Anda di halaman 1dari 16

ASURANSI

MAKALAH
Dimajukan Sebagai Bahan Diskusi Kelas
Semester Genap T.A. 2019/2020
Kelas: A Semester 6
Mata Kuliah: Hukum Ekonomi Islam

Disusun Oleh:
Dwi Khusnul Khotimah
No. Pokok: 2017520019
Tubagus Septian Huda
No. Pokok: 2017520020

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M
1

ASURANSI

A. Pendahuluan
Makalah ini dimajukan memenuhi syarat dalam metode pembelajaran mata kuliah
Hukum ekonomi Islam. Tulisan ini bertujuan untuk mendalami tentang Asuransi
dalam sudut pandang UU atau Syariah. Materi yang disampaikan dalam makalah ini
meliputi pengertian asuransi, Dasar hukum asuransi, Bentuk-bentuk asuransi,
Asuransi sosial, dan sebagaian ayat-ayat al-Quran dan al Hadis. Setelah itu, akan
disampaikan pula beberapa pendapat para ahli tentang pokok masalah diatas sebagai
penguat tema tersebut.
Perlu di ketahui bahwa ayat-ayat al-Quran dan terjemahannya diambil dari
sumber-sumber atau referensi buku yang berkaitan tentang asuransi. Sedangkan hadis-
hadis yang dikutip untuk mendukung ayat-ayat yang disajikan diambil dari berbagai
sumber atau buku-buku hadis terkait, seperti Sahih Bukhari, Muslim, dan lain
sebagainya. Didasari oleh keterbatasan kemampuan penulis, maka kajian ini
dipastikan banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT lah segala urusan dikembalikan.

B. Kajian
1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi diambil dari bahasa Belanda dengan sebutan “assurantie”.
Sedangkan dalam hukum Belanda disebut dengan “verzekering”yang berarti
pertanggungan. Istilah ini kemudian berkembang menjadi “assuradeur”yang
berarti penanggung dan tertanggung yang disebut “geassureerde”. Dalam konsep
asuransi syariah, asuransi disebut dengan tafakul, ta’min, dan Islamic insurance.
Tafakul mempunyai arti saling menanggung antar umat manusia sebagai makhluk
sosial. Ta’min berasal dari kata “amanah” yang berarti memberikan
perlindungan, ketenangan, rasa aman, serta bebas dari rasa takut. Adapun
Islamic insurance mengandung makna “pertanggungan” atau “saling
menanggung.” Istilah tafakul pertama kali digunakan oleh Daar al Mal al Islami,
Sebuah perusahaan asuransi islam yang berpusat di Genewa 1983. 1

1
Amrin Abdullah, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2006), h, 2.
2

Pengertian Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak


atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
.karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. (UU No.2/1992, Pasal 1).
Pemahaman kita atas pengertian atau definisi tersebut di atas akan lebih
lengkap apabila dibandingkan dengan pengertian tentang asuransi yang tercantum
pada Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), yang berbunyi
sebagai berikut: asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan
mana seorang penaggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tidak tentu.2 Asuransi jika dilihat dari sudut pandang syariah
pada hakikatnya adalah suatu bentuk kegiatan saling memikul risiko di antara
sesama manusia sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas
risiko yang lainnya. Saling pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong
menolong dalam kebaikan, dengan cara masing masing mengeluarkan dana
ibadah (tabarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut, dengan
kata lain asuransi syariah dalam sistem di mana para peserta mengibahkan
sebagian seluruh kontribusi yang akan digunakan unyu membayar klaim, jika
terjadi musibah yang di alami oleh sebagian peserta. Prinsip dasar asuransi
syariah adalah mengajak kepada setiap peserta untuk saling menjalin sesama
peserta terhadap sesuatu yang meringankan terhadap bencana yang menimpa
mereka (sharing of risk).
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran
terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan
bencana yang dialami peserta. Dalam asuransi syariah tidak ada perbuatan
memakan harta manusia dengan batil (aklu anwalinnas bilbathil), karena apa

2
Ibid, h, 41.
3

yang telah diberikan adalah semata-mata sedekah dari hasil harta yang
dikumpulkan. Selain itu keberadaan asuransi syariah akan membawa
kemajuandan kesejahteraan kepada perekonomian umat.
Menurut Fatwa DSN. No.21/DSN-MUI/X/2001. Asuransi Syariah (Ta’min,
Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Secara Terminologis atau pendapat para pakar mengenai pengertian asuransi
syariah :
a. Al-Fanjari
Asuransi syariah (ta’min) menurutnya diartikan sebagai usaha
menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min ke
dalam tiga bagian, yaitu ta’min at-tawuniy, ta’min al tijari, dan ta’min
alhukumiy
b. Mushtafa Ahmad Zarqa
Pengertian Asuransi secara terminologi adalah kejadian. Adapun
metodologi dan gambarnya dapat berbeda-beda, Namun pada intinya,
Asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi
dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
aktivitas ekonominya3.
c. Husain Hamid Hisan
Mengatakan Asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur
dengan system yang sangat rapih, Antara sejumlah besar manusia,
semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa, Jika sebagaian
mereka mengalami peristiwa tersebut, Maka semuanya saling
menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit
pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta.
Dengan pemberian (derma) tersebut mereka dapat menutupi kerugian-
kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. Dengan
demikian asuransi adalah ta’awun yang terpuji, yaitu saling menolong

3
Nuni, “Pengetahuan Dasar tentang Asuransi”, diakses dari
http;//mediaasuransi.blogspot.com/2020/03/pengertian dan sejarah-asuransi.html
4

dalam berbuat kebajikan dan takwa. Dengan ta’awun mereka saling


membantu antara sesama dan mereka takut akan bahaya (malapetaka)
yang mengancam mereka.4

2. Dasar Hukum
a. Al Quran
Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas dalam Al-Quran,
Tidak ada sebuah ayat secara nyata menjelaskan tentang praktik asuransi. Al-
Quran hanya mengakomodasi beberapa ayat yang mempunyai muatan nilai-
nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, Seperti nilai dasar tolong-
menolong, Kerja sama atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap
peristiwa kerugian yang di derita di masayang akan datang. Dengan hal ini,
Praktik asuransi tidak dilarang dalam syariat islam, Karena prinsip dalam
praktik asuransi dalam islam adalah mengajak kepada kebaikan sesama
manusia.5
Al-Quran surat al-Maidah (5) ayat 2, Allah berfirman yang arinya:

‫ى َو ََل‬ َ ‫ام َو ََل ْٱل َه ْد‬


َ ‫ش ْه َر ْٱل َح َر‬ َّ ‫شعََٰٓئِ َر‬
َّ ‫ٱَّللِ َو ََل ٱل‬ َ ‫وا‬۟ ُّ‫وا ََل ت ُ ِحل‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫ام َي ْبتَغُونَ فَض اًْل ِمن َّر ِب ِه ْم َو ِرض َْوناا ۚ َو ِإذَا‬ َ ‫ْت ْٱل َح َر‬ َٰٓ َ ‫ْٱلقَلََٰٓئِدَ َو‬
َ ‫َل َءآَٰ ِمينَ ْٱل َبي‬
‫صدُّو ُك ْم َع ِن ْٱل َمس ِْج ِد‬ َ ‫ان قَ ْو ٍم أَن‬ ُ َٔ‫شنَـ‬ ۟ ‫طاد‬
َ ‫ُوا ۚ َو ََل َيجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬ َ ‫ص‬ ْ ‫َحلَ ْلت ُ ْم فَٱ‬
‫وا َعلَى‬ ۟ ُ‫وا َعلَى ْٱل ِب ِر َوٱلتَّ ْق َوى ۖ َو ََل تَ َع َاون‬ ۟ ُ‫ُوا ۘ َوتَ َع َاون‬
۟ ‫ْٱل َح َر ِام أَن تَ ْعتَد‬
6
ِ ‫شدِيدُ ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ َّ ‫ٱَّللَ ۖ إِ َّن‬
َ َ‫ٱَّلل‬ َّ ‫وا‬۟ ُ‫ٱلثْ ِم َو ْٱلعُ ْد َو ِن ۚ َوٱتَّق‬
ِْ

“Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa,dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

4
Ibid, h, 35-37
5
Manan Abdul, Hukum Ekonomi Syari’ah Dalam Prespektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2016), Cetakkan Ke 4, h, 245.
6
Ibid, h, 245.
5

