SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MAHARDIKA CIREBON 2019 1.1 PERAWATAN PALIATIF Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). 1.2 MASALAH PERAWATAN PALIATIF Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013). Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan. Kehidupan masyarakat terdiri dari berbagai aspek yang antara aspek satu dengan aspek yang lainnya terdapat keterkaitan yang saling mendukung serta melengkapi. Terdapat unsur kebudayan yang universal yakni : 1.2.1 Sistem Religi Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan- hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. 1.2.2 Sistem Kemasyarakatan/Organisasi sosial Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Contoh penerapannya adalah : Efek terapi martabat tujuannya dalah untuk menghilangkan kesusahan dapat meningkatkan end-of life (kematian bermartabat) bagi pasien terminal tanpa ada gangguan mengigau ataupun gangguan kognitif. Tahapan yang perlu dilalui dalam terapi martabat ini adalah mengisi izin tertulis, menigi kuesioner psikososial dan dan terapi martabat (meliputi psikolog, psikiater dan pengalaman perawat paliatif). Kuesioner dalam terapi martabat yaitu : 1. Ceritakan sedikit tentang sejarah hidup Anda, terutama bagian yang Anda ingat dan mengapa anda mengingatnya? 2. Apakah ada hal-hal yang ingin keluarga Anda tahu dan ingat tentang Anda? 3. Adakah pernan paling penting dikehidupan Anda (peranan keluarga, peranan kejuruan, peranan pelayanan masyarakat dll) mengapa mereka begitu penting dan apa yang telah anda berikan atau kontribusikan pada peranan tersebut, prestasi apa yang telah anda capai dan apa yang Anda paling banggakan? 4. Apakah ada hal tertentu yang ingin Anda dengar atau ingin terulang sekali lagi dari orang-orang yang Anda cintai adakah harapan dan impian anda untuk orang yang anda cintai? 5. Apakah yang Anda telah pelajari tentang kehidupan dan adakah yang ingin disampaikan pada orang lain dan adakah pesan- pesan untuk kelurga Anda? 1.2.3 Bahasa Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Contoh penerapannya adalah : Terdapat delapan domain dalam perawatan paliatif, yaitu fisik, manajemen penyakit, praktiks psikologis, sosial, spiriual, perawatan akhir-hidup, kehilangan dan kematian (Depatrmen Kesehatan Australia Barat, 2008). Terdapat lima bahasa yang digunakan di RS Subakut New South Wales Asutralia, yaitu Bahasa Yunani, Bahasa Arab, Bahasa Cina, Bahasa Italia dan Bahasa Macedonia. Menurut Chui et al., (2009) komunikasi merupakan hal penting dalam memberikan perawatan paliatif untuk pasien latar belakang CALD (merupakan penduduk imigran di Australia yang lebih tua dengan budaya dan bahasa yang berbeda bukan Bahasa Inggris) merupakan latar belakang pasien dengan kemampuan Bahasa Inggris yang terbatas. Pasien CALD dengan kanker yang mengakses perawatan paliatif rentan terhadap penilaian, pengelolaan rasa sakit, pemberian spiritual dan emosional yang tidak memadai ( Silva et al., 2016). Dengan demikian, meningkatkan komunikasi antara perawatan paliatif dengan pasien berlatar belakang CALD penting untuk penyediaan perawatan berkualitas (Chiu et al., 2000). Komunikasi adalah kunci untuk menyeimbangkan kebutuhan individu dan kebuthan keluarga dalam perawatan paliatif. Didapatkan 55% pasien diidentifikasi membutuhkan penerjemah, 37% pasien menggunakan anggota keluarga sebagai penerjemah dan 11% pasien menggunakan anggota staf rumah sakit sebagai penerjemah. 1.2.4 Sistem Pengetahuan Dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dan sangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 1.2.5 Kesenian Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi. 1.2.6 Sistem Mata Pencaharian Hidup Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karenabermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. 1.2.7 Peralatan Hidup dan Teknologi Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik. Contoh penerapnnya adalah :