Anda di halaman 1dari 15

Maria Maristela Indriani Salo (670)

Alfonsus Rodriques Suninono (669)

Arta Marisa Listyadevi (696)

Selviana Lelan Naitili (647)

20 Mei 2020

Teori Akuntansi

SUMMARY CHAPTER 8

USEFULNESS OF ACCOUNTING INFORMATION TO INVESTORS AND CREDITORS

Seperti yang telah dibahas pada chapter 7 minggu lalu terkait SFAC No. 8, kita tahu bahwa

tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan tentang entitas pelaporan yang

berguna bagi investor dan kreditur dalam hal pengambilan keputusan. Kenapa hanya ditujukan untuk

investor dan kreditur? Hal ini dikarenakan pada SFAC No. 8 dijelaskan bahwa investor dan kreditur itu

masuk dalam kelompok pengguna utama laporan keuangan karena kedua user tersebut tertarik pada

jumlah, waktu, dan, ketidakpastian arus kas masa depan. Untuk dapat mengetahui atau memprediksi

jumlah, waktu, dan ketidakpasatian arus kas masa depan, investor dan kreditur itu membutuhkan

informasi yang tersaji pada laporan keuangan. Laporan keuangan ini tidak bisa diminta secara oleh kedua

pengguna tersebut secara langsung, melainkan harus menunggu laporan keuangan tersebut dipublikasikan

oleh perusahaan yang bersangkutan. Kenapa kedua kelompok ini membutuhkan informasi dalam laporan

keuangan? Tentu jelas alasannya karena kedua kelompok inilah yang membantu pendanaan perusahaan

(pendanaan modal dari pihak eksternal), sehingga mereka ingin mengetahui apakah dana yang mereka

tanamkan itu dikelola dengan baik atau tidak (kalau dikelola dengan baik tentunya akan menguntungkan

investor dan kreditor ini terutama terkait dengan kemampuan membayar dividen untuk investor dan
kemampuan membayar bunga untuk kreditor) yang mana pengelolaan uang tersebut dicermintakan pada

angka-angka yang tersaji dalam laporan keaungan.

Telah disinggung pada bagian awal tadi, informasi dalam laporan keuangan dibutuhkan oleh

investor dan kreditor untuk mengambil keputusan. Keputusan seperti apakah yang dimaksud? Kalau

untuk investor, keputusan yang akan diambil adalah terkait dengan apakah akan membeli atau menjual

atau meng-hold saham. Sedangkan keputusan yang akan diambil kreditor adalah terkait dengan apakah

akan memberikan pinjaman uang kepada yang mengajukan kredit ataukah tidak. Tentu keputusan-

keputusan seperti ini membutuhkan kajian-kajian mendalam sehingga bisa meminimalkan risiko yang

dapat timbul (investor-risiko harga saham yang turun; kreditor-risiko kebangkrutan sehingga

menimbulkan gagal bayar utang).

Informasi akuntansi pada laporan keuangan menjadi salah satu dasar yang bisa digunakan kedua

user ini dalam mengambil keputusan. Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah informasi akuntansi

yang berguna itu informasi yang seperti apa? Informasi akuntansi ini dikatakan berguna apabila informasi

ini punya kandungan informasi, nah informasi akuntansi dikatakan punya kandungan inforamsi kalau

informasi ini benar-beanr digunakan oleh investor dan kreditor untuk mengambil keputusan. Kalau

informasi akuntansi ini tidak digunakan oleh investor dan kreditor sebagai salah satu dasar pengambilan

keputusan, maka hal itu berarti informasi ini tidak punya kandungan informasi (tidak berguna untuk

investor dan kreditor). Contoh informasi akuntansi pada laporan keuangan yang bisa digunakan oleh

investor untuk mengambil keputusan adalah earning per share (EPS) yang bisa dilihat dalam laporan

keuangan (informasi laba setelah pajak dan jumlah saham yang beredar ini dapat dilihat dalam laporan

keuangan perusahaan). Biasanya nilai EPS yang tinggi akan mendorong investor untuk membeli saham

perusahaan tersebut. Sedangkan contoh informasi akuntansi pada laporan keuangan yang bisa digunakan

oleh kreditor untuk mengambil keputusan adalah debt to equity ratio (DER) yang mana komponen DER

ini bisa dilihat dalam laporan keuangan (total utang dan total kewajiban). Nilai DER yang rendah

mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan melunasi utang-utang yang dimiliki,


sehingga cenderung akan mendorong kreditur untuk memutuskan amemberikan pinjaman kepada

perusahaan yang mengajukan kredit (contoh kreditur itu bank, lembaga keuanganna lainnya, pemasok,

dll). Khusus untuk investor, kita dapat melihat apakah informasi EPS ini benar-benar digunakan oleh

investor untuk mengambil keputusan ataukah tidak dengan melihat reaksi harga saham perusahaan

bersangkutan di pasar modal. EPS yang tinggi cenderung akan mendorong investor untuk membeli saham

sehingga harga saham di pasar modal akan mengalami kenaikan.

Berdasarkan penjelasan pengantar di atas sebenarnya isi bab 8 ini mau menjelaskan apakah

informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan ini benar-benar digunakan oleh investor dan

kreditor untuk mengambil keputusan ataukah tidak. Dalam bagian awal bab ini, akan lebih membahas

informasi akuntansi yang berguna untuk investor, sedangkan di akhir bab baru membaan data akuntansi

yang berguna untk kreditor. Oleh karena itu, pada awal bab ini kita akan diajak untuk memahami terlebih

dahulu hubungan antara earnings, dividens, dan stock prices.

Hubungan antara earnings dan dividends. Seperti yang telah kita ketahui, dasar pembagian

dividen adalah laba bersih setelah pajak yang dihasilkan perusahaan yang bersangkutan. Apabila

perusahaan mengalami laba atau mengalami peningkatan laba dari periode sebelumnya maka akan ada

kemungkinan besar perusahaan akan melakukan pembagian dividen atau menaikan jumlah dividen yang

akan dibagikan kepada para pemegang sahamnya. Hal ini berarti laba saat ini dapat memprediksi jumlah

dividen di masa depan. Dengan kata lain, perubahan laba berkorelasi positif dengan perubahan jumlah

dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya.

Hubungan antara earnings dan dividends. Laba atau earnings akan mempengaruhi harga saham

atau stock prices melalui dividen. Hal ini dikarenakan harga saham akan berubah baik meningkat ataupun

menurun tergantung pada berapa laba dan jumlah dividen yang dibagikan. Ketika investor mengetahui

bahwa perusahaan menghasilkan laba, tentu dalam beank investor perusahaan itu ada kemungkinan akan

membagikan dividen. Dan jika perusahaan itu betul-betul membagikan dividennya maka hal tersebut akan

menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga menyebabkan harga saham
perusahaan tersebut naik di pasar modal. Hubungan laba, dividen, dan harga saham ini juga dipengaruhi

oleh arus kas masa depan perusahaan. Apabila perusahaan mengalami laba berarti sebenarnya perusahaan

mampu untuk membagikan dividen tetapi, apabila arus kas masa depannya tidak bagus maka ada

kemungkinan perusahaan itu tidak mampu untuk membagikan dividen karena tidak mempunyai cukup

dana (dalam konteks dividen yang dibagikan adalah dividen tunai).

Pembahasan berikutnya adalah terkati residual income model. Model ini menggambarkan terkait

pendapatan yang diperoleh perusahaan yang mana nilainya tersebut melebih biaya modal yang

dikeluarkan perusahaan untuk memeperoleh pendapatan tersebut. Ilustrasi sederhananya seperti ini, saya

punya uang seratus juta. Kalau saya menyimpan uang tersebut di bank, maka saya akan mendapat laba

10% atau sepuluh juta per tahunnya. Di waktu yang sama, saya ditawari untuk menginvestasikan uang

saya di PT X, dengan perkiraan laba yang akan didapat adalah 14% atau empat belas juta per tahun.

Kalau menurut akuntansi, laba yang saya dapat adalah empat belas juta, tetapi sebenarnya empat belas

juta itu hanya lebih empat juta saja jika dibandingkan dengan kalau saya menyimpan uang di bank. Jadi,

empat juta inilah yang disebut dengan residual income. Sedangkan sepuluh juta yang saya dapat kalau

saya meyimpan uang di bank namanya adalah cost of capital (biaya modal).