Ayat itu memuat perintah tolong-menolong antara sesama manusia dalam


kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang asuransi, Para nasabah diharapkan
dapat memberikan sebagian uang yang dimilikinya untuk digunakan sebagai
dana sosial (tabarru) yang digunakan untuk menolong salah satu anggota
asuransi yang mengalami musibah.
Kemudian dalam Al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat 261, Allah SWT
berfirman:

ْ ‫َم ث َ ُل ال َّ ِذ ي َن ي ُ نْ فِ ق ُ و َن أ َ ْم َو ا ل َ ُه ْم ف ِ ي سَ ب ِ ي ِل َّللاَّ ِ كَ َم ث َ ِل َح ب َّ ٍة أ َنْ ب َ ت‬


‫َت‬
ۗ ُ‫ف لِ َم ْن ي َ شَا ء‬ ُ ‫ض ا ِع‬ َ ُ ‫سَ بْ َع سَ ن َا ب ِ َل ف ِ ي كُ ِل سُ نْ ب ُ ل َ ٍة ِم ا ئ َة ُ َح ب َّ ٍة ۗ َو َّللاَّ ُ ي‬
ٌ‫َو َّللاَّ ُ َو ا ِس ٌع عَ لِ ي م‬
“Perempamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah Maha
luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Firman Allah SWT tersebut merupakan anjuran normatif untuk saling


bersedekah pada jalan Allah dan melakukan kegiatan social untuk menolong
orang-orang fakir dan miskin. Praktik asuransi yang dapat disarikan arti ayat
ini adalah dengan membayar premi asuransi yang bersifat tabarru. Hal ini
merupakan suatu wujud dari penginfakan harta pada jalan Allah SWT, Karena
pembayaran itu diniatkan untuk saling membantu anggota perkumpulan
asuransi jika mengalami musibah dikemudian hari.
Selanjutnya, Dalam surat at-Taghabun (64) ayat 11, Allah SWT berfirman:

‫ص ي ب َ ٍة إ ِ ََّل ب ِ إ ِذْ ِن َّللاَّ ِ ۗ َو َم ْن ي ُ ْؤ ِم ْن ب ِ اَّللَّ ِ ي َ ْه ِد‬


ِ ‫اب ِم ْن ُم‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫َم ا أ‬
ٌ‫ي ٍء عَ لِ ي م‬ ْ َ‫ق َ لْ ب َ ه ُ ۚ َو َّللاَّ ُ ب ِ كُ ِل ش‬
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seorang kecuali dengan izin
Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
6

memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala


sesuatu.”

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa segala musibah dan


kerugian yang diderita oleh manusia tidak dapat diketahui dengan pasti, Kapan
musibah tersebut akan dating dan berapa besar kerugian yang akan di
deritanya. Dengan hal tersebut semestinya manusia berusaha agar menghindari
kerugian dan menimalkan kerugian itu sekecil mungkin. Salah satu cara yang
diajarkan oleh ajaran agamadalah memperbanyak berdoa kepada Allah SWT
agar dari musibah di dunia ini. Dalam kaitan dengan bisnis asuransi,
Diharapkan manusia mengelola risiko yang terjadi akibat musibah itu dengan
melakukan perlindungan (proteksi) jiwanya dan hartanya yang di akaibatkan
dari kerugian tersebut.7
Islam mengajarkan bahwa manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi,
Hanya dapat mempertahankan gelarnya yang agung bila ia melaksanakan
perintah perintah yang terkandung dalam Al Quran dengan penafsiran yang
tepat. Allah menghendaki tiadanya orang yang kehilangan mata
pencahariannya yang layak, dan ia harus kebal terhadap setiap gangguan
apapun. Oleh karena itu adalah kewajiban tertinggi dari suatu Negara untuk
menjamin hal ini.
Ciri khas asuransi adalah pembayaran dari semua peserta untuk membantu
tiap peserta lainnyabila dibutuhkan. Prinsipsaling menguntungkan ini tidak
terbatas dalam kadar paling ringan bagi perusahaan bersama tapi berlaku juga
untuk semua organisasi asuransi manapun walau bagaimana pun struktur
hukumnya. 8
b. Hadis
Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a yang artinya: “Barangsiapa
melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah SWT akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat, dan Allah SWT senantiasa
menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.”

