Anda di halaman 1dari 5

1.

DEFINISI

Secara umum migrain merupakan nyeri kepala berulang yang idiopatik, dengan serangan nyeri
yang berlangsung 4-72 jam, biasanya sesisi, sifatnya berdenyut, intensitas nyeri sedang berat ,
diperhebat oleh aktivitas fisik rutin, dapat disertai nausea, photofobia dan fonofobia. Migrain termasuk
salah satu jenis nyeri kepala primer (1,2,3).

Menurut Blau, Migren di definisikan sebagai nyeri kepala yang berulang-ulang dan berlangsung
2-72 jam dan bebas nyeri antara serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan visual
atau gastrointestinal atau kedua-duanya Migrain bukan penyakit yang boleh dianggap enteng. Penyakit
ini menyerang saraf dikepala yang menyebabkan sakit kepala yang parah sehingga dapat membuat
orang menjadi lemah.

2. ETIOLOGI MIGRAIN

Sampai saat ini belum di ketahui dengan pasti faktor penyebab migrain, di duga sebagai
gangguan neurobiologis, perubahan sensivitas sistem saraf da aktivasi sistem trigeminalvaskular,
sehingga migren termasuk dalam nyeri kapala primer. Diketahui ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dan memicu serangan migren yaitu : (1,2,3)

1) Faktor hormonal : Perubahan hormonal (estrogen dan progesteron) pada wanita selama siklus
mnstruasi dapat berpengaruh terhadap serangan migren, timbulnya serangan beberapa saat sebelum,
selama dan sesudah menstruasi. Prevalensi serangan migren yang berkaitan dengan menstruasi dari
hasil peneliti didapatkan peningkatan frekuensi sejak dua hari sebelum menstruasi dan mencapai
puncak pada dua hari pertama menstruasi.

2) Faktor makanan : Makanan berkontribusi sebagai pencetus migrain sebanyak 26,9%. Makanan
yang sering menyebabkan nyeri kepala pada beberapa orang adalah makanan yang bersifat vasodilator
(mengandung histamin), seperti anggur merah dan natrium nitrat, juga makanan yang bersifat
vasokonstriktor (mengandung tiramin), seperti keju, cokelat, dan kafein. Beberapa zat tambahan dalam
makanan juga dapat memicu migrain, seperti natrium nitrit, monosodium glutamat (MSG), dan
aspartam.

3) Stres : Stres berkontribusi sebanyak 79,7% sebagai pencetus migrain. Terlalu letih, sibuk, kurang tidur,
emosi berlebih, atau ketegangan dapat memicu kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon
noradrenalin, tetapi beberapa kasus migrain dapat muncul setelah ketegangan reda atau masa stres
sudah lewat.

4) Rangsangan sensorik : Beberapa rangsangan sensorik diketahui dapat memicu terjadinya migrain,
seperti sinar yang terang dan menyilaukan (38,1%), serta bau yang menyengat (43,7%).

5) Aktivitas fisik : Pemicu migrain yang berkaitan dengan aktivitas fisik diantaranya aktivitas fisik yang
berlebih termasuk aktivitas seksual (27,3%), perubahan pola tidur, seperti terlalu banyak tidur atau
kurang tidur (32%), dan gangguan saat tidur (49,8%).

6) Perubahan lingkungan : Perubahan cuaca, iklim, tingkat barometer, perbedaan zona waktu dan
perbedaan ketinggian diketahui diketahui berkontribusi sebagai pencetus migrain sebesar 53,2%.
7) Alkohol : Alkohol termasuk zat diuretik, yaitu zat yang dapat menyebabkan dehidrasi pada tubuh
sehingga dapat mencetuskan nyeri kepala migrain dengan kontribusi 37,8%.

8) Merokok : Merokok berkontribusi sebagai pencetus migrain sebesar 35,7%. Pengaruh merokok bukan
hanya terhadap orang yang merokok tetapi juga terhadap perokok pasif disekitarnya. Kandungan nikotin
akan menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah ke otak berkurang.

9) Trauma : Benturan kepala dapat menimbulkan gejala migren klasik pada anak – anak. Trauma ringan
kepala dan kerusakan pembuluh darah karena laserasi kulit kepala atau oleh trauma tumpul diduga
menyebabkan kerusakan pleksus simpatikus periartrial, mengakibatkan terganggunya ikatan
noradrenalin pada lapisan adventisian arteri dan berakibat meningkatkan kepekaan nyeri terhadap
keadaan dilatasi.

3. PATOFISIOLOGI MIGRAIN

Penyebab spesifik nyeri kepala migrain masih belum diketahui, namun pemahaman mengenai
mekanisme yang terjadi telah jauh berkembang sejak awal tahun 1990. Migrain didefinisikan sebagai
suatu penyakit vaskular, yang mungkin dipicu oleh proses-proses yang menyebabkan vasokonstriksi,
diikuti oleh vasodilatasi, peradangan, dan nyeri kepala. Proses vaskular memang terjadi saat serangan
nyeri sebagai fenomena sekunder yang mencerminkan gangguan neurokimiawi di sistem saraf pusat.

Perubahan-perubahan neurokimiawi terutama dopamin dan serotonin menyebabkan hilangnya


pegendalian neural sentral, yang mengakibatkan keseimbangan vaskular pembuluhpembuluh kranial
terganggu dan pembuluh-pembuluh tersebut melebar sehingga plasma keluar menuju ruang
perivaskular. Aferen trigeminus yang mempersarafi pembuluh-pembuluh darah ini secara reaktif
membebaskan berbagai neuropeptida yang memicu respon peradangan di sekitar dinding pembuluh
darah. Beberapa penelitian mengisyaratkan bahwa permulaan serangan migrain terutama melibatkan
disfungsi sistem saraf pusat yang kemudian disertai oleh pengaktifan sistem trigemino-vaskular, dan
pembebasan peptida, terutama calcitonin gene-related peptide (CGRP) yang kemungkinan berasal dari
serat C(5).

Salah satu substansi vasoaktif yang diduga berperan dalam terjadinya migrain adalah nitric oxide
(NO), yang merupakan salah satu zat vasodilator yang dilepaskan dari endotel atau saraf perivaskular.
Substansi tersebut dapat memicu aktivasi sistem trigemino-vaskular dan sebagai mediator pelepasan
CGRP dalam menginduksi nyeri kepala (5).

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa NO platelet lebih tinggi pada penderita migrain saat
serangan nyeri kepala. Penelitian lain mengemukakan bahwa NO basal lebih tinggi secara signifikan pada
penderita migrain fase interiktal dibandingkan dengan orang sehat (Stirparo G, 2000 dalam Abadi, 2012)
(5)
.

migrain terdiri dari empat fase klinik, yaitu:

1) Fase Prodromal
Fase ini disebut juga fase pendahuluan, dimana gejala dapat timbul beberapa jam sampai
beberapa hari sebelum serangan migrain. Gejala dapat terdiri dari gejala mental, neurologik,
atau gejala umum. Gejala mental dapat berupa depresi, euforia, iritabilitas, gelisah, bisa
menjadi lamban maupun hiperaktif, rasa lelah dan mengantuk.
2) Fase Aura
Aura merupakan gejala neurologik fokal yang mendahului serangan migrain, yang umumnya
timbul selama 5 sampai 20 menit dan jarang yang melebihi 60 menit. Gejala aura dapat
berupa gejala visual, sensorik, maupun motorik, dan terkadang melibatkan fungsi batang
otak dan fungsi berbahasa, namun gejala aura juga belum pasti diikuti oleh serangan
migrain.
3) Fase Nyeri Kepala
Nyeri kepala migrain dapat terjadi setiap saat, namun paling sering timbul di pagi hari. Nyeri
timbul secara perlahan-lahan dan setelah mencapai puncaknya akan berangsung-angsur
menghilang. Fase ini umumnya berlangsung antara 4 sampai 72 jam pada orang dewasa dan
2 sampai 48 jam pada anak-anak. Nyeri dirasakan pada kedua sisi (bilateral) pada 40% kasus,
pada 60% kasus nyeri dirasakan hanya di satu sisi (unilateral), dan pada 20% kasus nyeri
selalu dirasakan di bagian yang sama.
4) Fase Posrdormal
Fase ini merupakan fase yang berlangsung setelah nyeri kepala mereda. Penderita migrain
biasanya akan merasa lelah, iritabel, gelisah dan sulit berkonsentrasi, serta dapat disertai
dengan pegalpegal pada otot, anoreksia, atau justru terjadi peningkatan nafsu makan

4. KLASIFIKASI, DAN TANDA GEJALA

Klasifikasi migren menurut International Headache Society (IHS) (2,4,5) :

1. Migren sederhana atau migren tanpa aura (common migraine)


a. Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Pada anak-anak kurang dari 15 tahun, nyeri
kepala dapat berlangsung 20-48 jam.
b. Nyeri kepala minimal mempunyai dua karakteristik berikut ini :
- Lokasi unilateral
- Kualitas berenyut
- Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari.
- Di perberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
c. Selama nyeri kepala, minimal satu dari gejala berikut muncul :
- Mual dan muntah
- Fotofobia dan fonofobia
d. Minimal terdapat satu dari berikut :
- Riwayat dan pemeriksaa fisik tidak mengarah pada kelainan lain
- Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan
dengan pemeriksaan penunjang yang memadai (misalnya : MRI atau CT Scan Kepala).

Diagnosis migren tanpa Aura : Kriteria :

a. 2 dari 4 karakteristik grup A


b. 1 dari 2 karakteristik grup B
Migren dengan aura (classic migraine)

a. Terdiri dari empat fase yaitu fase : prodormal, fase aura, fase nyeri kepala dan fase postdormal.
b. Aura dengan minimal dua serangan sebagai berikut
- Satu gejala aura mengindikasikan disfungsi CNS fokal (mis; vertigo, tinitus, penurunan
pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia,
parestesia, paresis, penurunan kesadaran)
- Gejala aura timbul terhadap selama lebih dari 4 menit atau lebih gejala.
c. Nyeri kepala
- Sama seperti migrain tanpa aura

Diagnosis migren dengan aura : Kriteria :

3 dari 4 karakteristik

1. Satu atau lebih simptom aura reversibel

2. Simptom aura berlangsung lebih dari 4 menit

3. Aura yang tidak berakhir lebih dari 60 menit

4. Nyeri kepala mengikuti dalam 60 menit setelah aura berakhir

Migren tipe lain

a. Migren with prolonged aura


Memenuhi kriteri migren dengan aura tetapi aura terjadi selama lebih dari 60 menit dan kurang
dari 7 hari.
b. Basilar migren (Menggantikan basilar artery migriane)
Memenuhi kriteria migren dengan aura dengan dua atau lebih gejala aura sevagai berikut :
vertigo, tinitus, penurunan kesadaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata,
disarteria, diplopia, parestesia bilateral, paresis bilateral atau penurunan derajat kesadaran.
c. Migraine aura without headache ( menggantikan migraine equivalent atau achepalic migraine)
Memenuhi kriteria migren dengan aura tetapi tanpa di sertai nyeri kepala
d. Childhood periodic syndromes yang bisa menjadi precursor atau berhubungan dengan migren
e. Benign paroxysmal vertigo of childhood
Episode disekuilibrium, cemas, seringkali nystagmus atau muntah yang timbul secara sporadis
dalam waktu singkat . Pemeriksaan neurologis normal Pemeriksaan EEG normal.
f. Migraine infraction (menggantikan complicated migraine)
Telah memenuhi kriteria migren dengan aura Serangan yang terjadi sama persis dengan
serangan sebelumnya, akan tetapi defisit neurologis tidak sembuh sempurna dalam 7 hari dan
atau pada pemeriksaan neuroimaging di dapatkan infrak iskemik di daerah yang sesuai.
Penyebab infark yang lain disingkirkan dengan pemeriksaan yang memadai.

Aura merupakan gejala fokal neurologi yang komplek dan dapat timbul sebelum, pada saat atau
setelah serangan nyeri kepala(2,4,5).

Serangan migren ada empat fase, antara lain :

1. Fase Prodrome : 1-24 jam, sebelum timbul nyeri kepala, tidak selalu timbul, biasanya sulit
dibedakan menjadi iritabel, hiperaktif atau depresi.

2. Fase aura : berlangsung 0-60 menit, dapat menjelang nyeri kepala atau dengan nyeri kepala.

3. Fase sefalgia : berlangsung 4-72 jam, biasnya 60% unilateral, dan dapat pindah kesisi lainnya.
Nyeri kepala Bilateral tidak dapat menyingkirkan diagnosa migren.

4. Fase postdrome : pasca gejala nyeri kepala, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.

Dapus :

1. Prof.DR. Mahar Marjono & Prof .DR. Priguna Shidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar, Edisi 12.
Dian Rakyat

2. Sylvia.A.Price & Lorraine M. Wilson.Patofisiologi , edisi 6 jilid 2 EGC

3. Perhimpunan dokter spesialis Saraf indonesia. 2006, Buku Pedoman Standar Pelayanan medik
(SPM) & Standar Operasional (SPO)

4. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajahmada University Press. Yogyakarta.

5. Burstein, R., Noseda, R., & Borsook, D. (2015). Migraine: multiple processes, complex
pathophysiology. Journal of Neuroscience, 35(17), 6619-6629.

6.

Anda mungkin juga menyukai