NIM : 1807101030088
ABORTUS
Definisi
Abortus adalah suatu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum janin dapat untuk
bidup diluar kandungan, atau janin dengan usia sebelum 20 minggu atau dengan berat
janin kurang dari < 500 gram. Abortus yang dilakukan tanpa sengaja disebut dengan
abortus spontan, dan abortus yang dilakukan dengan sengaja disebut dengan abortus
provokatus.1
Epidemiologi
Etiologi
a. Faktor genetic. Pada abortus spontan sebagian besar disebabkan oleh kelaianan
kariotip embrio. Sebanyak 50% abortus pada trimester pertma disebabkan karena
kelaianan sitogenetik.
b. Abortus juga dapat disebabkan oleh karena kelaianan kongenital uteru, yang terdiri
dari:
• Anomaly ductus uteri
• Septum uterus
• Uterus bikornis
• Inkompetensi serviks uterus
• Mioma uteri
• Sindroma Asherman (dapat menyebabkan gangguan tempat implantasi serta
gangguan pasokan darah pada permukaan endometrium)
c. Abortus juga dapat disebabkan oleh karena autoimun. Penyakit autoimun yang
sering menyebabkan abortus adalah Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA). Pada SLE umumnya sebanyak 10%
mengalami kejadian abortus spontan.
d. Juga dapat terjadinya karena defek fase luteal, yaitu:
• Karena faktor endokrin eksternal
• Antibody antitiroid hormone
• Juga karena sistesis LH yang tinggi
e. Karena infeksi. Ada beberapa penyebab infeksi yang dapat menyebabkan abortus,
yaitu:
• Bakteri (listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma urealitikum,
mikoplasma hominis, bacterial vaginosis)
• Virus (sitomegalo virus, rubella, herpes simplex, HIV, parvovirus)
• Parasite (toksoplasmosis gandii, plasmodium falsiparum)
• Spirokaeta yaitu treponema pallidum.
f. Karena faktor lingkungan, dimana sekitar 1-10% kejadian abortus disebabkan oleh
faktor lingkungan. Faktor tersebut adalah paparan dari obat, bahan kimia, dan
radiasi.
g. Faktor hormonal.
• Diabetes melitus, penderita diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester
pertama memiliki risiko tinggi mengalami abortus.
• Kadar progesterone yang rendah
• Defek fase luteal
h. Karena faktor hematologic yang di tandai dengan defek plasentasi dan teradapat
mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta yang dapat membuat kejadian abortus
berulang.1
Jenis-jenis abortus
1. Abortus Iminens
Abortus iminens meruapakan suatu tanda awal untuk terjadinya abortus yang
tidandai dengan perdarahan pervaginam, namun ostium uteri eksternum masih terturup
dan janin masih baik dalam kandungan. Diagnosis ini dapat dimulai dengan perdarahan
pervaginam yang muncul pada usia kehamilan 20 minggu. Penderita tidak ada keluhan
sama sekali atau hanya sekedar mulas.
2. Abortus Insipiens
3. Abortus kompletus
Abortus jenis ini merupakan kejadian dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri pada kehamilan kurang 20 minggu dan berat janin yang kurang dari
500 gram. Pada keadaan ini, osteum uteri telah tertutup kembali, uterus sudah kembali
mengecil dengan perdarahan yang sedikit. Besar uterus pada keadaan ini tidak sesuai
dengan kehamilan, dan hasil tes urin masih positif hamil sampai 7-10 hari setelah
kejadian abortus.
4. Abortus inkompletus
5. Missed Abortion
Pada keadaan ini terjadi abortus yang di tandai dengan embrio atau fetus yang
sudah meninggal dalam kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Sedangkan
hasil konsepsinya masih di dalam kandungan. Pada keadaan ini, biasanya penderita
tidak mengalami keluhan, dan penderita mengeluhkan bahwa dari kehamila 14 minggu
hingga 20 minggu ukuran rahimnya semakin mngecil tidak seperti yang diharapakan.
Pada pmeriksan tes urin setalah 1 minggu kejadian, maka hasilnya negatif dan
didapatkan dari pemeriksaan USG bahwa ueterus yang mengecil dan kantong gestasi
yang mengecil.
6. Abortus habitualis
Abortus jenis ini meruapakan abortus yang spontan dan kejadiannya sebanyak 3
kali atau lebih secara berturut-turut. Pada penderita dengan jenis abortus ini sangat
mudah untuk dapat hamil kembali namun akan berkahir sama dengan terjadinya
abortus. Penyebab dari abortus ini selain dari faktor anatomi, juga dapat disebabkan
oleh faktor reaksi imunologik. Penyebab utama yang sering dijumpai pada kasus ini
adalah inkompetisia serviks.
Abortus infeksius merupakan abortus yang terjadi disertai dengan infeksi pada
genetalia. Sedangkan aboertus septik adalah abortus yang disertai oleh infeksi yang
teradapat pada peredaran darah tubuh atau pada peritoneum. Kejadian ini meruapakan
salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang tidak memeprhatikan tingkat
kebersihannya atau antispesisnya. Pada kedaaan ini perlu ditatalkasana segera sebelum
infeksi meluas ke seluruh tubuh atau dapat terjadi syok septik.1,3
Faktor predisposisi
1. Faktor dari fetal atau janin yang bisa disebabkan oleh kelaianan genetic atau
kromosom
2. Faktor maternal atau ibu, yang terdiri dari beberapa faktor:
• Infeksi
• Kelainan hormonal
• Malnutrisi
• Penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alcohol
• Faktor imunologis
• Defek anatomis
3. Faktor paternal atau ayah bias disebabkan oleh kelainan sperma.4
Tatalaksana
A. Tatalaksana umum
a. Melakukan penilaian keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital, peniliain
dilakukan secara cepat.
b. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat tanda-tanda syok. Jika pasien mengalami
syok, maka tatalksana awal sesuai dengan tatalaksana syok.
c. Jika pasien terdapat tanda-tanda sepsis atau abortus dengan komplikasi. Dapat
diberikan kombinasi antibiotic samapi ibu bebeas dari demam selama 48 jam.
Antibiotic yang diberikan dapat berupa:
• Ampicillin 2 gram secara IV/IM kemudian diberikan 1 gram setelah 6 jam
• Gentamisin 5 mg/kgBB secara IV setiap 24 jam
• Metronidazole dengan dosis 500 mg dengan cara IV setiap 8 jam
d. Kemudia langsung rujuk ibu ke rumah sakit
e. Bagi semua ibu yang mengalami abortus perlu dukunga emosional dan konseling
untuk prnggunaan kontrasepsi pasca keguguran
f. Kemudia lakukan tatalaksan selanjutnya sesuai dari jenis abortusnya.4
B. Tatalaksana Khusus
a. Abortus iminens
Pada abortus ini, tidak perlu pengobatan khusus dan tidak melakukan aktivitas
berlebihan atau hubungan seksual. Jika perdarah berhenti, evaluasi keadaan ibu yang
termasuk kadar Hb dan pemeriksaan USG panggul.
b. Abortus insipiens
• Memebrikan edukasi tentang kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi dan edukasi untuk penggunaan kontrasepsi pasca
kehamilan.
• Apa bila usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus
• Apa bila usia kehamilan lebih dari > 16 minggu, maka tunggu pengeluaran hasil
konsepsi secara spontan dan kemudia baru di evakuasi sisa konsepsi didalam
kadnungan.
• Lakukan pemantauan setalh tidakan sampai keadaan ibu membaik
• Pantau tanda-tanda vital dan periksa kadar Hb setelah 24 jam.
c. Abortus inkomplit
• jika pasien mengalami perdarahan ringa-sedang, dan usia kehamilan dibawah
16 minggu, maka gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar
• jika perdarahan berat dan usia kurang dari 16 minggu, maka lakukan evakuasi
uterus.
• Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, maka berikan inffus oksitosin 40 UI
kedalam 1 liter NaCl 0,9% atau RL dengan keceapatn 40 tetes untuk membantu
mengeluakan hasil konsepsi.
• Kemudian setelah tindakan, evaluasi pasien setalah 30 menit tindakan.
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam setiap 6 jam dalam 24
jam. Dan periksa kadar HB setelah 24 jam.
d. Abortus komplit
• Tidak perlu melakukan evakuasi konsepsi lagi
• Melakukan edukasi dan memberikan dukungan serta edukasi enggunaan
kontrasepsi pasca keguguran
• Observasi keadaan pasien
• Jika ibu mengalami anemia sedang, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama
2 minggu. Namun jika mengalami anemia berat, lakukan transfuse.
• Kemudian evaluasi keadaan ibu setalah dua minggu.
e. Missed abortion
• Jika ibu dengan usia kehamilan <12 minggu, lakukan evakuasi dengan AVM
atau sendok kuret
• Jika kehamilan ibu >12 minggu namun dibawah <16 minggu, maka pastikan
serviks terbuka terlebih dahulu sebelum dilakukan evakuasi.
• Jika usia kehamilan 16 minggu hingga 22 miggu, lakukan pematangan serviks
terlebih dahulu. Kemudian evakuasi dengan memberikan oksitosin 20 unit
dalam 50 ml NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit.
• Kemudian lakukan evaluasi tanda-tanda vital setelah tindakan setiap 30 menit
selama 2 jam.
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam setiap 6 jam dalam 24
jam. Dan periksa kadar HB setelah 24 jam.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2011. 473–460
p.
3. Kenneth J. Levano Et al. Obstetri Williams. 21st ed. Jakarta: EGC; 2009. 26–27
p.