Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada hari senin, 12 mei 2020 pada pukul 10.00 hari rawat ke-2.
Pasien dengan identitas by. S beralamatkan surabaya, jawa timur. Pasien dengan usia 10
bulan dirawat di R.Bona 2. Pasien masuk RS dengan keluhan sesak nafas dan ada suara
mengi. Pasien di diagnosa dengan Bronkopneumonia.
Bronkopenemoni merupakan suatu peradangan paru yang menyerang dibronkoli
terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-
bercak konsolidasi dilobuli yang berdekatan (Nurarif dan Hardhi, 2013). Bronkopneumoni
merupakan suatu cadangan pada perenkim paru yang meluas sampai bronkeoli atau dengan
kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung
melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (sujono dan sukarmin,
2009). Bronkopneumoni adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi,
gelisah, dipsnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif
(Hidayat, 2011).
Bronkopneumoni biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran pernafasan bagian
atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkopneumonia mengalami tada dan
gejala yang khas seperti meggigil, demam, nyeri dada pleuritis, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan atot aksesorius dan bisa timbul sianosis. terdengar adnya kerkles
diatas paru yang sakit dan derdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh
eksudat) (Nurarif dan Hardhi, 2013). Berdasarkan laporan dari UNICEF dan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), pada tahun 2015 terdapat sekitar 20.000 anak balita di Indonesia
meninggal karena pneumonia. Gejala bronkopneumonia yang muncul dapat bervariasi mulai
dari ringan hingga berat tergantung penyebabnya. Selain itu, gejala bronkopneumonia bisa
mirip dengan gejala penyakit paru-paru lain, yaitu bronkitis atau bronkiolitis, sehingga
diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang berupa tes darah dan foto Rontgen oleh dokter,
untuk membantu membedakan kedua penyakit tersebut. Berikut beberapa gejala
bronkopnumonia pada anak: Batuk berdahak, Demam, Sesak napas atau napas menjadi cepat,
Menggigil, Dada terasa sakit,Rewel atau sulit untuk tidur, Kehilangan nafsu makan, Gelisah,
Muntah,Wajah terlihat pucat, Perubahan warna di bagian bibir dan kuku yang menjadi
kebiruan, Mengi.
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia adalah sebagai
berikut : Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres, Latihan
batuk efektif dan fisioterapi paru, pemberian oksigenasi yang adekuat, pertahankan
kebutuhan cairan, pemberian nutrisi yang adekuat (Hidayat, 2013). Hal ini disampaikan
peneliti Rahmawati, dkk, (2013) tindakan keperawatan dalam menjaga suhu tubuh biar stabil
kompres hangat  di bagian tubuh dan bisa di bagian frontal atau axsilla. Dan juga dengan
pemberian cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan. Dari Fadhila, (2013) diberikan O2
melalui sungkup resevior yaitu 6-10 1/menit untuk memberikan konsentrasi oksigen 60-
99%. Berdasaran penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti Suhartatik dan Sarmia,
(2014) bahwa jumlah balita yang menderita bronkopneumonia berulang dengan status gizi
normal sebanyak 6 balita (15%), sedangkan jumlah balita yang menderita bronkopneumonia
tidak berulang dengan status gizi normal sebanyak 18 balita (45%) dan jumlah balita yang
menderita bronkopneumonia berulang dengan gizi yang tidak normal 12 balita (30%)
sedangkan balita yang menderita bronkopeneumonia tidak berulang dengan status gizi yang
tidak normal sebanyak 4 balita (10%).

Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri dari claping,
vibrasi dan postural drainage. Tujuan dari fisioterapi dada ini adalah membuang sekresi
bronkial, memeperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernafasan (Hidayat,
2008). Claping adalah pukulan pada dinding dada dan punggung tangan dibentuk seperti
mangkuk dengan tujuan untuk melepaskan sekret yang melekat pada dinding (Asmadi, 2008).
Vibrasi adalah getaran kuat serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar
pada dinding dada klien, dengan tujuan meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan sekret mukus yang kental (Asmadi, 2008). Postural drainage adalah tehnik
pengaturan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi pulmonal pada area tertentu pada lobus
paru dengan pengaruh gravitasi. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir
klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan ketika klien menderita demam (Asmadi,
2008).

Kesimpulan :

Bronkopneumoni adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dipsnea,
nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2011).
Gejala bronkopnumonia yang muncul pada anak: Batuk berdahak, Demam, Sesak napas atau
napas menjadi cepat, Menggigil, Dada terasa sakit,Rewel atau sulit untuk tidur, Kehilangan
nafsu makan, Gelisah, Muntah,Wajah terlihat pucat, Perubahan warna di bagian bibir dan
kuku yang menjadi kebiruan, Mengi. Masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan
bronkopneumonia adalah : hipertermi, pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak
efektif, gangguan pola tidur, resiko hipovolemia, dan ansietas. Masalah keperawatan yang
ditemukan disesuaikan dengan intervensi yang akan dilakukan sehingga masalah
keperawatan bisa teratasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai