Anda di halaman 1dari 17

A.

Latar Belakang

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar
kesehatan pda ibu pada masa nifas yaitu paling sedikit 4x kunjungan pada masa nifas, yaitu
kunjungan pertama 6-8 jam post patum, kunjungan kedua 6 hari post patum, kunjungan ketiga 2
minggu post partum, dan kunjungan keempat 6 minggu post partum (Suherni dkk, 2008; h.3).

Menurut data world Health Organization ( WHO )tahun 2012, sebanyak 99 % kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian
ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100
ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju
dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu ( AKI ) akibat
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post
partum(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id)

Departemen kesehatan Republik Indonesia menargetkan angka kematian ibu pada tahun 2010
sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang pertahun. Faktor langsung penyebab
tingginya AKI
adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan postpartum. Selain itu ada keracunan kehamilan
(24%), infeksi (11%),dan partus lama atau macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi
pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Dalam mencapai upaya
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) maka salah satu upaya promotif dan salah
satu prefentif yang nulai gencar dilakukan adalah kelas ibu hamil
(http://www.scribd.com/Depkes-RI, 2010).

AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang
dilaporkan di provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178
kasus. Terjadi peningkatan yang signifikan dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 152 kasus.
Penyumbang kematian terbanyak adalah Kota Bandar Lampung Lampung dengan kasus
perdarahan ( 23% ), infeksi ( 2% )( Profil Dinkes Lampung, 2012)
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak tertangani akan
menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi dari jalan lahir,
infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50 %.
(http://anakbayi.com)

Diperkirakan bahwa 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Secara nasional
menurut Purwanto (2001), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7%
diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian asuhan pada masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi lainnya pada masa nifas utamanya dengan
ruptur pada perineum dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan antara lain
perawatan perineum secaraintensif.(http://mislamegarezkybonel 1990.blogspot.com/2012/02/)

Berdasarkan hasil prasurvey di BPS Martini Amd.Keb Raja Basa Raya Bandar Lampung,data
yang di peroleh dari bulan Januari-Mei 2013 terdapat 39 ibu bersalin,15 diantaranya mengalami
luka pada perineum dan 8 yang mengalami rupture derajat III.
Dan hasil survey di BPS Nurmala Dewi S.ST Raja Basa Raya Bandar Lampung, data yang
diperoleh dari bulan Januari-Mei 2013 terdapat 89 ibu bersalin, dan dari 89 yang bersalin
terdapat 30 yang mengalami luka pada perinem derajat I dan II.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum, di BPS Ny.Martini Raja Basa Raya Bandar
Lampung, karena masih tingginya jumlah ibu nifas yang mengalami luka perineum di BPS
Ny.Martini Bandar lampung.

Luka perineum
A. Luka perineum
1. Pengertian
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah
karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Rukiyah,2010;
h.361)
Rupture adalah robek. dan perineum merupakan area berbentuk belah ketupat bila di lipat dari
bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital di anterior dan region anal di posterior oleh garis
yang menghubungkan tuberositasiskia secara horizontal.
Dapat di simpulkan bahwa rupture perineum merupakan robekan jalan lahir baik di sengaja
ataupun tidak untuk memperluas jalan lahir.
2. Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu di lahirkan
kejadian laserasi akan meningkat jika bayi di lahirakan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin
kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan
kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala
bayi pada diameter 5- 6 cm tengah membuka vulva
(crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati
introitus dan perineum dapat mengurangi terjadinya robekan. Bimbingan ibu untuk meneran dan
istirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya.(Winkdjosastro,2008; h.46)
3. Penyebab laserasi perineum
a. Penyebab maternal laserasi perineum
1) Partus presipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak di tolong (sebab paling sering)
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3) Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
4) Edema dan kerapuhan perineum Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
5) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala
bayi ke arah posterior
6) Perluasan episiotomy.
b. Faktor-faktor janin
1) Bayi yang besar
2) Posisi kepala yang abnormal
3) Kelahiran bokong
4) Ekstrasi forceps yang sukar
5) Distosia bahu
6) Anomali kongenital seperti hidrosepalus.
(Oxorn,2010; h.451)
4. Tingkatan Robekan Perineum
a. Tingkat I
Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa atau mengenai kulit
perineum sedikit.
b. Tingkat II
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina juga mengenai
muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
c. Tingkat III
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot –otot sfingter ani.
d. Tingkat IV
Mukosa vagina, komisura posterior, Kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani, dinding
depan rectum. (Sulistyawati,2010; h.181)

5. Luka perineum
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu :
a. Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara almiah karena
proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Biasanya ruptur bentuknya
tidak teratur sehingga jarinagn yang robek sulit dilakukan jahitan.(Rukiyah,2010; h.361)
b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perinium untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan tepat sebelum kepala bayi lahir. (Rukiyah, 2010; h.361)

6. Melakukan penjaitan luka episiotomi


a. Prinsif penjaitan Perineum
1) Patuhi teknik asptik dengan cermat
2) Menggunakan sarung tangan ekstra di atas sarung tangan steril yang telah digunakan
sebelumnya.
3) Mengatur posisi kain steril di area rektum dan di bawahnya sampai di bawah ketinggian meja
untuk mengupayakan area yang tidak terkontaminasi jika benang jatuh.
b. Pencegahan trauma yang lebih lanjut tidak perlu pada jaringan insisi.
c. Angkat bekuan darah dan debris sebelum penjaitan luka. Apabila debris dan bekuaan darah ikut
terjait dapat dijadikan sebagai tempat bagi kuman untuk berkebang biak.
d. Pastikan hemostatis yang terlihat sebelum penjahitan luka. Hal ini menghindari pembentukan
hematom yang secara keseluruhan dapat mengganggu proses perbaikan.
e. Penyatuan jaringan yang akurat menutup semua kemungkinan adanya ruang sisa.

Jenis dan ukuran benang untuk penjaitan luka perineun


a. Cat gut Kromik 4-0.
1) Pebaikan dinding anterior rektum pada raserasi derajat 4.
2) Perbaikan raserasi klitoris.
3) Perbaikan di tempat lain apabila memerlukan benang yang sangat halus.
b. Cat gut kromik 3-0.
1) Perbaikan mukosa vagina.
2) Jahitan subkutan.
3) Jahitan subkutikula.
4) Perbaikan laserasi periuretra.
c. Cat gut kromik 2-0.
1) Perbaikan singter ani ekstra.
2) Perbaaikan laserasi serviks.
3) Perbaikan laserasi dinding vagina lateral.
4) Jahitan dalam terputus-putus pada otot pelvis

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih ukuran diameter benang adalah bahwa otot
memerlukan benang yang lebih kuat. Semakin besar nomor benang maka semakin halus benang
(4-0, 6-0, 8-0). Semakin kecil nomor benag maka semakin berat benang dan semakin kuat
tegangan benang (2-0, 1-0).
(Sulistyawati, 2010; h.184-185)

7. Penjahitan laserasi derajat II dan episiotomi.


Tujuan dari dilakukannya penjahitan pada laserasi perineum adalah menyatukan kembali
(mendekatkan) jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostatis). Setiap dilakukan penusukan jarum saat menjahit, kita sama saja membuat suatu luka
baru pada jaringan, oleh karena itu upayakan jahitan sesedikit mungkin namun dengan hasil
perapatan jaringan semaksimal mungkin.
a. Teknik Jahitan Jelujur
Keuntungan teknik jahitan jelujur.
1) Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis simpul).
2) Tidak terlalu nyeri karena sedikit benang yang digunakan.
3) Menggunakan lebih sedikit jahitan.