Apabila konsep residual income di atas diterapkan dalam perusahaan maka namanya adalah

economic profit atau laba ekonomi. Dengan demikian, laba ekonomi itu adalah selisih lebih yang

diperoleh antara laba operasi bersih setelah pajak atau net operating profit after tax (NOPAT) dengan

biaya modal yang dikeluarkan untuk mendapatkan NOPAT tersebut. Ilustrasi sederhananya berikut ini,

misalnya saya punya perusahaan dan saya akan melakukan penerbitan saham agar bisa mendapatkan dana

terkait dengan pembiayaan modal perusahaan. Akhirnya investor pun membeli saham dan otomatis saya

mendapat dana atas penerbitan saham tersebut. Dana yang diperoleh selanjutnyaa dikelola dan ketika

sampai di akhir periode, ternyata perusahaan perusahaan saya mendapatkan laba, anggaplah satu miliar.

Atas laba tersebut, perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen kepada para investornya dengan

total jumlah dividen yang dibagikan adalah tiga ratus juta. Selisih antara laba yang satu miliar tadi dengan
total dividen yang dibayarkan, yakni tiga ratus juta adalah tujuh ratus juta. Tujuh ratus juta inilah yang

disebut dengan laba ekonomi. Laba ekonomis ini berbeda dengan laba akuntansi. Salah satu

perbedaannya terletak pada ada tidaknya unsur cost of capital. Kalau laba akuntansi itu merupakan laba

yang didalamnya tidak terdapat unsur cost of capital, karena untuk memperoleh angka laba akuntansi

hanya dengan mengurangkan beban pada pendapatan seperti yang tertera dalam income statement.

Sedangkan laba ekonomi itu didalamnya terdapat unsur cost of capital. Jadi, setelah mendapatkan angka

laba akuntansi yang dalam konteks ini adalah NOPAT, NOPAT ini selanjutnya harus dikurangkan dulu

dengan biaya modal yang dikeluarkan. Jika terdapat selisih lebih maka perusahaan ini dapat dikatakan

tidak hanya untung secara akuntansi tetapi juga untung secara ekonomi. Laba ekonomi ini

mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mendapatkan laba yang cukup untuk menutupi biaya modal

yang dikeluarkan perusahaan. Economic profit atau laba ekonomi penting untuk dipelajari karena laba ini

dapat menjadi salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja manajer perusahaan. Perusahaan yang

menggunakan economic profit sebagai indikator penilaian kinerja manajernya akan memacu manajer

tersebut untuk bekerja sebaik mungkin sehinggan dapat memaksimalkan NOPAT dan juga

mengendalikan biaya modalnya. Karena bagi investor saat ini, keputusan untuk membeli atau menjual

atau meng-hold saham tidak hanya dengan melihat laba akuntansi, tetapi juga melihat laba ekonomi.

Adanya laba ekonomi akan membentuk pandangan investor terhadap perusahaan, yakni bahwa

perusahaan tersebut mampu meningkatkan nilai pemegang saham (terutama dalam hal kemampuan

membayar dividen). Dengan kata lain, laba ekonomi ini juga menjadi salah satu dasar pertimbangan

investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut ataukah tidak.

Economic value added atau EVA atau nilai tambah ekonomis (NITAMI) merupakan ukuran dari

laba ekonomi yang telah diuraikan di atas. EVA didefinisikan sebagai nilai tambah ekonomis yang

dicipakan perusahaan atas kegiatan yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Dengan kata lain,

residual income sama dengan economic profit sama dengan EVA. Oleh karena itu, cara menghitung EVA

adalah dengan mengurangkan biaya modal dengan laba bersih setelah pajak (NOPAT) yang didapat oleh
perusahaan. EVA ini digunakan perusahaan sebagai alat ukur kinerja, yang mana penggunaan EVA

sebagai alat ukur kinerja membuat fokus perusahaan menjadi investor oriented atau menciptakan nilai

untuk para pemegang sahamnya (perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan para pemegang

sahamnya). Dengan demikian, EVA ini akan mengarahkan manajer untuk bertindak seperti halnya

pemegang saham bertindak untuk memilih investasi mana yang dapat memaksimalkan tingkat

pengembaliannya. Nilai EVA yang positif mengindikasikan bahwa manajer perusahaan telah dapat

dikatakan berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaannya tersebut.

Selanjutnya yakni mengenai Residual Income dan pengukuran kinerja. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya bahwa Residual Income merupakan selisih antara Pendapatan dan Biaya modal.

