Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS ISLAM AS’SYAFIIYAH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

MAKALAH KEPERAWATAN DISASTER


“Kebakaran Hutan dan Lahan”

Disusun oleh :

Yesy Karyani NIM 2720150019

Ida Sulastri NIM 2720150104

Sri Yarsiningsih NIM 2720150011


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ni’mat dan karunia – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah keperawatan disaster yang berjudul “ Kebakaran Hutan dan Lahan “.
Sholawat serta salam marilah kita limpah curahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dihari akhir kelak.
Amin Amin Ya Robalalamin.

Dalam penulisan makalah ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar –
sebesarnya kepada pihak – pihak yang telah membantu, khususnya kepada :

1. Bapak M. Idris, selaku Dosen Pembimbing serta segenap jajarannya yang


telah memberikan dukungannya baik secara materil maupun moral.
2. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dan mendo’akan kami.
3. Teman – teman Fikes P2K yang selalu memberikan dukungannya secara
moral.
4. Sumber – sumber informasi, baik media internet maupun buku – buku yang
sudah memberikan banyak informasi untuk penulisan makalah kami.

Tentunya penyusunan dalam makalah ini, masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, guna perbaikan makalah – makalah kami yang selanjutnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Jakarta, 25 Januari 2016

Penyusun

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page ii


DAFTAR ISI

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------i

Kata Pengantar -----------------------------------------------------------------------------ii

Daftar Pustaka-------------------------------------------------------------------------------iii

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------1

1.1---------------------------------------------------------------------------------Lat
ar Belakang ----------------------------------------------------------------------1
1.2---------------------------------------------------------------------------------Ru
musan Masalah------------------------------------------------------------------2
1.3---------------------------------------------------------------------------------Tuj
uan---------------------------------------------------------------------------------3

BAB II KAJIAN TEORI-------------------------------------------------------------------4

2.1 Pengertian Pankreas ------------------------------------------------------------1


2.2 Bagian Bagian Pankreas --------------------------------------------------------------4
2.3 Fungsi Pankreas -----------------------------------------------------------------5

BAB III PEMBAHASAN -----------------------------------------------------------------8

3.1 Definisi Diabetes Mellitus) ----------------------------------------------------8


3.2 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 1 --------------------------------------------13

3.3 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2---------------------------------------------14


3.4 Patogenesis ----------------------------------------------------------------------16
3.5 Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2 ----------------------------------------------22

3.6 Penatalaksanaan Medis---------------------------------------------------------23

BAB IV PENUTUP --------------------------------------------------------------------------26

4.1 Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------26


4.2 Saran -----------------------------------------------------------------------------27

DAFTAR PUSTAKA -----------------------------------------------------------------------28

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page iii


DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB)


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,
kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/ pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian. Kebakaran hutan dan lahan
adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali
menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bencana kebakaran hutan bisa terjadi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadinya
kebakaran hutan?
3. Bagaimana peran perawat pre, impact, dan post bencana kebakaran
hutan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses bencana kebakaran terjadi
sehingga dapat dilakukan pencegahan.
2. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
terjadinya kebakaran hutan.
3. Untuk mengetahui dan dapat mengaplikasikan tindakan-tindakan
tersebut jika memang terjadi bencana maupun cara pencegahannya.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 1


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kebakaran Hutan dan lahan, adalah perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang
berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan yang
berkelanjutan sebagai akibat dari penggunaan api yang tidak terkendali
maupun factor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan
atau lahan.
B. Penyebab

Kebakaran dapat disebabkan dari faktor-faktor alam maupun ulah tangan


manusia yang tidak bertanggung jawab. Akan tetapi, di Indonesia banyak
sekali kebakaran yang disebabkan karena ulah manusia sendiri. Berikut
penjelasannya mengenai faktor penyebab kebakaran:

1. Faktor Alam

Kebakaran hutan secara alami banyak dipicu oleh petir, lelehan lahar
gunung api, dan gesekan antara pepohonan. Sambaran petir dan gesekan
pohon bisa berubah menjadi kebakaran bila kondisi hutannya
memungkinkan, seperti kekeringan yang panjang. Di hutan-hutan
subtropis seperti Amerika Serikat dan Kanada, sambaran petir dan gesekan
ranting pepohonan sering memicu kebakaran. Namun di hutan hujan tropis
seperti Indonesia, hal ini sedikit mustahil. Karena terjadinya petir biasanya
akan diiringi oleh turunnya hujan atau petir terjadi di sepanjang hujan.
Sehingga sangat tidak mungkin menimbulkan kebakaran.

Pemicu alamiah lainnya adalah gesekan antara cabang dan ranting


pepohonan. Hal ini pun biasanya hanya terjadi di hutan-hutan yang kering.
Hutan hujan tropis memiliki kelembaban tinggi sehingga kemungkinan
gesekan antar pohon menyebabkan kebakaran sangat kecil.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 2


b.      Faktor Manusia

Kebakaran hutan yang dipicu kegiatan manusia bisa diakibatkan dua hal,
secara sengaja dan tidak sengaja. Kebakaran secara sengaja kebanyakan
dipicu oleh pembakaran untuk membuka lahan dan pembakaran karena
eksploitasi sumber daya alam. Sedangkan kebakaran tak disengaja lebih
disebabkan oleh kelalaian karena tidak mematikan api unggun,
pembakaran sampah, membuang puntung rokok, dan tindakan kelalaian
lainnya.

Di Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas


manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1% diantaranya yang
terjadi secara alamiah. Sejak era tahun 1980-an pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri diduga menjadi
penyebab utamanya.

C. Kajian Bahaya
1. Prediksi cuaca untuk mengetahui datangnya musim kering atau kemarau.
2. Monitoring titik api serta menetapkan daerah rawan kebakaran hutan dan
lahan.
3. Pemetaan daerah rawan bencana kebakaran berdasarkan kejadian masa
lalu dan meningkatnya aktivitas manusia untuk mengetahui tingkat
kerawanan suatu kawasan.
4. Pemetaan daerah tutupan lahan serta jenis tanaman sebagai bahan bakaran.
5. Pemetaan tata guna lahan.

D. Klasifikasi Kebakaran

Membagi kebakaran menjadi beberapa jenis, sesuai dengan bahan yang


terbakar. Bahan pemadam untuk masing-masing kelas tersebut pun berbeda-
beda:

Kelas A:

Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar
biasa con-tohnya kertas, kayu, karet, maupun plastik. Cara mengatasinya bisa
dengan mengguna-kan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 3


penyulutan, serbuk kimia kering untuk mematikan proses pembakaran, atau
menggunakan bahan halogen untuk memutus reaksi berantai pembakaran.

Kelas B:

Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti pada
cairancombustible dan cairan flammable, contohnya bensin, minyak tanah,
gemuk, oli,dan bahan serupa. Cara mengatasinya dengan menggunakan bahan
seperti foamlebih disarankan.

Kelas C:

Yang termasuk dalam kebakaran ini adalah alat-alat yang dijalankan oleh
listrik.Untuk mengatasi kebakaran dengan penyebab ini harus menggunakan
bahan pemadam kebakaran yang non konduktif agar terhindar dari sengatan
listrik.Yang terbaik adalah menggunakan CO2 atau halon, namun karena sifat
darihalon yang merusak lingkungan maka pemadan dengan bahan halon sudah
tidak lagi diproduksi. Sebagai catatan kebakaran kelas c bisa dipadamkan oleh
bahan pemadam kebakaran kelas a dan b asalkan listrik terlebih dahulu
dimatikan.

Kelas D:

Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan logam yang
mudahterbakar (contohnya magnesium, titanium, zirconium, sodium dan
potasium).Bahan pemadam nya adalah powder khusus kelas d.

Kelas K:

Yang termasuk dalam kebakaran kelas ini adalah yang melibatkan media
memasak misal nya minyak goreng (baik yang berbahan dasar tumbuhan
atauhewan). Untuk mengata-sinya bisa menggunakan serbuk kimia basah
yangkhusus untuk kebakaran kelas ini. Perencanaan / penempatan alat atau
fasilitas pemadam, sehingga jika kebakaranterjadi dapat segera dipadamkan
dan diatasi.