Persiapan Penjahitan.
a. Bantu pasien mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur atau
meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarganya untuk memegang
kaki pasien sehingga tetap berada dalam posisi litotomi.
b. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong pasien.
c. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga parineum dapat terlihat lebih jelas.
d. Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, berikan anestesi lokal dan
jahit luka.
e. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
f. Pakai sarung tangan DTT dan steril.
g. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan DTT untuk penjahitan.
h. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan
dilakukan tanpa kesulitan.
i. Gunakan kain kassa DTT untuk menyeka vulva, vagina, dan perineum pasien. Bersihkan dengan
lembut sambil menilai luas dan dalamnya luka.
j. Periksa vagina dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi merupakan laserasi derajat
satu dan dua. Jika laserasinya dalam atau luka episiotominya meluas, periksa lebih jauh dan
pastikan bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukan jari yang sudah bersarung
tangan ekstra ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut secara perlahan untuk
mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, pasien
mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus segera dirujuk.
k. Lepas sarung tangan ekstra yang tadi telah digunakan untuk memeriksa rektum, lalu buang.
l. Berikan anestesi lokal.
m. Sikapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan benang cat
gut kromik no, 2-0 atau 3-0.
n. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, lalu jepit jarum tersebu

B. Perawatan Luka Perinium


1. Pengertian perawatan luka perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan
spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat. Perineum adalah daerah antara kedua belah
paha yang dibatasi oleh vulva dan anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah perineum yang
terdapat laserasi luka jalan lahir/ episiotomi.
2. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan.
Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan perineum dan memberikan rasa nyaman
pada pasien. (Maryuni,2011; h.696)
3. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat
dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).

4. Waktu Perawatan
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektu akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Perawatan perinium dengan laserasi selama 10 hari, yaitu :
a. Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehinga tidak
bergeser.
b. Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari penyebaran infeks dari anus ke
vagina.
c. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area perineum setelah defekasi.
Keringkan dengan air pembalut atau ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke anal.
d. Jangan dipegang samapi area tersebut pulih.
e. Raasa gatal pada area sekitar jaahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan.
Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman, atasi dengan mandi berendam air hangat atau
kompres dingin dengan kain pembalut yang telah diinginkan.
f. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah
tersebut.
g. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah disekitar perinium.
Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak
perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan
kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
http://books.google.co.id/books/about/Buku_Ajar_Asuhan_Kebidanan_Nifas_Normal.html?
id=ZkPup-5Ozy8C&redir_esc=y
5. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
Obat-obatan
1) Steroid
Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan Menggangu respon inflamasi normal.
2) Antikoagulan
Dapat menyebabkan hemoragi.
b. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka.Salah satu sifat
genetic yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat di hambat, sehingga
dapat menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
c. Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan
sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan
antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan kerak
telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka. ikan protein-kalori. (Rukiyah,2010; h.361-362)

6. Tindakan Perawatan Luka


a. Alat- alat dan bahan
1) Botol
2) Baskom dan gayung atau shower air hangat
3) Handuk bersih
4) Air hangat
5) Pembalut nifas
6) antiseftik
b. Persiapan pasien
1) Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
2) Jaga privasi pasie
3) Beri posisi dorsal recumbent.
c. Tindakan
1) Mencuci tangan
2) Mengisi botol plastic yang dimiliki dengan air hangat
3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakkan
pembalut tersebut ke dalam kantung plastic.
4) Berkemih dan BAB ke toilet.
5) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
7) Pasang pembalut dari depan ke belakang.
8) Cuci kembali tangan.
d. Evaluasi
1) Perineum tidak lembab
2) Posisi pembalut tepat
3) Ibu merasa nyaman (Rukiyah,2010; h.364)

7. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium


Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembang biakan
bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada
jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun
infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post
partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (http://Perawatan Luka Perineum)

C. Penyembuhan luka perineum


1. Pengertian Luka
Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud, 1999 :
905).
Luka adalah belah (pecah, cidera, lecet) pada kulit karena kena barang yang tajam (Depdikbud,
1999 : 605).
Jadi penyembuhan luka adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya
kerusakan atau disintegritas jaringan kulit.
Nyeri pada luka jahitan akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot, namun semakin
sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut
bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka
menjadi tidak lancar.
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dananak/2010/06/25/)

2. Fase – Fase Penyembuhan Luka


Fase – fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002 : 490) adalah sebagai berikut:
a. Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Respons vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cedera.
Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuanfibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk
mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh
vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karena
norepinefrin dirusak oleh enzim intraselular. Juga, histamin dilepaskan, yang
meningkatkanpermeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein,
elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.
b. Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-
sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang
merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3 % sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir
bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80%
kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses
metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
c. Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka. Jaringan parut tampak
besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan
dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti
ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak
pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.

3. Bentuk-bentuk Penyembuhan Luka


Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan
melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga.
a. Penyembuhan melalui Intensi Pertama (Penyatuan Primer). Luka dibuat secara aseptik, dengan
pengrusakan jaringan minimum, dan penutupan dengan baik, seperti dengan suture, sembuh
dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui instensi
pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.
b. Penyembuhan melalui Instensi Kedua (Granulasi). Pada luka dimana terjadi pembentukan pus
(supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan
membutuhkan waktu lebih lama.
c. Penyembuhan melalui Instensi Ketiga (Suture Sekunder). Jika luka dalam baik yang belum
disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang
berlawanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/23/konsep-penyembuhan-luka
4. Evidance based
1). Mobilisasi mempercepat penyembuhan luka perineum

Dari data Penelitian yang didapatkan di Rumah Sakit Bersalin Paradise Simpang Empat Kabupaten Tanah
Bumbu Yang dilakukan oleh (meiharwati Tuti, 2017) sebagian besar (55%) dari responden adalah
kelompok yang melakukan mobilsasi dini, sedangkan hampir setengahnya (45%) dari responden adalah
kelompok tidak melakukan mobilisasi dini. Dari data yang didapatkan di Rumah Sakit Bersalin Paradise
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu sebagian besar (60%) dari responden yang termasuk
penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi, sedangka hampir setengahnya (40%) dari
responden yang termasuk proses penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi yang tidak
sembuh. Terdapat hubungan yang sangat erat dengan Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan Proses
Penyembuhan Luka Ruptur Perineum pada fase proliferasi di RSB Paradise Simpang Empat Kabupaten
Tanah bumbu di buktikan dari hasil uji statistik p value 0.000. Luka perenium di definisikan sebagai
adanya robekan jalan lahir maupun karena episiotomi pada saat melahirkan janin. Robekan pereniun
terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada perslinan berikutnya.
Perenium adalah merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul, yang terletak antara vulva dan
anus. Perenium terdiri dari otot dan fascia urogenetalis seta diafragma pelvis (Winkjosastro,H
2007).Setelah kelahiran, vagina dan perineum tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa
derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama
pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang
menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun
dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pasca partum. Ruang vagina selalu sedikit lebih
besar dari pada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan pengencangan otot perineum akan
mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya.
Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari (Saleha,S 2010).
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit, untuk aktualisasi diri dan percepatan kesembuhan luka. banyak manfaat dari mobilisasi
dini diantaranya mengurangi pengeluaran lokia dan mengurangi infeksi perineum. Selain itu dapat juga
memperlancar sirkulasi darah, membantu proses pemulihan dan mencegah terjadinya infeksi yang
timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga pedarahan lebih lanjut.Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa mobilisasi dini yang baik dapat membantu
penyembuhan luka perineum dengan cepat dikarenakan mobilisasi dini atau pergerakan segera yang
dilakukan ibu post partum memperlancar sirkulasi darah membantu pemulihan dan mencegah
terjadinya infeksi.

2. Senam kegel dapat mempercepat penyembuhan luka perineum


Hasil penelitian di Puskesmas Kalitengah Lamongan Oleh (eko diah, 2015) diperoleh bahwa latihan kegel
yang diberikan kepada ibu postpartum didapatkan ada perbedaan tingkat penyembuhan luka perineum
pada ibu postpartum yang diberikan latihan kegel dan yang tidak diberikan latihan kegel. Dimana ibu
postpartum yang melakukan latihan kegel memiliki tingkat penyembuhan luka perineum cepat
dibandingkan yang tidak melakukan latihan kegel. Hal ini didukung oleh hasil analisis dengan uji Mann
Whitney dimana nilai Asymp.(2-tailed) = 0,001 ( < 0,05) maka H1 diterima artinya terdapat perbedaan
tingkat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Puskesmas Kalitengah Lamongan yang melakukan
senam nifas latihan kegel dan tidak melakukan latihan kegel. latihan kegel merupakan gerakan-gerakan
yang berguna untuk mengencangkan otot-otot, terutama otot-otot perut yang menjadi longgar setelah
kehamilan (Eileen Brayshaw, 2008). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
persalinan, secara teratur setiap hari namun bergantung pada keadaan pasien apabila pasien masih
dalam keadaan normal setelah beberapa jam istirahat boleh memulai senam. latihan kegel dapat
membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki tonus otot pelvis dan peregangan otot abdomen,
dan juga memperkuat otot dasarpanggul setelah melahirkan (Eileen Brayshaw, 2008). latihan kegel akan
mengakibatkan kontraksi dan relaksasi otot- otot dasar panggul sehingga membantu ketidaknyamanan
perineum serta meningkatkan sirkulasi lokal, mengurangi edema dan mempercepat penyembuhan luka
perineum (Bahiyatun, 2009), sehingga latihan kegel akan efektif dalam mempercepat penyembuhan
luka perineum. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Heny Prasetyorini pada
tahun 2014 terdapat 20% hingga 50% dari 200 ibu postpartum melakukan senam nifas termasuk kegel
exercise berarti ini membuktikan bahwa senam nifas aman dilakukan untuk ibu postpartum dalam
mempercepat penyembuhan luka perineum, . hal ini sesuai hasil penelitian dari Marie (2003) bahwa
terdapat peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok yang diberikan perlakuan pelvic
muscle exercise (latihan kegel) sehingga memungkinkan dapat mempercepat penyembuhan luka
perineal akibat episiotomy maupun rupture spontan saat persalinan.
3. Jus nanas dapat mempercepat penyembuhan luka Perineum
Hasil penelitian Yanh dilakukan oleh (darmining rahayu, 2015) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
derajat penyembuhan luka perineum antara kelompok eksperimen dan kontrol (p<0,05). Nilai rata-rata
derajat penyembuhan luka perineum pada kelompok eksperimen mencapai 3,74 lebih tinggi daripada
rata-rata derajat penyembuhan luka perineum pada kelompok kontrol yang hanya mencapai 1,96. Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Sesuai dengan pendapat Mochter (1998) ibu nifas
sebaiknya banyak makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan dan tidak ada batasan cairan yang masuk. Buah-buahan mengandung berbagai vitamin dan
mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh terutama
mempercepat involusi uterus.Kemampuan jus nanas dalam mempercepat penyembuhan luka perineum
ini karena adanya kandungan enzim bromelain pada jus nanas. Enzim ini berperan pada fase inflamasi
pada proses penyembuhan luka. Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Potensi
bromelin sebagai antinyeri, antiedema, debridement (menghilangkan debris kulit) akibat luka bakar,
mempercepat penyembuhan luka, dan meningkatkan penyerapan antibiotik, sangat bermanfaat dalam
penyembuhanpascaoperasi (Orsini, 2006).Herdyastuti (2006) menyatakan enzim bromelain memiliki
kemampuan untuk menguraikan protein menjadi asam amino. Bromelain berkhasiat membantu
pencernaan makanan, anti inflamasi, mengangkat sel-sel kulit yang mati serta penyakit kulit seperti
gatal-gatal, eksim dan kudis. Jus nanas mengandung pektin, vitamin C, dan enzim bromelin yang
berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit dan memperlancar peredaran darah dan berkhasiat untuk
proses penyembuhan luka. Artinya mengkonsumsi jus nanas dapat mempercepat penyembuhan luka
perineum.

