Anda di halaman 1dari 5

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.43451/PP/M.

XI/16/2013

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

Tahun Pajak : 2008

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Koreksi
atas PPN yang harus dipungut sendiri sebesar Rp.116.410.300,00;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding mengindikasikan adanya hubungan istimewa antara Pemohon
Banding dengan para pembeli waste product karena Pemohon Banding selalu
melindungi data pembeli waste product sehingga ditenggarai hubungan istimewa
dalam hal kepemilikan usaha dari pengolahan waste product tersebut;

bahwa alasan Pemeriksa KPP Madya Bandung mengenakan koreksi PPN, karena
fungsional pemeriksa tidak memperoleh keyakinan bahwa waste product barang
yang dijual adalah waste product jenis kapas yang dikategorikan oleh Pemohon
Banding sebagai barang strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN, sehingga
pemeriksa menggunakan kewenangan untuk menghitung secara jabatan bahwa
yang dijual oleh Pemohon Banding bukan waste product (kapas) melainkan main
product (benang) yang merupakan Barang Kena Pajak;

Menurut Pemohon : bahwa transaksi penyerahan waste product atas sisa olahan kapas, dimana peneliti
keberatan masih melakukan koreksi atas penjualan waste product kapas tersebut
dan terutang PPN. Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor:
31 tahun 2007, maka penyerahan kapas waste product yang masih berbentuk kapas
menjadi tidak terutang PPN;

bahwa maksud Pemohon Banding adalah waste product yang dijual oleh Pemohon
Banding sesuai penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh Terbanding masih
dalam bentuk kapas. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah
Nomor: 31 tahun 2007, maka atas penyerahan kapas waste product yang masih
berbentuk kapas menjadi tidak terhutang PPN bila memenuhi kriteria yang
disyaratkan dalam aturan tersebut;

Menurut Majelis : bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah sebesar
Rp.116.410.300,00, (Pajak Keluaran menurut Terbanding sebesar
Rp.1.485.008.469,00, sedangkan menurut Pemohon Banding sebesar
Rp.1.368.598.169,00), dengan pokok sengketa adalah Koreksi atas PPN yang harus
dipungut sendiri sebesar Rp.116.410.300,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon
Banding;

Tabel nilai sengketa atas Pajak Keluaran sampai dengan Surat Bantahan:

No Jenis Sengketa Pajak Keluaran Nilai Sengketa


(Rp)
Pajak Keluaran menurut Terbanding 1.485.008.469,00
Pajak Keluaran menurut Pemohon Banding 1.368.598.169,00
Nilai Sengketa terbukti sampai dengan Surat Bantahan 116.410.300,00

bahwa dalam persidangan Terbanding menjelaskan alasan Terbanding


mempertahankan koreksi Pemeriksa pada saat proses keberatan;

bahwa Waste product yang dijual oleh Pemohon Banding adalah sisa olahan yang
berbentuk kapas serat pendek. Kapas serat pendek tersebut diperoleh dari hasil
pemisahan bahan baku kapas yang diimpor yang melalui proses dengan
menggunakan mesin. Selanjutnya kapas serat panjang diproses oleh Pemohon
Banding menjadi benang, sedangkan kapas serat pendek dijual oleh Pemohon
Banding kepada pembeli perseorangan untuk diolah kembali dalam industri kapas
kecantikan atau dimanfaatkan di dalam industri sumbu kompor;

bahwa sesuai aturan Pasal 1 poin 2 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor: 31 tahun
2007, maka barang hasil pertanian yang dapat dibebaskan dari pengenaan PPN
adalah barang hasil pertanian yang masuk di dalam daftar ketegori strategis dan
barang hasil pertanian tersebut dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang pertanian;
bahwa dari hasil penelitian Terbanding, Pemohon Banding bergerak di bidang usaha
industri pemintalan benang, bukan di bidang pertanian. Oleh karena itu atas
penyerahan waste product berupa kapas oleh Pemohon Banding kepada pihak
lainnya menurut tim peneliti harus dikenakan PPN, karena penyerahan kapas
tersebut oleh Pemohon Banding tidak memenuhi syarat akumulatif sebagai
penyerahan hasil pertanian strategis yang dibebaskan PPN menurut PP 31 tahun
2007;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan bantahan tertulis tanpa


nomor tanggal 13 Agustus 2012 untuk menanggapi LPP dan LPK yang pada
pokoknya menyatakan;

Karena dalam Laporan Pemeriksaan Pajak sudah di koreksi oleh Tim Peneliti
Keberatan dan sudah di terima sebagian (Dalam laporan Penelitian Keberatan
Halaman 7 dari 9 Huruf D.3.3 angka 2 berbunyi:

Perhitungan secara jabatan terhadap penjualan waste product oleh fungsional


pemeriksa pajak KPP Madya Bandung dimana harga jual waste product tersebut
dipersamakan dengan harga jual main product/finished product tidak dapat di terima
oleh tim peneliti.

Dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP-B.1.4) Ekualisasi Objek PPN terhadap


Obyek PPh Badan, dalam kolom KETERANGAN: -Penjualan Waste (0%) di Bulan
JULI sebesar Rp.1.164.103.000,00;

bahwa maka atas sengketa pajak atas penjualan waste product sebesar
Rp.1.164.103.000,00 ini saja yang jadi masalah dan di sengketakan dalam proses
Banding ini.

Berdasarkan Laporan Penelitian Keberatan

Menurut Tim Peneliti D.3.2 (Halaman 5 dari 9)

Angka 3.
Berdasarkan penelitian terhadap bukti-bukti penjualan berupa faktur pajak
sederhana, bahwa terhadap penjualan waste product yang berasal dari pabrik di
Karawang telah di kenai PPN, sedangkan penjualan waste product yang berasal dari
pabrik di Bandung hanya di kenakan PPN untuk waste product yang dihasilkan dari
proses drawaing I s.d Proses winding. Dengan demikian waste product yang
dihasilkan sampai dengan proses combing tidak di kenakan PPN saat di jual ke
pembeli perorangan.

Menurut Pendapat Tim Peneliti D.3.3 (Halaman 7 dari 9)

Angka 2.
Alinea terakhir, Dengan demikian, menurut tim peneliti harga jual waste product tidak
dapat dipersamakan dengan harga jual main product dan DPP PPN harus dihitung
ulang sesuai dengan DPP PPN yang tertera di faktur pajak sederhana.

Angka 3. (Halaman 8 dari 9)


Waste product yang dijual oleh PT. WYSM sesuai hasil penelitian lapangan yang
telah dilakukan oleh Tim peneliti masih dalam bentuk Kapas. Berdasarkan Pasal 2
ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2007, maka atas penyerahan
kapas waste product yang masih berbentuk kapas menjadi tidak terhutang PPN bila
memenuhi criteria yang disyaratkan dalam aturan tsb.

Akan tetapi syarat pemberian pembebasan pengenaan PPN atas penyerahan kapas
berdasarkan Pasal 1 Peraturan pemerintah Nomor 31 tahun 2007 adalah bersifat
akumulatif yaitu:

pertama barang yang diserahkan masuk kategori barang pertanian strategis dan
kedua pihak penyerah berklasifikasi usaha di bidang pertanian.

Angka yang tertera dalam Kertas kerja Penelitian (Perhitungan PPN terhutang masa
Juni sd Desember 2008) Page 2 of 2 angka 6 (Koreksi Pajak Keluaran oleh Peneliti)
yaitu Waste sebesar Rp.116.410.300,00 (sama dengan kertas kerja Pemeriksaan
bulan Juli).

Tanggapan Pemohon Banding:

Mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2007, Pasal 2 ayat (2) huruf c
yaitu: barang hasil pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf c,
oleh Petani atau kelompok Petani (Hanya terdapat dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2003 perubahan kedua atas PP No. 12 Tahun 2001). Jadi dalam
PP No. 31 tahun 2007 kata-kata oleh Petani atau kelompok petani sudah di hapus.

Di pertegas lagi oleh SE DJP No. SE-01/PJ.02/2007 Tanggal 17 Januari 2007 angka
2 yaitu Sejak berlakunya peraturan tsb, barang hasil pertanian yang dibebaskan dari
pengenaan PPN tidak lagi dibatasi hanya atas penyerahan oleh Petani atau
Kelompok Petani. Oleh karena itu atas impor atau penyerahan Barang Hasil
Pertanian yang dilakukan oleh pengusaha baik orang pribadi atau badan dibebaskan
dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

bahwa Terbanding dalam persidangan menyatakan penjelasan lisan yang pada


pokoknya menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa BKP yang diserahkan oleh Pemohon Banding adalah barang hasil pertanian
berupa kapas sisa (waste product), apabila Pemohon Banding menggunakan dasar
hukum berupa Pasal 2 ayat (2) huruf d PP No. 31 tahun 2007, maka dasar hukum
tersebut hanya ditujukan untuk membebaskan pengenaan PPN untuk BKP berupa
bibit dan/atau benih dari barang pertanian. Sedangkan BKP yang diajukan oleh
Pemohon Banding untuk dibebaskan dari pengenaan PPN adalah barang hasil
pertanian berupa kapas, bukan berupa bibit dan/atau benih;