Hubungan residual income dan pengukuran kinerja disini adalah jika residual income suatu perusahaan

adalah positif maka hal itu menunjukkan kinerja perusahaan dalam suatu periode adalah baik. Residual

Income positive memiliki arti bahwa jika pendapatan yang dihasilkan melebihi cos of capital yang

dikeluarkan. Disini dikatakan juga bahwa ada residual income negative, yang mana residual income

negative maksudnya adalah laba akuntansi positif tetapi dihitung secara residual income negative .

Misalnya saya punya investasi lalu dapat dividen tetapi dividennya lebih kecil dari tingkat bunga pasar

tetapi masih untung. Hal inilah yang disebut dengan residual income negative.

Teori Efisiensi Market Hipotesis (EMH) yang dikemukakan oleh Fama pada tahun 1970 memiliki

arti bahwa pasar dikatakan efisien jika harga yang terbentuk dipasar merupakan cerminan dari informasi

yang ada, artinya informasi mengenai saham itu diketahui oleh penjual dan pembeli dan membentuk

harga saham. Jika saya tau perusahaan itu akan untung maka saya akan membeli lebih mahal karena itu

akan memberikan keuntungan bagi saya. Jika saya tidak tau informasi mengenai saham perusahaan itu

saya tidak bakal membeli saham itu. Jadi intinya disini teori EMH disini yakni EMH ini mencerminkan

seberapa cepat atau segera informasi itu diketahui oleh pelaku pasar. Teori Jadi EMH disini bisa

dikatakan juga untuk mengukur antara harga sekuritas dengan informasi. Pertanyaannya disini adalah

informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien , apakah informasi historis,
informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi privat. Oleh karena itu

Fama membagi EMH kedalam 3 bentuk yakni: EMH bentuk Weak atau lemah ( Weak form) artinya

pasar efisien hanya tau informasi-informasi masa lalu. Jadi pasarr ini efisiensi bentuk lemah memliki arti

jika dikaitkan dengan investor adalah investor kebanyakan tidak tau mengenai apa yang terjadi dipasar

sekarang, karena investor hanya mengetahui mengenai informasi masa lalu. Dalam posisi ini investor

yang hanya tau mengenai harga masa lalu, kecil kemungkinan bisa mendapat manfaat dari investasi

tersebut. EMH bentukbentuk setengah kuat (Semistrong form) lemah jika artinya pasar tau mengenai

informasi-informasi” yang dipublish dan iinvestor bereaksi terhadap informasi yang dipublis tersebut.

Jika ddikaitkan dengan investor, apabila investor mengetahui mengenai informasi-informasi yang dipublis

maka investor kemungkinan besar akan mendapatkan manfaat dari investasinya. EMH bentuk kuat

(Strong form) …. Artinya pelaku pasar mengetahui semua informasi yang terkait dengan investasi baik

informasi masa lalu, informasi public maupun informasi privatdan tidak bisa dibohongin. Jikan investor

mengetahui semua informasi yang dipublis. Jika dikaitkan dengan investor artinya EMH dalam bentuk

strong ini, investor itu pintar dan mengetahui semua informasi yang ada. Oleh karena itu Oleh karena itu

3 bentuk EMH ini mencerminkan seberapa cepat atau segera informasi itu diketahui oleh pelaku

pasarpenelitian membuktikan bahwa banyak negara didunia yang menggunakan EMH bentuk setengah

kuat atau semistrong form artinya pelaku pasar tau mengenai informasi-informasi yang dipublikasikan

dan hal itulah yang paling berpengaruh pada tebentuknya harga saham. .

Pembahasan selanjutnya yakni mengenai Capital Aset Pricing Model (CAPM). CAPM pertama

kali dikembangkan secara berpisah oleh Sharpe (1964), Lintner (1965) dan Mossin (1969). CAPM disini

muncul karena ada hubungan dengan Risk and Return. Pada dasarnya jika investor ingin mendapatkan

High Return semestinya investor juga harus mendapatkan High Risk. Namun , secara rasional disini

investor ingin mendapatkan high return dengan low risk. Oleh karena itu teori CAPM muncul untuk

menyeimbangkan antara risk and return. Contoh konkrit misalnya: saya sebagai investor saya tidak boleh

memasukkan semua telur dalam satu keranjang artinya disini saya tidak boleh menginvestasikan saham
hanya pada satu perusahaan karena jika perusahaannya rugi maka saya rugi. Ini adalah titik lemah dari

investasi tunggal. Jadi untuk meminimalisir risiko investasi, investor semestinya mendiversikasi

portofolionya artinya investor harus menginvestasi pada beberapa perusahaan. Jika terjadi kerugian pada

beberapa perusahaan setidaknya investor juga bisa mnedapatkan return dari perusahaan yang lain.