Usaha penyelamatan dengan menyediakan sarana dari daerah atau tempat


bahaya, sperti sirene/alarm, tangga dan pintu darurat (emergency door)
sertamembuat prosedur kebakaran dan penyelamatan Usaha pencegahan
kebakaran akibat bencana alam  Membuat penyekat-penyekat atau pemisah

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 4


pada bangunan dan kamar-kamar mesin atau penyimpanan bahan-bahan
berbahaya sperti dinding, pintu pemisah(fire wall, fire door) dan lain-lain.

E. Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 tentang Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja,bahwa yang dimaksud dengan
penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.

Berdasarkan Kepmenaker R.I No. Kep. 186/ MEN/ 1999, Pengurus atau


pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

Upaya-upaya tersebut meliputi:

1. Pengendalian setiap bentuk energi.


2. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi.
3. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
4. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
5. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala.
6. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran dan
sarana Evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.

F. Pencegahan Kebakaran di Tempat Kerja


1. Jangan membebani kabel kecil dengan banyak  peralatan listrik.
2. Jangan menumpuk T- Kontak/ colokan listrik.
3. Jangan membiarkan kabel terkelupas.
4. Hindari kabel bersambungan & instalasi listrik yang semerawut.
5. Jauhkan jarak antara tabung elpiji dan minyak tanah/ bahan mudah
terbakar lainnya.
6. Jangan membuang rokok yang masih membara.
7. Jangan membiarkan anak kecil bermain Korek api.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 5


8. Jangan mengurung orang didalam rumah.
9. Menutup/ mematikan tabung gas bila tidak dipakai.
10. Menyediakan Alat Pemadam Api, sebab semua kebakaran berasal dari api
kecil yang tidak dapat dipadamkan.

G. Saat Terjadi Bencana

Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran, diantaranya:


PEMADAMAN DARI DARAT
1. Pengerahan dan pelibatan berbagai pihak dalam kegiatan
pemadaman kebakaran.
Saat ini keterlibatan berbagai pihak dalam pemadaman kebakaran hutan
dan lahan masih minim. Contohnya, saat pemadaman kebakaran di
Kalimantan Tengah (Kalteng) pada tanggal 17 Agustus 2006, Tim WWF
melihat tidak ada keterlibatan pihak lain, selain Manggala Agni dari
BKSDA Kalteng, yang memadamkan kebakaran lahan gambut di pinggir
kota Palangkaraya. Padahal, dalam organisasi Pusdalkarhutla terdapat
unsur Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, TNI, Polri, dan unsur
masyarakat. Keterlibatan masyarakat sangat penting, karena mereka yang
langsung berada di lokasi kebakaran.
2. Instalasi dan Penempatan Peralatan Pemadam di Lokasi yang Rawan
Kebakaran
Saat ini, kebanyakan peralatan pemadam kebakaran dikonsentrasikan di
kantor/posko yang berada di kota provinsi/kabupaten. Sehingga pada saat
diperlukan untuk pemadaman, mobilisasi alat menjadi kendala. Selain itu,
pada daerah-daerah yang diidentifikasikan rawan kebakaran, jarang
terdapat sarana penampung air, semisal embung-embung air. Instalasi dan
penempatan peralatan/sarana harus sudah dilakukan sebelum kebakaran.
3. Mencari subsitusi air untuk pemadaman kebakaran
Air merupakan unsur yang terpenting dalam pemadaman kebakaran.
Namun, tidak semua lokasi kebakaran terdapat sumber mata air, sehingga
harus dicari pengganti air yang dapat digunakan untuk mematikan api.
Materi yang dapat digunakan antara lain, tanah, pasir, dan batang pohon
basah/segar yang ditumbangkan. Substitusi air hanya dapat dilakukan