bahwa menurut Terbanding, barang hasil pertanian dan bibit/benih adalah dua
barang yang berbeda. Dasar hukum yang digunakan untuk pembebasan pengenaan
PPN atas kedua barang tersebut pun berbeda poin/huruf. Dengan demikian menurut
Terbanding, Pemohon Banding telah keliru dalam menggunakan dasar hukum dalam
pengajuan banding ke Pengadilan Pajak. Karena itu menurut Terbanding
permohonan Pemohon Banding untuk membebaskan pengenaan PPN barang hasil
pertanian dan membatalkan Surat Keputusan Keberatan barang hasil pertanian tidak
dapat dilakukan dengan menggunakan dasar hukum Pasal 2 ayat (2) huruf d PP
Nomor: 31 tahun 2007;

bahwa Pasal 2 ayat (2) huruf d PP Nomor: 31 tahun 2007 tersebut hanya dapat
diperuntukan bagi pembebasan PPN untuk bibit dan/atau benih, bukan untuk barang
hasil pertanian tetapi tidak dapat digunakan untuk membebaskan pengenaan PPN
atas penyerahan barang hasil pertanian. Sedangkan barang hasil pertanian hanya
dapat dibebaskan dengan menggunakan pasal Pasal 2 ayat (2) huruf c PP Nomor:
31 tahun 2007;

bahwa dengan demikian menurut Terbanding, adalah suatu kesalahan bila


membebaskan pengenaan PPN barang hasil pertanian dengan menggunakan dasar
hukum seperti yang pakai oleh Pemohon Banding di dalam surat permohonan
bandingnya. Sehingga permohonan banding dari pihak Pemohon Banding, menurut
Terbanding adalah keliru dan tidak dapat diterima;

bahwa kapas sisa (waste product) Pemohon Banding tidak termasuk dalam Pasal 2
ayat (2) huruf d PP No. 31 tahun 2007;

bahwa dari Siklus Produksi menurut Pemohon Banding sendiri, terdapat proses
dengan alat-alat atau mesin hinga diperoleh Kapas Serat Pendek (waste product);

bahwa Kapas apabila dipetik langsung dari Pohon Kapas memang bukan merupakan
BKP, tetapi, apabila sudah ada proses / dikemas adalah merupakan BKP dan
dikenakan PPN, dengan demikian Terbanding berkesimpulan Waste Product
Pemohon Banding merupakan BKP;

bahwa mengenai angka-angka sudah sama dan tidak ada perbedaan dengan
menurut Pemohon Banding dan Sengeketa ini murni masalah Yuridis;

bahwa Pemohon banding dalam persidangan memberikan keterangan lisan yang


pada pokoknya menyatakan;

bahwa didalam Penjelasan Pasal 2 ayat (2) huruf d PP No. 31 tahun 2007 tidak
disebutkan secara jelas, hanya disebutkan hasil pertanian yang dipetik langsung;
bahwa Pemohon Banding menyatakan pada saat Impor tidak dikenakan atau bebas
PPN;
bahwa mengenai angka-angka sudah sama dan tidak ada perbedaan dengan
menurut Terbanding dan Sengketa ini murni masalah Yuridis;

bahwa dasar koreksi Terbanding adalah transaksi penyerahan waste product kapas
atau sisa olahan kapas yang berbentuk kapas serat pendek dimana Terbanding
melakukan koreksi atas penjualan waste product kapas tersebut dan terutang PPN.

Bahwa sedangkan menurut Pemohon Banding berdasarkan Pasal 2 ayat 2 huruf d


Peraturan Pemerintah Nomor: 31 tahun 2007, maka penyerahan kapas waste
product yang masih berbentuk kapas menjadi tidak terutang PPN.

