Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

K
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG
FLAMBOYANT RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :

OSKI RIA ANGGRAINI


(2017.C.09a.0904)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2019/2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Oski Ria Anggraini


NIM : 2017.C.09a.0904
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. K
Dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia di ruang
Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus palangkaraya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Nia Prastina, S. Kep., Ners

DAFTAR ISI
Halaman
3

LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Bronchopneumonia 1
1.1.1 Definisi Bronchopneumonia 1
1.1.2 Anatomi Fisiologi Bronchopneumonia 2
1.1.3 Etiologi 9
1.1.4 Klasifikasi 10
1.1.5 Fatofisiologi (WOC) 10
1.1.6 Manifestasi Klinis 13
1.1.7 Komplikasi 13
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
1.1.9 Penatalaksanaan Medis 15
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 15
1.2.1 Pengkajian Keperawatan 15
1.2.2 Dianosa Keperawatan 16
1.2.3 Intervensi Keperawatan 17
1.2.4 Implementasi Keperawatan 22
1.2.5 Evaluasi Keperawatan 22
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian…………………………………............................……………… 24
2.2 Diagnosa………………………………………...................................………32
2.3 Intervensi………………………………………..……………………………32
2.4 Implementasi ……………………………………...…………………………34
2.5 Evaluasi…………………………………………........………………………34
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 45
3.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
ii
4

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Diagnosa
Medis Bronkopneumonia di ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus
palangka raya . Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna
dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Bronkopneumia.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 28 Mei 2020

iii
1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi Bronkopneumia
Bronkopneumia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
sperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Bennete, 2013).
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah nfeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (
Sylvia A. Price & Lorraine M. W., 2017).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-
anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa (Bradley et.al., 2015).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut
pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2015).
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada
parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Peradangan pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam pneumonia (Dahlana, 2016).

1
2

1.1.2 Anatomi dan Fisiologi

Sistem Pernafasan Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima


persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.
Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan
memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses metabolismenya, yang
berarti pekerjaan selesai dan hasil buangn dalam bentuk karbondioksida dan air
dihilangkan.
Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas
didalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan didalam paru-paru atau
“pernapasan luar”.Udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu menarik napas dan
didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas (Pierce, 2012).
1.1.2.1 Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan :
1) Hidung(Nasal)
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum

nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yag berguna menyaring udara, debu,


dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Bagian-bagian hidung
terdiri atas :
a. Bagian luar dinding terdiri darikulit
b. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulangrawan
3

c. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat dinamakan


karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah 3 buah konka nasalis
inferior (karang hidung bagian bawah), konka nasalis media (karang
hidung bagian tengah), konka nasalis superior (karang hidung
bagianbawah).
Konka-konka ini terdiri dari tiga buah lekukan yaitu superior, meatus
medialis dan meatus inferior. Meatus-meatus yang dilewati oleh udara
pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungnan dengan
tekak yang disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh
tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan
beberapa rongga yang disebut sinus-sinus paranasalis yaitu sinus
maksilons ( pada rongga rahang atas), sinus frontalis (pada rongga
tulang dahi), sinus svenaidalis (pada rongga tulang baji), dan sinus
etmoidalis (pada ronggatepi).
Sinus etmoidalis keluar ujung saraf-saraf penciuman yang menuju
ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel-
sel tersebut terutama terdapat dibagian atas. Pada hidung dibagian
mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-reseptor dari saraf
penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka
bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu
lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiria eustaci, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan air mata disebut dengan tuba lakrimalis
(Hidayat,2007).
Fungsi hidung terdiri dari :
a. Bekerja sebagai saluran udarapernafasan
b. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh
bulu-buluhidung
c. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa

d. Pembunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara


4

pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir


(mukosa) atauhidung.

2) Faring(Tekak)
Menrut syaifuddin (2016), Faring merupakan tempat
persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ
lain : ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
dengan lobang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istimus fausium, ke
bawah terdapat dua lubang, kedepan lubnag laring, ke belakang lubang
esophagus.
Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa
tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini
dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan
kanan daritekak. Disebelah belakang terdapat epiglottis (empang
tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelanmakanan.
Rongga tekak dibagi kedalam 3 bagian, antara lain :
a. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana
disebutnasofaring
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium
disebutorofaring
c. Bagian bawah sekali dinamakanlaringofaring

3) Laring
Laring (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah faring
yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring
sampa ketinggian vertebra servikalis.
Laring terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligamen dan membran. Yang terbesar diantarannya ialah tulang rawan
tiroid, dan disebelah depannya
5

terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu


disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina
yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa
V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti
cincin mohor dengan mohornya disebelah belakang (ini adalah tulang
rawan satu- satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan
lainnya adalah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah
krikoid, kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan
kornikulata yang sangatkecil.

Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yang


berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu
menelan. Laring dilapisi sejenis selaput lendir yang sama dengan yang
di trakea, kecuali pita suara an bagian epiglottis yang dilapisi sel
epithelium.
Pita suara terletak disebelah dalam laring, berjalan dari tulang
rawan tiroid disebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid.
Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh
otot laryngeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan
demikian lebar sela-sela antara pita- pita atau rima glotidis berubah-
ubah sewaktu bernafas dan berbicara. Suara dihasilkan karena getaran
pita yang disebabkan udara yang melalui glottis. Berbagai otot yang
terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang
atas laring sewaktu menelan (Pearce, 2009).
4) Trakea (BatangTenggorokan)
Trakea atau batang tenggorok kira-kira Sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebratorakalis kelima dan ditempat ini bercabang menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trakea, selain itu juga memuat berupa jaringan otot. Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia dan sel
6

cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas kearah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk
bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan
berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka, karena
itu,disebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu ditempat trakea
menempel pada esophagus, yang memisahkannya dari tulangbelakang
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus
kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melngkari sisa-sisa trakea.
Trakea torasika berjalan melintasi mediastnum, dibelakang stenum
menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak
dibelakang
5) Bronkus (CabangTenggorokan)
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang
terdapat pada ketiggian vertebratorakalis ke IV dan V mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping kearah tampak
paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri,
terdiri dari enam-delapan cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri
lbih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang
yang paling kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin,
2006).
6) Paru-paru
Paru-paru merupakan ala pernafasan utama, paru-paru mengisi
rongga dada. Paru-paru ada dua bagian terletak disebelah kanan dan
kiri yang dipisahkan oleh jantung beserta pemulluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastrum. Paru-paru
adalah organ berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan
muncul sdikit lebih tinggi daripada klavikula didalam dasar leher.
Pangkal paru-paru
7

duduk diatas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru


mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan
dalam yahng memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang
menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian
sisi depan jantung (Pearce, 2009).

7) Pembuluh Darah DalamParu-paru


Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung
oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru- paru, cabang-cabangnya
menyentuh saluran-saluran bronchial, bercabang dan bercabang lagi
sampai menjadi arteriol halus, arteriol itu membelah-belah dan
membentuk jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli
atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya memuat sedikit, maka praktis dapat
dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya
bergerak lambat dan dipisahkan dari dua dalam alveoli hanya oleh dua
membrane yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
difusi, yang merupakan fungsipernafasan. Kapiler bersatu dan bersatu
lagi sampai mnjadi pmbuluh dara lebih besar dan akhirnya dua vena
pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi
oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronkialis
membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke paru-
paru guna member makan dan menghantarkan oksigen kedalam
jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk
pleksus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk
oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi dari beberapa kapiler ini
akhirnya bersatu kedalam vena pulmonaris dan darahnnya kemudian
dibawa masuk kedalam vena pulmonaris. Sisa darah itu diantarkan
dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat
mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian paru-paru
8

mempunyai persediaan darah ganda ( Pearce, 209).


1.1.2.2 Fisiologi
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen di
pungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat
dengan darah didalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli kapiler, yang
memisahkan oksigen dan darah. Oksigen menembus membraneini dan di
pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini
di pompa didalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meniggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya
95% jenuh oksigen.
Didalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan
metabolism, menembus membrane alveolar-kapiler dan kapiler darah ke
alveoli, dan setelah melalui pipa bronchial dan trakea, di nafaskan keluar
melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan
pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :
a. pulmoner, atau gerak pernafasan yang meukar udara dalam alveoli
darah melauiparu-paru
b. Arus darah melaluiparu-paru
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagiantubuh
d. Difusi gas menembus membrane pemisah alveoli dan kapiler, CO2
lebih mudah berdifusi daripadaoksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paaru menerima jumlah tepat karbondioksida dan
oksigen. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah dating ke paru-
paru membawa terlalu bannyak karbondioksida dan terlampau sedikit
oksigen, jumlah karbondioksida tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang
pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan
9

dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan


karbondioksida dan memungut lebih banyak oksigen.
1.1.3 Etiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (virus,
bekteri, jamur), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu,
isi lambung kedalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab
bronkopneumonia tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Mkroorganismetersering sebagai penyebab bronkopneumonia adalah virus
dan bakteri yaitu Diplococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Virus
Influenza. Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),
kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke
jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran
darah (Misnadiarly, 2018). Menurut Mansjoer etiologi terjadinya pneumonia
diantaranya:
1. Bakteri
a. Pneumotorakokus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang
dewasa umumnya disebabkan oleh pneumokokus serotype 1 sampai
dengan 8. Sedangkan pada anak-anak serotype 14, 1, 6, dan 9. Insiden
meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun dan menurun dengan
meningkatnyaumur.
b. Steptokokus, sering merupakan komlikasi dari penyakit virus lain, seperti
mobildan varisela atau komlikasi penyakit kuman lainnya seperti pertusis,
pneumonia olehpnemokokus.
c. Himiphilus influenza, pneumokokus aureginosa,tuberculosa.
d. Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif, resisten
terhadap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti : abses
paru, empiema, tensionpneumotoraks.
2. Virus
Virus respiratory syncytial, virus influenza, virus adeno, virus sistomegalik.
a. AspirasiMakanan, pada tetanus neonatorum, benda asing, koreson.
10

b. Pneumonia hipostatikPenyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama,


missal pada anak sakit dengan kesadaran menurun.
3. Jamur
Histoplasmamosis capsultatum candi dan abicans, biastomokasis, kalsedis
mikosis, aspergilosis dan aktino mikosis.
1.1.4 Klasifikasi
Saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis
dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal
berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan bulu-bulu halus di saluran napas.
Mekanisme pertahanan lanjut berupa antibodi tubuh di mukosa seperti sekresi IgA
lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit (sel darah putih), dan zat-zat
kimia lain dalam darah untuk merespon peradangan seperti komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel:
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi (kekuatan penyebab infeksi) bertambah. Agen infeksius masuk ke
saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi (hirupan napas) atau aspirasi flora
komensal (flora normal tubuh( dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
darah. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas
bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
1.1.5 Pathofisiologi
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu
tubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang karena demam yang
sangat tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea,
pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis
disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran
napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan
edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi &
Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang
berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli.
11

menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung


dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka
membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan
berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi
oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis
menyebabkan penderita mengalami pucat sampai sianosis.
WOC BRONKOPNEMONIA
Bakteri, Virus 12

Inhalasi dan Invasi Mikroba ke saluran


pernafasan

Iritasi Jalan Napas

Disfungsional Silia

Inflamasi Bronkus

Penumpukan Eksudat serosa di Bronkial dan Bronkiolusterminal

Konsulidasi Daereh paru

BRONKOPENUMONIA

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B6

Kuman berlebih Infeksi pulmunary Oksigen dalam tubuh Kuman terbawa Suplai O2 ke
Hipoksia Jaringan
di Bronkus menurun di saluran jarinagn menurun
pencernaan
Penurunan volume Peradangan selaput
Proses ekspirasi paksa otak Anoreksia jaringan
peradangan Infeksi saluran HipoperfusiB6
dinding bronkus pencernaan jaringan
Peningkatan volume Edema jaringan otak Penimbunan Asam Suplai O2 dan nutrisi
residu
Akumuklasi laktat Peningkatan tidak Metabolisme
adekuat
Sekret di bronkus Defisit fungsi peristaltik usus Anaerob
CO menurun
neurologis
Ginjal Tidak dapat Ketidakmampuan
Obstruksi jalan napas berfungsi dengan baik Malabsorpsi
MK: Gangguan MK:
tubuh menyiapkan
Kerusakan sistem Intoleransi
perfusi jaringan energi yangaktivitas
adekuat
sensorik dan motorik
Diare
MK: Bersihan jalan Penimbunan Asam
napas tidak efektif Kaku kuduk laktat
MK: Resiko gangguan
keseimbangan cairan
Kerusakan sistem Asidosi metabolik
sensorik dan motorik

MK: Hipertermia
MK: Resiko Cidera
13

1.1.6 Manisfestasi Klinis


1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan Nyeri pleuritik Nafas dangkal
dan mendengkur Takipnea.
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi Mengecil,
kemudian menjadi hilangKrekels, ronki, egofoni.
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
9. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
10. Gelisah
11. Sianosis
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
12. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
1.1.7 Komplikasi
Pneumonia biasanya dapat obati dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Bagaimanapun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa pasien
terutama penderita yang termasuk ke dalam kelompok resiko tinggi (faktor risiko):
1. Akumulasi cairan : cairan dapat menumpuk diantara pleura dan bagian
bawah dinding dada (disebut efusi pleura) dan dapat pula terjadi
empiema. Chest tube (atau drainage secara bedah) mungkin dibutuhkan
untuk mengeluarkancairan.
2. Abses : pengumpulan pus (nanah) pada area yang terinfeksi pneumonia
disebut dengan abses. Biasanya membaik dengan terapi antibiotik,
namun meskipun jarang terkadang membutuhkan tindakan bedah
untukmembuangnnya.
3. Bakteremia : Banteremia muncul bila infeksi pneumonia menyebar dari
paru masuk ke peredaran darah. Ini merupakan komplikasi yang serius
14

karena infeksi dapat menyebar dengan cepat melaui peredaran darah ke


organ-organ lain.
4. Kematian : walaupun sebagian besar penderita dapat sembuh dari
pneumonia, pada beberapa kasus dapat menjadi fatal. Kurang dari 3 %
penderita yang dirawat di rumah sakit dan kurang dari 1 % penderita
yang dirawat di rumah meninggal dunia oleh peneumonia atau
komplikasinya.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul
(virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat.
7. Pemeriksaan fungsi paru: volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin dan komplain menurun,
hipoksemia.
8. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah.
9. Bilirubin mungkin meningkat.
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV).
1.1.9 Penatalaksanaan Medis
15

1. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak


adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA
tidak dapat dipertahankan.
2. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri.
3. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat.
4. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan.
5. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas.
6. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
7. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik.
2.1 Menejemen Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
1. Keluhan utama : sesaknafas
2. Riwayatpenyakit
a. Pneumonia virus : ditandai gejala-gejala infeksi saluran nafas,
termasuk renitis dan batuk, serta suhu tubuh lebih rendah dari
pneumoniabakteri.
b. Pneumonia bakteri : ditandai oleh infeksi saluran pernafasan akut atau
bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, suhu tubuh tinggi,
batuk, kesulitanbernafas.
3. Riwayat kesehatandahulu
Sering menderita penyakit pernafasan bagian atas, riwayat penyakit
peradangan pernafasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang
disertai wheezing.
4. Pengkajianfisik
a. Insperksi : perlu diperhatikan adanya takipnea, dypsnea, sianosis
sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk
semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada waktu
bernafas, adanya retraksi dindingdada.
b. Palpasi : hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit dan megalami peningkatan denyutnadi.
c. Perkusi : suara redup pada sisi yangsakit Auskultasi : pada
16

pneumonia akan terdengar stridor suara nafas berjurang, terdengar


suara nafas tambahan atau ronchi, kadang- kadang terdengar bising
gesekpleura.
5. Datafokus
a. Pernafasan
a) Gejala : takipnea, dipsnea, pernafasandangkal
b)Tanda : bunyi nafas ronchi, halus, wajah pucat atau sianosis
bibir ataukulit
b. Aktivitas atauistirahat
a) Gejala : kelemahan, keleehaninsomnia
b) Tanda : penurunan intoleransi aktivtas,letargi
c. Integritas ego : banyaknyastressor
d. Makanan ataucairan
a) Gejala : kehilanngan nafsu makan, mual,muntah
b) Tanda : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering.
c. Nyeri dankenyamanan
a) Gejala : sakit kepala, nyeri dada,maligna
b) Tanda : melindungi area yangsakit

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. peningkatan produksi sputum
(D.0001) Hal. 18.
2. Pola nafas tidak efektif b.d.hiperventilasi(D.0005) Hal.26.
3. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar kapiler
(D.0003)Hal 22.
4. Intoleransi aktivitas b.d.kelemahan(D.0056) Hal.128.
5. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual muntah (D.0019)
Hal 56.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi
sputum(D.0001) Hal. 18.
17

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan


bersihan jalan nafas efektif, dengan k
riteria hasil :
1. Menunjukkan jalan nafas yangpaten
2. Tidak ada suara nafastambahan
3. TTV dalam batas normal
Intervensi:
1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafastambahan
2. Ajarkan klien batuk efektif untuk memudahkan mengeluarkansecret
3. Berikan O2 nasalcanul
4. Gunakan alat yang steril dalam setiaptindakan
5. Anjurkan klien untuk istirahat dan nafasdalam Monitor status
oksigenpasien
6. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman (semiflowler)
Rasional :
1.Untuk Mengetahui bunyi dan gangguan bunyi nafas pasien
2. Untuk memudahkan klien mengeluarkan secret
3.Untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan pasokan oksigen ditubuh
4. Untuk menghilangkan semua organism dengan cara fisik maupun kimiawi
5. Untuk memenuhi kebutuhan istirahat pasien
6. Untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari perut
Diagnosa II : Pola nafas tidak efektif b.d. hiperventilasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan
pola nafas efektif. Dengan kriteria hasil :
1. Menunjukkan suara nafas yangbersih
2. TTV dalam batasnormal
3. Menunjukkan jalan nafas yangpaten

Intevensi
1. Posisikan pasien kedalam semiflowler untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu jalannafas
3. Ajarkan teknik nafas dalam
18

4. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan


5. Beri O2 sesuai kebutuhan menggunakan nasal canul
6. Monitor TTV
Rasional
1. Untuk memberikan posisi senyaman mungkin
2. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang cukup
3. Untuk meningkatkan ventilasi alveoli
4. Untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan
5. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
6. Untuk mengetahui tanda tanda vital pasien
Diagnosa III : Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan
tidak adanya gangguan pertukaran gas. Dengan kriteria hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yangadekuat
3. Menunjukkan tidak ada suara nafas tambahan
Intervensi:
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat nafas buatan
3. Pasang mayo bilaperlu
4. Lakukan fisioterapi dada bilaperlu
5. Ajarkan klien melakukan nafas dalam untuk mengeluarkansecret
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafastambahan
6. Atur intake untuk cairan mengoptimalkankeseimbangan
7. Monitor respirasi dan statusO2

Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan respirasi
2. Monitor suara nafas, seperti dengkur
3. Monitor pola nafas : bradipena, takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes,biot
4. Monitor kelemahan otot diafragma (gerakanparadoksis)
19

5. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
Rasional :
1. Untuk memantau kedalaman ,irama dan respirasi
2. Untuk mempertahankan jalan nafas agar efektif
3.Untuk mempertahankan jalan nafas
4. Untuk mengetahui kekuatan otot diafragma
5. Untuk mengetahui ada nya suara nafas tambahan atau tidak
Diagnosa IV : Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan
klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Dengan kriteria hasil:
1. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri
2. TTV dalam batasnormal
3. Mampu berpindah : dengan atau tanpa alat bantuan
4. Status sirkulasibaik
5. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasiadekuat
Intervensi
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2. Monitor aktivitasklien
3. Anjurkan keluarga klien untuk selalu didekatklien
4. Ajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan terlebihdahulu
5. Kolaborasikan dengan tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
Rasional
1. Untuk membantu klien mengerjakan yang dklien bisa
2. Untuk memantau aktivitas apa yang dialakukan klien
3. Untuk member semangat kepada klien dalam melakukan aktivitas
4. Agar klien bisa melakukan taktivitas yang ringan terlebih dahulu
5. Untuk mengetahui program terapi apa yang diperlukan

Diagnosa V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual


muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan


20

kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Dengan kriteria hasil :


1. Adanya peningkatan beratbadan
2. Tidak ada tanda-tandamalnutrisi
3. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan darimenelan
4. Mampu mengidentifikasi kebutuh
5. Berikan informasi tentang kebutuhannutrisi
6. Kolaborasikan dengan tim ahli gizi dalam menentukan diet klien
Rasional :
1 . Untuk mengetahui perkembangan berat badan
2. Untuk mengetahui kekurangan nutrisi dalam tubuh
3. Untuk mengetahui tingkat pengecapan menelan
4. Agar mengetahui kebutuhan tubuh apa saja yang diperlukan
5. Agar mengetetahui nutrisi apa saja yang diperlukan tubuh
6. Untuk mengetahui diet apa yang diperlukan klien

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimana rencana keperawatan dilaksanakan yaitu untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar
implementasi perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama harus mengidentidikasi prioritas keperawatan klien kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan perawat mencatat dan memantau respon klien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya.
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa
bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
1. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
2. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
21

3. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan


mampu tidur/istirahat dengan tepat.
4. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
5. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
22

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Pada saat dilakukan pengkajian Tanggal,28 Mei 2020 Pukul: 10.00 WIB,
Nama Klien An. K, TTL Palangka Raya 09 Desember 2019Jadi umur Klien
6Bulan, Jenis kelamin Perempuan Agama Kristen Protestan, Suku Dayak,
Pendidikan Tidak ada, Alamat Jl. Garuda Diagnosa medis
Bronkopneumonia. Dan Identitas penanggung jawab Nama Klien Ny. W
, TTL Palangka Raya, 20 Oktober 1992, Jenis kelamin Perempuan,
Agama Kristen Protestan, Suku Dayak, Pendidikan SMA , Pekerjaan
Swasta, Alamat Jl. Garuda, Hubungan keluarga Ibu Kandung
2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan utama
Ibu An. K mengatakan bahwa anaknya mengeluh sesak nafas.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada kamis tanggal 28 Mei 2020 pasien masuk RSUD Dr. Doris
sylvanus palangka raya. Sebelum masuk rumah sakit ibu klien
ketakutan dan bingung ibu klien mengatakan anaknya mengalami
Batuk dan demam dan saat dirumah kemudian pada hari Kamis
tanggal 28 mei 2020 batuk dan demam tinggi tidak kunjung sembuh
dan klien mengalami sesak napas.ibu klien membawa An. K ke
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya jam 09.00 wib. Dan masuk
UGD An. K diperiksa dan diberikan terapi obat, Kemudian dokter di
UGD menganjurkan klien untuk rawat inap diruang Flamboyan.
b. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat prenatal Ibu An. K mengatakan 2 bulan sekali periksa
kebidan. Pada awal kehamilan ibu klien mengeluh mual-mual.
2) Riwayat natal Ibu An. K mengatakan anaknya melahirkan secar
spontan dengan pertolongan bidan di RS pada tanggal 09
Desember 2019 pukul 21.00 WIB, dengan berat badan 2600gr.
23

3) Riwayat postnatal : Ibu An. K mengatakan menjalankan masa


nifas secara normal.
4) Penyakit sebelumnya : Tidak ada.

5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT


Usia 1 minggu – 1 2 1 - 1 Bulan -
Bulan bulan bulan
2
bulan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan.
d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien

2.1.3 Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum :
Kesadaran klien compos mentis, klien tampak rewel dan lemah dan
tampak gelisah terpasang infus NACL 0,9% ditangan kanan 12 tpm dan
terpasang oksigenasi nasal kanul 3 lpm.
2. Tanda vital
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil, Tekanan darah
100/80mmhg Nadi 117 x/ menit, Suhu 39 ˚C, Respirasi, 35x/mnt.
3. Kepala dan wajah
Pada saat dilakukan pengkajian pada An. K didapatkan hasil Ubun-ubun
klien Menutup, Keadaannya cembung, Tidak ada kelainan seperti
24

Hidrocefalus, Microcephalus, Rambut An. K Warna Hitam Tidak ada


kerontokan Rontok, Tidak Mudah dicabut, Tidak terlihat Kusam, Kepala
An. K Keadaan kulit kepala Baik dan bersih. Tidak ada peradangan dan
benjolan, Mata An. K simetris, Conjungtiva An. KMerah Muda, Skelera
Putih, Reflek pupil Normal, Oedem Palpebra tidak ada. Ketajaman
penglihatan Baik, Telinga An. K, Bentuk simetris, Serumen tidak ada,
Tidak ada peradangan, Ketajaman pendengaran Baik, Hidung An. K
Bentuk Simetris, Tidak ada serumen, terpasang oksigenasi nasal kanul 3
lpm, Fungsi penciuman Baik, Mulut An. K Baik, Bibir Tidak ada intak,
Stanosis Tidak ada, Keadaanlembab, Palatum lunak, Gigi An. K Tidak
ada Carries, Jumlah gigi Tidak dikaji.
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil Bentuk leher dan
tenggorokan An. KSimetris, Reflek menelan Baik Pembesaran tonsil
Tidak ada Pembesaran, vena jugularis normal, Benjolan Tidak
ada, Peradangan Tidak ada
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
5. Dada
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil Bentuk dada An. K
simetris , terdapat Retraksi dada , Bunyi nafas wheezing , Tipe
pernafasan Dada Perut, Terdapat secret dijalan napas, Bunyi jantung,
Lup Dup, Iktus cordis normal, Nyeri dada Tidak ada, Keadaan dada An.
K Pernafasan dada tidak teratur.
Keluhan Lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
6. Punggung
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil Bentuk Punggung An.
K Simetris, Tidak ada peradangan Peradangan dan benjolan
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan.
25

Masalah Keperawatan: Tidak ada


7. Abdomen
Saat dilakukan pengkajian pada abdomen didapatkan hasil Bentuk
Simestris, , Bising usus 26x/m, Tidak ada Asites, tidak ada
Hepatomegali, tidak ada Spenomegali, tidak ada nyeri
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
8. Ektremitas
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil, Pergerakan/ tonus otot
Baik Tidak ada Oedem, tidak ada Sianosis, Tidak ada Clubbing
finger , Keadaan kulit/turgor Normal.
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
9. Genetalia
a. Laki-laki
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil, Kebersihan pada
An.KCukup Bersih, Keadaan testis Normal , Tidak ada Hipospadia,
Ada Epispadia
b. Perempuan
Kebersihan
Keadaan labia Tidak
Peradangan/ benjolan dikaji

Menorhage
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
I. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Status Gizi : Ibu An. K Mengatakan BB: 9kg, TB: 7,5
cm

(2 (9) + 8 )IMT= 26 kg

2. Kemandirian dalam bergaul : An. K mampu mengenali bayi lain


yang dianggap mirip
26

3. Motorik halus : An. K mampu memegang pulpen


4. Motorik kasar : An. K mampu Merangkak.
5. Kognitif dan bahasa: :Dapat berkomunikasi melalui suara, gerak
tubuh dan ekspresi wajah
6. Psikososial :-
II. Pola Aktifitas sehari-hari

No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit


1 Nutrisi
a. Frekuensi 2 – 3 x Sehari 3x Sehari
b. Nafsu Baik Cukup Baik
makan/selera Susu,Bubur Susu,Bubur
c. Jenis makanan
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari
Konsistensi Lembek lembek
b. BAK
Frekuensi 3-4x/hari 4-5x/hari
Konsistensi Cair, bening Cair, bening
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-3 Jam 1 Jam
b. Malam/ jam 8-9 Jam 5 Jam

4 Personal hygiene
a. Mandi 2x/hari 2x/hari
b. Oral hygiene 2x/hari 2x/hari

III. Penatalaksanaan Medis

No
Nama Obat Dosis Indikasi Obat
.
Terapi Oksigen digunakan untuk
1. Terapi Oksigen 3 lpm mengatasi keadaan hipoksemia dan
hipoksia.
27

2. Nacl 12 lpm Pengganti cairan, pemberi energi


Obat antibiotic untuk mengatasi
Kloramfenikol  250 3x1 mg beragam infeksi serius, terutama saat
3.
penyakit infeksi tidak membalik
dengan obat lain.

1) Hasil laboratorium Tanggal 28 Mei 2020

Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan


Hemoglobin 9 L= 14,0- 18,0 g/dl
Leukosit 12.000 4800- 10.800 ut
Eritrosit 3,4 L= 4,7 – 6,1 dula/ul
Hematrokrit 29 L= 42- 52
Trombosit 72.000 150.000- 450.000 ut
Mcv 88 79-99 fl
Mch 27 27- 31 pg

2) Hasil rontogen :
Pulmo : bercak-bercak infiltrat parahilus kanan dan kiri
Kesan : Bronkopneumonia

Palangka Raya, 28 Mei 2020

Mahasiswa,
( Oski Ria Anggraini)
28

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Ibu klien mengatakan kuman berlebih di bronkus Bersihan jalan nafas tidak
An. K Sesak Napas efektif

DO: proses peradangan dinding


- Klien tampak gelisah bronkus
- RR: 32 x/menit
- Bunyi napas stidor
- Terpasang oksigenasi Akumuklasi secret di
nasal kanul 3 lpm bronkus
- Tipe pernafasaan dada
dan perut
- Pernafasan tidak teratur Obstruksi jalan napas
- Terdapat secret dijalan
napas Bersihan jalan nafas tidak
- Hasil rontogen : efektif

Pulmo : bercak-
bercak infiltrat parahilus
kanan dan kiri
Kesan :
Bronkopneumonia
29

DS: Ibu An. K mengatakan Hipoksia jaringan Hipertermia


Kulit anaknya teraba
panas Peradangan selaput otak
Edema jaringan otak
DO:
- Pasien Tampak rewel Defisit fungsi neurologis
dan gelisah
- Pasien tampak lemah Kerusakan sistem sensorik
- Kulit klien teraba dan motorik
panas
- Suhu : 390 c Kaku kuduk
- Terpasang infus Nacl Kenaikan suhu Tubuh
0,9 % ditangan kanan
12 lpm Hipertermia
- Leukusit : 12.000

3. DS: Ibu klien dan klien


Bronkopenemuonia Kurangnya pengetahuan
tidak mengerti akan gejala dan
penyebab dari
Bronkopenemuonia Kurang informasi

DO :
- Ibu klientampak Kurang tanggapan menerima
bingung kenapa anak informasi

terkena
Bronkopenemuonia
Kurang pengetahuan
- Ibu klien mengira
hanya terkena flu
demam biasa
30

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dijalan
nafas ditandai dengan Klien tampak gelisah, RR: 35 x/menit, Bunyi napas stidor ,
Terpasang oksigenasi nasal kanul 3 lpm , terdapat Retraksi dada , Tipe pernafasaan
dada dan perut, Pernafasan tidak teratur , Terdapat secret dijalan napas

2. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan parenkim paru ditandai


PRIORITAS MASALAH
dengan Pasien Tampak rewel dan gelisah, Pasien tampak lemah, Kulit klien teraba
panas, Suhu : 390 c, Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan kanan 12 lpm.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tanggapan menerima informasi


ditandai dengan ibu klien tidak tau penyebab dan gejala penyakit klien.
31

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. K


Ruang Rawat : Flamboyan
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tind. Kep 1. Observasi TTV 1. TTV bermanfaat untuk mengetahui
nafas tidak selama 1 x 7 jam diharapkan 2. Observasi frekuensi kedalaman dan keadaan umum pasien
efektif jalan nafas efektif dengan kemudahan bernafas 2. mengetahui penyebab gangguan
berhubungan kriteria hasil : 3. Melakukan tindakan tinggikan kepala pengiriman oksigen
dengan 1)Klien tampak tenang dan membantu mengubah posisi,nafas 3. mempermudah dalam bernafas
penumpukan 2)RR dalam batas normal (30-45 dalam 4.  memenuhi kebutuhan istirahat tidur
x
mucus dijalan /menit ) 4. Membantu mempertahankan istirahat 5. mengetahui kondisi pasien lebih lanjut
napas 3)Suara nafas vesikuler tdur menggunakan teknik relaksasi 6. memberikan nutrisi pasien agar tidak
4)Batuk berkurang 5. mengobservasi penyimpangan kondisi, kekurangan glukosa
5)Tidak terpasang O2 mencatat hipotensi, pucat dan sianosis 7. membunuh virus penyebab pneumonia
Tidak ada retraksi dinding 6. Berkaloborasi dengan tim medis
dada dalam pemberian infus D5 5% dan
32

pemberian anti inflamasi 3x sehari.


33

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. K


Ruang Rawat : Flamboyan
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Hipertermi setelah dilakukan tind. Kep 1. Observasi TTV Normal klien 1. TTV bermanfaat untuk
berhubunga selama 1 x 7 jam diharapkan 2. Pantau suhu tubuh. mengetahui keadaan umum
n dengan suhu tubuh dalam batas 3. Anjurkan ibu cuci tangan 6 pasien
o O
inflamasi normal (36,5 C- 37 C) langkah sebelum dan sesudah 2. mengetahui adanya kenaikan
pada dengan kriteria hasil : memberikan ASI. suhu tubuh klien
jaringan 1) Klien tampak bugar 4. Berikan kompres hangat. 3. mengajarkan keluarga klien
parenkim 2) Suhu 36,5- 37oC 5. Anjurkan ibu untuk memakaikan memberikan kompres hangat
paru 3) Mukosa bibir lembab pakain yang tipis. 4. menganjurkan memakai pakaian
4) Kulit klien tidak terba 6. Pertahankan suhu lingkungan tetap yang tipis
panas sejuk. 5. berguna untuk mengeluarkan
7. Kolaborasi dalam pemberian sekret
antipiretik.
34

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan

Diagnosa kep. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. informasi yang tepat dari tenaga
3 keperawatan 1 x 7 jam menerima informasi kesehatan akan akan membuat
diharapkan orang tua klien 2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat klien merasa dirinya memiliki
Kurang
memahami meningkatkan dan menurunkan sumber informasi yang terpercaya
pengetahuan
1. Pertanyaan tentang motivasi perilaku hidup bersih sehat. 2. meningkatkan pengetahuan dan
berhubungan
masalah yang di hadapi 3. Sediakan materi dan pendidikan mengurangi cemas
dengan kurang
menurun. kesehatan. 3. membantu menentukan dan
tanggapan
2. Persepsi yang keliru 4. Berikan kesempatan untuk bertanya. menentukan pengobatan jangka
menerima
menurun. 5. Jelaskan faktor resiko yang dapat panjang
informasi
3. Perilaku sesuai mempengaruhi kesehatan. 4. kadangkala klien merasa tidak
pengetahuan meningkat. berani untuk bertanya karena
belum terbina hubungan dekat
dengan penyedia layanan
kesehatan 34
5. menjelaskan pada klien faktor
resiko yang mempengaruhi
35

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumaat28 Mei 1. Mengobservasi TTV S: Ibu An. K mengatakan An.K sesak napas
2020 2. mengobservasi frekuensi kedalaman dan
kemudahan bernafas O:
12.00 wib
3.  meninggikan kepala dan membantu mengubah - Klien tampak gelisah
Diagnosa posisi,nafas dalam - RR: 35 x/menit
1:Bersihan jalan 4. Mengobservasi penyimpangan kondisi, - Bunyi napas stidor
nafas tidak efektif mencatat hipotensi,pucat dan sianosis - Terpasang oksigenasi nasal kanul 3 lpm
berhubungan 5. Memberikan infus D5 5% - terdapat Retraksi dada
dengan 6. Memberikan anti inflamasi 3x sehari - Tipe pernafasaan dada dan perut
penumpukan - Pernafasan tidak teratur
mucus dijalan - Terdapat secret dijalan napas
napas A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1-7)
36

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
37

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumaat 28Mei 1. Mengukur suhu tubuh setiap 4 jam S: Ibu An. K mengatakan kulit anaknya teraba panas
2020 2. Mengajarkan ibu cuci tangan 6 langkah sebelum O:
dan sesudah memberikan ASI - Pasien Tampak rewel dan gelisah
12.00 wib
3. Memberikan kompres hangat - Pasien tampak lemah
Diagnosa 2: 4. Menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yg - Kulit klien teraba panas
Hipertermi tipis - Suhu : 390 c
berhubungan 5. Mempertahankan suhu lingkungan tetap sejuk - Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan kanan 12
dengan inflamasi Memberikan pct injeksi 4mg/6jam lpm
pada jaringan A: Masalah belum teratasi
parenkim paru P: Lanjutkan Intervensi (1-5)

EVALUASI KEPERAWATAN
38

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumaat 28 Mei 1. Mengobservasi TTV S: Ibu An. K mengatakan anaknya masih sesak napas
2020 2. mengobservasi frekuensi kedalaman dan O:
kemudahan bernafas - Klien tampak tenang
Diagnosa
3. meninggikan kepala dan membantu mengubah - RR: 28 x/menit
1:Bersihan jalan
posisi,nafas dalam - Bunyi napas stidor
nafas tidak efektif
4. Mengobservasi penyimpangan kondisi, mencatat - Terpasang oksigenasi nasal kanul 3 lpm
berhubungan
hipotensi,pucat dan sianosis - terdapat Retraksi dada
dengan
5. Memberikan infus D5 5% - Tipe pernafasaan dada dan perut
penumpukan
6. Memberikan anti inflamasi 3x sehari - Pernafasan tidak teratur
mucus dijalan
- Terdapat secret dijalan napas
napas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1-7)

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan


39

dan
Jam
Nama Perawat
Jumaat 29 Mei 1. Mengukur suhu tubuh setiap 4 jam S: Ibu An. K mengatakan suhu tubuh anaknya masih
2020 2. Mengajarkan ibu cuci tangan 6 langkah teraba panas
sebelum dan sesudah memberikan ASI
10.00 wib
3. Memberikan kompres hangat O:
Diagnosa 2: 4. Menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian - Pasien Tampak tenang
Hipertermi yg tipis - Pasien tampak lemah
berhubungan 5. Mempertahankan suhu lingkungan tetap sejuk - Kulit klien teraba panas
dengan inflamasi 6. Memberikan pct injeksi 4mg/6jam - Suhu : 37,80 c
pada jaringan - Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan kanan 12
parenkim paru lpm

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi (1-5)


40

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
41

Sabtu 29Mei 2020 1. Mengobservasi TTV S: Ibu An. K mengatakan sesak napas anaknya
2. mengobservasi frekuensi kedalaman dan berkurang
10.00
kemudahan bernafas
Diagnosa 3. meninggikan kepala dan membantu O:
1:Bersihan jalan mengubah posisi,nafas dalam - Klien tampak tenang
nafas tidak efektif 4. Mengobservasi penyimpangan kondisi, - RR: 22 x/menit
berhubungan mencatat hipotensi,pucat dan sianosis - Bunyi napas vasikuler
dengan 5. Memberikan infus D5 5% - Terpasang oksigenasi nasal kanul 3 lpm
penumpukan 6. Memberikan anti inflamasi 3x sehari - Tidak terdapat Retraksi dada
mucus dijalan - Tipe pernafasaan dada dan perut
napas - Pernafasan teratur
- Tidak ada secret dijalan napas
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
42

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1. Mengukur suhu tubuh setiap 4 jam S: Ibu An. K mengatakan suhu tubuh anaknya tidak
2. Mengajarkan ibu cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah teraba panas
memberikan ASI
3. Memberikan kompres hangat O:
4. Menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yg tipis - Pasien Tampak tenang
5. Mempertahankan suhu lingkungan tetap sejuk - Pasien tampak segar
6. Memberikan pct injeksi 4mg/6jam - Kulit klien teraba dingin
- Suhu : 36,80 c
- Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan kanan 12
lpm

A: Masalah teratasi

P: Hentikan Intervensi
43
44

IMPLEMENTASI 37
Nama Pasien : An. K
Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Dan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Perawat
Kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 3 S:
- Orang tua mengatakan kurang mengerti
1. Mengidentifikasi kesiapan dan
dengan keadaan anaknya
kemampuan menerima informasi
O:
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang
- Ibu pasien sudah siap menerima informasi
dapat meningkatkan dan menurunkan
yang di sampaikan
motivasi perilaku hidip bersih sehat.
- Ibu An. K tampak tidak mengetahui tentang
3. Menyediakan materi dan pendidikan Oski Ria
penyakit anaknya
kesehatan.
- Ibu An. K bertanya tentang penyakit
4. Memberikan kesempatan umtuk bertanya.
anaknya
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
A : Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi kesehatan.
P : Intervensi dihentikan
45
46

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. Timbulnya bronchopneumonia
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan
riketsia.

Pengkajian menurut penulis yang ditemukan pada An. kditemukan keluhan


utama Ibu An. K mengatakan Anaknya mengalami sesak napas, Dan ditemukan
pemeriksaan fisik, yaitu Kesadaran klien compos mentis, klien tampak rewel dan
lemah dan tampak gelisah terpasang infus NACL 0,9% ditangan kanan 12 tpm dan
terpasang oksigenasi nasal kanul 3 lpm.Tanda-tanda vital suhu : 390C, nadi : 117
x/menit, RR : 35x/menit, TD: 100/80 mmHg.

Pengkajian menurut teori (Nursalam, 2017)adalah tahap awal dari proses


keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Menurut (Arif Muttaqin, 2015), pengkajian yang dapat
dilakukan pada pasien dengan Fistula ani adalah sebagai berikut: Identitas,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau beresiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2017).
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Bronkopnumonia adalah sebagai berikut:

45
47

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan


mucus dijalan nafas
2. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan parenkim paru
Intervensi menurut fakta yang ditemukan pada An. k dengan diagnosa
keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
mucus dijalan nafas tanda-tanda vital klien, Mengkaji suara napas klien ,
kedalaman napas klien dan suara tambahan pada pernapasan klien,memberikan
oksigen nasal kanul, serta berkolaborasi dengan pemberian obat dan diagnosa
keperawatan kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan
parenkim paru observasi Suhu tubuh klien, mengatur posisi klien untuk senyaman
mungkin, dan berkoaborasi dengan pemberian obat penurun panas
Menurut teori (Surhayanto, 2016) intervensi keperawatan adalah perilaku
sfesifik yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat, Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan (Intervensi) keperawatan, tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan, mencegah yang dirasakan oleh pasien.
Implementasi keperawatan dilakukan selama dua hari pada tanggal 29Mei
2020, yaitu diagnosa pertama dengan implementasi yaitu mengobservasi tanda-
tanda vital klien,observasii suara napas dan pola pernapasan , mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, memberikan oksigenasi nasal kanul, berkolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian obat dan diagnosa keperawatan kedua yaitu
mengobservasi suhu tubuh klien, posisi senyaman mungkin, , menciptakan
lingkungan yang nyaman, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi
obat dan diagnosa keperawatan ketiga mengajarkan keluarga klien bagaimana
mengatur suasana tempat tidur yang nyaman bagi pasien, membantu pasien dalam
melakukan aktivitas, melibatkan keluarga untuk membantu aktivitas, dan
observasi istirahat tidur klien.
Implementasi adalah tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan
tersebut meliputi kegiatan-kegiatan: Review tindakan keperawatan yang
diidentifikasi pada tahap perencanaan, menganalisa pengetahuan dan keterampilan
48

keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan


yang mungkin timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan
dilaksanankan mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan. Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis
menyimpulkan bahwa, penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang direncanakan.
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama pada tanggal 28
Mei 2020, pukul 10.00 Wib yaitu Subjektif: Ibu An. K mengatakan anaknya sesak
napas, Objektif: Kesadaran composmenthis, klien masih tampak lemah dan rewel,
Tanda-tanda vital suhu : 39 0C, nadi : 117 x/menit, RR : 35x/menit, TD: 100/80
mmHg, Assesment : masalah nyeri belum teratasi, P: Lanjutkan intervensi.
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua pada tanggal 29 Mei
2020, pukul 10.00. Wib yaitu Subjektif: Ibu An. K mengatakan anaknya masih
sesak napas, Objektif: klien tampak lemah, klien tampak gelisah, klien tampak
kelelahan, Assesment: Masalah belum teratasi, P: Lanjutkan intervensi.
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa keperawatan pada tanggal 29
Mei 2020, pukul 14.15 Wib yaitu Subjektif: Ibu An. K mengatakan anaknya tidak
sesak napas lagi, Objektif: pasien tampak masih segar, wajah pasien tampak
tenang, Tanda-tanda vital suhu : 36,80C, nadi : 98 x/menit, RR : 24x/menit, TD:
100/90 mmHg, Assesment: Masalah teratasi, P: Hentikan intervensi
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dam
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
3.2 Saran
Dengan adanya laporan tentang bronkopneumonia ini diharapkan pada
tenaga kesehatan dapat menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan
bronkopneumonia. Pada keluarga pasien setelah pulang ke rumah dapat memantau
perkembangan bayinya, terutama penambahan berat badan bayinya.
49
50

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta

Ngastiyah, 2015. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC: Jakarta

Nettina, S.M. 2018. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC: Jakarta

Wong, D.L. 20189. Perawatan Pediatrik. EGC: Jakarta

Sujono, R & S, 2019. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi pertama. Graha


Ilmu: Yogyakarta

Surasmi, A. 2014. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC: Jakarta

Suriadi, Y. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung Seto: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai