Anda di halaman 1dari 11

Nama : DARA FUJI NUR ILLAHI

Nim : C1AA19020

1. Bagaimana pandangan anda terhadap pacaran yang dianggap sebagai gerbang utama
penyimpangan seksual??

Jawab : Sebagian orang ada yang mendefinisikan pacaran adalah ajang untuk mendapatkan
kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label “saya punya pacar dan
mendongkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan
pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup
untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya apakah semua ini benar-benar riil
dari kesalahan anaknya yang melakukan perilaku penyimpangan sosial atau-kah ini semua
adalah adalah kelalaian dari orang tua yang kurang memperhatikan anak-nya dan acuh tak
acuh terhadap perkembangan anak-nya. Jadi intinya adalah antara anak dan orang tua harus-
lah mempunyai kesinambungan untuk saling memperhatikan antara satu dengan yang lainya
Berbagai aktivitas yang mengarah pada pemuasan seksual menunjukkan tidak berhasilnya
remaja dalam mengendalikan atau mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang
sebenarnya masih bisa dikerjakan.

Selain itu, orang tua yang kurang memerhatikan perilaku anak-anaknya. Alhasil, kegagalan
fungsi orang tua menjadi salah satu faktor penyebab perilaku seks pranikah juga
pengendalian diri adalah komponen yang menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukan
perilaku seksual berisiko tersebut.

https://www.kompasiana.com/amp/budilenggono/artikel-pengaruh-pacaran-pada-
remaja_57215cc1b49273f004449b53
https://www.kompasiana.com/amp/teguhnugroho123/pacaran-dan-kurangnya-pengawasan-
dari-orang-tua_54f9458ea333112b058b49ea https://m.republika.co.id/amp/py5jfr414
2. Siapakah yang harus disalahkan, sehingga banyak terjadi penyimpangan seksualitas??

Jawab : Benarkah pelecehan dipicu oleh penampilan? Apakah sikap terbuka menjadi salah
satu sebab? Atau sebenarnya pelaku saja yang pikirannya ngeres dan kegatelan? Lalu mana
yang benar. Lalu pelecehan salah siapa?

Pelecehan seksual merupakan perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang tidak
diinginkan (tidak dikehendaki) dan berakibat mengganggu diri si penerima pelecehan.
Ucapan dan perilaku yang berkonotasi seksual masuk dalam kategori pelecehan. 

Tindakan pelecehan dapat dilakukan secara langsung ataupun implicit. Jika ada yang
mengatakan apakah pelecehan selalu pelakunya laki-laki dan korbannya perempuan, maka itu
hanyalah bagian dari mitos. Faktanya laki-laki juga banyak yang menjadi korban pel

Orang pada umumnya meminta korban melaporkan kejadian pelecehan seksual kepada pihak
berwajib. Para korban pelecehan umumnya harus meyakinkan diri bahwa tidak ada ancaman
supaya ia berani melaporkan kejadian pelecehan seksual. Dibutuhkan komitmen dari institusi
untuk memberikan dukungan pada korban dan memberikan sanksi kepada pelaku sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan oleh pelaku rasa 'berbeda' pada
diri menyebabkanya ia semakin menarik diri dari pergaulan sosial. Ia merasa malu atas
tindakan penyimpangan seksual yang dilakukannya.

Sumber :

https://www.kompasiana.com/amp/mreks/5cc7c8becc52830e5a26cf02/pelecehan-seksual-
salah-siapa

https://m.liputan6.com/health/read/4127996/waspadai-dampak-buruk-penyimpangan-seksual-
ekshibisionisme
3. Sudah rusakkah nilai dan norma agama sehingga tidak mampu menangkal
penyimpangan seksualitas

Jawab : Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)


untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.

Perilaku menyimpang secara sosial, tidak mampu menyesuaikan diri, tingkah lakunya tidak
dapat diterima oleh umum, dan tidak sesuai norma-norma sosial yang berlaku. Perilaku
menyimpang diterjemahkan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang
terhadap lingkungan yang mengacu pada norma-norma dan hukum yang ada di dalam
masyarakat.