7
Ibid, h, 246.
8
Suparmin Asy’ari, Asuransi Syariah Konsep Hukum dan Operasionalnya, (Ds. Sidoarjo, Kec.
Pulung, Kab. Ponoorogo: Uwais Insiprasi Indonesia, 2019), Cetakan Ke 1, h, 28.
7

Dalam Hadis tersebut. Tersirat adanya anjuran untuk saling membantu


antara sesama muslim di dunia ini dengan menghilangkan kesukaran hidup
yang dideritanya. Bagi yang berkelebihan hartanya dianjurkan untuk
membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan dan apabila ini dilakukan.
Maka Allah SWT akan mempermudah urusan dunia dan akhirat baginya.
Dalam kaitan dengan asuransi, Hadis ini terlihat adanya anjuran agar
melaksanakan pembayaran premi asuransi dalam bentuk pembayaran dan dana
social (tabarru) yang orang atau anggota yang mendapatkan musibah dan
bencana.
Hadis Riwayat Bukhari r.a yang artinya: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah
r.a dia berkata: “Berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian
salah satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga
mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya.
Maka, ahli dari wanita yang meninggal itu mengadukan peristiwa tersebut
kepada Rasulullah SAW. Atas peristiwa tersebut Rasulullah SAW memutuskan
ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin dengan pembebasan seorang
budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita
tersebut dengan uang darah (diyta) yang dibayarkan oleh aqilahnya
(kerabatnya dari orangtua laik-laki).”

Praktik Aqilah sebagaimana yang dilakukan oleh suku Arab tersebut


merupakan suatu kegiatan yang mempunyai unsur seperti yang berlaku pada
bisnis asuransi. Kemiripan ini didasarkan atas adanya prinsip saling
menanggung (takaful) antara anggota suku guna meringankan penderitaan
yang dideritanya sebagai akibat dari kematian tersebut.
Hadis Riwayat Bukhari r.a yang artinya: “Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad
bin Ali Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW. Lebih baik jika engkau
meninggalkan anak-anak kamu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya, dari
pada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-
minta kepada manusia lainnya.”

Rasulullah SAW menghendaki agar setiap orang mempersiapkan segala


sesuatu dengan baik untuk bekal yang harus diberikan kepada anak turunannya
di masa yang akan datang. Meninggalkan ahli waris yang berkecukupan secara
8

materi merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam
kaitannya dengan prinsip asuransi yang terkandung dalam Hadis tersebutyaitu
mewajibkan anggotanya untuk membayar uang iuran (premi) yang digunakan
sebagai tabungan dan dapat dikembalikan ke ahli warisnya jika pada suatu saat
terjadi peristiwa yang merugikan, baik dalam bentuk kematian nasabah atau
kecelakaan diri. 9

3. Bentuk- bentuk Asuransi


Mengacu pada Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian dari segi pelaksanaan, asuransi dibagi kedalam 2 (dua) kategori
yaitu:

a. Asuransi sosial (social Insurance)


Program Asuransi Sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan
atau diadakan secara wajib berdasarkan suatu Undang- undang, dengan
tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat.
Karena sifatnya yang wajib, secara praktek juga diistilahkan dengan asuransi
wajib (compulsory insurance). Meskipun secara konsep terdapat perbedaan
yang prinsipil antara keduanya. Asuransi sosial hanya memberikan
perlindungan dasar dan lazimnya penyelenggaraan program asuransi ini
dimonopoli oleh badan usaha yang ditunjuk oleh pemerintah seperti PT
Jamsostek untuk asuransi tenaga kerja, PT. ASKES untuk asuransi kesehatan,
PT. ASABRI untuk Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia, PT. TASPEN untuk Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri Sipil, dan PT. Jasa Raharja untuk Asuransi Kecelakaan Penumpang
Umum dan Asuransi Lalu Lintas Jalan.
Sedangkan Asuransi wajib memberikan manfaat berdasarkan individual
equity dan penyelenggaraannya pun menganut free choice of insurers.
Banyak perusahaan asuransi yang terlibat didalamnya dan tertanggung bebas
memilih penanggung. Asuransi kendaraan bermotor merupakan salah satu
contoh asuransi yang diwajibkan di banyak negara untuk memastikan setiap
pengguna jalan mendapatkan jaminan asuransi.

9
Manan Abdul, Op. Cit, h, 247-248.
9

b. Asuransi Sukarela (Voluntary Insurance)


Asuransi ini dilaksanakan secara sukarela. Masyarakat diberikan
kebebasan untuk mengasuransikan atau tidak mengasuransikan obyek yang
dapat dipertanggungkan. Dalam hal yang bersangkutan memutuskan untuk
berasuransi, maka ia juga diberikan kebebasan memilih penanggung
(perusahaan asuransi).

Terkait dengan pelaksanaan asuransi sosial untuk risiko-risiko yang telah


dijamin dan hanya menyediakan perlindungan dasar, masyarakat dapat
menggunakan mekanisme asuransi sukarela ini untuk meningkatkan jumlah
santunan atau coverage, menjadi solusi atas keterbatasan program yang
disediakan melalui asuransi sosial. 10.

Kitab Undang-undang Hukum Dagang di dalam pasal 247 menyebutkan


tentang 5 (lima) macam asuransi yaitu :
1) Asuransi terhadap kebakaran

2) Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian

3) Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)

4) Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan

5) Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan disungai-


sungai.

4. Asuransi Sosial

Merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial bagi anggota


masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah bedasarkan peraturan-peraturan yang
mengaturhubungan antara pihak asuransi dengan seluruh golongan masyarakat
tujuan asuransi sosial meningkatkan kesejahteraanmasyarakat, terutama para
pegawai dan pension. 11Program asuransi sosial sepenuhnya atau sebagian besar
dibiayai dari kontribusi para manajer dan karyawan organisasi pemerintah, bukan

10
Wahyu Wardana Kun, Hukum Asuransi, Proteksi Kecelakaan Transportasi, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 2009), h, 29-30.
11
Suyatno Thomas, dkk, kelembagaan perbangkan, (Jakarta: Pustaka Binaan Presindo, 2009), h, 335.
10

dibiayai oleh pendapatan negara. 12Kontribusi tersebut biasanya dicatat terpisah


dari rekening pemerintah yang biasa; jadi santunan kepada ahli waris anggota
program asuransi sosial dibayar dari uang kontribusi yang dikumpulkan setiap
bulan.

Sedangkan didalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN disebutkan bahwa


asuransi sosial adalah Suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib
yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi
yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.

5. Sifat Asuransi sosial

Dalam asuransi sosial itu biasanya terbagi menjadi dua sifat yaitu asuransi
bersifat kerugian dan jiwa. Dan Asuransi yang bersifat kerugian merupakan
bentuk asuransi yang memberikan pergantian kerugian kepada pihak yang
merasa dirugikan dengan ketetapan-ketetapan yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.13Sedangkan Asuransi jiwa merupakan bentuk asuransi yang
memberikan pembayaran sejumlah uang kepada orang tertentu yang mendapat
santunan untuk hari tua atau pun yang meninggal dunia. Contoh dari asuransi
jiwa yaitu program dana pensiun dan tabungan hari tua bagi pegawai negeri
sipil. 14

Asuransi Sosial biasanya bersifat wajib, dana berasal dari pekerja, jaminan
yang diselenggarakan atas dasar tidak mencari untung dan tujuan yang hendak
dicapai ialah untuk kesejahteraan sosial. Bersifat wajib adalah setiap individu
yang tergabung dalam anggota suransi harus membayar iuran tiap bulannya
sesuai dengan apa yang telah disepakati kedua belah pihak.

Selanjutnya beberapa asuransi sosial yang ada di Indonesia adalah sebagai


berikut:

a. Asuransi Sosial Pengawai Negeri Sipil

12
L. Toruan Rayendra, Manajemen Risiko Pada Prusahaan dan Birokrasi, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007), h, 304.
13
Kartika Sari Elsi, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h, 104.
14
Ifhan Sholihin Ahmad, Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h, 109.
11

TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri) didirikan


untuk memberikan jaminan pensiun, sekaligus asuransi kematian.
Program ini diperluas dengan pensiuan hari tua, ahli waris, dan cacat
untuk pegawai negeri sipil.

b. Asuransi Kesehatan pegawai negeri


ASKES (Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri) bertujuan
memberikan pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri, penerima
pensiun, dan keluarga termasuk juga untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
c. Asuransi Sosial ABRI ASABRI (Asuransi Sosial ABRI)

Bertujuan memberikan perlidungan bagi prajurit ABRI terhadap


risiko berkurang atau hilangnya penghasilan karena hari tua, putusnya
hubungan kerja atau meninggal dunia. Santunan asuransi dibayarkan
kepada peserta yang berhenti karena pension, Jika peserta meninggal
dunia, maka ahli warisnya akan menerima santunan risiko kematian
ditambah dengan nilai santunan nilai tunai asuransi dan biaya
pemakaman.

d. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas

Santunan asuransi kecelakaan penumpang disalurkan kepada para


korban atau ahli waris korban yang bersangkutan, Santunan diberikan
dalam bentuk biaya ganti rugi untuk perawatan medis, santunan cacat,
atau santunan kematian. Pembiayaan asuransi kecelakaan bersumber
dari iuran wajib melalui pengusaha atau pemilik angkutan umum.

e. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

ASTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) pertama-tama dibentuk


untuk memberikan perlindungan asuransi kecelakaan kerja, tabungan
hari tua, dan asuransi kematian. Program ASTEK diperkuat menjadi
program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), dan sekaligus
dikembangkan dengan jaminan pelayanan kesehatan.
12

6. Asuransi Syariah

Adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan


asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang
polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna
saling menolong dan melindungi dengan cara:

a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena


kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti; atau

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meningkatnya peserta


atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat
yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.

Asuransi Syariah disebut pula dengan takaful, ta’min, atau tadhamun, yaitu
suatu usaha saling melindungi dan saling tolong menolong di antara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ melalui akad sesuai
dengan syariah. 21 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah. 15

Asuransi Syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah Asuransi


Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994 melalui Surat Keputusan
Menteri Keuangan No. Kep-385/KMK.017/1994. Berdirinya Asuransi Takaful
Indonesia adalah hasil dari berbagai seminar nasional dan setelah mengadakan
studi banding dengan Takaful Malaysia. Diawali dengan Tim Pembentuk
Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dipelopori oleh Ikatan Cedekiawan

15
Syakir Sula Muhammad, Asuransi Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), Cetakan ke 1, h, 30-31.
13

Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat


Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Pejabat dari Departemen Keuangan.16

16
Radoni Ahmad, Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008),
Cetakan ke 1, h, 313.
C. Kesimpulan
Asuransi secara etimologi merupakan pertanggung-an, yaitu perjanjian antara dua
pihak, pihak yg satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yg lain ber- kewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yg
menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yg dibuat.
Dalam perkembangannya, negara berkewajiban memberikan asuransi kepada
masyarakat atau sering disebut dengan asuransi sosial (social insurance). Di Indonesia
asuransi sosial diatur dalam Pasal 14 ayat (1 dan 2) UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Perasuransian, dimana asuransi sosial dilaksanakan oleh pemerintah melalui BUMN.
Gagasan asuransi sosial syariah tentu menjadi penting mengingat umat Islam
merupakan mayoritas penduduk Indonesia.

14
D. Daftar Pustaka
Abdullah Amrin, 2006, Asuransi Syariah, Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Abdul Manan, 2016, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Prespektif Kewenangan


Peradilan Agama, Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.

Elsi Kartika Sari, 2007, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo.

Ahmad Ifhan Sholihin, 2010, Ekonomi Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Thomas Suyatno,dkk, 2009, kelembagaan perbangkan, Jakarta: Pustaka Binaan


Presindo.

Rayendra L.Toruan, 2007, Manajemen Risiko Pada Prusahaan dan Birokrasi,


Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah, Jakarta: Gema Insani.

Ahmad Radoni, Abdul Hamid, 2008, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.

Kun Wahyu Wardana, 2009, Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi,


Bandung: CV, Mandar Maju.

Asy’ari Suparmin, 2019, Asuransi Syariah Konsep Hukum dan Operasionalnya, Ds.
Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo: Uwais Insipirasi Indonesia.

Rayendra L.Toruan, 2007, Manajemen Risiko Pada Perusahaan dan


Birokrasi,Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah, Jakarta: Gema Insani.

Ahmad Radoni, Abdul Hamid, 2008, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.

Kun Wahyu Wardana, 2009, Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi,


Bandung: CV, Mandar Maju.

Asy’ari Suparmin, 2019, Asuransi Syariah Konsep Hukum dan Operasionalnya, Ds.
Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponoogo: Uwais Insipirasi Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai