Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 8

Fitria Nur M 639

Dhea R Yunita 648

Kiko Armenita J 656

Aditya Prayuda 694

CHAPTER 11 – BALANCE SHEET

Dalam standar akuntansi memiliki empat laporan keuangan, satu set laporan keuangan itu

terdiri dari neraca, laba rugi, arus kas, dan laporan perubahan perubahan ekuitas. Kalau menurut

standar akuntansi ada lima, salah satunya adalah catatan atas laporan keuangan, tetapi bukan dalam

format laporan. Yang dalam format laporan hanya empat. Dari empat laporan tersebut, neraca dan laba

rugi disebutkan yang paling utama. Mengapa paling utama? Karena dengan neraca dan laba rugi kita

bisa nyusun laporan arus kas, kita bisa nyusun laporan perubahan ekuitas. Tapi kalau kita hanya punya

dua yang terakhir (laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas), kita tidak bisa membuat laporan

laba rugi dan neraca.

Dua yang utama (neraca dan laporan laba rugi) dalam bahasa inggrisnya disebut financial

statement proper. Proper disini artinya bukan layak, bukan wajar, tetapi proper disini berarti utama.

Jadi yang utama adalah neraca dan laba rugi. Dalam sistem double entry yang kita pakai, neraca dan

laba rugi kita itu berhubungan, dalam bahasa inggrisnya berartikulasi. Digambarkan sebagai berikut:

1. ARTIKULASI

Karena dengan neraca dan laba rugi kita bisa nyusun laporan arus kas, kita bisa nyusun laporan

perubahan ekuitas . neraca dan laba rugi kita itu berhubungan secara matematis. Penghasilan bersih

sama dengan perubahan ekuitas pemilik untuk suatu periode, dengan asumsi tidak ada transaksi modal

atau penyesuaian periode sebelumnya.

Neraca akan dikatakan balance (seimbang) kalau penghitungan laba ruginya (selisihnya

apakah itu laba atau rugi) sudah kita pindahkan ke ekuitas. Di ekuitasnya masuk ke dalam retained

earnings( saldo laba)/ laba ditahan. Inilah yang disebut dengan artikulasi, dua laporan berhubungan.
Exhibit 11.1 Accounting Classification System

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa owners’s equity terbagi 3, yaitu contributed capital, retained

earnings, dan unrealized capital adjustment.

Contributed capital itu biasa disebut dengan modal disetor. Kalau kita menerbitkan saham,

kita jual ke bursa, saham kita itu nominalnya 1000 rupiah, kita tawarkan di bursa 1100, berarti

pembelinya harus nyetor 1100 per lembarnya. Kalau kita beli 1 lot (100 lembar) saham x 1100 =

110.000. Uangnya diterima oleh perusahaan, dicatat dalam 2 akun yang berbeda, yaitu legal capital

dan other contributed capital. Legal capital itu nilai nominal/nilai pari, 1000 rupiah dicatat disitu. Sisa

100 nya masuk premium atau bahasa lainnya agio itu other.

Contributed capital (modal setoran yang lain). Jadi 1100 dibagi ke 2 akun, nominalnya masuk

kea kun nominal, selisihnya disebut agio kalo diatas nominal atau disebut disagio kalo dibawah

nominal. Selanjutnya retained earnings, akan dijelaskan setalah ini. Unrealized capital adjustment itu

apa? Kita ambil contoh, kalo perusahaan kita punya anak di luar negeri, anak perusahaan kita

(subsidiary) itu harus dikonsolidasi dengan induknya. Laporan keuangannya harus dikonsolidasi.

Karena mata uang di luar negeri berbeda dengan mata uang kita, maka ada proses penjabaran

(translation). Proses penjabaran ini menimbulkan selisih lebih atau selisih kurang. Zaman dulu itu
disebut laba atau rugi, selisih laba atau ruginya masuk ke laba rugi. Zaman sekarang, selisih

lebih/kurang karena perubahan kurs itu tidak boleh masuk ke laba rugi, tapi masuk ke capital

adjustment yang belum direalisasi. Jadi akan ada unrealized translation adjustment, yaitu adjustment

akibat penjabaran yang belum direalisasi. Kita dapat mengambil contoh bahwa realisasi misalnya anak

perusahaan kita dijual, kita menerima uangnya dalam bentuk dollar, kita rupiahkan ke Indonesia itulah

realisasi. Selama perusahaan kita masih berdiri di luar negeri maka namanya unrealized. Jadi selisih

kursnya yang tadi, kurs dollarnya naik/turun, itu cuma selisih angka, itu selisih angka atau

penyesuaian akibat penjabaran. Tapi itu belum direalisasi, makanya masuk ke neraca.

Jadi di owners’ equity itu terdiri dari modal setoran (nominal, agio/disagio), ada laba ditahan,

ada selisih-selisih yang belum direalisasi, salah satu contohnya adalah selisih dari penjabaran laporan

keuangan anak perusahaan di luar negeri. Itu akan ada disana selamanya, angkanya berubah-ubah,

tergantung dari perubahan kurs. Ini akan hilang, akan masuk ke laba rugi kalau perusahaannya kita

jual. Unrealized capital adjustmentnya menjadi realized setelah dijual. Begitu jadi realized pindah ke

laba rugi, keluar dari neraca.

Selanjutnya retained earnings. Retained earnings itu isinya ada 3. Kita bisa lihat ini dalam

laporan perubahan ekuitas. RE 1 januari ditambah laba atau dikurangi rugi tahun itu. Laba atau

ruginya dari income statement accounts (akun-akun laba rugi) itu. Ada debit, ada kredit. Kalo debit itu

ada biaya dan rugi, kalo di kredit itu revenue dan gain. Keduanya ada yang ordinary dan ada juga yang

extraordinary. Selisihnya laba/rugi masuk ke retained earnings. Jadi retained earning awal ditambah

laba atau dikurangi rugi jadilah retained earnings akhir.

Kalo ada dividen, dividennya kita kurangkan. RE awal ditambah laba atau dikurangi rugi,

kurangi dividen ketemu RE akhir. Kalo ada koreksi dari tahun sebelumnya (prior period adjustment),

prior period adjustment tidak boleh masuk ke laba rugi. Tapi prior period adjustment langsung

dilaporkan ke retained earnings.

Jadi komponen retained earningsnya akan ada 3, RE awal tambah laba atau kurangi rugi,

kurangi dividen, tambah/kurangi prior period adjustment tergantung angkanya positif atau angkanya

negative. Misalnya, kita mengukur gedung dengan taksiran 20 tahun. Sekarang kita ubah taksirannya

menjadi 40 tahun, berarti depresiasi yang lalu-lalu jadi salah. Kita harus perbaiki depresiasi yang lalu-
lalu, itu namanya adjustment untuk periode sebelumnya. Koreksi dari depresiasi itu yang disebut prior

period adjustment. Tidak boleh membebaninya laba rugi, tapi langsung dilaporkan di retained

earnings. Karena laba rugi yang sebelum-sebelumnya sudah masuk ke retained earnings. Setiap tahun

saldo laba masuk ke retained earnings. Kesalahan-kesalahan ini ngumpul di retained earnings. Kalo

begitu retained earningsnya yang dikoreksi.

Jadi skema itu menunjukkan artikulasi laba rugi ke retained earnings, retained earnings ke neraca.

PRINSIP- PRINSIP ARTIKULASI

Artikulasi dibagi menjadi 2 prinsip , yaitu :

1. Revenue – Expenses Approach Konsep pertama menganggap bahwa laporan utama adalah

laporan laba rugi. Laba rugi diperoleh dari pengurangan (matching) biaya dari hasil yang

diakui. Neraca hanya merupakan by product dari proses pengakuan, pengukuran laba tadi,

sehingga Neraca hanya merupakan kumpulan deffered charges(biaya ditangguhkan) dan

deffered credits (kredit yang ditangguhkan). Kelemahan konsep ini adalah bahwa ternyata

dalam sifatnya tidak semua deffered charges (pembebanan yang ditunda dalam laporan laba

rugi) merupakan perkiraan asset sebagaimana definisi aset yang kita ketahui. Misalnya Biaya

Organisasi, biaya ini adalah sunk cost yang tidak mungkin lagi di recovered.

2. Asset Liability Approach, Konsep kedua menganggap bahwa langkah pertama bukan

mengukur laba, tetapi mengukur harta dan kewajiban. Di sini income didefinisikan sebagai

perubahan dalam net asset sehingga laporan laba rugi dianggap merupakan pengelompokan

dan pelaporan perubahan yang terjadi dalam net asset. Laba rugi atau perubahan net asset itu

dianggap sebagai by product dari pengukuran asset dan liabilities. Net income itu adalah

berasal dari perubahan asset dan liabilities, bukan sebaliknya seperti konsep Revenue –

Expense. Di sini dianggap bahwa asset dan liabilities adalah benar-benar real dan ada

sehingga dinilai lebih logis jika pengukuran dimulai dari asset dan liabilities ini.

2. NON ARTIKULASI

Belum ada di dunia ini standar akuntansi yang menggunakan non artikulasi. Tapi di level teori kita

bisa bilang, laporan neraca tidak berhubungan dengan laporan laba rugi. Karena dalam teori dapat
digunakan sedangkan dalam praktiknya tidak dapat dilakukan. Karena kita membuat ukuran asset dan

ukuran liability untuk neraca. Kita buat ukuran revenue dan expense untuk laba rugi. Berarti neraca

lajur 10 kolomnya nanti tidak nyambung. Tidak harus nyambung karena memang tidak berartikulasi.

Pikirkanlah sistem yang baru, neraca yang tidak berartikulasi dengan laba rugi.

Pernyataan dari neraca dan laba rugi dinyatakan secara independen. Yang artinya bahwa

hubungan antara neraca dan laba rugi dianggap tidak ada, minimal tidak otomatis dan masing-masing

berdiri sendiri antara satu sama lain. Kendatipun konsep ini tidak banyak dibahas dalam literatur,

bukan tidak ada pengaruhnya dalam akuntansi kontemporer. Pencatatan unrealized capital atau

transaksi lainnya seperti transaksi valuta asing yang tidak dibukukan langsung ke laporan laba rugi,

tetapi langsung dicatat dalam perkiraan modal membuktikan pengaruh konsep ini.

Defenisi aktiva yang dirumuskan profesi akuntansi AS:

1. Defenisi dari Committee on Terminology (1953), menyatakan aktiva sebagai sesuatu yang

dinyatakan dalam saldo debit yang akan dipindahkan melalui penutupan akun menurut aturan

akuntansi, dengan dasar bahwa sesuatu tersebut menyatakan baik hak milik atau perolehan

nilai atau terjadinya suatu pengeluaran yang menimbulkan sebuah properti atau layak

diterapkan untuk masa yang akan datang.

Defenisi ini menekankan pada legal property, tetapi juga memasukkan beban ditangguhkan

dengan alasan beban ditangguhkan terkait dengan LLR periode yang akan datang.  Defenisi

ini menunjukkan pendekatan pendapatan-biaya atas laporan keuangan.

2. Defenisi dari APB (1970), APB Statement No. 4 menyatakan aktiva sebagai sumber-daya

ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

Dalam aktiva juga termasuk beban ditangguhkan, yang bukan merupakan sumber-daya tetapi

diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

3. Defenisi dari FASB (1985), SFAC No. 6 menyatakan aktiva sebagai manfaat ekonomi masa

mendatang yang kemungkinan besar (probable) diperoleh atau dikontrol oleh suatu entitas

sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu.


Recognition and Measurement of Assets

Pervasive principle menunjukkan bahwa pengakuan dan pengukuran aset dan liabilitas adalah:

aset dan liabilitas umumnya dicatat berdasarkan peristiwa dimana perusahaan memperoleh

sumber daya dari entitas lain atau menimbulkan kewajiban pada entitas lain (Ini berkaitan

dengan pengakuan aset dan kewajiban). Selanjutnya, aset dan kewajiban diukur dengan

exchange prices pada saat terjadi transaksi. Exchange prices disini merujuk pada market value

(nilai pasar) (ini berkaitan dengan pengukuran aset dan kewajiban).

Dengan demikian, aset itu diakui ketika perusahaan memperoleh sumber daya dari entitas lain

dan perusahaan dapat menggunakan sumber daya tersebut untuk memberikan manfaat

ekonomi di masa depan. Selanjutnya, aset diukur berdasarkan market value (exchange prices)

atas pengorbanan untuk memperoleh aset dan menempatkan aset tersebut untuk tujuan

aktivitas operasional, sehingga ini disebut dengan historical cost.

Terdapat beberapa pengukuran aset sebagai berikut.

a. Historical cost berkaitan dengan harga perolehan untuk memperoleh aset.

b. Book value aset berkaitan dengan harga perolehan aset dikurangi dengan akumulasi

depresiasi aset.

c. Replacement cost berkaitan dengan nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk

memperoleh aset baru atau menggantinya dengan kapasitas produksi yang sama.

d. Selling prices berkaitan dengan harga jual aset.

e. Net realizable value berkaitan dengan harga jual aset dikurangi dengan disposal cost.

f. Net realizable value less normal markups berkaitan dengan nilai realisasi bersih setelah

dikurangi dengan normal markups (normal profit margin)

Receivables:

Piutang timbul karena transaksi penjualan secara kredit. Piutang adalah klaim yang diajukan

terhadap pelanggan atas uang, barang, atau jasa. Piutang dicatat berdasarkan historical cost
yang selanjutnya disesuaikan dengan jumlah taksiran piutang yang tidak tertagih. Atribut yang

diukur adalah estimasi Net realizable value (NRV). NRV disini adalah harga jual piutang

melalui anjak piutang setelah dikurangi dengan estimasi kewajiban atas pembayaran kembali

piutang karena tidak dibayar oleh debitur. Anjak piutang adalah pembiayaan dengan

melakukan pembelian piutang. Seperti kita ketahui bahwa pihak yang terlibat dalam anjak

piutang kurang lebih ada tiga pihak yaitu, (1) kreditur atau klien adalah pihak yang memiliki

piutang dari pihak kedua (debitur). Kreditur menjual tagihannya kepada perusahaan anjak

piutang (factoring), (2) debitur adalah nasabah yang memiliki utang kepada kreditur, dan (3)

perusahaan anjak piutang (factoring) adalah perusahaan pemberi jasa yang akan membeli atau

mengambil alih piutang.

Contoh jurnal:

1. Penjualan secara kredit dengan termin 2/10, n/30

Piutang XXX

Penjualan XXX

2. Pembayaran atas penjualan yang diterima dalam periode diskon

Kas XXX

Diskon Penjualan XXX

Piutang XXX

3. Pembayaran atas penjualan yang diterima setelah periode diskon

Kas XXX

Piutang XXX

Investment Not Subject to Equity Accounting

SFAS No 115 membawa perubahan besar pada investasi terkait sekuritas yang pendahulunya

adalah SFAS No 12. SFAS No 115 menjelaskan bahwa Investasi dalam equity dan debt sekuritas

diklasifikasikan dalam tiga kategori:

1. Held to maturity: perusahaan memiliki (1) niat positif dan (2) kemampuan untuk memiliki

sekuritas itu sampai jatuh tempo. Untuk obligasi dalam kategori ini digunakan metode suku
bunga efektif dalam menghasilkan tingkat pengembalian yang konstan berdasarkan

historical cost obligasi. Perusahaan menghitung suku bunga efektif atau yield pada saat

investasi dan menerapkan suku bunga pada jumlah tercatat awal (nilai buku) untuk setiap

periode bunga.

2. Trading: perusahaan menjual sekuritas dalam waktu dekat. Artimya, sekuritas dalam

kategori ini dimiliki dengan maksud akan dijual dalam waktu dekat dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan dalam waktu dekat dari selisih harga dan dinilai berdasarkan nilai

wajar.

3. Available for sale: sekuritas yang tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas held to maturity

atau trading. Sekuritas kelompok ini dinilai berdasarkan nilai wajarnya. Keuntungan dan

kerugian yang berkaitan dengan perubahan dalam nilai wajar dicatat pada akun

keuntungan/kerugian yang belum terealisasi. Akun ini dilaporkan dalam comprehensive

income.

Terjadi perbedaan pendapat antara anggota FASB terkait klasifikasi sekuritas dalam ketiga

kategori ini, khususnya berkaitan dengan potensi manajemen laba (misalnya sekuritas secara

selektif dari kategori tersedia untuk dijual dalam menghasilkan keuntungan yang direalisasi

dan tidak menjual sekuritas ketika secara ekonomi mengalami kerugian. Untuk klasifikasi

tersedia untuk dijual sifatnya lebih fleksibel karena bisa dikategorikan ke ketegori

perdagangan. Selain itu, Kathyrn menjelaskan bahwa SFAS No 115 tidak spesifik menjelaskan

tentang bagaimana pendapatan diakui untuk sekuritas utang dalam kategori tersedia untuk

dijual. Kathyrn menyarankan bahwa amortisasi diskon atau premium dalam hal tingkat

amortisasi historical cost tidak tepat karena suku bunga saat ini berfluktuasi. Akhirnya, Nobes

menjelaskan bahwa klasifikasi surat berharga dalam SFAS No 115 didasarkan pada intensi

manajemen.

Investment Not Subject to Equity Accounting

Tingkat dimana salah satu perusahaan (investor) memperoleh hak dalam saham perusahaan

lain (investee) umumnya menentukan perlakuan akuntansi untuk investasi setelah akuisisi.
Klasifikasi investasi tersebut tergantung pada persentase hak suara investee yang dipegang oleh

investor, yaitu kepemilikan antara 20% – 50% dicatat dengan menggunakan metode ekuitas

yang artinya investor memiliki pengaruh signifikan. Pada metode ini, perusahaan awalnya

mencatat investasi pada biaya perolehan saham, tetapi kemudian menyesuaikan jumlah setiap

periode perubahan dalam aset neto investee. Artinya, bagian proporsional dari laba (rugi)

investee secara berkala meningkatkan (menurunkan) jumlah tercatat investasinya.

Contoh Jurnal Metode Ekuitas:

1. Pada tanggal 2 januari 2011, maxi company membeli 48.000 saham (20% saham biasa mini

company) dengan biaya perolehan sebesar $10 per saham.

Investasi ekuitas xxx

Kas xxx

2. Selam tahun 2011, mini company melaporkan laba netto sebesar $200.000; saham maxi

company adalah 20% atau $40.000.

Investasi ekuitas xxx

Pendapatan dari investasi xxx

3. Pada tanggal 28 januari 2012, mini company mengumumkan dan membayarkan dividen

tunai sebesar $100.000; mni company menerima 20% atau $20.000.

Kas xxx

Investasi ekuitas xxx

4. Selama tahun 2012, mini melaporkan kerugian neto sebesar $50.000; saham mini company

adalah 20% atau $10.000.

Kerugian investasi xxx

Investasi ekuitas xxx

Inventories

Persedian diukur dengan menggunakan beberapa alternatif seperti, metode FIFO, LIFO, dan

weighted average. Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah

yang pertama digunakan (pada perusahaan manufaktur) atau yang pertama dijual (pada
perusahaan dagang). Oleh karena itu, persediaan yang tersisa harus mencerminkan pembelian

terbaru. Kebalikannya adalah metode LIFO. Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang

terakhir kali dibeli adalah yang pertama digunakan (pada perusahaan manufaktur) atau yang

pertama dijual (pada perusahaan dagang). Kondisi ini menunjukkan bahwa metode ini dibuat

dengan sewenang-wenang yang menunjukkan adanya fleksibilitas akuntansi persediaan. ARB

No 43 menjelaskan bahwa lower of cost atau market rule digunakan dalam menghitung

persediaan. Market value didefinisikan sebagai replacement costs, dengan catatan bahwa

replacemen cost berada pada kisaran batas atas dan bawah. Batas atas berkaitan dengan net

realizable value dan batas bawah berkaitan dengan net realizable value less normal markup.

Catatan: metode weighted average memberikan harga persediaan berdasarkan biaya rata-rata

semua barang serupa yang tersedia selama periode tersebut.

Self-Constructed Assets and Manufactured Invetories

Pengukuran mengenai self-concstructed assets memerlukan identifikasi biaya yang dikeluarkan

untuk menghasilkan aset tersebut. Identifikasi biaya tersebut adalah produksi persediaan dan

biaya bunga. Terjadi kontroversi terkait perhitungan biaya persediaan yang diproduksi.

Terdapat dua metode yang dibahas dalam buku ini yaitu, variabel costing dan full absorption

costing. Hanya variabel costing atas produksi yang dibebankan ke persediaan berdasarkan

variabel costing. Di sisi lain, untuk full absorption costing berupaya untuk menetapkan semua

biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel untuk produksi persediaan,

sehingga pendekatan ini menyebabkan adanya pengembangan tarif overhead yang sewenang-

wenang berdasarkan tingkat produksi yang diasumsikan. ARB No 43 mensyaratkan

penggunaan biaya ini dengan alasan bahwa estimasi total biaya produksi lebih baik dicapai

dengan menggunakan kapasitas normal. Akan tetapi, dari sudut pandang pengukuran, atribut

dalam menghasilkan perhitungan biaya persediaan tidak jelas.

SFAS No 34 menjelaskan bahwa adanya penambahan biaya bunga ke biaya perolehan aset yang

dibangun sendiri jika jumlahnya signifikan. Aturan ini berlaku untuk aset yang dibangun untuk

digunakan atau dijual tetapi tidak untuk produksi persediaan secara rutin. Kondisi ini
dibenarkan karena biaya bunga merupakan bagian dari harga perolehan aset. Akan tetapi

terdapat kritik bahwa apakah ada utang khusus yang dikeluarkan untuk membiayai

pembangunan aset. Dalam kasus ini, biaya bunga hanyalah biaya peluang bukan biaya yang

sebenarnya harus dikeluarkan dalam menghitung harga perolehan aset.

Asets Subject to Depreciation or Depletio

Historical costs aset yang disusutkan dialokasikan selama estimasi masa manfaat. Alokasi

penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode yaitu straight line,

sum of the years digits, declining balance, modified accelerated cost recovery system (MACRS),

dan units of production. Tidak ada kondisi yang relevan yang menentukan salah satu metode

dalam situasi tertentu, tetapi pilihan kebijakan menggunakan metode tersebut terletak pada

konsistensi perusahaan menggunakan metode dari tahun ke tahun.

Istilah deplesi untuk proses pengalokasian biaya perolehan sumber daya mineral (minyak, gas,

pertambangan mineral). Biaya deplesi dialokasikan selama masa manfaat dengan cara yang

sama seperti aset tetap yang dapat didepresiasi. Untuk pencatatan di neraca, aset yang

mengalami depresiasi dan deplesi adalah historical cost dikurangi dengan alokasi kumulatif

depresiasi atau deplesi aset yang disebut dengan nilai buku.

Impaired Assets

SFAS No. 121 menjelaskan tentang Accounting for the Impairment of Long-Lived Assets and for

Long-Lived Assets to Be Disposed Of. FASB menguji isu terkait penghapusan aset jangka

panjang (write-downs of long luved assets) dan munculnya goodwill dari beberapa faktor seperti,

penurunan nilai pasar aset, perubahan aset yang signifikan atas penggunaannya, perubahan

iklim bisnis yang dapat mempengaruhi aktivitas operasi aset, dan menurunnya arus kas dari

aktivitas operasi saat ini dan arus kas operasi prospektif. Faktor-faktor tersebut yang dapat

menentukan ada atau tidaknya penurunan nilai.

Penurunan nilai (impairment) terjadi karena adanya penghapusan nilai atas beberapa aset

jangka panjang. Aset jangka panjang diturunkan nilainya ketika perusahaan tidak dapat
memulihkan jumlah tercatat aset, baik dengan menggunakannya atau dengan menjualnya.

Untuk menentukan apakah mengalami penurunan nilai, maka perusahaan meninjau indikator

penurunan nilai aset tersebut secara tahunan.

FASB menggunakan kriteria pengakuan dan pengukuran yang berbeda untuk penurunan nilai

(impairment). Misalnya, jika indikator penurunan nilai aset benar-benar ada, maka uji

penurunan nilai aset harus dilakukan. Uji ini dilakukan dengan membandingkan jumlah

terpulihkan aset (recoverable amount) dengan nilai tercatatnya (carrying amount). Jika nilai

tercatat aset lebih tinggi daripada jumlah terpulihkan, maka perbedaannya dianggap sebagai

rugi penurunan nilai, sebaliknya jika jumlah terpulihkan lebih besar dari nilai tercatat, maka

tidak ada penurunan nilai yang dicatat.

Jumlah terpulihkan (recoverable amount) didefinisikan sebagai jumlah yang lebih tinggi antara

nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakai asetnya. Nilai wajar dikurangi biaya

untuk menjual (fair value less cost to sell) berarti pada nilai berapa aset tersebut dapat dijual

setelah dikurangi biaya penjualan. Nilai pakai (value-in-use) adalah nilai sekarang arus kas

yang diharapkan dari penggunaan masa depan dan penjualan aset pada akhir masa

manfaatnya.

Nonmonetary Exchange of Similar Assets

Menurut APB Opinion No 29, aset baru yang diperoleh dicatat pada nilai buku dari aset yang

diperdagangkan (bukan nilai pasar). SFAS No 153 mengubah pendapat APB No 29 dengan

berfokus pada pertukaran aset non moneter yang memiliki substansial komersial. Substansial

komersial terjadi ketika pertukaran aset menyebabkan perubahan arus kas masa depan

perusahaan. Ketika kondisi ini terjadi, aset baru dicatat dengan nilai wajar. Namun, jika tidak

ada substansi komersial, aset yang baru diperoleh akan dipindahkan ke nilai buku aset lama.

Intingabile Assets
Aset dapat diklasifikasikan menjadi aset berwujud dan tidak berwujud. Klasifikasi ini terletak

pada substansi fisik dari aset tersebut. Aset tidak berwujud seperti copyright, patens,

trademarks, franchise, dan goodwill. Keseluruhan aset ini dicatat pada awalnya berdasarkan

historical cost. Aset ini dihitung dengan historical cost dikurangi dengan akumulasi amortisasi

aset tidak berwujud yang disebuut dengna nilai buku. APB Opinion no 117 menjelaskan bahwa

aset tidak berwujud dengan syarat biaya amortisasi garis lurus selama periode tidak melebih 40

tahun, jika ada periode masa manfaat yang lebih pendek maka masa manfaat yang lebih pendek

itu yang akan digunakan untuk menghitung amortiasi aset tidak berwujud.

Capitalizing Intangible Costs

Lev dan Zarowin menjelaskan bahwa pengeluaran untuk investasi tidak berwujud di AS

inkonsisten dengan kerangka kerja konseptual FASB. GAAP saat itu mensyaratkan bahwa aset

tidak berwujud seperti biaya restrukturisasi dan penelitian dan pengembangan dikeluarkan

pada periode ketika terjadinya biaya tersebut meskipun kedua biaya ini dapat memberikan

manfaat yang signifikan di masa depan yang dapat mengakibatkan ketidakcocokan biaya

dengan pendapatan.

Deffered Charges

Terdapat dua jenis biaya tangguhan, yaitu biaya dibayar dimuka adalah biaya yang belum

merupakan kewajiban perusahaan untukm embayarnya pada periode bersangkutan, tetapi

perusahaan sudah membeyarnya terlbih dahulu (misalnya, asuransi dibayar dimuka). Jenis

biaya ditangguhkan lainnya merupakan biaya yang ditangguhkan dari pengakuan biaya

semata-mata karena aturan pengukuran pendapatan.

LIABILITAS

Defenisi liabilitas (SFAC No. 6 )


• Kewajiban adalah pengorbanan masa depan dari manfaat ekonomi yang timbul dari kewajiban

sekarang dari entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas

lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lalu.

karakteristik liabilitas ada 3 yaitu ::

a. kewajiban itu ada maksudnya Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus

memuat suatu tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan

usaha untuk melunasi, dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti di

masa datang.

b. tugas sebenarnya tidak bisa dihindari Selanjutnya untuk dapat disebut sebagai

kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan

sekarang. mksudnya sekarang yaitu mengacu pada waktu, waktu yang dimaksud adalah

tanggal pelaporan (neraca).

ada empat keharusan yaitu

1. keharusahan kontraktual yaitu timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang

didalmnya kewajiban bagi suatu usaha dinyatakan secara eksplisit atau implisit

2. keharusan konstruktif keharusan yang timbul akibat kejadian kebijakan dalam

usaha tersebut.

3. keharusan demi keadilan keharusan sekarang yang menimbulkankewajiban bagi

perusahaan

4. keharusan bersyarat keharusan yang pemenuhnya tidak pasti karena bergantung

pada kejadian masa datang.

c. kejadian yang menimbulkan kewajiban untuk perusahaan itu sudah terjadi maksudya

yaitu transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi.

Pengakuan dan pengukuran kewajiban

• Notes Payable With Below Markets Rates Of Interest


Sesuai dengan APB opinion no 21, utang wesel dibawah tingkat bunga pasar harus

didiskontokan. Tujuan pendiskontoan ini adalah untuk menyesuaikan beban bunga secara

periodik pada market rate. Dengan prosedur ini nilai ekonomi dari transaksi diukur pada harga

pasar dan konsisten dengan prinsip umum dari kewajiban tidak lancar yang didiskontokan

pada market rate dari bunga.

Jadi harusnya pengakuan utang itu harga pasar. Kalau kita mengeluarkan utang wesel, utang

wesel kita itu berbunga, harusnya bunganya itu sesuai bunga pasar. Tapi kalo utang wesel itu

dibawah, bunganya dibawah tingkat bunga pasar, hutang weselnya harus dikoreksi angkanya.

Bisnis itu adalah arm length transaction (kesepakatan sepanjang lengan). Kalo kita

mengeluarkan surat utang, bunganya pakai bunga pasar. Kalo bunganya dibawah pasar berarti

sebetulnya utangnya itu tidak sebesar itu.

Berarti harus dihitung utangnya 1000, bunganya 6%. Berarti bunganya 60, sedangkan tingkat

bunga itu 9%. Berarti harusnya utangnya itu memberi bunga 90. Kalo bunganya cuma 60

berarti utangnya bukan 1000. Utangnya 1000:60 x 9% itu tadi. Harus dikoreksi seperti itu.

• Bonds payable

terdapat perhitungan agio dan disagio.

kenapa ada perhitungan agio dan disagio pada saat obligasi diterbitkan, karena adanya

perbedaan selisih terhadap nilai nominal obligasi pada saat terjadinya transaksi pembelian

obligasi.. jika nilai obligasi lebih rendah dibandingkan dengan dana yang diterima, maka akan

muncul akun agio obligasi. jika nilai obligasi lebih besar dari dana yang diterima, maka akan

muncul akun disagio obligasi. pada saat pencatatan agio/diasgio obligasi harus di amortisasi

terlebih dahulu dengan menggunakan metode garis lurus dan metode bunga efektif

agio obligasi adalah keuntungan bagi penerbit obligasi karena mndapatkan dana lebih besar

dan disagio obligasi kerugian karena menerima dana lebih kecil.

nilai agiio saham dihitung dengan cara selisih antara harga jual dan harga beli saham

perusahaan

disagio adalah selisih kurang antara nilai yang sebenarnya dan nilai nominal yang tercantum

pada sekuritas atau nilai tukar alat embayaran luar negeri atau turunnya nilai logam karena aus
Seperti mencatat sebelumnya. utang dicatat pada net proceed/hasil jual bersih dari transaksi.

Net proceed sama dengan present value dari pembayaran bunga dan pembayaran utama,

didiskonto pada tingkat bunga pasar, sedikit bond yang mengeluarkan biaya. Nilai buku bond

harus dikalkulasi sebagai ganti pengukuran secara langsung. Menurut APB opinion no 21,

Premium dan diskonto harus diamortisasi dengan metode bunga efektif.

• Convertible bonds

Convertible bonds merupakan utang sampai tanggal dikonversikan berubah menjadi saham.

jadi sebelum di konversi masih utang.

ciri dari convertible bond untuk memiliki tingkat bunga kupon yang lebih rendah dari pada

konvensional bond.

Dua kebijakan yang digunakan oleh akuntan untuk convertible bond: memperlakukan

convertible debt sebagai utang konvensional sampai dikonversi memisahkan jumlah utang

sebagai harga yang dibayarkan untuk conversion privilege dan menambahkan jumlah ini pada

modal kontribusi.

• Debt with stock warrants

Stock warrants, ada penjual obligasi, ada lembar disitu kalo kita beli obligasi kita boleh beli

saham dengan harga sekian. Berarti harga jual obligasi adalah harga jual obligasi dan harga

jual warrant.  Harganya harus dialokasikan untuk keduanya.

APB opinion no 14 adanya pemisahan stock warrants degan obligasi yang mungkin menyertai

pengeluaran utang. Kebijakan ini inkonsisten dengan perlakukan dari utang convertible.

Pemisahan warant/surat hak beli saham, bagaimanapun, diijinkan pemegang untuk memiliki

utang dan ekuitas secara bersama-sama (jika warant ditawarkan)

• Redeemable prefered stock and other hybrid securities( saham prefern yang ditebus)

Yang namanya stock tidak pernah jatuh tempo, yang biasanya jatuh tempo itu hutang. Kalo

itu preferred stock tidak boleh jatuh tempo. Kalau disebut redeemable preferred stock

(preferred stock yang bisa dibeli kembali oleh perusahaan) itu bukan preferred stock, itu

utang. Jadi dalam praktik itu banyak kreativitas menciptakan transaksi. Bagaimana kita
menilai. Kalau saham tidak boleh jatuh tempo, Kalo ini namanya saham tapi bisa dilunasi,

berarti ini cuma nama sahamnya, tapi sebetulnya hutang. Berarti redeemable preferred

stock harusnya masuk dibagian liability.

Manajer keuangan secara konstan mencoba “mengeluarkan utang” dalam neraca. Secara

relatif tindakan baru dalam bidang ini disebut saham preferen yang dapat ditebus. Saham ini

tidak mempunyai hak suara, mempunyai jadwal kewajiban membayar secara periodic pada

nilai nominal (par) dan dapat ditebus pada opsi perusahaan; deviden kumulatif dan memiliki

preferen lebih dari saham biasa, dan saham memiliki tingkat deviden tahunan tetap tanpa

patisipasi lebih lanjut.

• Securitization

Sekuritisasi merupakan transaksi yang umum dilakukan. Kita punya aset keuangan, punya

piutang, piutangnya baru mau dibayar 3 tahun lagi. padahal Kita butuh uang, yang punya

utang baru mau bayarnya 3 tahun lagi. Kita jual piutangnya. Jaman dulu namanya factoring,

jaman sekarang namanya sekuritisasi. Kalo kita jual piutang, lalu ada yang beli, mereka harus

membayar ke kita, tapi yang mau beli ini ga punya uang. Lalu orang yang mau beli ini

menerbitkan obligasi dulu. Piutangnya dijadikan jaminan untuk obligasi itu. Jadi obligasinya

di secure oleh financial asset kita, nah, transaksi seperti ini namanya sekuritisasi. Yang sering

terjadi, bank-bank menjual tagihan kartu kreditnya ke multifinance.

Masalah utama yang timbul dalam sekuritisasi melibatkan apakah transferor telah melepaskan

semua hak dalam aset. Jika demikian, pemindah kredit mengkredit aset dan tidak ada utang

yang muncul di neraca seperti halnya penjualan aset serupa lainnya. Namun, jika transferor

memiliki hak atas aset, seperti pengaturan pembelian kembali, maka transferor belum

melepaskan semua hak atas aset dan penerima transfer tidak bebas untuk menggunakan atau

membuang aset sesuai keinginan. Dalam kasus yang terakhir ini, transaksi tampaknya

merupakan pinjaman yang dijaminkan dan pemindah harus mengkredit akun kewajiban yang

sesuai Ekstrem dari transaksi sekuritisasi mudah dipahami. Transaksi yang lebih kompleks

mengaburkan masalah apakah transferor benar-benar membuang aset. Salah satu tujuan
transferor, tentu saja, adalah untuk menjaga hutang dari neraca. Beberapa contoh transaksi

yang lebih kompleks muncul dalam PSAK No. 125.

RINGKASAN PENGUKURAN KEWAJIBAN

• Seperti aset, kewajiban diakui pada saat transaksi menimbulkan terjadinya kewajiban. Ada

berbagai jenis kewajiban akuntansi, sama halnya ada berbagai jenis aset.

• Berbagai jenis kewajiban akuntansi merupakan derajat yang berbeda dari kewajiban bagi

perusahaan. Sebagai contoh, tidak semua kewajiban akuntansi mewakili utang yang legal,

sehingga kasus kebangkrutan beberapa kewajiban akuntansi diabaikan.

• Dalam kasus kewajiban lancar, kewajiban awalnya diukur pada nilai nominal dari kewajiban

masa depan. Tidak ada penyesuaian nilai. kewajiban tidak lancar pada awalnya diukur pada

nilai sekarang dari bunga masa depan dan cicilan pokok. Tingkat bunga pasar saat ini

digunakan sebagai tingkat diskonto. Sebuah premium atau diskon dapat diamortisasi ke

laporan laba rugi selama jangka utang.

Pembahasan selanjutnya tentang ekuitas pemilik, Ekuitas pemilik didefinisikan sebagai

kepentingan residual pemegang saham dalam aset bersih perusahaan. Definisi ini mewakili teori

kepemilikan di mana pemegang saham dipersepsikan pemilik perusahaan. Dari definisi kewajiban

dalam Buletin Terminologi Akuntansi (ATB) 1, tidak ada perbedaan yang jelas dibuat antara

kewajiban dan ekuitas pemilik. Namun, Pernyataan APB 4 dan SFAC No. 6 memang membuat

perbedaan antara keduanya: Pernyataan 4 APB menawarkan definisi pasif dari ekuitas pemilik sebagai

kelebihan dari aset perusahaan atas kewajibannya. Pendekatan yang sama juga diambil dalam SFAC

No. 6. Kedua definisi menyiratkan kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham.

Holiday Inn didirikan di Delaware, yang memungkinkan dividen dibayarkan selama nilai

wajar aset lebih besar dari nilai wajar kewajiban setelah distribusi. . Undang-undang 1984

memungkinkan perusahaan untuk membayar dividen selama kebangkrutan dihindari. Kepailitan


berarti (a) ketidakmampuan untuk membayar utang pada saat jatuh tempo atau (b) nilai wajar

kewajiban melebihi nilai wajar aset. 

Modal yang dikontribusikan dapat disubklasifikasikan menjadi modal legal dan modal

lainnya. Modal hukum mewakili tanggung jawab terbatas pemegang saham. Jika saham disetor penuh,

tidak ada kewajiban pemegang saham tambahan. Modal hukum diukur pada nilai nominal, atau pada

harga emisi jika tidak ada nilai nominal saham. Modal kontribusi lainnya termasuk premi saham,

modal yang disumbangkan, modal dari penerbitan kembali treasury stock, dan modal dari penerbitan

opsi saham dan waran.

Komponen ketiga dari ekuitas pemilik merupakan keuntungan atau kerugian yang belum

direalisasi. Sebagian besar item mewakili keuntungan atau kerugian bersih yang masuk ke ekuitas

pemegang saham (misalnya, keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi pada sekuritas yang

tersedia untuk dijual) sekarang menjadi pendapatan komprehensif. Satu pengecualian adalah biaya

kompensasi ditangguhkan terkait dengan rencana kepemilikan saham karyawan. 

Selanjutnya mengenai Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas Pemilik. Transaksi ekuitas pemilik

dapat berupa transaksi modal dua jenis atau transaksi terkait pendapatan. Transaksi modal merupakan

kontribusi langsung atau penarikan aset oleh pemilik.

Modal kontribusi diukur dengan nilai aset yang dikontribusikan kepada perusahaan oleh

pemegang saham. Dimungkinkan untuk berkontribusi jasa daripada aset, dalam hal ini nilai layanan

digunakan untuk mengukur kontribusi modal. Jika nilai aset atau layanan yang dikontribusikan

melebihi modal legal dari saham yang diterbitkan, kelebihannya dicatat sebagai premi.

Saldo laba sama dengan pendapatan kumulatif atau kerugian perusahaan yang diukur dengan aturan

penentuan pendapatan, dikurangi dividen tunai yang dinyatakan.

Saham Treasury, Perusahaan-perusahaan AS diizinkan untuk berdagang di sekuritas mereka

sendiri. Namun, undang-undang negara bagian dan kebijakan akuntansi melarang perusahaan untuk

mengakui pendapatan atas transaksi tersebut. Larangan ini dimaksudkan untuk mencegah manipulasi

harga saham. Saham yang dibeli kembali diklasifikasikan sebagai akun kontra terhadap stok

beredar. Stok masih dikeluarkan secara hukum tetapi tidak dianggap beredar.


Tampaknya, di bawah asumsi pensinyalan, bahwa segmen populasi pemegang saham yang

menerima sinyal " kabar baik " tidak menjual kembali sahamnya kepada korporasi. Alasan lain yang

memungkinkan untuk pembelian saham treasury termasuk (a) keinginan manajemen untuk lebih kuat

mengakrabkan dirinya sendiri dengan memiliki proporsi saham yang lebih besar, (b) kebutuhan

memiliki stok yang tersedia untuk pelaksanaan opsi saham, (c) kebutuhan untuk mengurangi ruang

lingkup investasi oleh perusahaan karena biaya modal melebihi marginal return on investment, (d)

mendukung harga pasar saham perusahaan, dan (e) menggunakan pembelian kembali saham untuk

laba per manajemen saham.

Dua metode dapat digunakan untuk menghitung persediaan treasury: (1) metode biaya dan (2)

metode nilai par. Metode hanya berbeda dalam hal akun yang digunakan, tetapi efek bersih pada

ekuitas pemilik adalah sama. 

Dividen Saham, ARB No. 43 membahas dua kebijakan akuntansi yang terpisah untuk dividen

saham, tergantung pada ukuran dividen.

Dividen saham besar didefinisikan sebagai dividen lebih dari 25% dan dicatat dengan mereklasifikasi

laba ditahan menjadi modal kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang diterbitkan. Dividen

saham kecil didefinisikan sebagai dividen kurang dari 20%. Kebijakan akuntansi adalah untuk

mereklasifikasi laba ditahan untuk memberikan kontribusi modal berdasarkan nilai pasar saham dan

menggunakan harga pasar predividen untuk menilai dividen.

Dua tujuan tersebut adalah apakah manajemen (1) ingin memberikan bukti kepada pemegang

saham tentang minat mereka dalam laba ditahan atau (2) ingin menurunkan harga saham dengan

dividen saham yang berfungsi sebagai stock split, tetapi tanpa mengubah nilai nominal dari stok atau

jumlah saham resmi. 

Selanjutnya mengenai Instrumen Keuangan, Instrumen keuangan adalah kontrak yang melibatkan

aset keuangan dari satu entitas dan liabilitas keuangan (atau ekuitas) dari entitas lain. FASB

mendefinisikan instrumen keuangan sebagai uang tunai, bukti kepentingan kepemilikan dalam suatu

entitas, atau kontrak yang keduanya

 
1. membebankan kepada satu entitas kewajiban kontraktual (a) untuk memberikan uang tunai

atau instrumen keuangan lain kepada entitas kedua atau (b) untuk menukar instrumen

keuangan dengan persyaratan yang berpotensi tidak menguntungkan dengan entitas kedua;

dan

2. menyampaikan kepada entitas kedua itu suatu hak kontraktual (a) untuk menerima uang tunai

atau instrumen keuangan lain dari entitas pertama atau (b) untuk menukar instrumen keuangan

lainnya dengan syarat yang berpotensi menguntungkan dengan entitas pertama.

Selanjutnya mengenai Derivatif, Derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya didasarkan

pada (berasal dari) instrumen keuangan lainnya, indeks saham atau suku bunga, indeks suku bunga,

atau beberapa aset. 

Jenis Derivatif dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe umum: forward based dan option based.

Forwrad based derivatif, Derivatif berbasis maju timbul antara dua pihak ketika satu pihak

menyadari keuntungan dan pihak lain menyadari kerugian karena perubahan nilai faktor yang

mendasari instrumen. Kontrak berjangka melibatkan mata uang asing, kontrak utang, atau komoditas

yang memiliki harga tertentu pada tanggal kontrak dengan keuntungan atau kerugian yang timbul dari

perubahan harga pada tanggal penyelesaian yang ditentukan. Misalnya, jenis instrumen forward yang

umum digunakan adalah kontrak berjangka, baik membeli atau menjual valuta asing.

Jenis kontrak forward yang lebih baru adalah swap, yang dimulai hanya pada tahun 1982.

Swap suku bunga muncul ketika kesepakatan khusus dibuat antara dua perusahaan yang menukar suku

bunga pada jumlah "notional ". Jumlah nosional adalah jumlah fiktif yang menjadi dasar para pihak

swap suku bunga. Suku bunga yang menilai kontrak ini, LIBOR plus 1%, dikenal sebagai underlying.

Option based derevatif, Pemegang opsi membayar harga "depan " tertentu yang memberi

mereka hak untuk membeli ( "menelepon ") atau menjual ( "menempatkan ") jumlah tertentu dengan

harga tertentu dari komoditas standar atau instrumen keuangan atau instrumen ekuitas. Contoh umum

dari opsi panggilan adalah opsi saham, obligasi konversi, dan saham pilihan konversi. Opsi Amerika
dapat dilaksanakan selama periode tertentu, sementara opsi Eropa hanya dapat dilaksanakan pada

tanggal tertentu.

Pengumuman FASB tentang Derivatif, FASB telah mengeluarkan beberapa pernyataan yang

berhubungan dengan instrumen keuangan tertentu: PSAK No. 133 membahas akuntansi untuk

leveraged leasing; PSAK No. 77 mengenai penjualan piutang dengan jaminan, dan Buletin Teknis

FASB No. 85-2 membahas akuntansi untuk kewajiban hipotek yang dijamin (CMO). 

PSAK No. 133. PSAK No. 133 akhirnya mengambil langkah menilai derivatif pada nilai wajar. 

Selanjutnya mengenai Klasifikasi dalam Neraca, ARB 43 mensyaratkan klasifikasi aset dan

liabilitas berdasarkan likuiditas. Ini mendefinisikan saat ini sebagai siklus operasi perusahaan atau

satu tahun, mana yang lebih lama. Siklus operasi adalah waktu yang diperlukan untuk beralih dari

perolehan material ke pengumpulan uang tunai dari pendapatan, biasanya dihitung sebagai hari

inventaris dan ditambah hari piutang yang harus dikumpulkan. 

Anda mungkin juga menyukai