Anda di halaman 1dari 8

NAMA : FAHMI

NIM : 1807101030088

INDUKSI PERSALINAN

Definisi

Induksi persalinan merupakan suatu proses memulainya persalinan sebelum


munculnya tanda-tanda inpartu dengan cara merangang rahim sehingga terjadinya
persalinan dengan kelahiran janin dan plasenta.1

Keberhasilan suatu induksi persalinan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu


kematangan serviks dan kontraksi uterus yang efektif, sehingga dapat diperoleh
suatu persalinan dengan cara induksi persalinan.2

Sebelum melakukan induksi persalinan, dapat dilakukan terlebih dahulu


peneliaian induksi persalinan dengan menggunakan skor bishop untuk menilai
keberhasilan dari proses induksi persalinan. Skor bishop terdiri dari beberapa
kategori:

• Skor bishop 2-4, yang artinya kurang berhasil jika induksi dilakukan
• Skor bishop 5-6, yang artinya masih ada tingkat keraguan keberhasilan jika
induksi dilakukan, namun dapat untuk dicoba.
• Skor bishop > 6, yang artinya sebagian besar dari induksi yang dilakukan
dapat berhasil.2
Epidemiologi

Saat ini banyak induksi persalinan yang dilakukan atas permintaan pasien
dengan tujuan memepersikat usia kehamilan dan untuk dapat menentukan tanggal
lahir dari seorang bayi. Data WHO menunjukan bahwa terdapat 373 fasilitas
kesehatan di 24 negara hampir 300.000 melakukan persalinan dan 9,6% diantaranya
melibatkan proses induksi persalinan. Negara Afrika memliki angka kejadian
terendah terkait induksi persalinan sebesar 1,4%. Sedangkan di negara-nega Asia
dan Amerika Latin sekitar 35,5%.3

Indikasi induksi persalinan

Ada beberapa indikasi dilakukannya induksi persalinan, diantarnya:

1. Rupture ketuban secara spontan. Jika keadaan pada pasien sedang usia
kehamilan 2 minggu aterm dan belum terjadi tanda tanda persalinann maka
dapat dilakukan induksi.
2. Toksemia gravidarum.
3. Usia kehamilan sudah 41 minggu atau lebih, namun belum muncul tanda-
tanda persalinan
4. Polihidramion
5. Perdarahan antpartum
6. Kematian janin, diinduksi dengan tujuan mencegah afibrinogenemia
7. Memiliki riwayat persalinan cepat
8. Diabetes maternal
9. Kehamilan ganda
10. Koriamnionitis
11. Gangguan hipertensi.3,4

Kontraindikasi induksi persalinan.

Ada beberapa keadaan yang menyebabkan induksi persalinan tidak bias dilakukan.

1. Kontaindkasi uterus dengan riwayat lesi atau riwayat bedah dan Plasenta
previa.
2. Kontraindikasi janin, dengan dicurigai makrosomia, keadaan seperti
hidrosefalus, malpresentasi dan status janin yang meragukan.
3. Kontra indikasi ibu, berkaitan dengan ukuran anatomi panggul dan jika
terdapat beberapa penyakit seperti herpes genetalia yang aktif.5

Induksi persalinan dengan prostaglandin E2

Prostaglandin digunakan untuk tujuan pematangan serviks dan kontraksi


uterus. Prostaglandin membuat perubahan pada jaringan ikat serviks dan
melarutkan kolagen serta meningkatkan air submucosa. Pemakaian dengan
menggunakan dosis rendah dapat meningkatakn kemungkinan keberhasilan induksi
persalinan dan menurunkan kejadian untuk lamanya persalinan.

prostaglandin dengan rute intraserviks sangat dianjurkan karena dapat


menguntungkan wanita dengan serviks yang belum matang. Mengguanakan rute
intraserviks tidak banyak berpengaruh terhadap kerjanya uterus. Setelah pemberian
prostaglandin, harus dilakukan pengamatan pada aktivitas uterus dan denyut
jantung janin selama periode 30 menit hingga 2 jam. Biasanya munculnya kontraksi
dirasakan pada jam pertama dan akan mencapai puncak dalam 4 jam pertma.
Penggunaan prostaglandin sangat hati-hati jika pasien memiliki penyakit gangguan
ginjal dan hati yang berat dan asma.5

Penggunaan Misoprostol

Misoprostol merupakan prostaglandin E1 yang dikembangkan untuk


mencegah ulkus pepticum. Misoprostol memiliki efek kontraksi pada uterus dan
pematangan serviks yang bekerja dengan cara meningkatkan Ca2+ bebas
intraseluler. Penggunaan misoprostol bisa diberikan melalui oral dan vagina.
Penggunaan misoprostol pada ibu perlu diperhatikan denyut jantung janinnya.
Penggunaan dengan dosis tinggi tidak dianjurkan. Misoprostol tidak dianjurkan
pada ibu dengan riwayat pembedahan sebelumnya.2,5

Penggunaan misoprostol oral dosis tunggal dapat meningkatkan tonus


intrauterine. Namun ada beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
misoprostol pervaginam lebih efektif dari pada dengan pemakain oral. Efek
samping yang perlu diperhatikan adalah hiperstimulasi, sehingga perlu pengawasan
yang ketat. Penggunaan dosis misoprostol dimulai dari dosis terendah yaitu 35 μg
setiap empat sampai lima jam, karena dengan dosis tinggi ditakutkan untuk
terjadinya hiperstimulasi.1

Induksi dengan Oksitosin

Oksitosin adalah obat yang sering digunakan ketika setelah persalinan dan
sebelum persalinan untuk memeprcepat persalinan. Oksitosin tidak efektif pada
fase pertma, sehingga tidak efektif jika diberikan pada ibu dengan serviks yang
belum matang. Akan tetapi okitosin sangat efektif pada fase kedua persalinan.
Oksitosin sangat tidak dianjurkan pada kasus dengan presentasi janin yang
abnormal, janin yang besar, janin yang multipel dan juga distensi uterus yang
berlebihan. Pemberian oksitosin dapat dilakukan melalui intravena yang di
encerkan delam 1000 ml larutan garam.5

Gambar 1. Dosi Oksitosin.5

Induksi oksitosin dengan Amniotomi

Amniotomi merupakan pemecahan ketuban secara artifisial. Indikasi untuk


dilakukan pemecehan ketuban secara artifisial adalah jika terjadi gangguan denyut
jantung janin pada janin yang memiliki gangguan dan kontraksi uterus yang tidak
kuat. Ada beberapa hal yang harus diamati dalam hal ini, yaitu untuk tidak
terjadinya prolapse tali pusat ketika tidakan induksi dilakukan. Untuk menghindari
prolapse tali pusat dapat meminta bantuan orang lain untuk menekan didaerah
fundus dan suprapubis. Setelah dan sebelum dilakukan tindakan, sangat perlu
dinilai denyut jantung janin.
Induksi persalinan dengan Membrane Stripping

Teknik membrane stripping merupakan Teknik dengan cara mengelupas


atau mengusap selaput ketuban. Tindakan ini dianggap aman dan sering dilakukan.
Wanita yang mendpatkan induksi dengan Teknik ini bisanya dengan kehamilan
sebelum usia kehamilan 41 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gede Angga Permana AW, Putera Kemara IWM. MISOPROSTOL UNTUK


INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN ATERM Gede. Univ
Udayana [Internet]. 2015;3(2):54–67. Available from:
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf

2. Dianggra PS. Perbandingan Induksi Misoprostol dengan Induksi Oksitosin


Terhadap Lama Persalinan pada Kehamilan Postterm di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten. Fak Kedokt Univ Sebel Maret [Internet].
2009;8. Available from:
http://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/22637/NDc3Mjc=/Pterbandinga
n-induksi-misoprostol-dengan-induksi oksitosin-terhadap-lama-persalinan-
pada-kehamilan-postterm-di-RSU-PKU-Muhammadiyah-Delanggu-Klaten-
abstrak.pdf. Available: [accessed at 08 Juli 2018]

3. WHO. WHO Recommendations for Induction of Labour. Funct Requir Subj


Auth Data. 2011;131965.

4. harry oxorn william. ilmu kebidanan : patologi dan fisiologi persalinan.


yogyakarta: YEM; 2010. 558 p.

5. Kenneth J. Levano Et al. Obstetri Williams. 21st ed. Jakarta: EGC; 2009. 463
p.
Scenario

Seorang wanita usia 30 tahun, G2P1A0 dengan usia kehamilan 42 minggu


datang ke puskesmas diantar suaminya dengan keluhan tidak ada tanda tanda
kontraksi pada perut, tidak ada mules. Taksiran kelahiran sudah lewat sekitar dua
minggu. Pasien dengan riwayat kelahiran anak pertama dengan spontan melalui
pervaginam. Dari pmeriksaan vital sign, TD: 120/80 mmHg, RR: 20 x/menit, HR:
80 x/menit dan T: 37,0 oC. Dari pemeriksaan leopold 1 teraba bulat lunak. Leopold
2 teraba bagian punggung. Leopold 3 teraba keras bagian kepala bulat. Leopold 4
janinnya belum masuk ke PAP. Pasien merasa takut karena belum muncul tanda-
tanda kelahiran anaknya.

Apa yang terjadi pada pasien ?

Apa tindakan yang harus dilakukan pada pasien tersebut?


Brain Mapping

Anda mungkin juga menyukai