Perilaku seperti itu, penyimpangan perilaku atau perilaku menyimpang terjadi karena
seseorang telah mengabaikan norma, aturan, atau tidak mematuhi patokan baku, berupa
produk hukum, baik yang tersirat maupun tersurat dan berlaku di tengah masyarakat. Dengan
demikian, perilaku pelakunya sering disematkan dengan istilah-istilah negatif yang dianggap
kontra produktif dengan aturan yang sudah ditetapkan atau terdapat di dalam norma-norma
maupun hukum agama dan negara. Penyimpangan bisa didefinisikan sebagai setiap perilaku
yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan
penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku
di dalam masyarakat.

Perilaku menyimpang dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang “normal”
atau suatu tindakan yang melanggar norma atau peraturan di dalam masyarakat. Perilaku
dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
Perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang
tidak disengaja. Sebaliknya, perilaku menyimpang yaitu perilaku yang disengaja dan
meninggalkan keresahan pada masyarakat.

Sumber :

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
https://media.neliti.com/media/publications/146541-ID-penanggulangan-perilaku-
menyimpang-studi.pdf

4. Kurang tegaskan aturan dan perundangan saat ini? Perlukan hukuman mati atau kebiri
sehingga membuat jera pelaku penyimpangan seksual

Jawab : Hukuman kebiri melanggar Hak Asasi Manusia, selain itu kebiri dibeberapa negara
bukanlah suatu hukuman namun lebih bersifat sukarela. Selain itu penerapan kebiri secara
medis juga menimbulkan kerentanan kesehatan bagi orang yang menjalaninya yang bisa
menyebabkan kerusakan organ tubuh dan ketergantungan. Sedangkan biaya yang dikeluarkan
pun tidaklah murah dan akan menyedot anggaran yang banyak untuk melaksanakan hukuman
kebiri.

World Rape Statistic atau statistic dunia tentang perkosaan di berbagai negara di dunia, kata
Rio membuktikan bahwa hukuman mati atau hukuman kebiri, tidak efektif menimbulkan efek
jera, justru menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan hukuman mati atau
hukuman kebiri justru menduduki posisi 10 besar, sebagai negara yang memiliki kasus
tertinggi di dunia.

Seorang ahli kriminal anak Jocelyn B. Lamm dari Yale University, mengatakan bahwa
kriminalisasi tidak memberikan efek jera sama sekali kepada pelaku tindak pidana ini, karena
itu diperlukan pola-pola penuntutan yang dapat memberikan rasa terlindungi dan rasa
pemuliaan yang dihadiahkan kepada korban kejahatan ini.

Hukuman kebiri dianggap tidak sejalan dengan revolusi mental yang selalu didengung-
dengungkan pemerintah karena kebiri tidak mengubah "mental pelaku sebab dipikirnya
hanya soal kelamin saja."

Sumber : https://m.liputan6.com/news/read/4047743/ecpat-sebut-hukuman-kebiri-tidak-akan-
beri-efek-jera-pelaku-kejahatan-seksual

https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160526_trensosial_pelecehan_seksual
5. Seperti apa peran keluarga seharusnya dalam pendidikan seksualitas?

Jawab : Komunikasi dalam keluarga diibaratkan sebagai darah dalam tubuh, jika berhenti
mengalir maka matilah keluarga. Komunikasi tentang identitas biologis tiap anggota keluarga
dan fungsinya yang tidak dapat dipertukarkan merupakan suatu keniscayaan, ketidak
berhasilan pengkomunikasian dan pensosialisasian ini akan berdampak pada kelanjutan
generasi penerus dan komitmen untuk menempatkan dan menetapkan kelanggengan
pasangan suami istri (lelaki-perempuan) dan ini adalah tanggung jawab kita bersama di dunia
dan di akhirat.

Penyimpangan perilaku seksual saat ini bahkan telah menjadi trend di beberapa kota besar
baik nasional maupun internasional. Dan lingkungan merupakan faktor yang paling
mempengaruhi perilaku sosial dan seksual tersebut. Dari sudut pandang kesehatan.

Kenapa harus dimulai dari keluarga? Karena semua pasti sepakat, bahwa yang pertama kali di
kenal oleh anak adalah keluarganya. Begitu pula yang akan mendukung aktivitasnya dan juga
menjadi benteng terakhir ketika sang anak menemukan masalah atau gangguan yang tidak
disukai. Sehingga yang paling akrab dengan sang anak sudah pasti juga adalah keluarganya.
Dengan modal itu, seharusnya tidak sulit untuk memberikan edukasi kepada anak mengenai
apa itu organ reproduksi, bagaimana memeliharanya agar selalu sehat, bagaimana proses
reproduksi terjadi, apa fungsinya dan dampaknya jika salah digunakan, dan masih banyak
lagi, yang tentunya masih dalam hal yang wajar dan bersifat mencerahkan bukan
menjerumuskan.

Melalui dua hal mendasar ini, yakni pendidikan seks sejak dini dan peran keluarga yang aktif
memberikan edukasi diluar jam sekolah, bukan tidak mungkin masa depan bangsa yang
bergantung pada generasi muda menjadi cerah dan bisa seperti yang diharapkan.

Sumber : http://fidkom.uinjkt.ac.id/pentingnya-komunikasi-keluarga-dalam-mencegah-
penyimpangan-perilaku-seksual/
https://www.kompasiana.com/amp/architectur034/pentingnya-peran-keluarga-dalam-
mengedukasikan-pendidikan-seks-pada-anak-sejak-dini_57963e5dc823bd901bf92b8f

6. pemerintah harus membuat program apa untuk meningkatkan kesehatan


seksualitas dan mencegah terjadi penyimpangan seksualitas??

Jawab :

Pemerintah juga perlu berperan. Di tingkat daerah, pemerintah perlu berkoordinasi dengan
pihak terkait seperti Komisi Perlindungan Anak, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan
guna mengeluarkan program peningkatan peran keluarga serta sekolah terkait pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Di tingkat pusat, pemerintah harus melek media dengan menyeleksi tayangan yang
menampilkan perilaku homoseksual, baik di televisi, bioskop, maupun jejaring internet.
Selain itu, pemerintah harus memberikan sanksi tegas bagi pelanggar. (*).

DPR RI memulai masa kerja periode 2020-2024 dengan menyusun 248 program legislasi
nasional (prolegnas) dan prolegnas prioritas. Salah satu RUU baru yang diusulkan DPR
adalah RUU tentang Anti-Propaganda Penyimpangan Seksual.

Tak banyak keterangan mengenai RUU tersebut dalam laman resmi DPR. Hanya ditulis kalau
peraturan itu "disiapkan oleh DPR," serta diusulkan pada 19 Desember 2019.

Usul ini diperkarakan Ketua LBH Masyarakat Ricky Gunawan. Ricky menilai "maksud
penyimpangan seksual di sini hampir pasti soal LGBT." Padahal menurut WHO, baik
homoseksual dan transgender bukanlah penyimpangan seksual.

Pernyataan serupa tercatat ada pada PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa) III yang menyebut "orientasi seksual jangan dianggap sebagai suatu gangguan."
homoseks dan transgender adalah "persoalan privat."

Kondisi penyimpangan seksual memang semakin marak terjadi di dunia termasuk Indonesia.
Bahkan, 14 negara di dunia telah melegalisasikan pernikahan sesama jenis. Untuk itu,
Indonesia selaku negara yang mayoritas beragama Islam harus berusaha membendung
pengaruh barat itu. Agar bisa menanggulangi penyimpangan seksual terutama homoseksual
dan lesbian, Ismai menyarankan empat hal yang harus dilakukan pemerintah. Ismail
menegaskan, meski sudah ada fatwa, peraturan dari pemerintah juga harus direalisasikan.
Sebab, seperti yang diketahui Indonesia memegang aturan hukum Pancasila dan Undang-
undang, bukan aturan Islam.

Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/08/01/usulkan-cara-atasi-penyimpangan-seksual/

https://amp.tirto.id/baleg-ruu-anti-propaganda-penyimpangan-seksual-baru-judul-saja-es2Q
https://m.republika.co.id/amp/ni7z16
7. Bagaimana perawat harus bersikap terhadap aspek seksualitas dalam pemberian
asuhan keperawatan

Jawab :

Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan secara holistik kepada klien. Namun, sudahkah perawat di Indonesia
melakukan tugas mulianya tersebut dengan baik? Bagaimanakah citra perawat ideal di mata
masyarakat? Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka pengetahuan
masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya
masyarakat yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai
aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan.

Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap meningkatnya


tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Oleh
karena itu, citra seorang perawat kian menjadi sorotan. Hal ini tentu saja merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di mata
masyarakat.

Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk membangun
citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat telah
didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak
pintar seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra perawat di mata masyarakat
yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk
mengubah citra perawat seperti yang banyak digambarkan masyarakat memang tidak mudah,
tapi itu merupakan suatu keharusan bagi semua perawat, terutama seorang perawat
profesional.

Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang senantiasa
menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini
dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih
matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi jaminan bagi
perawat untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus
dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat. Perawat yang ideal adalah perawat
yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab ketika ditanya mengenai bagaimana sosok
perawat ideal di mata mereka. Mungkin kedengarannya sangat sederhana. Namun, di balik
semua itu, pernyataan tersebut memiliki makna yang besar.

Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat bersikap baik dalam arti lembut,
sabar, penyayang, ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan keperawatan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita memang masih menemukan perilaku kurang baik yang dilakukan
oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan tugasnya di rumah sakit.Hal itu
memang sangat disayangkan karena bisa membuat citra perawat menjadi tidak baik di mata
masyarakat. Ternyata memang hal-hal seperti itulah yang memunculkan jawaban demikian
dari masyarakat. Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi
yang baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat.

Ada empat hal yang diatur dalam kode etik perawat terhadap klien:

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien.

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.

4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

Sumber :
https://amp.tirto.id/bagaimana-agar-kasus-pelecehan-pasien-oleh-perawat-tak-terulang-
cDMM

https://mutupelayanankesehatan.net/13-berita/2585-peran-perawat-profesional-untuk-pasien

8. Proyek inovasi apa yang harus diciptakan untuk mencegah terjadinya


penyimpangan seksualitas

Jawab : Penelitian terkait penyembuhan penyimpangan seksual difokuskan pada perilaku


pedofilia karena ini adalah jenis penyimpangan seksual yang paling membahayakan.
Berdasarkan studi, penyimpangan seksual dapat diatasi dengan pengobatan menggabungkan
psikoterapi dan obat-obatan. Terapi yang paling tepat adalah terapi perilaku kognitif untuk
pelaku pedofilia dengan cara mengembangkan empati untuk korban dan mengendalikan
impuls seksual.

1. Itulah pembahasan tentang apa itu penyimpangan seksual. Semoga informasi


kesehatan ini berguna bagi Anda dalam mengenali jenis penyimpangan seksual dan
cara mengatasinya. Konseling
2. Psikoterapi, antara lain psikoterapi individu untuk mengubah perilaku dan terapi
keluarga.
3. Obat-obatan, untuk mengurangi fantasi dan kecenderungan perilaku menyimpang,
seperti antidepresan dan antiandrogen.
4. Terapi hormon, untuk mengurangi dorongan seksual dan perilaku berbahaya.
5. Terapi penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, jika penderita juga
bermasalah dalam hal tersebut.

Mengobati kelainan seksual sangat penting untuk dilakukan. Sebab jika tidak segera
ditangani, kelainan seksual dapat membahayakan diri sendiri, keluarga, hubungan sosial
dengan orang lain termasuk pasangan, pekerjaan, maupun masyarakat umum yang berisiko
menjadi korban. Pedofilia, voyeurisme, sadisme, ekshibisionisme, dan froteurisme adalah
tindakan kriminal dan dapat dijatuhi hukuman pidana.
https://doktersehat.com/penyimpangan-seksual/amp/ https://www.alodokter.com/kenali-
kelainan-seksual-parafilia-untuk-melindungi-diri

Anda mungkin juga menyukai