Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan

Community of Publishing in Nursing


(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA NEONATUS UNTUK MENGURANGI NYERI


AKIBAT PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

Francisca Shanti Kusumaningsih


Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
E-mail: shanticisca@gmail.com

Abstrak
Selama proses perawatan di rumah sakit, neonatus secara rutin mendapatkan tindakan invasif yang menimbulkan
nyeri. Nyeri pada neonatus memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnya yaitu mengakibatkan perilaku,
fisiologi dan respon metabolik yang negatif. Oleh karena itu penatalaksanaan yeri secara farmakologis maupun
nonfarmakologi sangat diperlukan. Penatalaksanaan nonfarmakologis salah satunya adalah pemberian air susu ibu
(ASI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian suplemen ASI untuk mengurangi
nyeri saat dilakukan prosedur venapungsi. Metode penelitian ini adalah studi kasus pada enam bayi kurang bulan
yang dilakukan venapungsi pengambilan sampel darah. Hasil penelitian ini menunjukkan sesaat segera sebelum
diberikan ASI, rerata denyut jantung dan saturasi oksigen adalah 140x/menit dan 96,5%. Rerata denyut jantung
dan saturasi oksigen pada 0, 1, 3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi dilakukan adalah 147,8 x/menit,
93,1%; 147,1 x/menit, 93,5%; 146,1 x/menit, 94%; 142,5 x/menit, 94,6%. Skor nyeri yang dihitung menggunakan
premature infants pain profile (PIPP) pada 0, 1, 3, dan 5 menit setelah prosedur venapungsi (jarum dilepas dari
bayi) dilakukan adalah 7,0; 5,8; 3,3; 2,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian ASI sebanyak
dua milliliter pada dua menit sebelum dilakukan tindakan venapungsi dapat mengurangi nyeri dan waktu
menangis bayi akibat prosedur venapungsi pengambilan sampel darah.

Kata kunci: Neonatus; venapungsi; air susu ibu, nyeri

PENDAHULUAN intramuskuler, pemasangan kateter vena,


Neonatus prematur pada umumnya ventilasi mekanik, postural drainase, dan
memerlukan perawatan yang intensif dalam suction endotrakeal.
jangka waktu pendek dan panjang. Dalam
proses perawatan di rumah sakit neonatus Pengkajian dan penatalaksanaan nyeri pada
secara rutin mendapatkan tindakan invasif neonatus yang dirawat penting dilakukan
yang menimbulkan nyeri (Agarwal, untuk meningkatkan kualitas hidup neonatus
Hegedorn, & Gardner, 2006). Anand (2001) dimasa yang akan datang (American
menjelaskan bahwa nyeri bisa disebabkan Academy of Pediatrics, 2000). Hal ini karena
oleh beberapa prosedur diagnostik seperti sekarang telah diyakini bahwa neonatus
pungsi arteri, bronkoskopi, endoskopi, meskipun prematur, secara anatomi dan
penusukan tumit, lumbal pungsi, Retinopaty fisiologi telah mampu merasakan,
of Prematurity (ROP), dan vena pungsi. mempersepsikan dan bereaksi terhadap nyeri
Nyeri juga diakibatkan efek terapeutik secara fisiologis dan psikologis (Sahoo, Rao,
seperti insersi atau pelepasan akses sentral, Nesargi et al., 2013).
intubasi, ekstubasi selang dada, injeksi

