Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 5:

Nurmelia Widiarini (597)

Ulfah Atiqah Sari (628)

Brilian Horta P. R. (637)

Rosi Setiyawati (665)

MANAGEMENT DISCUSSION AND ANALYSIS

PADA LAPORAN KEUANGAN PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK TAHUN 2019

I. HASIL OPERASI

PT. Astra International Tbk memiliki struktur segmen usaha yang terdiri atas tujuh segmen usaha, yaitu

Otomotif; Infrastruktur dan Logistik; Jasa Keuangan; Teknologi Informasi; Alat Berat, Pertambangan,

Konstruksi, dan Energi; Properti; dan Agribisnis.

Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Otomotif PT. Astra International Tbk

telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai hasil operasi

pada segmen usaha di bidang Otomotif adalah informasi mengenai total penjualan. Informasi mengenai

total penjualan tersebut tercantum pada paragraf dua yang terdapat pada halaman 113:

Berdasarkan total penjualan, baik segmen kendaraan penumpang maupun kendaraan komersial

mengalami penurunan. Namun, penjualan kendaraan komersial mengalami penurunan lebih

dalam, yaitu sekitar 12% menjadi 248.570 unit, dibandingkan 281.040 unit pada tahun 2018,

yang dipicu oleh pelemahan harga komoditas dan berkurangnya jumlah proyek infrastruktur

pada tahun 2019. Namun demikian, penjualan kendaraan komersial pada tahun 2019 dari Grup
PT. Astra International Tbk mampu meraih peningkatan pangsa pasar sebesar 30% dari 29%

pada tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan kendaraan penumpang turun 10% menjadi

781.556 unit pada tahun 2019, dibandingkan 870.373 unit pada tahun sebelumnya, dimana

produk-produk Grup PT. Astra International Tbk mampu mempertahankan pangsa pasarnya di

segmensegmen tertentu.

Selain itu juga tercantum pada paragraf dua yang terdapat pada halaman 114:

…PT. Astra International Tbk juga terus mendukung target pemerintah untuk ekspor non-

komoditas, dimana pada tahun 2019 segmen usaha empat roda Grup mampu mencetak

peningkatan jumlah ekspor dengan 212.000 unit mobil, naik dibandingkan 207.000 unit untuk

ekspor pada tahun 2018 dan ekspor sepeda motor meningkat menjadi 302.000 unit dari 181.000

unit pada tahun sebelumnya…

Pada segmen usaha di bidang Otomotif, terbagi atas beberapa grup, yaitu Grup Mobil, Sepeda Motor

Honda, Produsen Komponen Otomotif, dan Astra World. Informasi mengenai informasi penjualan untuk

Grup Mobil telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada

halaman 120, 126, 131, 135, 137, 140, dan 143. Informasi mengenai informasi penjualan untuk Sepeda

Motor Honda telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada

halaman 150. Informasi mengenai pendapatan dan laba bersih untuk Produsen Komponen Otomotif telah

dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 157.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Otomotif tercantum pada halaman 276:

Pada tahun 2019, pendapatan bersih dari divisi otomotif Grup mencapai Rp103,3 triliun, turun

2% dari Rp106,0 triliun pada tahun 2018. Pendapatan bersih dari divisi otomotif Grup

memberikan kontribusi sebesar 44% dari total pendapatan bersih Grup untuk tahun 2019 (2018:

44%).
Laba bersih dari divisi otomotif Grup lebih rendah 1% menjadi Rp8,4 triliun (2018: Rp8,5

triliun), terdiri dari Rp2,4 triliun (2018: Rp1,8 triliun) kontribusi Perusahaan dan anak

perusahaannya serta Rp6,0 triliun (2018: Rp6,7 triliun) dari ventura bersama dan entitas

asosiasi di bidang otomotif. Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh penurunan volume

penjualan mobil dan meningkatnya biaya-biaya produksi, yang sebagian diimbangi oleh

kenaikan volume penjualan sepeda motor.

Pada tahun 2019, penjualan mobil secara nasional mencapai 1,03 juta unit, menurun 11%

dibandingkan tahun 2018. Penjualan mobil PT. Astra International Tbk lebih rendah 8% menjadi

536.000 unit, dengan pangsa pasar yang meningkat dari 51% menjadi 52%.

Penjualan sepeda motor secara nasional meningkat 2% menjadi 6,5 juta unit pada tahun 2019.

Penjualan PT. Astra International Tbk Honda Motor (AHM) di pasar domestik meningkat 3%

menjadi 4,9 juta unit, dengan pangsa pasar sebesar 76%, sedikit meningkat dibandingkan tahun

2018, yaitu 75%. Bisnis komponen otomotif Grup yang dikelola PT. Astra International Tbk

Otoparts melaporkan peningkatan laba bersih 21% menjadi Rp740 miliar, terutama disebabkan

oleh kenaikan pendapatan penjualan pasar suku cadang pengganti (REM/replacement market)

dan penurunan biaya produksi.

Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan PT. Astra International

Tbk telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai hasil

operasi pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan adalah informasi yang mempengaruhi perubahan kas.

Informasi tersebut telah dijabarkan yang mana informasi tersebut tercantum pada halaman 167:

…Pada tahun 2019, sektor perusahaan pembiayaan di Indonesia meraih peningkatan saldo

pembiayaan sebesar 1% mencapai Rp421 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebanyak 184 perusahaan pembiayaan melayani berbagai sektor industri strategis di Indonesia,

termasuk otomotif, alat berat dan lainnya.


Pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan terbagi atas beberapa grup, yaitu Pembiayaan Kendaraan

Bermotor (Otomotif), Pembiayaan Alat Berat, Jasa Perbankan, dan Asuransi. Informasi mengenai laba

bersih untuk Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Otomotif) telah dijabarkan pada Management Discussion

and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 168:

Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan otomotif Grup PT. Astra International Tbk

meningkat 17% menjadi Rp4,1 triliun pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.

Informasi mengenai volume jumlah pembiayaan dan nilai pembiayaan pada tahun untuk Pembiayaan

Kendaraan Bermotor telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum

pada halaman 172, 175-176, 179. Informasi mengenai volume jumlah pembiayaan dan nilai pembiayaan

untuk Pembiayaan Alat Berat telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana

tercantum pada halaman 185 dan 188. Informasi mengenai pertumbuhan kredit bersih, pendapatan, dan

profitabilitas untuk Jasa Perbankan telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis

sebagaimana tercantum pada halaman 196-198. Informasi mengenai jumlah premi kotor untuk Asuransi

telah dijabarkan pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 205.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha dibidang Jasa Keuangan tercantum pada halaman 276:

Divisi jasa keuangan Grup mencatat pendapatan bersih sebesar Rp20,3 triliun, naik 5% dari

Rp19,3 triliun pada tahun 2018. Pendapatan bersih dari divisi jasa keuangan memberikan

kontribusi sebesar 9% terhadap pendapatan bersih Grup pada tahun 2019 (2018: 8%).

Laba bersih divisi jasa keuangan Grup meningkat 22% menjadi Rp5,9 triliun pada tahun 2019.

Kenaikan ini terutama disebabkan oleh portofolio pembiayaan yang lebih besar dan membaiknya

kredit bermasalah.

Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan mobil Grup meningkat 29% menjadi Rp1,5

triliun, terutama disebabkan oleh menurunnya kerugian atas kredit bermasalah. Kontribusi laba
bersih dari Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor

meningkat 11% menjadi Rp2,6 triliun, yang mencerminkan portofolio pembiayaan yang lebih

besar. Secara keseluruhan, bisnis pembiayaan konsumen Grup mengalami peningkatan nilai

pembiayaan sebesar 8% menjadi Rp87 triliun.

Kontribusi laba bersih dari unit usaha pembiayaan alat berat Grup naik sebesar 14% menjadi

Rp98 miliar, dengan provisi kerugian pinjaman yang lebih rendah. Total pembiayaan turun 18%

menjadi Rp4,3 triliun.

Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki PT. Astra International Tbk, mencatat kenaikan

laba bersih sebesar 66% menjadi Rp1,5 triliun, yang terutama disebabkan oleh peningkatan

pendapatan dan penurunan biaya provisi, sebagai akibat peningkatan kualitas pinjaman dan

pemulihan dari kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan rasio kredit

bermasalah bersih (net NPL) meningkat menjadi masing-masing 2,8% dan 1,3% pada akhir

tahun 2019 dibandingkan 4,4% dan 1,7% pada akhir tahun 2018.

