdasarkan laporan management discussion and anaysis ini, utang bersih di luar anak perusahaan jasa
keuangan Grup Astra adalah sebesar Rp22,2 triliun pada akhir tahun 2019 dan Rp13,0 triliun pada akhir
tahun 2018. Sedangkan utang bersih pada anak perusahaan jasa keuangan sebesar Rp45,8 triliun pada
akhir tahun 2019 dan Rp47,7 triliun pada akhir tahun 2018.
Grup Astra memiliki komitmen belanja barang modal per tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp895
miliar yang bersumber dari pendanaan internal dan pinjaman eksternal. Dari komitmen yang telah
ditetapkan tersebut, dilaporkan bahwa realisasi belanja barang modal sebesar Rp16,3 triliun.
Pembelanjaan barang modal yag dilakukan sebagian besar digunakan untuk pembelian alat berat untuk
Secara keseluruhan, kinerja yang dihasilkan oleh Grup Astra dinilai baik pada tahun 2019. Namun,
ketidakpastian situasi ekonomi makro termasuk pandemi COVID-19, persaingan di pasar mobil terus
meningkat dan penurunan harga-harga komoditas menyebabkan kinerja pada tahun 2020 mendatang
PT. Astra Internasional Tbk. Mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada tahun tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2018 yang hanya sekitar
2,9% dari 3,6%. Hal itu diakibatkan adanya ketidakpastian perekenomian global yang masih terjadi yang
didominasi oleh perang dagang antara AS dan Tiongkok. Kejadian ini merupakan pertumbuhan ekonomi
yang paling rendah sejak krisis ekonomi global pada tahun 2008. Perang dagang yang tak kunjung usai
juga berdampak pada rantai nilai global yang memicu penurunan harga komoditas dunia.
Turunnya harga komoditas khususnya minyak kelapa sawit dan batu bara juga mengakibatkan
pendapatan ekspor menjadi rendah dan difisit transaksi berjalan bagi Indonesia, selain karna factor
ekonomi global. Ketidakpastian Agenda Politik pada tahu 2019 juga mengakibatkan pelaku bisnis dan
masyarakat menahan kegiatan ekonomi mereka, di sektor investasi juga belum mampu menggenjot
Terlepas dari ketidakpastian tersebut masih ada harapan untuk pertumbuhan ekonomi didukung
oleh stabilnya konsumsi rumah tangga dengan inflasi di kisaran 3% pada tahun 2019. Prospek jangka
menengah dan Panjang di perekonomian Indonesia masih dinilai cukup baik karena sejumlah Lembaga
pemeringkat kredit seperti Fitch, Moody’s dan S&P secara kolektif mempertahankan pandangan positif
pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 yang mungkin akan mengurangi pertumbuhan ekonomi
Indonesia sekitar 0.3 – 0.6%. Untuk menghadapi tahun 2020, ditengah pandemik, persaingan di pasar
mobil dan penurunan harga – harga komoditas, PT. Astra Internasional Tbk. akan semakin menjaga
tingkat kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui strategi peningkatan kualitas produk dan layanan
yang berkelanjutan untuk dapat memenangkan persaingan. Hal ini juga mendorong komitmen mereka
dalam mendukung elektrifikasi sebagai arah masa depan sektor otomotif nasional, di antaranya dengan
beradaptasi untuk merumuskan bauran kendaraan mesin elektrik dan konvensional yang berimbang agar
tetap kompetitif dengan arah perubahan di industri roda empat, yang ditunjang dengan upaya edukasi
kepada pelanggan untuk mendorong pemahaman akan manfaat dari kendaraan hybrid serta kemudahan
penggunaannya.