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 6


untuk kebakaran permukaan. Untuk kebakaran tanah gambut, mutlak
diperlukan air.
4. Pemilihan Metode Pemadaman tepat.
Terdapat beberapa metode pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Saat
ini kebanyakan metode yang digunakan adalah pemadaman api/kebakaran
secara langsung, padahal tidak semua jenis kebakaran dapat ditanggulangi
dengan pemadaman langsung. Pemadaman langsung dapat dilakukan
apabila kebakaran belum meluas dan jumlah regu pemadam memadai.
Namun, apabila kebakaran sudah terjadi pada skala luas, pemadaman
langsung tidak efektif, maka harus dicari metode lainnya. Metode yang
efektif untuk kebakaran yang sudah meluas adalah melokalisir kebakaran.
Konsepnya adalah mengorbankan areal yang sudah pasti terbakar dengan
menyelematkan areal lainnya yang lebih luas.
PEMADAMAN DARI UDARA
1. Hujan Buatan
Hujan adalah cara terbaik dan paling efektif untuk memadamkan
kebakaran. Sayangnya hujan secara alami terjadi pada musimnya.
Kebakaran hutan dan lahan biasanya terjadi pada musim kemarau,
sehingga sangat sulit mengharapkan bantuan hujan untuk pemadamanya.
Cara yang bisa bisa ditempuh adalah mengadakan hujan buatan. Meski
demikian, hujan buatan dapat diselenggarakan apabila kondisi awannya
memungkinkan. Dari beberapa kejadian kebakaran, hujan buatan terbukti
cukup signifikan mengurangi kebakaran dan dampaknya.
2. Pengeboman Air (Pemadaman Menggunakan Pesawat)
Pemadaman kebakaran menggunakan pesawat dapat efektif kalau sumber
air tersedia dan kapasitas angkut pesawat memadai. Dari beberapa upaya
pengeboman air, seperti di Riau dan Kalimantan Tengah, efektifitasnya
masih rendah, karena daya angkut air pesawat kecil (300-500 liter),
sehingga pada tingkat kebakaran yang besar, tidak dapat dipadamkan
secara signifikan.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 7


H. Setelah Terjadi Bencana

DAMPAK KEBAKARAN

1. Dampak Terhadap Bidang Sosial, Budaya dan Ekonomi

a.  Hilangnya mata pencaharian masyarakat


Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari
daerah yang terbakar tidak mampu lagi melakukan aktivitasnya. Asap
yang ditimbulkan dari kebakaran mengganggu aktivitas mereka yang
secara otomatis juga ikut mempengaruhi turunnya penghasilan.
b.  Terganggunya aktivitas sehari-hari
Adanya asap kebakaran secara otomatis mengganggu aktivitas yang
dilakukan manusia sehari- hari. Misalnya pada pagi hari sebagian
orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar
matahari menembus udara yang penuh dengan asap.
c.  Peningkatan jumlah Hama
Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan
aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Kebakaran yang
terjadi akan memaksa hewan- hewan yang ada di hutan keluar dari
hutan dan mencari habitat baru seperti komunitas manusia dengan
merusak proses produksi manusia yang dilaluinya.
d.  Terganggunya kesehatan
Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama
munculnya penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan. Gejalanya
ditandai dengan sesak di dada dan mata agak berair.
e.  Produktivitas menurun
Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun
kita bisa keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari
dipagi hari tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara
otomatis waktu kerja pun berkurang.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 8


2. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan

a. Hilangnya sejumlah spesies


Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon
namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya.
Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap
dan sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala
penjuru.
b.  Ancaman erosi
Kebakaran yang terjadi di lereng- lereng pegunungan ataupun di
dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga
berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi
erosi. Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar
tanah akibat terbakar menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke
bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya
erosi tetapi juga longsor.
c.  Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan
Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi.
Sebagai catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai
mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga
keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi
catchment area tersebut juga hilang. Dalam suatu ekosistem besar,
panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena hilangnya
fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar tersebut.
d.   Penurunan kualitas air
Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan
perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan
faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi
memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa
seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai
yang ada akibatnya sungai menjadi sedikit keruh.
e.  Terganggunya ekosistem terumbu karang
Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor
asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 9


dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang
dan beberapa spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk
melakukan fotosintesa.
f.  Menurunnya devisa Negara
g.   Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian
mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara.
h.  Sedimentasi di aliran sungai
Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di
bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai
bersangkutan akibat erosis yang terus menerus.

3. Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara

Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal


batas administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga
sehingga sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan
dari kebakaran di negara Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara
negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia
dan Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir
kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal.

4. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata

Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali


terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya
asap yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan
mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan orang untuk berada di
temapt yang dipenuh

I. SOLUSI BENCANA KEBAKARAN

Berdasarkan akar permasalahan (penyebab tidak langsung) yang


memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kalsel maka dapat diusulkan
solusinya sebagai berikut.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 10


a) kepastian tentang tata guna tanah yang tepat sesuai Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) yang disusun secara partisipatif sangat perlu
untuk dilakukan. Konversi hutan alam menjadi bentuk tutupan lahan yang lain
perlu dihindari.
b) melaksanakan program pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini perlu
dilakukan sehingga masyarakat lokal dapat berfungsi secara sosial, ekonomi
dan politik. Hal ini memerlukan adanya:
1) akses dan produksi informasi tentang teknik, manajemen dan kelembagaan
rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi masyarakat local
2) pengakuan atas pengetahuan dan ketrampilan yang dihasilkan dan
dikembangkan masyarakat local
3) pelaksanaan dialog yang setara antar para pihak (aparat pemerintah, pihak
swasta dan masyarakat lokal)
4) kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang kondusif
5) kesadaran para pihak yang berdialog untuk menggunakan kerangka
pandang yang bebas prasangka
6) fleksibilitas dalam rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang
mencakup teknis pelaksanaan, penganggaran dan skala kegiatan, sehingga
dapat mengakomodasi dan mendukung inovasi program yang mucul
sebagai
7) upaya pengendalian kebakaran di Kalsel akan lebih baik diarahkan untuk
pencegahan daripada usaha pemadaman kebakaran. Lebih khusus lagi,
usaha ini diarahkan untuk kegiatan pengelolaan bahan bakar. Pencegahan
meliputi pekerjaan yang bertujuan agar api liar tidak terjadi. Pencegahan
meliputi: pembuatan peraturan perundangan, penyuluhan dan pengurangan
bahan bakar. Pengelolaan bahan bakar adalah kegiatan untuk
memanipulasi bahan bakar yang terdiri atas 3 kegiatan, yakni:
menghilangkan bahan bakar, mengurangi bahan bakar dan memotong atau
meblokkir bahan bakar.
8) rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tingkat provinsi,
tingkat kabupaten/kota sampai pada unit pengelolaan lahan perlu segera
dibuat dan dilaksanakan. Rencana pengendalian kebakaran hutan dan
lahan merupakan rencana operasional yang berisikan tentang:
9) kebijakan dan tujuan pencegahan/pengendalian kebakaran hutan dan lahan

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 11


10) areal yang akan dilindungi yang menjelaskan tentang luas dan cakupan
areal kerja, tipe-tipe penggunaan lahan pada areal kerja dan prioritas areal
yang dilindungi apabila terjadi kebakaran. Hal ini penting dilakukan
mengingat keterbatasan dana dan tenaga
11) tipe dan muatan bahan bakar. Informasi ini berguna untuk memprediksi
tingkat bahaya kebakaran, intensitas api, kecepatan penjalaran api dan
untuk menentukan jumlah personil serta peralatan pemadaman yang akan
digunakan
12) organisasi dan personil regu pemadam yang menjelaskan tentang susunan
organisasi, tanggungjawab, tugas serta prosedur kerja baik pada saat
terjadi kebakaran maupun pada saat lain di luar musim kebakaran
13) rencana pencegahan yang berisi tentang perundangan yang berlaku,
kampanye pencegahan, pemasangan papan-papan peringatan, penyuluhan
dan penerangan
14) reduksi bahan bakar yang berisi metode pengurangan bahan bakar baik
muatan maupun tinggi bahan bakar. Hal ini dilakukan agar bila terjadi
kebakaran api tidak membesar dan dapat dikendalikan denga peralatan
yang ada
15) sistem pengukuran tingkat bahaya kebakaran
16) rencana deteksi kebakaran yang berisi metode deteksi, sistem pelaporan,
frekuensi deteksi, tata waktu dan sistem komunikasi
17) rencana pemadaman yang berisi taktik, teknik pemadaman, susunan
personil, peralatan dan mobilisasi
18) sistem peringatan dan komunikasi
19) personil bantuan yang berisi tentang personil bantuan bila diperlukan
seperti BPK, masyarakat lokal, LSM, volunterr
20) peralatan pemadaman yang berisi peralatan yang telah ada, pemeliharaan,
operasional dan rencana pengadaan peralatan yang diperlukan
21) logistic
22) peta api
23) pelaporan.

Untuk mengatasi ini semua perlu kiranya mengembangkan manajemen


pengendalian kebakaran hutan. Menurut Stanely Vance, manajemen adalah

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 12


proses pengembilan keputusan dan pengendalian terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
untuk mengatasi kebakaran hutan tersebut perlu dilakukan ialah:

a.        Perencanaan (Planning)


Menentukan sasaran yang ingin dicapai dengan jelas dan strategis yang
diperlukan dalam upaya mengatasi kebakaran hutan. Dalam upaya ini harus
ada perencanaan strategik yang bersifat jangka panjang, bukan bersifat reaktif
di mana ketika kebakaran hutan terjadi baru ada upaya pemanadaman. Harus
ada peta atau base wilayah yang menjadi rawan kebakaran hutan. Sehingga
dengan mudah melakukan pendeteksian dini terhadap kebakran hutan yang
akan terjadi. Perencanaan ini juga bertujuan agar pelaksanaan dilapangan
dapat berjalan dengan baik, sistematis dan tidak ada tumpang tindih
tanggungjawab.
b.        Pengeorganisasian (Organizing)
Keseluruhan proses pengelompokan instansi-instansi, tugas dan
tanggungjawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai satu kesatuan dalam upaya pencagahan kebakaran hutan. Posisi
masyarakat, LSM, perusahaan, pemerintah dan instansi lainnya harus perlu
adanya koordinasi sehingga masing-masing dapat melaksanakan tugas dan
tanggungjawab dengan baik tanpa adanya saling lempar tanggungjawab.
c.         Penggerakan pengarahan (Actuating)\
Tindakan untuk menggerakkan semua komponen yang ada yang telah
ditentukan fungsinya masing-masing untuk bekerja secara makasimal
mencagah atau memadamkan kebakaran hutan sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan. Merupakan penyatuan dari semua usaha dan penciptaan
kerjasama dari pemerintah, LSM, perusahaan perkebunan, HTI, HPH dan
instansi terkait, sehingga tujuan dapat dicapai dengan efesien dan efektif.
d.        Pengawasan (Controlling)
Dilakukan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan
menghindari tindakan di luar prosedur yang telah ditentukan. Jika ada
kekuarangan atau kesalahan di dalam upaya penanggunlanan kebakaran hutan
maka dapat dilakukan perbaikan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pengawasan yang ketat disemua tingkatan dan penerapan sanksi hukum yang

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 13


tegas kepada semua komponen yang terbukti tidak mampu menjalankan tugas
atau tanggungjawab dalam upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran
hutan.

J. MITIGASI BENCANA KEBAKARAN 

Mitigasi adalah salah satu hubungan positif antara dampak bencana-


bencana dan pembangunan. Kebakaran adalah api yang tak terkendali.
Mitigasi bencana kebakaran adalah salah satu upaya agar bahaya kebakaran
tidak terjadi. Pengananan bahaya kebakaran adalah segala upaya pencegahan,
peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan ketika sebelum terjadi kebakaran,
penanganan darurat melalui memadamkan api yang tak terkendali, pencarian,
pertolongan, penyelamatan korban maupun harta benda dan pemberian
bantuan pada saat terjadi kebakaran, serta pengungsian, pemulihan mental,
rehabilitasi dan rekontruksi sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum
ketika sesudah terjadi kebakaran.

Penanganan pengungsi adalah upaya yang ditujukan kepada pengungsi


akibat kebakaran yang meliputi langkah-langkah penyelamatan, evakuasi,
perlindungan, pemberian bantuan darurat, pemulihan mental,  rehabilitasi dan
rekontruksi sarana atau prasarana atau fasilitas fisik sosial atau umum,
pengembalian/pemulangan/pemindahan tempat kehidupan (Relokasi), serta
Rekonsilidasi/Normalisasi sosial.

