NIM : 1807101030088
A. Definsi
B. Klasifikasi
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah ketika kontraksi uterus berkurang atau tidak ada kontraksi
ueterus setelah lepasnya plasenta dan kasus ini merupakan penyabab umum dari
perdrahan postpartum. Sehingga kontraksi uterus tidak mampu menutup perdarhaan
terbuka di daerah implantasi plasenta setelah janin keluar.3
• Perdarahan yang aktif dan banyak, bergumpal pada saat bayi telah lahir.
• Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau bias lebih dengan
kontraksi uterus yang lemah.
• Jika dicurigai atonia uteri, yang harus diketahui bahwa sudah ada darah yang
keluar sebanyak 500 – 1000 cc dan masih terperangkap di dalam uterus.
Tatalksana
Robekan jalan lahir biasanya terjadi akibat adanya trauma pada persalinan.
Robekan jalan lahir dapat disebabkan oleh epistomi. Robekan spontan pada perineum,
karena trauma forcep atau vakum ekstrasi atau versi ektrasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan inspeksi yang baik untuk menilai apakah terdapat
robekan jalan lahir. Pemeriksaan bias dilakukan dengan pemeriksan inspeski pada
vulva, vaginan dan serviks. Pemeriksaan bias menggunakan speculum untuk mencari
sumber dari perdarahan.1
3. Retensio plasenta
Retio plasenta adalah plasenta yang masih terttinggal di dalam uterus setelah bayi
lahir selama setengah jam. Bila implantasi menembus desidua basalis dan nitabuch
layer maka disebut dengan plasenta akreta. Jika plasenta menembus sampai
myometrium, maka disebut dengan plasenta inkreta. Sedangkan jika vili korialis sduah
sampai menembus perimetrium maka disebut dengan plasenta perkreta.1
Penanganan :
4. Inversi Uterus
Inversi uterus merupakan keadaan dimana terjadinya lapisan dalam uterus yaitu
endometrium, turun dan keluar melalui ostium uteri eskternum secara komplit atau
inkomplit. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan ini adalah atonia uteri,
pada keadaan servis yang masih terbuka lebar, adanya kekuatan yang menarik fundus
kea rah bawah (pada kasus plasenta akreta, inkreta , dan perkreta), tekanan yang terjadi
pada fundus uteri dari atas (maneuver crede) atau dapat terjadi karena tekanan
intraabdominal yang kuat dan terjadi dengan tiba-tiba (pada kasus batuk atau bersin).
Penanganan :
5. Gangguan koagulasi
Faktor predisosisi untuk kejadian ini adalah solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan, eklamsia, emboli cairan ketuban dan sepsi.1
Penanganan :
D. Manifestasi klinis
Ada beberapa tanda dan gejala yang muncul akibat perdarahan postpartum, yaitu
diantarannya : palpitasi, pusing, takikardi, kelemahan, berkeringat, tampak gelisah,
tampak pucat, oliguria, kolpas, air hunger, dan bias anuria.
Gambar 3. Gejala klinis berdasarakan jumlah perdarahan yang terjadi.5
E. Tatalaksana
Gambar 4. Jumlah cairan infus sebagai pengganti sesuai perkiraan volume kehilangan
darah.
Gambar 5. Algoritma penatalaksanaan perdarahan postpartum.5
F. Pencegahan
1. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2011. 522 p.
2. Manuaba, Candradinata fajar. Pengantar Kuliah Obstetri. 1st ed. Jakarta: EGC;
2007. 810 p.
3. Tanda Bahaya Serta Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum. Fak Kedokt Univ
UDAYANA. 2008;3(1):9–18.
Pada pemeriksaan vital sign, TD: 90/60, RR: 20 x/menit, HR: 120 x/menit, dan
T: 37,2 oC. Pada pemeriksaan fisik dijumpai palpebra anemis, kulit pucat, dan
perdarahan yang banyak sekitar > 500 cc keluar dari vagina. Pada inspeksi
menggunakan speculum, dijumpai ada robekan jalan lahir di daerah serviks pasien.