2, April 2019
Abstract
Disruption of terrorism was a serious thing that threatens the life of nationalism in Indonesia.
This disorder must be responded quickly and precisely as soon as possible. This article aimed
to formulate one of the steps that could be taken, namely by building relevant Christian
political ethics. The method used was descriptive analysis of various related literature that
addresses this theme. In conclusion, Christian political ethics that have to be practiced by
Christians is to develop an open understanding of "the other", including developing
neighbouring theology.
Abstrak
Gangguan terorisme merupakan hal yang serius mengancam kehidupan berbangsa di
Indonesia. Gangguan ini harus direspon dengan cepat dan tepat sesegera mungkin. Artikel ini
bertujuan untuk merumuskan salah satu langkah yang bisa dilakukan yakni dengan
membangun etika politik Kristen yang relevan. Metode yang digunakan adalah deskriptif
analisis pada berbagai literaur terkait yang membahas tema ini. Kesimpulannya, etika politik
Kristen yang harus diamalkan orang Kristen yaitu membangun pemahaman terbuka terhadap
“sang liyan”, termasuk mengembangkan teologi pertetanggaan.
Bila ada yang bertanya tentang apa demokrasi merupakan suatu proses
yang menjadi motivasi berbagai tindakan membuka peluang untuk kebebasan dan
kesetaraan di antara para warga negara
terorisme? Jawaban atas pertanyaan ini sulit
sehingga mereka dapat menentukan diri
ditemukan dengan mudah. Kebanyakan
mereka sendiri sebagai sebuah komunitas
orang hanya dapat menduga-duganya saja;
politis. Namun dari segi faktual demokrasi,
motifnya tentu terkait persoalan agama.
gangguan terorisme menghasilkan banyak
Mengikuti Trutz von Trotha dan Wolfgang
risiko dan para warga semakin sadar akan
Huber, F. Budi Hardiman menggunakan
risiko tersebut. Sebagai contoh, hal ini
istilah “kekerasan sebagai ibadah”. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya gagasan bahwa ditunjukkan kita dapat meninjau kembali
seberapa jauh perbedaan antara masyarakat
para pelaku bom bunuh diri meyakini
di zaman Orde Baru dan demokratisasi
tindakan kekerasan yang mereka lakukan
sekarang.
sebagai tindakan martir untuk memurnikan
Harus diakui bahwa dengan dibuka-
dunia dari kekafiran. Motivasi demikian
nya pintu kebebasan dan kesetaraan melalui
diyakini merupakan salah satu bentuk
demokratisasi, situasi telah berubah drastis.3
ibadah kepada Allah. Selain itu, mereka
juga meyakini bahwa melalui tindakan Perbedaan pendapat menjadi hal biasa
tersebut, mereka akan diterima sebagai dalam politik. Melalui proses demikian,
orang benar di Surga. Bila dirunut dari sisi berbagai risiko mulai direproduksi dan
demikian bukan merupakan sesuatu yang komunikasi sosial dan politik pun menjadi
baru. Hal ini dapat kita rujuk sebagaimana tidak terduga. Hardiman juga menunjukkan
teror dalam Perang Salib dan Perang Tiga dari berbagai kecanggihan jaringan,
perang kecil global dapat dilihat sebagai terlebih dahulu. Bila dirunut, politik
radikalisasi kekerasan-kekerasan merupakan seni yang bersangkut-paut
terglobalisasi lainnya yang sudah ada dengan proses pengambilan keputusan oleh
sebelumnya, contohnya bandar-bandar orang-orang yang berbeda-beda
narkoba, perdagangan manusia, sindikat kepentingannya, di mana pengambilan
organ-organ manusia, penyelundupan keputusan ini menyangkut masa depan
senjata.4 Bila ditelusuri, berbagai kekerasan orang banyak.5 Etika politik merupakan
global tersebut telah bekerja dalam jejaring kaidah-kaidah moral yang dipertimbangkan
global yang sulit dikontrol dalam berbagai dalam proses pengambilan keputusan.
batas negara. Oleh karenanya, hal ini Pengambilan keputusan di sini tidak
memproduksi dan mendistribusi risiko senantiasa bersifat formal, tetapi lebih
terorisme juga terjadi secara global. banyak berupa warisan kegiatan-kegiatan
Berpijak pada berbagai kompleksitas mental yang berjalan secara operatif.
terorisme demikian, penulis mengajukan Sedangkan, terorisme dipahami sebagai
rumusan masalah yaitu bagaimana rumusan paham atau ideologi yang memproduksi
etika politik Kristen yang relevan dalam era berbagai tindakan teror. Pelaku yang
gangguan terorisme? Dalam hal ini, etika mengolah paham atau ideologi tersebut
politik dirasa penting. Hal itu dikarenakan disebut teroris. Tindakan teror sendiri
etika politik Kristen menentukan orientasi dikategorikan sebagai aksi hasil produksi
dan tindakan yang dapat dilakukan orang penyemaian terorisme. Tindakan ini biasa
Kristen dalam menanggapi berbagai dilakukan dengan bom dan senjata.
gangguan terorisme di Indonesia. Oleh
METODE PENELITIAN
karenanya, orang Kristen perlu merumuskan
Artikel ini merupakan penelitian
etika politiknya. Hal ini dilakukan dengan
dengan pendekatan kualitatif yang bersifat
melihat berbagai pendekatan etika politik
kajian literatur. Metode yang digunakan
pada kurun waktu sebelumnya, di antaranya
adalah deskriptif analitis, yaitu mengajukan
masa lalu dan reformasi. Sebelum penulis
berbagai sumber literature seperti buku dan
menjawab rumusan masalah tersebut, kita
jurnal yang terkait dengan tema ini dan
perlu memahami dua istilah kunci (politik
menganalisisnya secara mendalam sehingga
dan etika politik) dan beberapa pemahaman
menghasilkan sebuah refleksi etis atas
kunci berkaitan terorisme, teroris, dan teror
4 5
F. Budi Hardiman, Demokrasi Dan Sentimentalitas: Emanuel Gerrit Singgih, Iman Dan Politik Dalam
Dari “Bangsa Setan-Setan”, Radikalisme Agama, Era Reformasi Di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung
Sampai Post-Sekularisme, 125. Mulia, 2004), 27.
membangun kepekaan terhadap penderitaan siapa yang menjadi pelaku aksi terorisasi.
rakyat, dan bukan hanya sensitif terhadap Dugaan ini tidak boleh dikembangkan
penderitaan warga gereja saja. Kedua, dengan memandang siapapun negatif,
menjaga jarak tertentu dengan pemerintah terutama mereka yang kita anggap sebagai
dan negara. Hal ini perlu diiringi dengan “yang lain” dengan nada negatif. Pekerjaan
adanya kesadaran bahwa orang Kristen di rumah yang perlu dikembangkan pada
Indonesia telah hidup di bawah konteks gangguan terorisme yaitu
pemerintahan dan negara tertentu. Meskipun memegang dan mengamalkan pemahaman
demikian, orang Kristen tidak dapat terlalu yang utuh dan terbuka mengenai “yang lain”
mengandalkan pemerintah atau negara. (the other). Pemahaman “yang lain” yang
Sikap ini pun perlu diiringi dengan terbuka dapat dikembangkan sebagai
keyakinan bahwa hidup kita tidak fondasi etika politik di era gangguan
sepenuhnya ditentukan oleh negara, terorisme di Indonesia. Mengapa dapat
melainkan Tuhan. Oleh karenanya, kita juga terjadi demikian? Kata kunci keterbukaan
perlu berani dan dengan tegas mengatasi memandang “yang lain” yaitu melihat
berbagai perasaan minorty complex. Ketiga, mereka sebagai sesama. Kalau ada yang
setelah kita melakukan dua hal tersebut, kita tidak baik itu bukan karena agamanya
juga diharapkan memiliki sebuah gambaran demikian, melainkan “oknum”. Bahkan,
teologis yang kuat dan terbuka mengenai tidak menutup kemungkinan terjadi
“yang lain”. Dalam hal ini, orang Kristen suburnya budaya ketidakkonsistenan.20
juga perlu memandang “yang lain” dengan Ketidakkonsistenan di sini menunjuk pada
semangat penerimaan dan pengakuan kesenjangan wacana antara pergaulan yang
terhadap kemajemukan agama-agama lebih luas dengan mereka yang lain dan
sebagai bagian yang penting dalam realita. pergaulan di kalangan sendiri. Bisa saja
Secara spesifik, Singgih, dengan mengikuti seorang tokoh agama dikenal di dalam
gagasan Kosuke Koyama, menawarkan masyarakat umum sebagai tokoh yang
alternatif konsep teologi pertetanggaan yang terbuka dan positif terhadap agama lain
dapat mendorong orang Kristen untuk karena ceramah-ceramah yang mengikuti
bersahabat dan bergaul dengan orang prinsip kerukunan beragama yang telah
beragama lain.19 ditentukan oleh pemerintah, namun dapat
Berbagai gangguan terorisme yang berbicara sangat negatif, bahkan membuat
kian terjadi menimbulkan banyak dugaan karikatur mengenai agama lain begitu dia
19 20
Ibid, 25-27. Ibid, 55.
26 28
Ibid, 166.. Ibid, 167.
27 29
Ibid. Ibid, 167.
34
Ibid, 55.
secara eksplisit. Oleh karena itu, penulis tidak sekaligus merupakan hukum negara
menegaskan bahwa mewajibkan orang sebagai bagian pelaksanaan tugas negara
beragama hanya akan menanamkan dalam memelihara ketertiban umum,
kemunafikan. Selain itu, pola ini juga bisa contohnya mencuri dan membunuh. Dalam
menegasikan kemajemukan agama atau perpaduan kekuasaan agama dan politik,
kepercayaan. agama sering diperalat demi kepentingan
Dengan kebebasan beragama, orang politik yang sempit. Hal ini juga terjadi
dapat beragama apa saja, berganti agama sebaliknya. Kekuasaan politik pun kerap
kapan saja dia mau, apapun alasannya, atau dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok
tidak beragama sama sekali. Hal agama yang sempit. Agama menjadi
terpentingnya yaitu apapun pilihannya, ideologi politik sehingga mengalami
pilihan itu dilakukan atas dasar kebebasan, degradasi nilai dan makna spiritualnya.37
bukan karena tekanan atau paksaan. Orang Lalu, apa yang dapat dilakukan
boleh percaya apa saja atau tidak percaya gereja sebagai komunitas iman? Hal yang
apapun, sepanjang hal tersebut tidak dapat dilakukan gereja dalam bidang politik
mengganggu hak atau kepentingan orang yakni kaderisasi. Kaderisasi merupakan
lain dan ketertiban umum. Bila terjadi proses pendidikan, pembinaan, atau formasi
gangguan, negara berkewajiban melakukan kader. Masalahnya, apakah kaderisasi
campur tangan. Hal ini dilakukan bukan politik hanya mempersiapkan orang untuk
karena seseorang tidak beragama, atau tidak menjadi politisi? Politisi memang sangat
percaya Tuhan, atau karena kepercayaan diperlukan, tetapi berpolitik tidak harus atau
orang dianggap sesat. Ajaran dan hukum hanya berarti menjadi politikus atau
agama tidak mengikat negara atau menjadi bergerak dalam kehidupan politik praktis
landasan dan bagian dari sistem hukum dan untuk dapat masuk ke dalam struktur
perundang-undangan negara. Sebaliknya, kekuasaan politik.38 Berpolitik dilakukan
ajaran dan hukum agama tidak diberi sanksi melalui upaya pengamalan moral politik
atau diperkuat oleh hukum negara. Negara Kristiani dan ajaran sosial gereja. Makna
berkewajiban menciptakan iklim yang sehat kehidupan politik dan kesejahteraan umum
untuk menunjang kehidupan beragama yang yang menjadi tujuannya sesuai dengan iman
bebas dan mendorong kerukunan umat Kristiani, tetapi kehidupan politik bukan
beragama. Negara tidak akan mengenakan satu-satunya jalan untuk memperjuangkan
sanksi atas seseorang yang melanggar 37
J. Soedjati Djiwandono, Gereja Dan Politik Dari
hukum atau ajaran agama sepanjang hal itu Orde Baru Ke Reformasi, 79.