Tanggap darurat adalah segala upaya yang dilaksanakan secara


terencana, terkoordinasi, dan terpadu pada kondisi darurat dalam waktu
relaltif singkat dengan tujuan untuk menolong dan menyelamatkan jiwa juga
harta benda beserta lingkungannya sebagai akibat kebakaran.

Rehabilitasi/Rekontruksi adalah segala upaya yang dilakukan agar


kerusakan sarana/prasarana fasilitas fisik sosial/umum akibat kebakaran dapat
berfungsi kembali. Pemulihan adalah segala upaya yang dilakukan agar
trauma mental /psikis/pikiran manusia dan masyarakat akibat kebakaran dapat
pulih kembali. Relokasi adalah suatu upaya untuk

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 14


menempatkan/memukimkan kembali para pengungsi dari tempat
penampungan sementara ke tempat asal atau tempat/lokasi baru.

1.        Upaya Mitigasi Bencana Kebakaran


Dalam menghadapi berbagai jenis bencana kebakaran yang terjadi, maka
dilakukan upaya mitigasi dengan prinsip-prinsip bahwa :

a) Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya.
b) Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan melibatkan
banyak pihak.
c) Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibandingkan upaya mitigasi pasif.
d) Sumber daya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok
rentan.
e) Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus
untuk mengetahui perubahan situasi.

2.        Sedangkan strategi bencana kebakaran dapat dilakukan antara lain


dengan :

a) Mengintegrasikan mitigasi bencana kebakaran dalam program


pembangunan yang lebih besar.
b) Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
c) Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukan hasil yang segera
tampak.
d) Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera
setelah bencana kebakaran terjadi.
e) Mitigasi dilakukan dengan cara meingkatkan kemampuan lokal dalam
manajemen dan perencanaan. 

3.        Langkah-Langkah Mitigasi Bencana Kebakaran

a) Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan-bahan mudah terbakar.
b) Jangan biarkan sampah menumpuk.
c) Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan cair
mudah terbakar.
d) Simpan cairan mudah terbakar ditempat aman dari sumber nyala api.
e) Pastikan kabel dan peralatan listrik tidak rusak.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 15


f) Jangan memberi beban lebih pada sirkuit listrik.
g) Jangan menempatkan alat pemadam telah terpakai pada tempatnya, segera
kirim alat pemadam api tersebut untuk diisi ulang.
h) Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah cukup alat-alat pemadam api yang
paling sesuai, pastikan alat pemadam ditempatkan secara tepat dan
terpasang sesuai dengan Standar Australia 2444 atau berdasarkan
peraturan tentang kebakaran dan bangunan setempat. Selain itu, dilakukan
pemasangan hidran pada gedung-gedung bertingkat tinggi.
i) Rawat dan periksa semua peralatan dan perlengkapan pemadam
kebakaran, alat-alat pemadam kebakaran dan hose reels secara teratur
berdasarkan Standar Australia 1851 atau peraturan tentang kebakaran dan
peraturan bangunan setempat

4.        Sedangkan utuk mitigasi bencana kebakaran hutan, langkah-langkah


yang harus dilakukan yaitu

a) Peningkatan masyarakat peduli api.


b) Peningkatan penegakan hukum, misalnya bagi para penebang hutan liar.
c) Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk
penanganan kebakaran secara dini.
d) Pembuatan waduk di daerahnya untuk pemadaman api.
e) Pembuatan skat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian
dengan hutan.
f) Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
g) Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas.
h) Melakukan pengawasan pembakaran lahan secara ketat.
i) Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan
tanaman yang heterogen
j) Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
k) Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan
kompos, briket  arang dll).

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 16


5.        Pengorganisasian Pengelolaan Bencana:

a) Pembentukan kelompok-kelompok yang akan menjadi kelompok kerja


pengelola bencana dengan tugas pokok adalah memberi peringatan dini
bila terjadi bencana dan mengkoordinir warga dalam proses
penyelamatan.
b) Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana untuk kelompok -kelompok
yang telah terbentuk supaya memiliki kesiapsiagaan dalam penyelamatan
saat terjadi bencana dan paska bencana.

DISASTER : Kebakaran Hutan dan Lahan Page 17

Anda mungkin juga menyukai