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 9


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

Nyeri pada neonatus dapat mengakibatkan Penatalaksanaan nyeri pada neonatus adalah
perilaku, fisiologi dan respon metabolik yang dengan farmakologis dan non farmakologis.
negatif (Anand & Carr, 1989 dalam Sahoo, Penatalaksanaan nonfarmakologis salah
Rao, Nesargi et al., 2013). Perubahan satunya adalah pemberian ASI. Shah,
fisiologis yang ekstrim bisa menjadi faktor Herbozo, Aliwalas, dan Shah (2012) dalam
yang berpengaruh terhadap kejadian Systematic reviews dengan judul
hipoksia, hiperkarbia, asidosis, ventilator breastfeeding or breastmilk for procedural
asinkron, pneumothorak, trauma reperfusi, pain in neonates merekomendasikan
kongesti vena, dan intraventrikular pemberian ASI untuk mengurangi nyeri pada
hemoragik. Paparan nyeri merupakan suatu neonatus yang dilakukan tindakan yang
stimulus yang dapat merusak perkembangan menimbulkan nyeri. Neonatus yang
otak bayi dan berkontribusi terhadap diberikan ASI saat dilakukan tindakan yang
gangguan belajar dan perilaku di masa anak- menimbulkan nyeri mempunyai peningkatan
anak (Bard, Abdallah, Hawari et al., 2010). frekuensi detak jantung lebih rendah,
penurunan durasi menangis yang lebih
Nyeri pada neonatus sulit untuk dievaluasi rendah dibandingkan dengan plasebo (air),
secara subyektif karena ketidakmampuan empeng atau massage. Air susu ibu
neonatus mengekspresikan secara verbal. sebaiknya digunakan pada prosedur tindakan
Respon neonatus terhadap nyeri dapat dinilai untuk mengurangi nyeri pada neonatus
melalui perubahan respon tubuh, perubahan daripada plasebo, empeng, posisi atau tidak
perilaku, perubahan hormonal, perubahan diberikan intervensi. Penelitian yang
anatomis dan pergerakan tubuh (Mackenzie, dilakukan oleh Sahoo, Rao, Nesargi et al.
Acworth, Norden et al., 2005), menangis, (2013) juga menunjukkan bahwa pemberian
meringis, perubahan denyut jantung, ASI secara signifikan juga dapat mengurangi
peningkatan tekanan darah (Tsao, Evans, nyeri pada neonatus yang sedang dilakukan
Meldrum, Altman, & Zeltzer, 2007). venapungsi, meskipun kekuatannya lebih
Menurut Stevens, Johnston, Petryshen, dan rendah dibandingkan dengan dextrose 25%.
Taddio (1996), alat untuk mengkaji nyeri
bayi secara umum dan sudah tervalidasi Neonatus yang di rawat di Ruang
untuk bayi premature dan matur selama Perinatologi sering mengalami prosedur
dilakukan tindakan yang menyebabkan nyeri pengambilan sampel darah dan
adalah premature infants pain profile menggunakan infus yang hampir setiap hari
(PIPP). dilakukan pengulangan penusukan karena
infus macet atau bengkak. Hal ini berarti

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 10


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

neonatus akan sering mengalami prosedur stimulus menuju saraf spinotalamikus dan
yang menyebabkan nyeri dimana akan talamiko kortikalis (Hall & Anand, 2005).
memberikan pengaruh terhadap tumbuh
kembangnya. Pemberian sukrosa untuk Bayi preterm mempunyai komponen
mengurangi nyeri pernah dilakukan di anatomis, neurofisiologis, dan hormonal
ruangan, tetapi persediaan sukrosa tidak untuk mempersepsi nyeri. Kontrol inhibitorik
selalu ada di ruangan. Untuk mengurangi desendens pusat kurang berkembang
nyeri saat prosedur tersebut, neonatus juga sehingga respons terhadap stimulus nyeri
diberikan pacifier (empeng) atau bahkan lebih hebat dibandingkan anak yang lebih tua
tidak diberikan intervensi. dan orang dewasa. Serabut saraf yang tidak
bermyelin mampu mentransmisikan nyeri.
Neonatus yang dirawat di Ruang Perinatologi Menurut Lissauer dan Fanaroff (2009),
mempunyai sediaan ASI yang disimpan oleh reseptor sensorik dan neuron kortikal telah
ibu di dalam lemari es. Ibu juga mudah untuk berkembang pada usia gestasi 20 minggu.
dihubungi apabila persediaan ASI tidak Pada usia gestasi 24 minggu timbul sinap-
cukup untuk neonatus. Oleh karena itu sinaps kortikal, dan pada usia gestasi 30
peneliti merasa yakin bahwa pemberian ASI minggu telah terjadi mielinisasi pada jaras
untuk mengurangi nyeri pada neonatus yang nyeri dan perkembangan sinaps medulla
sedang dilakukan tindakan yang spinalis dengan serabut-serabut sensorik.
menimbulkan nyeri bisa dilaksanakan di
ruangan. Indikator Penilaian Nyeri pada Bayi
Nyeri harus dinilai secara rutin dengan
TINJAUAN TEORITIS menggunakan skala yang tepat. Indikator
Nyeri pada Neonatus untuk menentukan bayi sedang mengalami
Nyeri merupakan fenomena multidimensi nyeri yang dapat dilihat adalah respon
yang dipengaruhi oleh persepsi sensori dan fisiologis, perubahan tingkah laku dan respon
emosional individu (Melzack & Wall, 1965 biokimia. Tenaga kesehatan yang
dalam Kenner & McGrath, 2004). Sherwood professional diharapkan mempunyai
(2009) menjelaskan bahwa nyeri merupakan kemampuan untuk menilai nyeri bayi secara
mekanisme proteksi untuk menimbulkan objektif, dan membuat keputusan yang tepat
kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau tentang penggunaan analgetik yang sesuai
akan terjadi kerusakan jaringan. Persepsi (Burton & Mackinnon, 2007).
nyeri berada pada area kortek (fungsi
evaluatif kognitif) yang muncul akibat

