Anda di halaman 1dari 4

1.

Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri Gram positif yang hidup pada
membrane mukosa manusia. Bakteri tersebut dapat melakukan kolonisasi pada
nasal sehingga menyebabkan peningkatan risiko infeksi saat terjadi luka
(Champoux, 2004). Risiko infeksi menjadi lebih tinggi karena bakteri tersebut
memiliki faktor virulensi yang beragam. Pengobatan akibat infeksi S. aureus
umumnya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun
membunuh bakteri tersebut. Akan tetapi muncul strain bakteri yang resistan
terhadap antibiotik yang mempersulit proses pengobatan sehingga infeksi terus
menyebar dan biaya pengobatan pasien semakin meningkat (Madigan, 2012).
MRSA merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang didapatkan
di rumah sakit yang berupa infeksi pascaoperasi, infeksi saluran pernapasan, infeksi
saluran urin maupun infeksi peredaran darah (Madigan, 2012). Infeksi
Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi lainnya yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus adalah jerawat, bisul, impetigo dan infeksi pada luka. Infeksi yang lebih berat
diantaranya pneumonia, mastitis, phlebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,
osteomielitis, dan endokarditis. Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan
infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ansari et.al.,
2016).
2. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus
selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan
cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir,
dilakukan pada saat:
1) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,
cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,
walaupun telah memakai sarung tangan.
2) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
3. Kewaspadaan Berdasarkan Penularan atau Transmisi

Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan pada pasien yang menunjukkan


gejala, dicurigai terinfeksi atau mengalami kolonisasi dengan kuman yang sangat
mudah menular. Kewaspadaan berdasarkan transmisi perlu dilakukan sebagai
tambahan kewaspadaan standar. Kewaspadaan berdasarkan transmisi meliputi:
penanganan linen dan pakaian kotor, penanganan peralatan makan pasien, dan
pencegahan infeksi untuk prosedur yang menimbulkan aerosol pada pasien suspek
atau probabel menderita penyakit menular melalui udara atau airborne 10. Selain
tindakan diatas isolasi pasien yang akan menjadi sumber infeksi juga perlu
diperhatikan untuk mencegah transmisi langsung atau tidak langsung.
4. Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Pengunjung
Agar pengunjung tidak tertular infeksi harus diperhatikan hal-halberikut :
1. Selalu menjaga kebersihan tangan agar tidak terjadi penularan
2. Selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar
3. Menerapkan etika batuk apabila bersin dan batuk
4. Anak < 12 tahun dilarang mengunjungi pasien
5. Pengunjung dengan gejala deman dan gangguan pernapasan tidak
diperkenankan mengunjungi pasien
5. Gejala umumnya adalah benjolan merah kecil pada kulit yang terlihat seperti
jerawat atau bisul. Bisul tersebut umumnya terasa hangat saat disentuh, penuh
dengan nanah atau cairan lainnya, dan disertai demam. 

Selain itu, gejala lain meliput:


o Nyeri dada
o Batuk atau sesak napas
o Kelelahan
o Menggigil
o Tidak enak badan
o Pusing
o Ruam
o Luka yang tidak kunjung sembuh
6. HA-MRSA infeksi ditularkan dalam lingkungan Rumah Sakit dan CA-MRSA
ditularkan langsung dari orang yang terinfeksi

7. HA-MRSA. Tipe MRSA ini bisa diatasi dengan pemberian antibiotik melalui
suntikan. Dosis dan lama pemberiannya tergantung pada tingkat keparahan
kondisi pengidap dan hasil pemeriksaan laboratorium.
8. CA-MRSA. Sedangkan pengobatan untuk CA-MRSA, cukup dengan pemberian
antibiotik tablet. Namun, bila infeksi semakin buruk dan meluas, dokter akan
melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan nanah. Tindakan ini
memerlukan obat bius lokal. Jadi, informasikanlah pada dokter bila kamu
memiliki riwayat alergi terhadap obat bius.
9. JENIS-JENIS APD
a) Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
 Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif
atau pembedahan.
 Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin
b) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi. Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan
darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan
melindungi pasien atau
permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin. Masker yang di
gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test (penekanan di
bagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
 Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui
droplet.
 Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
 Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.
c) Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan
atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi pasien dari
paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
d) Goggle dan perisai wajah
Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata.
Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah: Melindungi mata dan wajah dari
percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
e) Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan
tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar
berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang
menutup seluruh permukaan kaki.
f) Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme
yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril atau
membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut
petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien.
10. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas
harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai
perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan
air mengalir, dilakukan pada saat:
3) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,
cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,
walaupun telah memakai sarung tangan.
4) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
1

1
Dr. Rizal Fadli https://www.halodoc.com/apakah-mrsa-dapat-disembuhkan

Anda mungkin juga menyukai