Dari gambar diatas, mau menjelaskan mengenai Number of Securitas on Portofolio Risk. Garis

horisontal tersebut yakni Number of Securitas sedangkan garis verticalnya adalah portofolio risk. Dari

garis horizontal tersebut yakni jika semakin banyak Number of Securitasnya maka risikoio yang

didapatkan (garis vertical ) investor adalah stabil namun jika dalam sekuritsnya hanya terdapat sekuritas

tunggal maka risiko yang didhasilkan adalah tinggi.

Pembahasan selanjutnya mengenai Intriduction To Capital Markets Research In Accounting atau

penelitian pasa modal dalam akuntansi. Ada dua metode yaitu yang pertama Event Studies metode ini

digunakan untuk melihat pengaruh publikasi suatu infromasi terhadap pergerakan harga saham

,dilakukanlah suatu uji kandungan infromasinya salah satunya event studies ini. Kita bisa tau reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa seperti apa,misal pengumuman produk baru apabila pengumuman infromasi

tersebut mengandung konten maka pasar akan berekasi dan berdampak pada harga saham ,karena semua

orang padamau beli maka harga saham naik. Informasi tersebut akan digunakan untuk menguji efisiensi
pasar ,kalau pasar efisien infromasi akan direspon cepat oleh investor,nah rekasinya kita uji dengan

Abnormal Return yaitu tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh investor dimana tingkat

pengembalianya berbeda dengan tingkat pengembalian yang diharapkan atau gampangnya selisih antar

Expected Return dan Actual Return. Dalam event studies kita kenal adanya event window yaitu sebelum

peristiwa diumumkan dan sesudahnya, nah untuk menguji abnormal return kita bisa lihat ada tidak

perbedaan abnormal return sebelum peristiwa dan sesudah peristiwa kalau ada perbedaan berati infromasi

yang di publikasi mengandung konten, tapi apabila tidak ada perbedaan berati informasi yang dipublikasi

tidak mengandung konten.

Pengujian yang kedua yaitu Overview of Capital Markets Research In Accounting atau tinjauan

penelitian pasar modal dalam akuntansi. Dari literatur yang diberikan oleh khotari fokus kita pada dua

metode penelitian yaitu yang pertama, analisis dan penilaian fundamental analisis ini berkaitan dengan

penggunaan informasi ekonomi,termasuk informasi yang terkandung dalam laporan keuangan biasanya

teknik ini menitiberatkan pada rasio financial.

Metode penelitian yang kedua yaitu pengujian efisiensi pasar yang berkaitan dengan informasi

akuntansi,asumsi dari penelitian ini yaitu dalam pasar efisien nilai perusahaan sekarang harus bisa untuk

memprediksi keadaan atau arus kas dimasa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan tinjauan dan tes ini

digunakan untuk menentukan seberapa cepat informasi akuntansi tercermin dalam harga saham.

Walaupun dibuku yang saya baca banyak studi dan penelitian yang menemukan bahwa tidak semua

informasi yang mengandung konten dapat mempengaruhi hargsa saham,alasanya karena infromasi

akuntansi belum tentu merupakan sumber data yang paling tepat.

Selanjutnya mengenai The Value of Accounting of Earnings Announcement dari banyak riset

pasar modal yang saya baca mengenai kandungan informasi dari pengumuman laba menunjukan angka

earnings berkorelasi positif dengan harga saham. Jadi pengumuman laba dapat disimpulkan mengandung

konten yang menyebabkan pasar bereakasi ,disini disebutkan pasar berekasi setelah adanya suatu

peristiwa. Menurut pandangan saya dengan buku ini pengumuman laba yang dimaksudkan itu
pengumuman laba secara langsung yang saya tau di indonesia belum ada mungkin karena buku ini dari

amerika jadi pengumuman laba yang dimaksudkan pengumuman laba yang ada di amerika. Kalai di

indonesia pengumuman laba itu beserta publikasi laporan keuangan , saat laporan keuangan dipublikasi

itu semua laporan keuangan termasuk laporan laba/rugi nah investor menganggap kalau laba bersih