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 11


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

Instrument penilaian nyeri pada bayi harus stimulasi multi sensori, membedong/
dipilih berdasarkan usia dan swaddling/ bundling, facilitated tucking
perkembangannya sehingga didapatkan position, breastmilk/ breastfeeding.
informasi yang akurat dan intervensi yang Penatalaksanaan farmakologis yang dapat
tepat untuk mengatasi masalah. Berbagai digunakan pada bayi adalah: opioid (morfin,
instrumen penilaian nyeri bayi adalah: fentanyl), anestesi (lidokain, EMLA, ketamin,
premature infants pain profile (PIPP), thiopental), dan acetaminophen.
neonatal facial coding scale (NFCS),
neonatal infant pain scale (NIPS), CRIES Terapi farmakologis untuk menghilangkan
Score, Pain assessment tool (PAT). atau meredakan nyeri diberikan pada
prosedur nyeri berat (mayor), tetapi tidak
Alat untuk mengkaji nyeri bayi secara umum diberikan untuk prosedur yang menimbulkan
dan sudah tervalidasi untuk bayi premature nyeri ringan (minor) seperti pengambilan
dan matur selama dilakukan tindakan yang sampel darah atau pemasangan infus.
menyebabkan nyeri adalah PIPP (Stevens et Pemberian obat-obatan dalam jangka waktu
al., 1996). Prematur infant pain profile lama dan dosis yang kurang tepat dapat
mempunyai tujuh indikator pengukuran yang menyebabkan hipotensi dan depresi sistem
meliputi perilaku, fisiologi, dan indikator pernapasan (Mountcastle, 2009).
kontekstual. Usia gestasi dan perilaku bayi
juga dimasukkan dalam penjumlahan nilai. Salah satu metode nonfarmakologis yang
Pengukuran PIPP terdiri dari usia gestasi, efektif untuk menurunkan nyeri pada
status perilaku, penonjolan dahi, pejaman tindakan yang menimbulkan nyeri adalah
mata, lekukan nasolabial, denyut jantung dan memberikan air susu ibu (Sahoo, Rao,
saturasi oksigen. Nesargi et al., 2013; Shah et al., 2012;
Upadhyay, Aggarwal, Narayan, Joshi, Paul,
Penatalaksanaan Nyeri pada Bayi & Deorari, 2004). Air susu ibu merupakan
American Academy of Pediatrics (2000) air susu yang dihasilkan oleh kelenjar mamae
merekomendasikan prinsip umum dalam ibu. Air susu ibu mempunyai rasa yang
pencegahan dan manajemen nyeri antara lain manis karena mengandung laktosa dan zat-
dengan terapi farmakologis dan zat lain. Dibandingkan dengan formula lain,
nonfarmakologis. Metode nonfarmakologis ASI mengandung konsentrasi tryptophan
antara lain glukosa/ sukrosa, non nutritive yang lebih tinggi (Heine, 1999) yang
sucking (NNS)/ empeng/ pacifier, skin to skin merupakan prekusor melatonin. Melatonin
contact /kangaroo care/ metode kanguru, terbukti meningkatkan konsentrasi beta