Asuransi PT. Astra International Tbk Buana (Asuransi PT. Astra International Tbk), perusahaan

asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 4% menjadi Rp1,1 triliun,

terutama disebabkan peningkatan keuntungan hasil investasi. Sepanjang tahun 2019,

perusahaan patungan asuransi jiwa Grup, PT. Astra International Tbk Aviva Life (PT. Astra

International Tbk Life) menambah lebih dari 1.203.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan

dan lebih dari 188.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan.

Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi,

dan Energi telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai

hasil operasi pada segmen usaha dibidang Jasa Keuangan pada Grup PT. Astra International Tbk adalah

informasi pendapatan dan volume penjualan. Informasi tersebut tercantum pada paragraf dua yang

terdapat pada halaman 211:


…Akibatnya, tingkat permintaan alat berat mengalami pelemahan, dengan volume penjualan

alat berat menurun sebesar 29% menjadi 9.670 unit dibandingkan 13.550 unit terjual di tahun

2018.

Informasi mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Mesin Kontruksi telah dijabarkan

pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 214. Informasi

mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Kontraktor Penambangan telah dijabarkan

pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 218. Informasi

mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Pertambangan Batu Bara telah dijabarkan

pada Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 221. Informasi

mengenai volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Pertambangan Mineral telah dijabarkan pada

Management Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 223. Informasi mengenai

volume penjualan dan pendapatan untuk Segmen Kontruksi telah dijabarkan pada Management

Discussion and Analysis sebagaimana tercantum pada halaman 226.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi

tercantum pada halaman 277:

Divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energy mencatat pendapatan bersih sebesar

Rp84,1 triliun pada tahun 2019, sedikit menurun dari Rp84,5 triliun di tahun 2018. Hal ini

mencerminkan 35% terhadap pendapatan bersih Grup untuk tahun 2019 (2018: 35%)…Laba

bersih divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi Grup meningkat 1% menjadi Rp6,7

triliun.

Pada bisnis mesin konstruksi, penjualan alat berat Komatsu menurun 40% menjadi 2.926 unit,

dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga menurun. Bisnis kontraktor

penambangan yang sepenuhnya dimiliki Grup, Pamapersada Nusantara, mencatat kenaikan

volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 1% menjadi 989 juta bank
cubic metres (bcm) serta peningkatan produksi batu bara sebesar 5% menjadi 131 juta ton. Anak

usaha United Tractors mencatatkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 21% menjadi 8,5

juta ton, termasuk penjualan coking coal sebesar 1,2 juta ton. Agincourt Resources, yang 95%

sahamnya dimiliki oleh UT, melaporkan penjualan emas 410.000 ons pada tahun 2019.

Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Agribisnis PT. Astra International Tbk

telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi mengenai hasil operasi

pada segmen usaha dibidang Agribisnis adalah informasi mengenai total penjualan. Informasi mengenai

total penjualan tersebut terdapat pada halaman 228:

…Rendahnya harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sepanjang tahun 2019

mengakibatkan penurunan kontribusi laba bersih segmen usaha agribisnis sebesar 85% menjadi

Rp168 miliar.

Yang mana untuk penjelasan lebih lanjut mengenai total penjualan tersebut termasuk di dalamnya volume

produksi, harga rata-rata, pendapatan bersih dan laba bersih dijabarkan pada tabel yang terdapat pada

halaman 232.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Agribisnis tercantum pada halaman 278:

Segmen agribisnis di bawah operasional PT. Astra International Tbk Agro Lestari (AAL), yang

dimiliki oleh Grup sebesar 79,7%, mencatat penurunan pendapatan bersih sebesar 9% menjadi

Rp17,5 triliun (2018: Rp19,1 triliun). Divisi agribisnis menyumbangkan 7% terhadap

pendapatan bersih Grup ditahun 2019 (2018: 8%). Laba bersih dari segmen agribisnis Grup

tercatat turun 85% menjadi Rp168 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak

kelapa sawit rata-rata sebesar 8% menjadi Rp6.689/kg dibandingkan dengan tahun 2018.

Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 3% menjadi

2,3 juta ton.


Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Infrastruktur dan Logistik PT. Astra

International Tbk telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi

mengenai hasil operasi pada segmen usaha dibidang Infrastruktur dan Logistik adalah informasi

mengenai laba. Informasi mengenai laba tersebut tercantum pada paragraph satu yang terdapat pada

halaman 235:

…Pencapaian ini didukung pula dengan perbaikan operasional berkelanjutan yang

menghasilkan peningkatan laba yang dikontribusikan oleh pilar bisnis infrastruktur dan logistik

menjadi Rp292 miliar dibandingkan laba tahun 2018 sebesar Rp196 miliar.

Yang mana untuk penjelasan lebih lanjut mengenai laba tersebut termasuk di dalamnya pendapatan dari

jalan tol dijabarkan pada halaman 240 dan 242.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Infrastruktur dan Logistik tercantum pada

halaman 278:

Pendapatan bersih dari divisi infrastruktur dan logistik Grup meningkat 12% menjadi Rp7,4

triliun pada tahun 2019 (2018: Rp6,6 triliun). Divisi ini berkontribusi sebesar 3% terhadap

pendapatan bersih Grup di tahun 2019 (2018: 3%).

Segmen infrastruktur dan logistik Grup mencatat kenaikan laba bersih sebesar 49% menjadi

Rp292 miliar pada tahun 2019, terutama karena peningkatan pendapatan dari jalan tol yang

telah beroperasi. Grup memiliki konsesi 350km jalan tol yang telah beroperasi di sepanjang

jalan tol Trans Jawa dan lingkar luar Jakarta.

Laba bersih SERA menurun sebesar 17% menjadi Rp250 miliar, disebabkan oleh penjualan

mobil bekas yang lebih rendah dan berkurangnya jumlah kendaraan yang disewakan.

Informasi mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Teknologi Informasi PT. Astra

International Tbk telah dijelaskan pada Management Discussion and Analysis. Salah satu informasi
mengenai hasil operasi pada segmen usaha di bidang Teknologi Infromasi adalah informasi mengenai

laba bersih dan pendapatan bersih. Informasi tersebut terdapat pada halaman 255.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Teknologi Informasi tercantum pada halaman

279:

Pendapatan bersih dari divisi teknologi informasi Grup mencapai Rp4,4 triliun di tahun 2019

(2018: Rp3,7 trillion). Divisi teknologi informasi, yang dikelola oleh PT. Astra International Tbk

Graphia, yang 76,9% sahamnya dimiliki Grup, memberikan kontribusi sebesar 2% terhadap

pendapatan bersih Grup pada tahun 2019 (2018: 2%).

Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup mencatat penurunan 7% menjadi Rp193

miliar, yang terutama disebabkan oleh penurunan marjin laba operasi, meskipun pendapatan

dari bisnis solusi dokumen dan bisnis solusi layanan perkantoran meningkat.

Penjabaran mengenai laba dari segmen usaha di bidang Properti tercantum pada halaman 279:

Pendapatan bersih dari segmen properti Grup mencapai Rp320 miliar pada tahun 2019 (2018:

Rp145 billion). Divisi ini menyumbangkan kurang dari 1% terhadap pendapatan bersih Grup

pada tahun 2019 dan 2018. Segmen property Grup melaporkan penurunan laba bersih sebesar

48% menjadi Rp83 miliar, terutama disebabkan oleh menurunnya penerimaan laba yang diakui

dari pengembangan proyek Anandamaya Residences, sebagai dampak dari penyelesaian

konstruksi pada tahun 2018.

Pembahasan yang terperinci mengenai kinerja keuangan PT. Astra International Tbk dijabarkan pada

bagian Tinjauan Kinerja Keuangan. Sehingga, dapat diketahui bahwa Pendapatan bersih konsolidasian

PT. Astra International Tbk pada tahun 2019 menurun 1% menjadi Rp237,2 triliun. Beban pokok

pendapatan tahun 2019 turun 1% menjadi Rp186,9 triliun, seiring dengan penurunan jumlah pendapatan.

Beban penjualan sedikit menurun dari Rp10,1 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp10,0 triliun. Beban
umum dan administrasi sedikit meningkat dari Rp13,8 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp14,1 triliun.

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2019 adalah Rp19,2 triliun, turun

dibandingkan Rp27,7 triliun pada tahun 2018 seiring dengan penurunan kinerja operasional.

Jadi, pada Management Discussion and Analysis PT. Astra International Tbk sudah memenuhi poin satu

yaitu terdapat hasil operasi, termasuk informasi perubahan harga jual, perubahan beban, perubahan

volume.

II. PENILAIAN LIKUIDITAS MASA DEPAN PERUSAHAAN

Arus Kas Konsolidasian PT.Astra International Tbk=> memiliki arus kas bersih yang diperoleh dari

aktivitas operasi pada tahun 2019 adalah Rp19,2 triliun, turun dibandingkan Rp27,7 triliun pada tahun

2018 seiring dengan penurunan kinerja operasional. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas

investasi tahun 2019 adalah Rp14,2 triliun, turun dari Rp29,7 triliun pada tahun 2018, terutama

diakibatkan oleh akuisisi Agincourt Resources pada tahun 2018, investasi di Gojek serta belanja modal.

Dividen yang diterima yaitu Rp5,7 triliun, turun jika dibandingkan dengan Rp7,0 triliun pada tahun lalu.

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2019 adalah Rp5,4 triliun,

meningkat 11% dari Rp4,9 triliun pada tahun 2018. Aktivitas pendanaan sepanjang tahun meliputi

penerimaan bersih atas pinjaman sebesar Rp8,6 triliun (2018: Rp8,9 triliun) dan pembayaran dividen

tunai sejumlah Rp11,2 triliun (2018: Rp10,2 triliun). Pada akhir tahun 2019, saldo kas, setara kas dan

cerukan Grup sebesar Rp24,3 triliun, turun sebesar Rp617 miliar.

Untuk menilai keadaan di masa depan, PT.Astra International Tbk menganalisis kinerja keuangan

berdasarkan Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Kolektibilitas Piutang. Salah satu analisa yang umum

digunakan untuk menilai kinerja keuangan adalah dengan rasio likuiditas. Menurut penilaian

menggunakan rasio likuiditas, kemampuan membayar Utang Jangka Pendek dicerminkan dengan Rsio

Likuiditas. Grup mempertahankan likuiditas yang sehat secara konsisten dan memiliki jumlah aset yang
memadai untuk memenuhi semua liabilitas sepanjang tahun 2019. Tingkat likuiditas Grup terlihat dari

rasio lancar yaitu sebesar 1,3 kali pada tahun 2019 dibandingkan dengan 1,1 kali pada tahun 2018. Untuk

penilaian dengan rasio solvabilitas, Pada tahun 2019, Grup mampu menjaga posisi keuangan yang kuat

agar mampu memenuhi seluruh kewajiban pinjaman. Gearing ratio Grup termasuk jasa keuangan pada

tahun 2019 adalah 0,36, dibandingkan dengan 0,35 pada akhir tahun 2018. Kenaikan tersebut terutama

untuk belanja modal dan investasi Grup. Dalam penilaian Kolektibilitas Piutang. Kolekbilitas piutang

dipengaruhi oleh kemampuan Perseroan dalam menagih piutangnya. Pada tahun 2019, Grup mencatat

rata-rata periode penagihan piutang usaha 47 hari, dibandingkan dengan rata-rata 43 hari pada tahun

2018. Grup secara konsisten menerapkan kebijakan piutang usaha yang cermat, dengan didukung oleh

proses pemantauan secara berkala terhadap kualitas kredit dan kemampuan pelanggan untuk memenuhi

kewajiban mereka.

III. SUMBER DAYA MODAL DAN PENGELUARAN MODAL YANG DIRENCANAKAN

Kebijakan struktur modal PT. Astra Internationl Tbk berdasarkan informasi pada laporan management

discussion and analysis secara keseluruhan disusun berdasarkan keseimbangan antara ekuitas dan

liabilitas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan

keleluasaan dalam pengembangan bisnis. Oleh karena pada dasarnya PT. Astra International adalah grup,

maka dalam pemantauan kelayakan struktur modal dilakukan secara berkala untuk setiap unit bisnisnya.

Pemantauan atas struktur modal demikian dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan modal di

masa yang akan datang.

Pemantauan struktur modal didasarkan pada gearing ratio. Di mana gearing ratio adalah perbandingan

antara jumlah utang bersih terhadap total ekuitas. Grup Astra tidak memiliki kebijakan tertentu yang

mengatur jumlah utang bersih terhadap ekuitas konsolidasian. Hal tersebut mempertimbangkan
perusahaan jasa keuangan pada Grup Astra karena dianggap memiliki jumlah utang yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan jasa non-keuangan.

Berdasarkan laporan management discussion and anaysis ini, utang bersih di luar anak perusahaan jasa

keuangan Grup Astra adalah sebesar Rp22,2 triliun pada akhir tahun 2019 dan Rp13,0 triliun pada akhir

tahun 2018. Sedangkan utang bersih pada anak perusahaan jasa keuangan sebesar Rp45,8 triliun pada

akhir tahun 2019 dan Rp47,7 triliun pada akhir tahun 2018.

Grup Astra memiliki komitmen belanja barang modal per tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp895

miliar yang bersumber dari pendanaan internal dan pinjaman eksternal. Dari komitmen yang telah

ditetapkan tersebut, dilaporkan bahwa realisasi belanja barang modal sebesar Rp16,3 triliun.

Pembelanjaan barang modal yag dilakukan sebagian besar digunakan untuk pembelian alat berat untuk

penambangan serta ekspansi jaringan bisnis otomotif.

Secara keseluruhan, kinerja yang dihasilkan oleh Grup Astra dinilai baik pada tahun 2019. Namun,

ketidakpastian situasi ekonomi makro termasuk pandemi COVID-19, persaingan di pasar mobil terus

meningkat dan penurunan harga-harga komoditas menyebabkan kinerja pada tahun 2020 mendatang

belum dapat dipastikan.

IV. KETIDAKPASTIAN YANG DISAMPAIKAN YANG BERAKIBAT PADA


KINERJA KEUANGAN PERUSAHAN

PT. Astra Internasional Tbk. Mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi

yang terjadi pada tahun tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2018 yang hanya sekitar

2,9% dari 3,6%. Hal itu diakibatkan adanya ketidakpastian perekenomian global yang masih terjadi yang

didominasi oleh perang dagang antara AS dan Tiongkok. Kejadian ini merupakan pertumbuhan ekonomi

yang paling rendah sejak krisis ekonomi global pada tahun 2008. Perang dagang yang tak kunjung usai

juga berdampak pada rantai nilai global yang memicu penurunan harga komoditas dunia.
Turunnya harga komoditas khususnya minyak kelapa sawit dan batu bara juga mengakibatkan

pendapatan ekspor menjadi rendah dan difisit transaksi berjalan bagi Indonesia, selain karna factor

ekonomi global. Ketidakpastian Agenda Politik pada tahu 2019 juga mengakibatkan pelaku bisnis dan

masyarakat menahan kegiatan ekonomi mereka, di sektor investasi juga belum mampu menggenjot

perekonomian domestic sehingga keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi PT. Astra Internasional Tbk.

Terlepas dari ketidakpastian tersebut masih ada harapan untuk pertumbuhan ekonomi didukung

oleh stabilnya konsumsi rumah tangga dengan inflasi di kisaran 3% pada tahun 2019. Prospek jangka

menengah dan Panjang di perekonomian Indonesia masih dinilai cukup baik karena sejumlah Lembaga

pemeringkat kredit seperti Fitch, Moody’s dan S&P secara kolektif mempertahankan pandangan positif

dengan memberikan peringkat investment grade. Pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi

sekitar 5 – 5,4% pada tahun 2020.

Namun, pengamat ekonomi memprediksi bahwa pandemic COVID-19 akan menghambat

pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 yang mungkin akan mengurangi pertumbuhan ekonomi

Indonesia sekitar 0.3 – 0.6%. Untuk menghadapi tahun 2020, ditengah pandemik, persaingan di pasar

mobil dan penurunan harga – harga komoditas, PT. Astra Internasional Tbk. akan semakin menjaga

tingkat kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui strategi peningkatan kualitas produk dan layanan

yang berkelanjutan untuk dapat memenangkan persaingan. Hal ini juga mendorong komitmen mereka

dalam mendukung elektrifikasi sebagai arah masa depan sektor otomotif nasional, di antaranya dengan

beradaptasi untuk merumuskan bauran kendaraan mesin elektrik dan konvensional yang berimbang agar

tetap kompetitif dengan arah perubahan di industri roda empat, yang ditunjang dengan upaya edukasi

kepada pelanggan untuk mendorong pemahaman akan manfaat dari kendaraan hybrid serta kemudahan

penggunaannya.

Anda mungkin juga menyukai