mengalami kenaikan berarti nilai atau prospek perusahaan baik,sehingga perusahaan bisa bagi deviden

tiap tahun

Kemudian untuk menguji reaksi pasar terhadap kebijakan akuntansi alternatif atau market

reaction to alternative accounting policies,jadi perusahaan punya kebebasan atau keleluasaan untuk

memilih kebijakan akuntansi alternatif. Kebijakan akuntansi itu artinya prinsip atau aturan yang

diterapkan oleh perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Salah satunya

kelekuasaan memilih metode depresiasi atau metode persediaan kita perlu melihat kearah manakah

konsekuensinya ke arah kas atau laba. Misalkan alternatif tanpa konsekuensi dengan arus kas kebijakan

akuntansi alternatif disini yaitu pemilihan metode depresiasi ada beberapa studi membandingkan

perusahaan dengan metode saldo menurun ganda dan garis lurus, ternyata kedua perusahaan tersebut

menghasilkan laba yang berbeda, perusahaan yang menggunakan metode saldo menurun labanya lebih

sedikit dari pada perusahaan yang menggunakan metode garis lurus. Pemilihan metode depresiasi ini

tidak mempengaruhi harga saham ,kenapa? Karena tidak ada konsekuensinya terhadap arus kas dalam

hipotesis investor bagi mereka yang punya pengetahuan pasti keputusan mereka bukan semata-mata

karena laba yang tinggi tapi mereka melihat dari arus kasnya.

Kemudian contoh lain kebijakan tanpa konsekuensi terhadap arus kas yaitu pemilihan metode

penilaian persediaan LIFO. Sebenarnya penggunaan metode LIFO bisa berpengaruh terhadap respon

pasar yang positif tapi sebelumnya LIFO harus di adopsi jika kepentinganya pajak yang diharapkan.

Kenapa pajak? Karena penggunaan metode LIFO pajak yang dibayarkan akan rendah dan dampaknya

arus kas operasi lebih tinggi, dari beberapa studi mengatakan tidak ada efeknya dengan harga saham

kalau perusahaan menerapkan metode LIFO, para peneliti beranggapan perusahaan yang menerapkan
metode LIFO bisa jadi mengalami peristiwa positif lainya yang menyebabkan pasar bereaksi. Padahal

dengan penggunaan metode LIFO akan mengurangi pendapatan ,bisa jadi respon pasar negatif karena

pendapatan yang rendah tersebut.

Bagaimana dengan konsekuensi kas tidak langsung? Hal tersebut terjadi ketika perubahan

kebijakan akuntansi mempengaruhi efek tidak langsung kepada pemilik dari pada efek langsung terhadap

perusahaan.contohnya perusahaan minyak dan gas misalkan mereka akan menambah biaya untuk

eksplorasi nah biaya kan mengurangi pendapatan hal tersebut berdampak pada kemampuan perusahaan

dalam membayar deviden akan rendah. Meskipun kebijakan akuntansi tampaknya hanya mempengaruhi

pendapatan ada konsekuensi tidak langsung terhadap investor yang mungkin menjadi penyebab pasar

tidak merespon.

Pembahasan selanjutnya mengenai anomali atau penyimpangan. Ketika suatu peristiwa tidak

sesuai dengan hipotesis pasar efisien atau di luar idealnya bisa dikatakan adanya penyimpangan. Yang

pertama yaitu adanya legs in Procesing Fundamental Data atau keterlambatan dalam memproses data

fundamental. Kita sepakat dikatakan efisien kalau suatu infromasi degan segera mempengaruhi pasar dan

harga saham tapi kalau terjadi keterlambatan berarti tidak efisien jadi hal tersebut di anggap menyimpang.

Anomali kedua yaitu Low Corelation Between Earnings and Stock Return dalam studi cross

sectional yang dilakukan oleh lev menyimpulkan bahwa korelasi antara jumlah laba dan pengembalian

saham sangat rendah. Kenapa? Karena sebagian investor banyak mempunyai pengetahuan dalam memilih

mereka tidak hanya melihat dari sisi laba tapi faktor yang lain. Alasan lain bisa jadi kualitas laba yang

rendah jadi informasi laba tersebut tidak sepenuhnya bisa mencerminkan kualitas dari konten

infromasinya.

Yang ketiga yaitu Post Earnings Announcement Drift anomali ini terajdi karena pasar tidak

efisien yang menyebabkan abnormal return tidak jelas setelah pengumuman peristiwa. Atau bisa

dikatakan reaksi pasar terhadap peristiwa terlambat. Misal Event Window yang ditetapkan H-3 dan H+3
kalau pasat bereaksi setelah H+3 maka dianggap informasi yang di publikasikan sudah tidak

mencerminkan infromasi yang sesungguhnya hal tersebut bisa terjadi karena sudah banyak infromasi baru

dipasar.

Yang ke empat adanya Incomplete Revelation Hypotesis, ada dua hal yang menyebabkan

terjadinya IRH, yang pertama beberapa angka akuntansi lebih sulit untuk diungkap dan pengaruhnya

tidak sepenuhnya terungkp dalam harga saham, contoh: berkaitan dengan pengungkapan,apabila

informasi laporan keuangan berada ditunuh laporan maka respon pasar akan berbeda jika informasi

tersebut ada di lampiran,hal tersebut menunjukan pasar tidak efisien dan terjadi IRH, efisien itu terjadi

bila informasi yang penting itu disajikan tidak memperhatikan cara pengungkapanya. Yang kedua adanya

nois trader yaitu individu yang tidak selalu merespon informasi baru dengan cara yang rasional atau

cenderung menyesuaikan dengan keadaan atau kebuthan mereka saja,contoh: saat harga saham turun

harusnya mereka tidak menjual saham nya karena akan rugi tapi karena kebutuhan yang mendesak

mereka memilih menjual.

Yang kelima ada Mispricing Related to Acrual. kurangnya reliabilitas pada laporan keuangan

akan berpengaruh pada semakin rendahnya presistensi laba ,yaitu laba yang dapat digunakan untuk

memprediksi laba dimasa yang akan datang. Laporan keuangan harus reliabel berarti laporan keuangan

harus bisa dipercaya dan bisa di andalkan bagi para penggunanya dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan pasar tidak bisa menerima laporan keuangan yang tidak reliabel hal tersebut menyebabkan

penyimpangan.

Pembahasan selanjutnya mengenai data akuntansi dan kreditor. Dalam data akuntansi dan

kreditor disini terdapat 4 bidang penelitian terkait kegunaan informasi akuntansi bagi lreditor. Beberapa

penelitian tersebut antara lain: (1) kegunaan data akuntansi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan

(yang mencakup default peminjaman); (2) Huabungan data akuntansi dan peringkat obligasi yang mana

peringkat onligasi tersebut dianggap sebagai proxy untuk risiko gagal bayar; (3) Hubungan data akuntansi
dengan risiko premi utang; (4) dan studi eksperimental mengenai peran data akuntansi mengenai

keputusan peminjaman.

Kegunaan data akuntansi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang menunjukkan

kegagalan pinjaman. Kalua perusahaannya bangkrut artinya pinjamannya tidak bisa dibayar, kreditnya

macet. Misalnya, kalua kita mau membeli obligasi, obligasi itu harus jangka panjang sekurang-kurangnya

5 tahun. Kita sebagai kreditor harus mempunyai keyakinan bahwa uang kita dalam jangka waktu 5 tahun

itu pokoknya akan dibayarkan kembali dan perusahaan tidak akan bangkrut dalam jangka waktu 5 tahun

tersebut. Oleh karena itu perlu untuk diprediksi apakah informasi akuntansi bisa membedakan perusahaan

yang akan bangkrut dengan perusahaan yang tidak akan bangkrut dalam jangka waktu 5 tahun kedepan.

Dalam memprediksi kebangkrutan ini bisa menggunakan Model Altman untuk memprediksi

kebangkrutan tersebut. Ternyata informasi akuntansi tersebut berguna bagi kreditor yaitu untuk memilih

membeli obligasi pada perusahaan yang tidak akan bangkrut dan perusahaan yang akan bangkrut, jangan

sampai membeli obligasi perusahaan yang diprediksi akan bangkrut.

Hubungan data akuntansi dengan peringkat obligasi yang menunjukkan peringkat atau rating itu

dianggap sebagai proxy untuk risiko gagal bayar. Seperti yang kita ketahui bahwa obligasi itu ada bond

ratingnya. Yang menerbitkan rating obligasi berasal dari perusahaan khusus yang melakukan

pemeringkatan, dimana kalau di Indonesia yang melakukan rating obligasi itu misalnya PEFINDO (PT

Pemeringkat Efek Indonesia). Rating ini untuk menunjukkan risiko kegagalan. Semakin tinggi rating

suatu obligasi, maka akan semakin rendah kemungkinan gagal bayar atas obligasi tersebut. Sehingga

kalau ingin membeli obligasi kreditor harus melihat ratingnya (misalnya minimum ratingnya AA),

sehingga bisa memprediksi kemungkinan gagal bayar atas obligasi tersebut.

Selanjutnya mengenai Importance of Earning Forecasting atau pentingnya peramalan earnings.

Forecasting dapat dikatakan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk meramalkan atau memprediksi segala

hal dalam hal ini terkait dengan laba dalam senuah perusahaan. Perkiraan atau peramalan ini pada

akhirnya akan digunakan oleh perusahaan maupun pihak operasional untuk membuat perencanaan terkait
kegiatan usaha dalam beberapa hal tertentu. Fungsi dari forecasting adalah untuk pada saat pengambilan

keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasrkan atas pertimbangan apa yang akan

terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Copeland dan Dolgof menguji hubungan antara

pengembalian total tahunan bagi para pemegang saham dan beberapa ukuran umum yang diguanakan

untuk mengukur kinerja (seperto penjualan, laba per saham, pertumbuhan laba per bulan, peramalan data,

dan lain-lain). Mereka menggunakan data tentang harapan analisis yang mewakili harapan investor.

Korelasi yang tinggi (47%) antara pengembalian tahunan untuk pemegang saham dan perubahan selama

setahun yang diharapkan mengenai laba pada tahun yang sama, laba tahun berikutnya, dan laba tiga

sampai lima tahun. Ini menyoroti pentingnya kinerja bisnis diukur dengan data akuntansi, relatif terhadap

ekspetasi pasar.

Loh dan Mian menguji kegunaan peramalan laba yang akurat dari analisis surat berharga dengan

menggolongkan analis berdasarkan keakuratan peramalan mereka dari laba tahunan. Jiak analis-analis

dengan peramalan laba terbaik memberikan pengembalian terbaik, terdapat dukungan untuk analisis

mendasar tentang data akuntansi. Impotance of earnings forecasting ini lebih kepada tentang bagaimana

ketika kita memprediksi atau meramalkan laba untuk tahun kedepan dengan membandingkan laba tahun

sekarang dengan tahun sebelumnya. Sedangkan terkait denga penelitian dari beberapa peneliti seperti

yang sudah dijelaskan diatas itu lebih kepada mau meneliti untuk membandingkan apakah benar-benar

earnings forecasting itu penting atau tidak?

Dengan earnings forecasting memungkinkan kita untuk bisa mencapai target perusahaan

kedepannya. Terkait masih adanya perbedaan atau gap dalam penelitian , disitu malah menjadi peluang

atau sebagai ladang untuk orang dapat melakukan penelitian selanjutnya. Selain itu kemungkinan hasil

dari penelitian yang berpendapat psotif atau negative tentang earnings forecasting menurut kelompok

kami karena mungkin masih adanya anomali atau penyimpangan sehingga masih terjadinya perbedaan

pendapat atau hasil temuan yang berbeda. Misalnya earnings harus berkorelasi positif dengan deviden,
tetapi di salah satu anomali seperti yang sudah dijelaksan, bahwa earnings berkorelasi rendah atau low

correlation dengan deviden.

Selanjutnya mengenai Empirical Research and Standart Setting. Empirical research disini

sebagai landasan untuk pengaturan standar atau pembuatan standar serta sebagai salah satu bagian untuk

mendukung standart setting. Misalnya terdapat fenomena-fenomena yang terjadi, menurut teorinya

mengatakan harus A tetapi kemudian munculnya anomali (sesuatu yang menyimpang) sehingga yang

terjadi malah B. Nah hal itulah yang menjadi lahan untuk melakukan riset jangan sampai standar yang

sudah ada yang dullu dibuat itu sudah tidak relevan lagi di waktu yang sekarang, jadi untuk mendukung

adanya penambahan, pengurangan, atau perubahan standar akuntansi perlu dilakukan riset akuntansi

terlebih dahulu. Jika hasi riset sudah robas atau sudah tidak ada lagi perbedaan maka itu akan menjadi

dasar untuk pengaturan ulang standar baik itu menambah, mengurangi, atau merevisi standar yang sudah

ada sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai