PENDAHULUAN
I.B. PERMASALAHAN
Bahwa dalam pengelolaan linen di rumah sakit sering dijumpai kendala-kendala-kendala seperti:
1. Kualitas linen yang tidak baik,dalam arti linen sudah kedaluwarsa dan tidak memenuhi
persyaratan
2. Hasil pencucian sulit menghilangkan noda berat seperti darah,bahan kimia,dan lain-lain.
3. Unit-unit pengguna linen tidak melakukan pembasahan terlebih dahulu terhadap noda yang ada
sehingga noda menjadi kering dan sulit dibersihkan pada saat proses pencucian.
4. Ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi dan linen kotor tidak terinfeksi.
5. Kurangnya koordinasi antara ruangan danbagian pencucian.
6. Kurangnya kemampuan dalam pemilihan jenis linen.
II.B.DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. 1 (satu) orang kepala urusan (karu) linen
2. 1 (satu) orang Penanggung jawab Penerimaan.
3. 1 (satu) orang Penanggung jawab Pencucian.
4. 1 (satu) orang Penanggung jawab Seterika/Pressing.
5. 1 (satu) orang Penanggung jawab Distribusi.
6. Anggota lainnya yang dapat membantu pelayanan linen.
Keterangan:
A. Ruang karyawan
B. Ruang penerimaan
C. Ruang dekontaminasi
D. Ruang pencucian
E. Ruang pengeringan
F. Ruang penyetrikaan
G. Ruang penyimpanan
H. Ruang distribusi
2. PRASARANA
a. Prasarana Listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik yang cukup besar terutama
untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering, dan alat sterika oleh sebab itu
dibutuhkan instalasi yang baik dengan jenis NYY dan harus disambung langsung dengan
panel utama atau Main Panel.
b. Prasarana Air
Air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di rumah
sakit atau 200 liter/tempat tidur/hari.Kebutuhan air untuk proses pencucian harus dengan
kualitas sesuai standar,yaitu :
1). Hardness (Calsium, Carbonate,Chloride) standar Baku Mutu : 0 – 90 ppm
2). Iron – Fe (besi) standar Baku Mutu : 0 – 0,01 ppm
c. Prasarana Uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses pencucian, pengeringan dan
setrika. Kualitas uap yang baik adalah dengan kekeringan minimum 70% dan temperature
ideal 70 oC.
3. PERALATAN DAN BAHAN CUCI
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan komposisi
dan kadar tertentu,agar tidak merusak bahan yang dicuci/linen, mesin pencuci, kulit petugas
yang melaksanakan dan limbah buangannya tidak merusak lingkungan. Peralatan yang ada di
pencucian antara lain :
a. Alkali yang berfungsi untuk meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan
emulsifier serta membuka pori linen.
b. Deterjen (sabun pencuci) mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat
asam secara global.
c. Emulsifier mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak
dan lemak.
d. Bleach (pemutih) berfun gsi untuk mengangkat kotoran/noda,mencerahkan linen
dan bertindak sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna (ozone) maupun
yang putih (Clhorine)
e. Sout (penetral) untuk menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pH nya
menjadi 7 atau netral.
f. Softener berfungsi untuk melembutkan linen dan digunakan pada proses akhir.
Ad.1Proses penerimaan linen kotor sendiri terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :
a. Petugas memakai alat pelindung diri (APD)
b. Jadwal Penerimaan Linen pukul 07.30 – 09.00
c. Linen kotor dari ruangan di bawah dengan kereta linen melalui pintu linen kotor
d. Linen kotor dari masing-masing ruangan ditimbang
e. Berat linen kotor dicatat di buku timbangan
f. Selain berat juga dihitung jumlah tiap macam linen oleh petugas penerimaan dan petugas
pengiriman linen.
Ad.2PEMILAHAN
1) Warna dan jenis
- Linen berwarna hijau (khusus kamar operasi)
- Linen putih, biru, hijau dan merah muda untuk semua ruangan
- Popok bayi
- Baju pasien
2) Jumlah dan jenis noda
- Linen kotor tidak terkena noda darah, debu dan minyak
- Linen kotor kena daerah yang sedikit.
- Linen kotor kena darah yang merata
- Linen kotor terkena bab/ bak
- Linen kotor dari penderita berpenyakit menular / linen infeksius
- Untuk memudahkan pencucian, linen berwarna didahulukan agar tidak pudar terkena
obat pemutih.
Ad.3Pencucian
Proses pencucian dapat dilakukan secara manual atau otomatis menggunakan mesin cuci yang
tersedia. Pencucian dengan mesin cuci sesuai tahap-tahap berikut :
1) Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD)
2) Linen Kotor infeksius direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
3) Linen kotor yang terkena darah sedikit/bab dicari bagian yang bernoda, disikat, hingga bersih.
4) Linen kotor kena darah merata, bab, minyak gosok
Linen semacam ini sudah disphoel di ruangan, agar tidak bau anyir disiram creolin, kemudian
disabun merata dan disikat, kemudian di bawa ke pencucian.
5) Setelah perendaman masukkan linen ke dalam mesin cuci dan dibilas 1 kali.
6) Masukkan sabun berturut – turut L9, L8, L13 sebanyak 450 – 500 ml untuk linen 60 kg. Untuk
linen putih tambahkan L13 sebanyak 100 ml untuk linen 60 kg. Terakhir masukkan pewangi
pakaian L14 sebanyak 200 ml untuk linen 60 kg.
7) Nyalakan mesin cuci selama 45 menit
8) Pembilas dilakukan sebanyak 4 kali
9) Setelah dibilas linen diperas dengan mesin pemeras.
10) Linen yang telah diperas dimasukkan ke mesin pengering sekaligus disterilisasi dengan uap
yang dihasilkan ketel uap / boiler
11) Setelah pengeringan selesai dilakukan maka siap untuk diseterika
12) Petugas mencuci tangan dengan antiseptic
Sabun yang digunakan adalah :
Lunix / L 8 untuk noda ringan dan linen berwarna
Lunix / L9 untuk noda berat dan linen putih
Lunix / L10 untuk noda berat dan linen putih
Lunix / L 13 untuk penetral berfungsi menjaga warna agar tidak pudar
Lunix / L14 untuk pewangi pakaian
Mesin cuci yang tersedia ada 5 unit khusus linen infeksius menggunakan 2 mesin cuci dan 3
unit untuk mencuci linen non infeksius.
Ad.4 PEMERASAN
Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada putaran tinggi selama sekitar 5-10 menit (airperasan
sampai tidak menetes lagi).
Ad.5 PENGERINGAN
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering yang mempunyai suhu sampai dengan 70 UUC selama
10 menit dengan tahapan sebagai berikut :
a. Buka pintu drum masukan cucian basah dan tutup pintu kembali.
b. Pilih program dengan menggunakan tombol “PAY” atau tombol waktu untuk mengatur lama
waktu pengeringan
c. Atur temperature sesuai kebutuan
d. Tekan tombil START,mesin otomatis akan berhenti pada : program P bila cucian telah kering.
Ad.7 PELIPATAN
a. Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapian juga mudah digunakan pada saat penggantian linen
dimana tempat tidur kosong.
b. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang masih baik dan sudah
rusak agar tidak dipakai lagi.
Ad.8PENYIMPANAN
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang baik dari bahaya
seperyo mikroorganisme dan pest,juga mengontrol posisi linen tetap stabil. Sebaiknyaposisi linen yang
terdapat diruang penyimpanan 1,5 par dan 1,5 par di ruangan-ruangan.Ada baiknya lemari
penyimpanan dipisahkan menurut masing – masing ruangan dan diberi obat ngengat yaitu kapur
barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan sebelum didistribusikan.
Ad.9 PENDISTRIBUSIAN
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu pencatatan linen yang
keluar.Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya yaitu 1,5 par yang
mengendap di penyimpanan harus dikeluarkan,sedangkan yang selesai di cuci disiapkan untuk
yang berikutnya,sehingga tidak ada pekerjaan yang menunggu setiap kali selesai
mencuci.Sedangkan linen yang berada di ruangan harus disimpan untuk di gunakan
kembali.Setiap linen yang dikeluarkan harus dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap
linen,nomor berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan,dengan pencatatan tersebut
dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang mengendap tidak digunakan.
BAB V
LOGISTIK
DANA
1. Pembiayaan operasional unit linen adalah dari anggaran operasional bagian urdal yang disusun dan
ditetapkan pada setiap tahun anggaran
2. Rencana anggaran tahunan diusulkan ke bagian urdal
3. Kebutuhan bahan kimia diajukan setiap minggu kedua setiap bulan dan diterima kiriman setiap
awal bulan berikutnya.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnya pasal 23
tentang kesehatan kerja,menyatakan bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat
kerja,khususnya tempat kerja yang berisiko bahaya kesehatan,mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan lebih dari sepuluh.
Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat berfariasi baik jenis maupun jumlahnya,sesuai
fungsi sarana kesehatan tersebut,semua pekerja dirumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu
berhubungan dengan bahaya potensial yang tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan,yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas kerja,beban kerja dan
lingkungan kerja,bila bahaya dilingkungan kerja tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi beban
tambahan bagi pekerjanya.Khusus untuk petugas rumah sakit di instansi pencucian menerima ancaman
kerja potensial dari lingkungan bila keselamatan kerja tidak diperhatikann dengan cepat.
2. Bahan Kimia
Sebagian besar dari bahaya di intalasi pencucian diakibatkan oleh zat kimia seperti
deterjen,desinfektan,zat pemutih dll.Tingkat risiko yang diakibatkan tergantung dari besar,luas dan lama
pemajanan.Walaupun zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang dan di batasi pemakaiannya,pemajan
terhadap bahan kimia yang membahayakan tidak dapat dielakan.Oleh karena itu sikap hati-hati
terhadap semua jenis bahan kimia yang dipakai manusia dan potensial masuk kedalam tubuh.Sebagian
dari informasi bahan kimia tersebut dapat di baca pada label kemasan dari produsennya yang lazim
disebut MSDSs.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Guna melihat keberhasilan kegiatan pengelolaan linen di Rumkital Dr. Ramelan, unit linen perlu
mengadakan pemantauan kegiatan pengelolaan linen dan evaluasi hasil pemeriksaan sarana dan
peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan linen. Dari pemantauan dan evaluasi harus dilihat:
Apakah dalam pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana/program.
Apakah mengalami kesulitan/hambatan-hambatan
Bila perlu dilakukan tindak lanjut dibuat usul atau saran berupa rekomendasi dari Unit
Linen.Pemeriksaan sarana dan peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan linen RSIA
SENTOSAmeliputi antara lain:
Bakteriologi dan jamur linen bersih
Perawatan berkala mesin-mesin yang terdapat di ruang pencucian
Untuk mengetahui tingkat kinerja pengelolaan linen di RSIA SENTOSAperlu dilakukan penilaian
secara obyektif dengan menggunakan metode dan instrument penilaian yang baku. Evaluasi
dilaksanakan secara terus-menerus berkesinambungan dan dilihat dari aspek masukan, proses dan
keluaran, sehingga mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kriteria Evaluasi
a. Aspek Masukan/struktur
Tersedianya pedoman pengelolaan linenRSIA SENTOSA.
Tersedianya SOP linen
Mekanisme prosedur dan unit kerja linen
Adanya kelompok kerja pelaksanaaan dan atau personel yang bertanggung jawab melaksanakan
pengelolaan linen.
Adanya program kerja unit linen RSIA SENTOSA.
Adanya dana dan sarana untuk program dan kegiatan pengelolaan linen RSIA SENTOSA.
b. Aspek Proses
Dilaksanakannya program dan kegiatan unit linen agar sesuai dengan perencanaan antara lain:
Upaya penilaian mutu yang melekat dalam pelayanan unit linen
Ada upaya perbaikan dan peningkatan mutu secara terus menerus yang dibina oleh Kaur Linen
c. Aspek Keluaran
Terdapat hasil pencatatan kegiatan yang sah dan bisa dilaporkan kepada yang berwenang
Terdapat rencana lebih lanjut untuk tindak lanjut dari hasil temuan/penilaian mutu pelayanan
dengan berbagai indicator yang ditetapkan.
BAB VIII
PENUTUP
Pedoman kerja unit linen RSIA SENTOSA telah disusun dan ditetapkan sebagai acuan dan
pedoman bagi anggota unit linen dalam melaksanakan pengelolaan linen di RSIA SENTOSA. Pedoman
ini merupakan pokok-pokok yang perlu dikembangkan agar dapat dijadikan pegangan oleh semua
petugas unit kerja RSIA SENTOSA yang terkait.
Guna mewujudkan maksud tersebut pedoman dilengkapi dengan SOP linen RSIA SENTOSA,
dengan harapan unit kerja dapat melaksanakan sesuai dengan visi, misi, falsafah dan tujuan.Pedoman
dapat diperbaiki sesuai kebutuhan dan perkembangan di RSIA SENTOSA untuk itu diterapkan partisipasi
semua pihak bagi penyempurnaannya.
Harapan kami semoga pedoman ini dapat menjadi salah satu sarana bagi RSIA SENTOSA dalam
upaya meningkatkan kinerja layanan melalui unit linen.Semoga Tuhan senantiasa memberkati dan
menyertai pelayanan kita di RSIA SENTOSA.
dr.Alodia Aurora F