MAKALAH
Dimajukan Sebagai Bahan Diskusi Kelas
Semester Genap T.A. 2019/2020
Kelas: A Semester 6
Mata Kuliah: Hukum Ekonomi Islam
Disusun Oleh:
Dwi Khusnul Khotimah
No. Pokok: 2017520019
Tubagus Septian Huda
No. Pokok: 2017520020
ASURANSI
A. Pendahuluan
Makalah ini dimajukan memenuhi syarat dalam metode pembelajaran mata kuliah
Hukum ekonomi Islam. Tulisan ini bertujuan untuk mendalami tentang Asuransi
dalam sudut pandang UU atau Syariah. Materi yang disampaikan dalam makalah ini
meliputi pengertian asuransi, Dasar hukum asuransi, Bentuk-bentuk asuransi,
Asuransi sosial, dan sebagaian ayat-ayat al-Quran dan al Hadis. Setelah itu, akan
disampaikan pula beberapa pendapat para ahli tentang pokok masalah diatas sebagai
penguat tema tersebut.
Perlu di ketahui bahwa ayat-ayat al-Quran dan terjemahannya diambil dari
sumber-sumber atau referensi buku yang berkaitan tentang asuransi. Sedangkan hadis-
hadis yang dikutip untuk mendukung ayat-ayat yang disajikan diambil dari berbagai
sumber atau buku-buku hadis terkait, seperti Sahih Bukhari, Muslim, dan lain
sebagainya. Didasari oleh keterbatasan kemampuan penulis, maka kajian ini
dipastikan banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT lah segala urusan dikembalikan.
B. Kajian
1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi diambil dari bahasa Belanda dengan sebutan “assurantie”.
Sedangkan dalam hukum Belanda disebut dengan “verzekering”yang berarti
pertanggungan. Istilah ini kemudian berkembang menjadi “assuradeur”yang
berarti penanggung dan tertanggung yang disebut “geassureerde”. Dalam konsep
asuransi syariah, asuransi disebut dengan tafakul, ta’min, dan Islamic insurance.
Tafakul mempunyai arti saling menanggung antar umat manusia sebagai makhluk
sosial. Ta’min berasal dari kata “amanah” yang berarti memberikan
perlindungan, ketenangan, rasa aman, serta bebas dari rasa takut. Adapun
Islamic insurance mengandung makna “pertanggungan” atau “saling
menanggung.” Istilah tafakul pertama kali digunakan oleh Daar al Mal al Islami,
Sebuah perusahaan asuransi islam yang berpusat di Genewa 1983. 1
1
Amrin Abdullah, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2006), h, 2.
2
2
Ibid, h, 41.
3
yang telah diberikan adalah semata-mata sedekah dari hasil harta yang
dikumpulkan. Selain itu keberadaan asuransi syariah akan membawa
kemajuandan kesejahteraan kepada perekonomian umat.
Menurut Fatwa DSN. No.21/DSN-MUI/X/2001. Asuransi Syariah (Ta’min,
Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Secara Terminologis atau pendapat para pakar mengenai pengertian asuransi
syariah :
a. Al-Fanjari
Asuransi syariah (ta’min) menurutnya diartikan sebagai usaha
menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min ke
dalam tiga bagian, yaitu ta’min at-tawuniy, ta’min al tijari, dan ta’min
alhukumiy
b. Mushtafa Ahmad Zarqa
Pengertian Asuransi secara terminologi adalah kejadian. Adapun
metodologi dan gambarnya dapat berbeda-beda, Namun pada intinya,
Asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi
dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
aktivitas ekonominya3.
c. Husain Hamid Hisan
Mengatakan Asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur
dengan system yang sangat rapih, Antara sejumlah besar manusia,
semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa, Jika sebagaian
mereka mengalami peristiwa tersebut, Maka semuanya saling
menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit
pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta.
Dengan pemberian (derma) tersebut mereka dapat menutupi kerugian-
kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. Dengan
demikian asuransi adalah ta’awun yang terpuji, yaitu saling menolong
3
Nuni, “Pengetahuan Dasar tentang Asuransi”, diakses dari
http;//mediaasuransi.blogspot.com/2020/03/pengertian dan sejarah-asuransi.html
4
2. Dasar Hukum
a. Al Quran
Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas dalam Al-Quran,
Tidak ada sebuah ayat secara nyata menjelaskan tentang praktik asuransi. Al-
Quran hanya mengakomodasi beberapa ayat yang mempunyai muatan nilai-
nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, Seperti nilai dasar tolong-
menolong, Kerja sama atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap
peristiwa kerugian yang di derita di masayang akan datang. Dengan hal ini,
Praktik asuransi tidak dilarang dalam syariat islam, Karena prinsip dalam
praktik asuransi dalam islam adalah mengajak kepada kebaikan sesama
manusia.5
Al-Quran surat al-Maidah (5) ayat 2, Allah berfirman yang arinya:
4
Ibid, h, 35-37
5
Manan Abdul, Hukum Ekonomi Syari’ah Dalam Prespektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2016), Cetakkan Ke 4, h, 245.
6
Ibid, h, 245.
5
7
Ibid, h, 246.
8
Suparmin Asy’ari, Asuransi Syariah Konsep Hukum dan Operasionalnya, (Ds. Sidoarjo, Kec.
Pulung, Kab. Ponoorogo: Uwais Insiprasi Indonesia, 2019), Cetakan Ke 1, h, 28.
7
materi merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam
kaitannya dengan prinsip asuransi yang terkandung dalam Hadis tersebutyaitu
mewajibkan anggotanya untuk membayar uang iuran (premi) yang digunakan
sebagai tabungan dan dapat dikembalikan ke ahli warisnya jika pada suatu saat
terjadi peristiwa yang merugikan, baik dalam bentuk kematian nasabah atau
kecelakaan diri. 9
9
Manan Abdul, Op. Cit, h, 247-248.
9
4. Asuransi Sosial
10
Wahyu Wardana Kun, Hukum Asuransi, Proteksi Kecelakaan Transportasi, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 2009), h, 29-30.
11
Suyatno Thomas, dkk, kelembagaan perbangkan, (Jakarta: Pustaka Binaan Presindo, 2009), h, 335.
10
Dalam asuransi sosial itu biasanya terbagi menjadi dua sifat yaitu asuransi
bersifat kerugian dan jiwa. Dan Asuransi yang bersifat kerugian merupakan
bentuk asuransi yang memberikan pergantian kerugian kepada pihak yang
merasa dirugikan dengan ketetapan-ketetapan yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.13Sedangkan Asuransi jiwa merupakan bentuk asuransi yang
memberikan pembayaran sejumlah uang kepada orang tertentu yang mendapat
santunan untuk hari tua atau pun yang meninggal dunia. Contoh dari asuransi
jiwa yaitu program dana pensiun dan tabungan hari tua bagi pegawai negeri
sipil. 14
Asuransi Sosial biasanya bersifat wajib, dana berasal dari pekerja, jaminan
yang diselenggarakan atas dasar tidak mencari untung dan tujuan yang hendak
dicapai ialah untuk kesejahteraan sosial. Bersifat wajib adalah setiap individu
yang tergabung dalam anggota suransi harus membayar iuran tiap bulannya
sesuai dengan apa yang telah disepakati kedua belah pihak.
12
L. Toruan Rayendra, Manajemen Risiko Pada Prusahaan dan Birokrasi, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007), h, 304.
13
Kartika Sari Elsi, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h, 104.
14
Ifhan Sholihin Ahmad, Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h, 109.
11
6. Asuransi Syariah
Asuransi Syariah disebut pula dengan takaful, ta’min, atau tadhamun, yaitu
suatu usaha saling melindungi dan saling tolong menolong di antara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ melalui akad sesuai
dengan syariah. 21 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah. 15
15
Syakir Sula Muhammad, Asuransi Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), Cetakan ke 1, h, 30-31.
13
16
Radoni Ahmad, Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008),
Cetakan ke 1, h, 313.
C. Kesimpulan
Asuransi secara etimologi merupakan pertanggung-an, yaitu perjanjian antara dua
pihak, pihak yg satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yg lain ber- kewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yg
menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yg dibuat.
Dalam perkembangannya, negara berkewajiban memberikan asuransi kepada
masyarakat atau sering disebut dengan asuransi sosial (social insurance). Di Indonesia
asuransi sosial diatur dalam Pasal 14 ayat (1 dan 2) UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Perasuransian, dimana asuransi sosial dilaksanakan oleh pemerintah melalui BUMN.
Gagasan asuransi sosial syariah tentu menjadi penting mengingat umat Islam
merupakan mayoritas penduduk Indonesia.
14
D. Daftar Pustaka
Abdullah Amrin, 2006, Asuransi Syariah, Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Ahmad Ifhan Sholihin, 2010, Ekonomi Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Ahmad Radoni, Abdul Hamid, 2008, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.
Asy’ari Suparmin, 2019, Asuransi Syariah Konsep Hukum dan Operasionalnya, Ds.
Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo: Uwais Insipirasi Indonesia.
Ahmad Radoni, Abdul Hamid, 2008, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.
Asy’ari Suparmin, 2019, Asuransi Syariah Konsep Hukum dan Operasionalnya, Ds.
Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponoogo: Uwais Insipirasi Indonesia.
15