38
Ibid.
kesejahteraan umum, di antaranya terbebas pernah tahu kapan hal itu datang. Kalaupun
dari berbagai gangguan terorisme. Kegiatan- hal itu sudah terjadi, kita juga tidak akan
kegiatan sosial atau karitatif yang insidentil, mengetahui apayang menjadi motivasi para
perorangan, maupun yang lebih melembaga, pelaku. Etika politik Kristen yang harus
juga mendukung kesejahteraan yang merata. diamalkan orang Kristen yaitu membangun
Kita memang harus menyadari bahwa pemahaman terbuka terhadap “yang lain”,
kehidupan politik merupakan wahana paling termasuk mengembangkan teologi
efektif karena untuk inilah negara dibentuk, pertetanggaan. Namun, pola ini tidak cukup
terutama yang berasaskan demokrasi. demikian. Hal ini harus diikuti oleh
Gereja yang berpegang pada ajaran keberanian sipil (civil courage).
agama diharapkan dapat membantu Mengembangkan etika politik Kristen yang
persatuan bangsa.39 Hal ini dapat terjadi terbuka terhadap “yang lain” memang sulit
apabila ajaran agama memiliki komitmen dilakukan. Namun, hal ini bukan berarti
bersama untuk membangun bangsa dengan tidak mungkin bisa dilakukan. Masyarakat
cita-cita keadilan dan kesejahteraan. Gereja umum dan gereja diharapkan
bersama berjuang menegakkan keadilan dan mengembangkannya lebih lanjut secara
menciptakan kesejahteraan umum sebagai lokal. Hal ini dikatakan penulis dengan
pelaksanaan cinta kasih dan pengabdian sadar bahwa perkara etika politik Kristen
kepada sesama. Langkah ini merupakan cenderung dilakukan hanya pada tataran
wujud penjabaran iman, cinta kasih, dan teoritis saja, dan belum berlanjut ke praksis
pengabdian kepada Tuhan. Semangat ini dengan penelitian dan pengamalan yang
diiringi dengan nilai kejujuran, keterbukaan, lebih mendalam.
ketekunan, kesabaran, dan kehendak baik
semua golongan agama. Apabila semangat
DAFTAR PUSTAKA
ini terus dipegang, gangguan terorisme tidak
Argomaniz, Javier, and Orla Lynch.
akan terjadi. “Introduction to the Special Issue: The
Complexity of Terrorism-Victims,
KESIMPULAN Perpetrators and Radicalization.”
Studies in Conflict and Terrorism 41,
Terorisme merupakan keadaan yang
no. 7 (2018): 491–506.
perlu diwaspadai senantiasa; kita tidak https://doi.org/10.1080/1057610X.2017
.1311101.
39
Hurd, Elizabeth Shakman. “Politics of
Siahaan, “Mengajarkan Nasionalisme Lewat Religious Freedom in the Asia-Pacific:
Momentum Perayaan Paskah: Refleksi Kritis
Keluaran 12:1-51.”
An Introduction.” Journal of Religious
and Political 4, no. 1 (2018): 9–26.