4. Konsumsi makanan protein hewani dapat mempercepat penyembuhan luka Perineum


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (purwaningsih, tahun 2016), terdapat hubungan konsumsi
makanan protein hewani pada ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum di Wilayah Kerja
Puskesmas Klaten Tengah dengan melihat nilai p value 0,001 < 0,05. Dari 34 responden yang diteliti,
yang mengkonsumsi makanan protein hewani dan mengalami penyembuhan luka perineum baik
sebanyak 24 responden (88,9%). Seperti yang dikemukakan oleh (Almatsier, 2009), protein mempunyai
fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. Setiap sel di dalam tubuh mengandung protein, baik sebagai suatu bagian membran sel
itu sendiri maupun dalam sitoplasma sel. Protein merupakan zat penting untuk struktur dan fungsi
tubuh serta penting untuk sintesis dan pembelahan sel yang sangat vital untuk penyembuhan luka.
5. Personal hygiene dapat membantu penyembuhan luka perineuDari hasil analisis bivariat Penelitian
yang di lakukan oleh (M imron, 2014)menunjukkan hubungan yang signifikan antara personal hygiene
terhadap percepatan kesembuhan luka perineum pada ibu post partum di RSIA Pertiwi Makassar karena
p<α 0.05. Maka hipotesis dinyatakan diterima karena ada hubungan positif antara personal hygiene
terhadap percepatan kesembuhan luka perineum pada ibu post partum di RSIA Pertiwi Makassar.
Demikian pula odds. Rasio 88.0 menunjukkan bahwa personal hygiene yang cukup berpeluang 88.0 kali
percepatan kesembuhan luka perineum lebih cepat jika dibandingkan dengan personal hygiene ibu yang
kurang baik.Penyembuhan luka pada ibu pasca bersalin dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
mobilisasi dini, nutrisi, dan perawatan perineum ( kebersihan diri) (Anggraeni, 2010). Hasil penelitian ini
didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Rahma Windi Hapsari (2010) yang menyatakan bahwa
dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke
keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka
ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/ health education seperti personal hygiene, istirahat dan
tidur. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas, salah satunya adalah kebersihan diri atau
personal hygiene. Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur
minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu
harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik
(PK/ Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga
kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.Luka
perineum akibat episiotomi, rupture serta laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga
agar tetap bersih dan kering, tindakan membersihkan vulva dapat memberi kesempatan inspeksi
seksama daerah perineum. Pada masa post partum seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu,
menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi, anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungannya. Sering membersihkan area perineum dengan air
hangat yang dialirkan (dapat ditambah dengan larutan antiseptik) ketas vulvahingga perineum setelah
berkemih atau defekasi. Ajari ibu cara membersihkan genitalianya dengan sabun dan air bersih setiap
kali setelah berkemih dan defekasi, sebelum dan sesudah membersihkan genitalia ibu harus
membersihkan tangan sampai bersih (Bahiyatun, 2009).
6. Air daun sirih dapa membantu mempercepat penyembuhan luka perineum
Penelitian efektifitas pemberian air daun sirih (piper betle l) terhadap kecepatan penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum yang dilakukan oleh (Rini aggreani, 2018), didapatkan p value = 0,000
dengan nilai α=005 (p>α) yang artinya terdapat perbedaan rata – rata percepatan penyembuhan luka
perineum pada Ibu post partum antara kelompok yang diberikan air daun sirih dan kelompok kontrol,
pada kelompok intervensi percepatan penyembuhan luka perineum lebih cepat sembuh dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Pemberian air daun sirih pada ibu post partum yang berjumlah 15 responden
(50%) yaitu ibu diberikan konseling tentang cara perawatan luka mengunakan air daun sirih yaitu
mencuci tangansebelum menyentuh luka dan apabila sudah buang air kecil dan buang air besar, cuci
kemaluan dengan air bersih setelah bersih basuhkan air daun sirih kemudian jangan dibasuh
mengunakan air lagi, setelah diberikan konseling tentang perawatan luka ibu dianjurkan untuk
perawatan luka sendiri dirumah sampai luka sembuh. Kandungan kimia dan sifat-sifat kimia daun sirih
yang terdiri dari hidroksi chavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol memiliki daya
pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol biasa. Chavicol adalah salah satu komponen yang terkandung
dalam sirih yang dapat berfungsi sebagai antiseptik. Kandungan daun sirih hijau adalah minyak atsiri
yang mengandung anatara lain chavicol dan chavibetol, yaitu senyawa yang mempunyai khasiat
antiseptik. Khasiat antiseptik itu diduga erat berkaitan dengan pemakaiannya sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri pada luka (Arifin, 2008 dalam Celly 2010). Daun sirih mengandung saponin yang
memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka
(Suratman 1996 dalam

Celly, 2010)

Anda mungkin juga menyukai