Tanggung renteng melekat pada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atas
transaksi pembelian Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean.
Contoh Soal
PT Jaya Perkasa telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang bergerak dalam bidang
perdagangan alat kantor, pada tanggal 17 Agustus 2016 menyerahkan 10 unit meja kantor kepada PT
Agung Cendana yang juga merupakan Pengusaha Kena Pajak. Total Harga Jual meja kantor adalah
sebesar Rp 10.000.000,00. Atas penyerahan ini terutang PPN dikarenakan meja kantor termasuk
dalam Barang Kena Pajak BKP). PPN terutang adalah sebesar 10% x Rp 10.000.000= Rp 1.000.000.
Mekanisme umum yang PPN atas transaksi tersebut adalah:
Keterangan
1. PT Jaya Perkasa menerbitkan Faktur Pajak untuk memungut PPN sebesar Rp 1.000.000. 1.
Faktur Pajak terdiri dari dua lembar, yaitu:
1. lembar pertama diberikan kepada PT Agung Cendana sebagai bukti beban PPN yang
seharusnya dibayar
2. lembar kedua digunakan sebagai arsip PT Jaya Perkasa sebagai bukti pemungutan PPN.
2. PT Agung Cendana menerima Faktur Pajak yang dapat dijadikan bukti untuk melakukan
pengkreditan pajak. PT Agung Cendana wajib membayar PPN terutang tersebut kepada PT Jaya
/
Perkasa.
3. PT Jaya Perkasa wajib menyetor pajak yang dipungut untuk setiap Masa Pajak ke Kas Negara
melalui Bank Persepsi.
Jika PT Agung Cendana tidak dapat menunjukkan bukti sah bahwa dia sudah melunasi PPN atas
pembelian meja kantor maka PT Agung Cendana dibebani tanggung jawab secara renteng atas pajak
dimaksud. Yang artinya si pembeli (PT Agung Cendana) harus membayar Rp.1.000.000 lagi sesuai
dengan UU KUP pada Pasal 33 yang berbunyi:
“Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya bertanggungjawab secara
renteng atas pembayaran pajak pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak
telah dibayar.”