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 12


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

endorphin (Barrett, Kent, & Voudoris, 2000) dilakukan dengan instrument PIPP adalah
dan memungkinkan untuk menjadi suatu reliable.
mekanisme efek nosiseptif ASI. Pemberian
air susu ibu sebagai pereda nyeri dinilai lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
natural, mudah didapatkan, mudah untuk Pemberian ASI dilakukan pada rerata waktu
digunakan, tidak memerlukan tambahan 1 jam 39 menit setelah waktu minum
biaya, dan tidak mempunyai risiko (Schollin, terakhir. Sesaat segera sebelum diberikan
2004). ASI, rerata denyut jantung adalah
140x/menit. Rerata denyut jantung pada 0, 1,
HASIL KEGIATAN 3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi
Pelaksanaan dilakukan adalah 147,8 x/menit, 147,1
Penelitian ini dilakukan pada enam bayi x/menit, 146,1 x/menit, 142,5 x/menit. Hal
yang akan dilakukan vena pungsi untuk ini menunjukkan bahwa respon nyeri yang
pengambilan sampel darah yang memenuhi dialami oleh bayi meningkatkan denyut
kriteria inklusi: usia gestasi ≥ 34 minggu, jantung pada 0-30 detik pertama dan mulai
Apgar skor ≥ 5 pada menit ke 5, menurun pada menit pertama dan terus
mendapatkan nutrisi enteral/ sudah minum berkurang pada menit-menit berikutnya.
oral, tidak menggunakan analgetik opioid, Pada menit kelima denyut jantung mendekati
sedatif, atau Phenobarbital. Kegiatan ini tingkat yang sama seperti saat sebelum
dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri.
Perinatologi, Special Care Nursery (SCN) 2
dan SCN 3. Sesaat segera sebelum diberikan ASI, rerata
saturasi oksigen adalah 96,5%. Rerata
Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri. saturasi oksigen pada 0, 1, 3,dan 5 menit
Untuk mengetahui reliabilitas observer, setelah prosedur venapungsi dilakukan
dilakukan dengan merekam satu kegiatan adalah 93,1%, 93,5%, 94%, 94,6%. Hal ini
venapungsi pengambilan sampel darah menunjukkan bahwa respon nyeri yang
kemudian dilakukan dua kali penilaian dialami oleh bayi menurunkan saturasi
dengan skor PIPP dalam waktu yang oksigen pada 0-30 detik pertama dan mulai
berbeda oleh mahasiswa sendiri. Penilaian meningkat pada menit pertama dan terus
pertama dan kedua mempunyai selisih waktu bertambah pada menit-menit berikutnya.
tiga hari. Hasil penilaian tersebut kemudian Pada menit kelima saturasi oksigen
dihitung. Peneliti mendapatkan kesamaan mendekati tingkat yang sama seperti saat
nilai lebih dari 70%, maka observasi yang

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 13


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

sebelum dilakukan prosedur yang setelah dilakukan prosedur venapungsi


menyebabkan nyeri. adalah 17,3 detik. Waktu menangis pada bayi
prematur lebih lama dibandingkan dengan
Venapungsi pengambilan sampel darah bayi matur karena selain karena respon nyeri
dilakukan antara 8-10 detik. Skor nyeri yang yang dialami lebih tinggi juga karena pada
dihitung menggunakan PIPP pada 0, 1, 3, bayi prematur masih banyak syaraf tidak
dan 5 menit setelah prosedur venapungsi bermielin, sehingga transmisi nyeri pada bayi
(jarum dilepas dari bayi) dilakukan adalah 7, prematur lebih lambat.
0;5,8; 3,3; 2,5. Hal ini dapat diartikan bahwa
secara umum, bayi yang dilakukan prosedur Tabel 1. Karakteristik Responden
mengalami peningkatan nyeri pada 30 detik Parameter R1 R2 R3 R4 R5 R6
Berat badan 3000 2262 1900 3100 3200 1825
pertama dan pada menit pertama sudah (gr)
Usia gestasi 38 36 35 38 38 35
mengalami penurunan nyeri sampai batas (mgg)
Usia koreksi 3 3 3 8 5 3
nyeri ringan/tidak nyeri. Hal ini berarti juga (hari)
Lama waktu 90 105 95 105 97 105
bahwa pemberian ASI pada bayi yang setelah minum
terakhir (menit)
dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri Waktu 8 10 8 10 9 8
pengambilan
dapat menurunkan nyeri pada 1 menit sampel (detik)
Lama waktu 17 19 18 18 14 18
pertama setelah tindakan. menangis
(detik)

Skor PIPP lebih tinggi pada bayi yang lahir


pada usia 32-36 minggu 6 hari (rerata 5,5) Tabel 2. Denyut Jantung Dan Saturasi
Oksigen
daripada usia ≥ 36 minggu (rerata 4,1). Hal R1 R2 R3 R4 R5 R6
Baseline 143 131 150 141 135 140
ini bisa disebabkan karena kontrol inhibitorik (x/mnt, %) 99 95 96 92 96 96
Setelah venapungsi
desendens pusat bayi prematur kurang 0-30 detik 147 145 152 145 150 148
(x/mnt, %) 97 94 96 90 94 95
berkembang dibandingkan bayi yang matur, 1-1,5 menit 145 143 155 145 149 146
(x/mnt, %) 98 93 95 90 92 93
sehingga respon terhadap stimulus nyeri 3-3,5 menit 145 143 152 145 145 147
(x/mnt, %) 98 93 96 91 92 94
lebih hebat. Konsentrasi sel reseptor perifer 5-5,5 menit 140 140 147 143 140 145
(x/mnt, %) 98 95 96 91 94 94
lebih tinggi pada bayi dibanding orang
dewasa, terlebih pada bayi prematur Tabel 3. PIPP SCORE
memiliki kulit yang lebih tipis sehingga R1 R2 R3 R4 R5 R6 Re
rat
sehingga respon terhadap nyeri lebih tinggi. a
0-30 detik 7 7 8 6 6 8 7,0
1-1,5 menit 6 7 8 2 5 7 5,8
3-3,5 menit 4 5 3 0 4 4 3,3
Respon tangisan pada bayi terjadi selama 14- 5-5,5 menit 2 3 3 0 3 4 2,5
Total 4,75 5,5 5,5 3,3 4,5 5,75
18 detik dengan rerata lama waktu menangis

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 14


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa keluar, produksi ASI masih sedikit, berpikir
ASI dapat mengurangi nyeri yang dialami bahwa bayinya sudah cukup minum hanya
oleh bayi akibat prosedur venapungsi dengan susu formula, dan kurang memahami
pengambilan sampel darah. Tangisan pada manfaat pemberian ASI untuk anaknya.
bayi juga terjadi dengan waktu yang singkat. Secara umum ibu tidak mengetahui fisiologis
Hal ini disebabkan ASI mempunyai rasa menyusui dan manfaat pemberian ASI.
yang manis karena mengandung laktosa.
Dibandingkan dengan formula lain, ASI Hal ini merupakan tantangan bagi petugas
mengandung konsentrasi tryptophan yang kesehatan untuk meningkatkan cakupan ASI
lebih tinggi (Heine, 1999). Tryptophan mengingat manfaat ASI yang sangat besar.
merupakan prekusor melatonin. Melatonin Melihat masalah diatas, langkah yang bisa
terbukti meningkatkan konsentrasi beta dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah
endorphin (Barrett et al., 2000) dan memberikan edukasi pada ibu tentang
memungkinkan untuk menjadi suatu fisiologi menyusui dan manfaat pemberian
mekanisme efek nosiseptif ASI. ASI. Dengan memberikan edukasi pada ibu
akan meningkatkan pemahaman ibu tentang
Pemberian ASI sebagai pereda nyeri kebutuhan bayi dan meningkatkan
memiliki banyak keuntungan karena dinilai kepercayaan diri dan keinginan ibu untuk
lebih natural, mudah didapatkan, mudah bisa memenuhi kebutuhan bayi. Kepercayaan
untuk digunakan, tidak memerlukan diri ibu yang tinggi terhadap kemampuan
tambahan biaya, dan tidak mempunyai risiko untuk memenuhi kebutuhan bayi akan
bila dilakukan secara berulang (Schollin, meningkatkan bonding ibu dan bayi.
2004). Tetapi pada pelaksanaan penelitian ini Sehingga secara tidak langsung akan
kendala yang dialami justru pada tidak mendukung developmental care bayi.
tersedianya ASI pada bayi yang akan KELEMAHAN
dilakukan prosedur venapungsi pengambilan Kelemahan dari penelitian ini adalah
sampel darah. Bayi yang dirawat di ruang prosedur vena pungsi pengambilan sampel
perinatologi tidak memiliki persediaan ASI darah dilakukan oleh petugas yang berbeda,
karena ibu tidak memerah susu untuk yaitu pada dua orang responden. Sehingga
bayinya. Dari hasil wawancara yang kemungkinan respon nyeri akan berbeda
dilakukan pada 5 orang ibu, ibu tidak karena stimulus yang diterima dilakukan oleh
memompa ASI untuk anaknya karena tidak orang yang berbeda.
tahu bagaimana cara memompa dan
menyimpan ASI, ibu mengeluh ASI belum

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 15


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

KESIMPULAN and stress in the neonate. Pediatrics,


105, 454-61.
ASI yang diberikan sebanyak 2 mL dalam
waktu 2 menit sebelum dilakukan tindakan Agarwal, R., Hogedom, M.L., & Gardner,
S.L. (2006). Pain and pain relief:
venapungsi pengambilan sampel darah dapat
Handbook of neonatal care (pp. 191-
mengurangi nyeri yang dialami oleh bayi dan 218). St. Louis: Mosby.
dapat mengurangi waktu menangis bayi
Anand, K.J., & The International Evidence-
akibat prosedur venapungsi pengambilan Based Group for neonatal Pain.
(2001). Consensus statement for the
sampel darah.
prevention and management of pain
innewborn. Arch Pediatr Adolesc Med,
155.
SARAN
Pemberian ASI sebagai pereda nyeri Badr, L. K., Abdallah, B., Hawari, M.,
Sidani, S., Kassar, M., & Nakad, P.
sebaiknya dilakukan karena memiliki banyak
(2010). Determinans of premature
keuntungan antara lain; lebih natural, mudah infants pain responses to heelsticks.
Pediatrics Nursing, 36(3), 129-136.
didapatkan, mudah untuk digunakan, tidak
memerlukan tambahan biaya, dan tidak Barrett, T., Kent, S., & Voudoris, N. (2000).
Does melatonin modulate beta-
mempunyai risiko bila dilakukan secara
endorphin, cortocosterone, and pain
berulang. Pemberian ASI sebagai pereda threshold?. Life Sciences, 66,467-76.
nyeri sebaiknya dilakukan karena secara
Burton, J., & MacKinnon, S. (2007).
tidak langsung akan meningkatkan cakupan Selection of a tool to assess
postoperative pain on a neonatal
ASI, meningkatkan bonding ibu dan bayi,
surgical unit. Infant, 3(5), 188-196.
dan developmental care bayi. Memberikan
Hall, R. W., & Anand, K. J. (2003). Short
edukasi secara langsung kepada ibu
and long term impact of neonatal pain
mengenai fisiologis menyusui dan manfaat and stress. NeoReviews, 6, 69-74.
ASI untuk meningkatkan pengetahuan dan
Heine, W. E. (1999). The significance of
kepercayaan diri ibu. tryptophan in infant nutrition.
Advances in Experimental Medicine
and Biology, 467, 705-10.

Sahoo, J.P., Rao, S., Nesargi, S., Ranjit T.,


DAFTAR PUSTAKA
Ashok, C., & Bhat, S. (2013).
Academy of Breastfeeding Medicine Expressed breastmilk vs 25% dextrose
Protocol Committee. (2010). Non- in procedural pain in neonates, a
pharmacologic management of double blind randomized controlled
procedure-related pain in the trial. Indian Pediatr, 50(2), 194-5.
breastfeeding infant. Breastfeed Med,
5(6), 315-9. Kenner, C. & McGrath, J. M. (2004).
Developmental care of newborn.
American Academy of Pediatrics. (2000). Philadelphia: Mosby.
Prevention and management of pain

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 16


Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS ISSN: 2303-1298

Lissauer, T., & Fanaroff, A. (2009). At a


glance neonatologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Schollin, J. (2004). Analgesic effect of


expressed breastmilk in procedural
pain in neonates. Acta Paediatrica, 93,
453-5.

Shah, P. S., Herbozo, C., Aliwalas, L. L., &


Shah, V. S. (2012). Breastfeeding or
breast milk forprocedural pain in
neonates. Cochrane Database of
Systematic Reviews. Issue 12.

Sherwood, L. (2009). Fisiologi Manusia dari


Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Stevens, B. J., Johnston, C. C., & Horton L.


(1993). Multidimensional pain
assessment in premature neonates:
pilot study. Journal of Obstetric,
Gynecologic, and Neonatal Nursing,
22, 531-41.

Stevens, B., Johnston, C., Petryshen, P., &


Taddio, A. (1996). Premature infant
pain profile: Development and initial
validation. Clin J Pain, 12, 13-22.

Tsao, J. C. I., Evans, S., Meldrum, M.,


Altman, T., & Zeltzer, L. K. (2007). A
review of CAM for procedural pain in
infancy: Part I. Sucrose and non
nutritive sucking. Adance Acces
Publication, 5(4), 371-381.

Upadhyay, A., Aggarwal, R., Narayan, S.,


Joshi, M., Paul,V. K., & Deorari, A.
K. (2004). Analgesic effect of
expressed breast milk in procedural
pain in term neonates: a randomized,
placebo-controlled, double-blind trial.
Acta Paediatr, 93(4), 453-5.

Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 17

Anda mungkin juga menyukai