Anda di halaman 1dari 14

NAMA : FAHMI

NIM : 1807101030088

PERDARAHAN POST PARTUM

A. Definsi

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah persalinan


dengan jumalah perdarahan lebih dari >500 ml dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir
atau perdarahan lebih dari >1000 cc pada sercio cesaria. Pada kenyataannya, tidak perlu
untuk mengukur seberapa banyak perdarhan, namun tatalakasana sedini mungkin
untuk menghentikan perdarahan lebih diutamakan. Ketika perdarahan terajdi disertai
dengan perubahan tanda-tanda vital, maka harus dilakukan penanganan segera.1

B. Klasifikasi

Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua macam, yaitu perdrahan postpartum


primer dan perdarahan postpartum skunder. Perdarahan postpartum primer merupakan
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setalah persalinan, dan biasanya disebabkan oleh
atonia uteri, robekan jalan lahir dan karena sisa sebagian plasenta.1

Sedangkan perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang terjadi lebih


banyak dan terjadi ketika setelah 24 jam bayi lahir hingga 12 minggu setelahnya.
Etiologi dari perdarahan skunder biasanya karena sisa plasenta, perdrahan karena
pembukaan terbuka kembali dan karena infeksi pada tepat impantasi plasenta.2
C. Etiologi

Ada beberapa penyebab terjadinya perdarahan postpartum, yaitu :

1. Atonia uteri

Atonia uteri adalah ketika kontraksi uterus berkurang atau tidak ada kontraksi
ueterus setelah lepasnya plasenta dan kasus ini merupakan penyabab umum dari
perdrahan postpartum. Sehingga kontraksi uterus tidak mampu menutup perdarhaan
terbuka di daerah implantasi plasenta setelah janin keluar.3

Faktor predisposes terjadinya atonia uteri adalah sebagai berikut:

• Karena regangan Rahim yang berlebihan pada kasus kehamilan gemelli,


polihidramion, atau karena janin yang besar.
• Karena kelelahan akibat dari persalinan lama atau persalinan ksaep.
• Pada kehamilan grande-multipara
• Ibu dengan keadaan umum yang jelek seperti dengan keadaan anemis atau
penyakit menahun yang didertitanya.
• Mioma uteri sehingga menggu kontrkasi Rahim
• Korioamnionitis
• Dengan riwayat atonia uteri pada kehamilan sebelumnya.1

Diagnosis atonia uteri:

• Perdarahan yang aktif dan banyak, bergumpal pada saat bayi telah lahir.
• Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau bias lebih dengan
kontraksi uterus yang lemah.
• Jika dicurigai atonia uteri, yang harus diketahui bahwa sudah ada darah yang
keluar sebanyak 500 – 1000 cc dan masih terperangkap di dalam uterus.

Tatalksana

a. Sikap tendelenburg dan pemberian vena line serta pemebriaan oksigen


b. Melakukan perangsangan kontraksi uterus dengan cara :
• Masase fundus uteri, dan juga melkukan dengan cara meangsang putting susu.
• Pemberian oksitosin 20 – 40 unit dalam 1000 mllarutan NaCl 0,9%/RL dengan
kecepatan 60 tetes/menit. Kemudan berikan 10 unit secara IM. Dan lanjutkan
dengan oksitosin 20 unit dalam 1000 mllarutan NaCl 0,9%/RL dengan kecepatan
40 tetes/menit sampai terhentinya perdarahan.
• Jika oksitosis tidak tersedia atapun perdarahan juga belum berhenti, maka
berikan ergomitrin 0,2 mg IM, kemudian berikan 0,2 mg IM lagi setelah 15 menit
dan juga dapat di ulang sampai 4 jam. (tidak memebrikan melebihi dosis 1 mg
dan tidak diberikan pada ibu hamil dengan hipertensi berat/tidak terkontrol, sakit
jantung dan penyakit pembuluh darah tepi)
• Namun jika perdarahan juga belum berhenti, berikan asam traneksamat secara
IV dengan bolus selama saru menit dan kemudian dapat diulang setelah 30 menit.
• Dapat diberikan misoprostol 800 – 1000 mg per rektal
• Kemudian lakukan pemasangan kondom kateter atau juga dapat melakukan
kompresi bimanual interna/esksterna selama 5 menit.
• Jika tindakan yang dilakukan gagal, maka dapat dilakukan tindakan operatif
laparotomi dengan pilihan bedah konservatif atau dapat melakukan
histerektomi.4

Gambar 1. Kompresi bimanual interna dan eksterna.4


2. Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir biasanya terjadi akibat adanya trauma pada persalinan.
Robekan jalan lahir dapat disebabkan oleh epistomi. Robekan spontan pada perineum,
karena trauma forcep atau vakum ekstrasi atau versi ektrasi.

Oleh karena itu, dibutuhkan inspeksi yang baik untuk menilai apakah terdapat
robekan jalan lahir. Pemeriksaan bias dilakukan dengan pemeriksan inspeski pada
vulva, vaginan dan serviks. Pemeriksaan bias menggunakan speculum untuk mencari
sumber dari perdarahan.1

Penanganan robekan jalan lahir:

a. Rupture perineum dan robekan dinding vagina


• Mencari sumber perdarahan
• Lakukan irigasi membersihkan dengan antisepstik
• Menghentikan perdarahan dengan cara klem dan mengikat dengan benang yang
dapat diserap
• Lakukan penjahitan di daerah luka
• Jika perdarahan tidak berhenti, maka berikan asam traneksamat 1 mg secara IV,
bolus sealama 1 menit dan diulang setelah 30 menit, kemudian rujuk pasien.
b. Robekan serviks
• Lebih banyak terjadi di bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio
• Jepit menggunakan klem di daerah perdrahan
• Kemudian jahit secara kontinu sampai semuanya dapat di jahit.
• Jika perdarahan tidak berhenti, maka berikan asam traneksamat 1 mg secara IV,
bolus sealama 1 menit dan diulang setelah 30 menit, kemudian rujuk pasien.4

3. Retensio plasenta

Retio plasenta adalah plasenta yang masih terttinggal di dalam uterus setelah bayi
lahir selama setengah jam. Bila implantasi menembus desidua basalis dan nitabuch
layer maka disebut dengan plasenta akreta. Jika plasenta menembus sampai
myometrium, maka disebut dengan plasenta inkreta. Sedangkan jika vili korialis sduah
sampai menembus perimetrium maka disebut dengan plasenta perkreta.1

Penanganan :

• Pemberian oksitosin 20 – 40 unit dalam 1000 mllarutan NaCl 0,9%/RL dengan


kecepatan 60 tetes/menit. Kemudan berikan 10 unit secara IM. Dan lanjutkan
dengan oksitosin 20 unit dalam 1000 mllarutan NaCl 0,9%/RL dengan kecepatan
40 tetes/menit sampai terhentinya perdarahan.
• Kemudian lakukan tarikan tali pusat terkendali
• Bila tarikan tali pusat tidak berhasil, lakukan tarikan plasenta manual.
• Berikan antibiotic profilaksis dosis tunggal, yaitu berikan ampisilin dengan dosis
2 g secara IV dan metronidazole 500 mg secara IV.
• Rujuk pasien jika menimbulkan komplikasi perdarahan dan infeksi.4

Gambar 2. Teknik melepaskan plasenta dengan Teknik creede.2

4. Inversi Uterus

Inversi uterus merupakan keadaan dimana terjadinya lapisan dalam uterus yaitu
endometrium, turun dan keluar melalui ostium uteri eskternum secara komplit atau
inkomplit. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan ini adalah atonia uteri,
pada keadaan servis yang masih terbuka lebar, adanya kekuatan yang menarik fundus
kea rah bawah (pada kasus plasenta akreta, inkreta , dan perkreta), tekanan yang terjadi
pada fundus uteri dari atas (maneuver crede) atau dapat terjadi karena tekanan
intraabdominal yang kuat dan terjadi dengan tiba-tiba (pada kasus batuk atau bersin).

Tanda-tanda inversion uteri adalah:

• Terjadinya syok karena kesakitan


• Perdarahan yang banyak dan bergumpal
• Tampka endometrium yang terbalik pada vula, baik diikuti atau tidak dengan
plasenta yang melekat.
• Bila kejadiannya cukup lama, maka akan membuat serviks mengceil dan membuat
uterus mengalami iskemik, nekrosis serta infeksi.

Penanganan :

• Pemasangan infus untuk pemberian cairan, darah dan obat


• Beberapa tempat memberikan tokolitik atau MgSO4 dengan tujuan melemaskan
uterus sebelum melakukan tindakan reposisi manual.
• Dapat melepas plasenta secara manual di dalam uterus.
• Pemberian antibiotic jika diperlukan dan berikan transfuse darah jika dibutuhkan.
• Jika reposisi manual gagal, maka lakukan bedah laparotomi atau melakukan
histirektomi.1

5. Gangguan koagulasi

Perdarahan postpartum akibat gangguan koagulasi dapat dicurigai apa bila


penyebab yang lain sudah disingkirkan, dan memliki riwayat yang sama pada
kehamilan sebelumnya. Dapat ditandai dengan beberapa keadaan seperti mudah terjadi
perdarahan ketika setiap dilakukan penjahitan, perdrahan yang banyak, muncul
hemaoma pada daerah suntikan atau bekas jahitan, perdarahan dari gusi, perdarahan
dari hidung dan lainnya.1
Pada pemeriksaan penunjang dijumapai:

• Waktu perdarahan dan pembekuan yang memanjang


• Trombositopenia
• Hypofibrinogenemia
• Adanya FDP (fibrin degradation product)
• Tes prothrombin dan PTT yang meamnjang.

Faktor predisosisi untuk kejadian ini adalah solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan, eklamsia, emboli cairan ketuban dan sepsi.1

Penanganan :

• Tanganin kemungkinan penyebab terjadinya gangguan pembekuan darah


(plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklamsia, emboli cairan ketuban
dan sepsi.)
• Berikan plasma beku darah segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15
ml/KgBB).
• Berikan sel darah merah untuk menggantikan sel darah merah.
• Berikan kriopresipitat untuk dapat menggantikan fibrinogen
• Berikan trombosit jika perdarahan berlanjut dengan trombosit <20.000
• Jka sulit mendapatkan tranfusi darah dengan golongan darah yang sesuai,
berikan darah dengan golongan darah O.4

D. Manifestasi klinis

Ada beberapa tanda dan gejala yang muncul akibat perdarahan postpartum, yaitu
diantarannya : palpitasi, pusing, takikardi, kelemahan, berkeringat, tampak gelisah,
tampak pucat, oliguria, kolpas, air hunger, dan bias anuria.
Gambar 3. Gejala klinis berdasarakan jumlah perdarahan yang terjadi.5

E. Tatalaksana

Alur tatalaksana yang dapat dilakukan adalah :

a. Panggil tim bantuan


b. Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
c. Jika pasien mengalami syok, maka lakukan tatalaksana syok segera mungkin.
d. Berikan oksigen kepada pasien
e. Memasang infus IV dengan kanul ukuran besar (16 atau 18), dimulai degan
memberikan cairan kristaloid yaitu NaCl 0,9% atau RL atau RA sesuai yang
dibutuhkan dengan mondisi ibu.
f. Mengabil sambel darah untuk pemeriksaan laboratorium pada saat memamsang
infus.
g. Lakukan pemeriksaan kadar Hb, penggolanagan darah dan tipe Rh, pemerikasan
BT, CT, PT, APTT, hitung trombisit dan fibrinogen.
h. Melakukan pemantauan terhadap tekanan darah, nadi, dan pernapasan pasien.
i. Melakukan pemeriksaan abdomen, yaitu periksa kontraksi uterus, nyeri tekan,
parut luka dan tinggi fundus uteri.
j. Periksa jalan lahir dan perineum untuk menilai perdarahan.
k. Kemudian periksa plasenta dan selaput ketubahan apakah sudah lengkap atau
beum.
l. Memasang kateter folley untuk pemantauan jumlah urin.
m. Lakukan transfuse darah jika kadar Hb < 8 g/dl atau ditemukan tanda-tanda anemia
berat.
n. Menentukan penyebab dari perdarahan yang terjadi.
o. Tatalaksana lanjutan sesuia dengan penyebab dari perdarahan yang terjadi.4

Gambar 4. Jumlah cairan infus sebagai pengganti sesuai perkiraan volume kehilangan

darah.
Gambar 5. Algoritma penatalaksanaan perdarahan postpartum.5
F. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk antispasi terjadinya perdarahan


postpartum adalah sebagai berikut:

1. Melakukan persiapan sebelum hamil dengan tujuan untuk memeprbaiki keadan


umum dan mengatasi setiap penyakit kronis yang ada. Sehingga ketika pada saat
persalinan, keadaan pasien tersebut berada dalam keaadan yang bagus dan optimal.
2. Mengenal semua faktor risiko predisposisi terjadinya perdarahan postpartum
3. Persalinan harus selsai dalamwaktu 24 jam dan menghindari kejadian partus lama.
4. Melahirkan di tempat fasilitas yang lengkap guna menghidar risiko perdarahan
postpartum.
5. Melakukan persalinan pada tenaga yang terlatih dan bukan pada dukun.
6. Tenaga medis harus menguasi langkah-langkah pertolongan pertama dalam
menghadapi perdarahan postpartum.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2011. 522 p.

2. Manuaba, Candradinata fajar. Pengantar Kuliah Obstetri. 1st ed. Jakarta: EGC;
2007. 810 p.

3. Tanda Bahaya Serta Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum. Fak Kedokt Univ
UDAYANA. 2008;3(1):9–18.

4. Susilaningrum R, Nursalam, Utami S. Buku Saku : Pelayanan kesehatan ibu di


fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. kementrian kesehatan republik indonesia.
2013. 101 p.

5. POGI Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Perdarahan Pasca-Salin. Pedoman


Nas Pelayanan Kedokt POGI. 2016;
SKENARIO

Seorang ibu usia 28 tahun, G2P1A0 sedang melakukan persalinan dan


persalinanya berhasil dilakukan di puskesmas. Pada saat 5 jam setelah bayi lahir, pasien
mengelukan pusing dan lemas. Berdasarkan pengakuan pasien, dia pernah mengalami
perdarahan setelah melahirkan dengan jumlah yang banyak pada persalinan
seselumnya.

Pada pemeriksaan vital sign, TD: 90/60, RR: 20 x/menit, HR: 120 x/menit, dan
T: 37,2 oC. Pada pemeriksaan fisik dijumpai palpebra anemis, kulit pucat, dan
perdarahan yang banyak sekitar > 500 cc keluar dari vagina. Pada inspeksi
menggunakan speculum, dijumpai ada robekan jalan lahir di daerah serviks pasien.

Apa yang terjadi pada pasien?

Bagaimana tatalaksana awal pada pasien tersebut?


Brain Mapping

Anda mungkin juga menyukai