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa yang menjadi sengketa pada
banding ini adalah penyerahan Barang Kena Pajak berupa waste product kapas
atau sisa olahan kapas yang masih berbentuk kapas yang merupakan barang
hasil pertanian.

bahwa product kapas atau sisa olahan kapas yang berbentuk kapas serat pendek
tersebut diperoleh dari pemisahan bahan baku kapas yang diproses dengan
menggunakan mesin;

bahwa terhadap penyerahan waste product atau sisa olahan berupa benang oleh
Pemohon Banding telah dipungut Pajak Pertambahan Nilai (Pajak Keluaran) dan
telah dilaporkan ke dalam SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai, sedangkan terhadap
penyerahan waste product atau sisa olahan berupa kapas menurut Pemohon
Banding tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai.

bahwa Pasal 2 ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor: 31 tahun 2007 tentang
Perubahanan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang
impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengatur bahwa : atas
penyerahan Barang Kena Pajak berupa bibit dan/atau benih dari barang pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Sedangkan Barang Kena Pajak yang
diserahkan dan yang menjadi sengketa pada banding ini yang diajukan oleh
Pemohon Banding bukan berupa bibit atau benih kapas tetapi berupa waste
product kapas atau sisa olahan kapas yang masih berbentuk kapas;

bahwa Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Impor
Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengatur bahwa : yang
dimaksud dengan barang hasil
pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang :

pertanian, perkebunan, dan kehutanan;


peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau
perikanan baik dari penangkapan atau budidaya;

bahwa ketentuan Pasal 1 angka 2 tersebut telah diubah dengan Peraturan


Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahanan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Impor Dan Atau Penyerahan Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai menjadi sbb. :
Barang pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang
pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau
perikanan baik dari penangkapan atau budidaya;
yang dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya
termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan
atau mempermudah proses lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini

bahwa pada angka 13 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Perubahanan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang
Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, untuk hasil pertanian
berupa kapas yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah
kapas yang diproses melalui : dipetik, dikeringkan, dipisahkan dari biji, digaruk, disisir
dan hasilnya berupa : kapas hasil garuk dan sisir, kapas tidak digaruk dan tidak
disisir, biji kapas.

bahwa Pasal 2 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor: 31 tahun 2007 tentang
Perubahanan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang
Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengatur bahwa :
penyerahan Barang Kena Pajak berupa hasil pertanian dibebaskan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa pada Peraturan Pemerintah Nomor: 31 tahun 2007 tentang Perubahanan


Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Impor Dan Atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan
Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai antara lain tidak mengubah ketentuan
Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tersebut, dengan
demikian ketentuan mengenai hasil pertanian berupa kapas tetap mengacu pada
ketentuan Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Perubahanan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang
Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding mengemukakan alur proses


pembuatan benang mulai dari proses : bahan baku, blowing, carding, pra drawing,
high lap/lap former. Combing, drawing pass I, drawing pass II, rowing, spinning,
winding, sampai dengan packing;

bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding tersebut dapat diketahui bahwa


waste product kapas atau sisa olahan kapas yang masih berbentuk kapas yang
diserahkan oleh Pemohon Banding adalah kapas yang telah melalui proses produksi
"
untuk pembuatan benang. Dengan demikian tidak memenuhi kualifikasi diproses
awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses
lebih lanjut" sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 2007 tentang Perubahanan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2001 Tentang Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang
Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa waste product yang berupa kapas serat pendek adalah hasil dari proses
lanjutan untuk menghasilkan suatu bentuk atau barang tertentu, bukan sebagaimana
proses dan hasil dari proses seperti dimaksud dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 2007 a quo;

bahwa waste product yang berupa kapas serat pendek adalah waste dari hasil
pengolahan kapas. Kapas yang diolah sesuai ketentuan adalah BKP sedangkan
kapas yang langsung dipetik dari hasil pertanian bukan BKP/atas penyerahannya
tidak dikenakan PPN;

bahwa mengingat yang disengketakan adalah waste atas hasil produksi kapas
(kapas olahan) maka atas waste-nya adalah merupakan kapas olahan oleh karena
itu atas penyerahan waste product berupa kapas serat pendek tersebut terutang
PPN;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka Majelis


berpendapat mempertahankan koreksi Terbanding atas PPN yang harus dipungut
sendiri Masa Pajak Juli 2008 sebesar Rp. 116.410.300,00, sehingga permohonan
banding Pemohon Banding ditolak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi
Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada
penyelesaian sengketa lainnya;

Memperhatikan : Surat Permohonan Banding Pemohon Banding, Surat Uraian Terbanding, Surat
Bantahan, hasil pemeriksaan dan pembuktian di dalam persidangan;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan
perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan berkaitan
dengan perkara ini;

Memutuskan : Menyatakan menolak permohonan banding Pemohon Banding terhadap keputusan


Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-2357/WPJ.09/BD.06/2011 tanggal 25 Oktober
2011, tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Juli 2008 Nomor:
00642/207/08/441/10 tanggal 08 September 2010 atas nama: XXX, NPWP: YYY;

Anda mungkin juga menyukai