Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

UPAYA KOLABORASI DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen

Dosen Pengampu : Dr. Anah Sasmita,S.Kp.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

Dhiya Syifa Az-Zahra

P17320118097

2C

PRODI DIII KEPERAWATAN BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2020
UPAYA KOLABORASI DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

Dalam rencana rencana strategis kementrian kesehatan 2015-2019 angka Kematian Ibu
sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum
memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab ini dapat
diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik.

Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Tiga indikator yang
dipakai dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu adalah angka kematian ibu (AKI),
proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi
(Depkes RI, 2001). Untuk mewujudkan itu semua, seluruh pemangku kepentingan dalam
program kesehatan reproduksi di Indonesia (pemerintah pusat maupun daerah, LSM, dunia
usaha, organisasi profesi, dan lembaga donor) hendaknya meningkatkan aktivitasnya dalam
mendukung pencapaian kualitas hidup ibu yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kualitas
hidup keluarga. Sebagai tolok ukur keberhasilan kesehatan ibu, maka salah satu indikator
terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetric.

Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan
meningkatkan pertolongan persalinan dan program antenatal care ( ANC ) oleh tenaga kesehatan
terlatih. Kegiatan ini membutuhkan kelompok independen, namun memahami persoalan
kesehatan, Persoalan kematian ibu adalah multifactor ,tidak bisa diselesaikan "hanya" oleh satu
bidang kesehatan melainkan kolaborasi dari berbagai bidang kesehatan.

1. Pengawasan kehamilan dilakukan oleh berbagai profesional kesehatan seperti dokter,


bidan, dan dokter rumah sakit.

Di beberapa negara, hampir 90% pengawasan kehamilan (asuhan antenatal) ditangani oleh
dokter dan bidan komunitas. Sebuah studi kuasi-eksperimental dilakukan pada tahun 2009 di
pusat-pusat kesehatan perkotaan (UHCS) di lima Kota Mandalay, Myanmar, untuk
meningkatkan kualitas pemeriksaan ibu hamil melalui pelibatan pengunjung kesehatan wanita
(LHVS) sebagai pengawas bidan. Sehingga bidan melaksanakan tugasnya dalam antenatal care
secara lebih terstandar dan bertanggungjawab. Di Pakistan (2011), sebuah penelitian untuk
mengevaluasi program KIA di Distrik Mardan, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa dilakukan.
Hasilnya, program KIA yang diluncurkan sejak tahun 2005 tersebut tidak mendapat respons dari
masyarakat dan tidak berhasil menurunkan AKI. Setelah masyarakat diajak untuk terlibat dalam
pengawasan ibu hamil bersama bidan komunitas, terdapat peningkatan cakupan untuk program-
program KIA.

2. Program Keluraga Brencana

Tingginya angka kematian ibu, program KB digunakan sebagai salah satu cara untuk
menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu. Peserta KB cukup
banyak merupakan potensi dalam penurunan kematian ibu, namun harus terus digalakkan
penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Program ini dapat terwujud dari kolaborasi dari berbagai profesi kesehatan baik
halnya dalam penginformasian pada masyarakat mengenai program kb oleh bidang promosi
kesehatan, maupun oleh bidan dan perawat yang malakukan program KB langsung pada
masyarakat.

3. Pemberian penkes Gizi pada ibu hamil

Kolaborasi baik ahligizi maupun perawat kominutas mengenai keanekaragaman makanan


menjadi potensi untuk peningkatan gizi ibu hamil, namun harus dapat dikembangkan paket
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang tinggi kalori, protein dan mikronutrien.

4. Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival)

Fokus EMAS yaitu perbaikan kualitas layanan, penguatan sistem rujukan dan penguatan
akuntabilitas, sejalan dengan pencapaian SPM dan indikator Keluarga Sehat. Pendekatan
program EMAS dengan pendampingan dan advokasi, perubahan mindset, peningkatan kapasitas
dan beban moral, pembelajaran dan mentoring (daerah yang asalnya didampingi setelah mandiri
jadi pendamping daerah lainnya

5. Peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pelayanan kesehatan

mengambil keputusan untuk mengakses layanan kesehatan yang dibuktikan dengan masih
adanya kecenderungan ibu hamil memilih persalinan di dukun bayi (sekitar Hal tersebut jelas
akan menurunkan tingkat kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Untuk memecahkan masalah
ini,salah satu hal yang dilakuakn pemerintah kabupaten menginisiasi program Kemitraan Bidan
dan Dukun (KBD) pada tahun 2007. Program ini secara umum berupaya mengalihfungsikan
peranan dukun bayi atau dukun beranak (sanro) dalam persalinan tradisional kepada perawatan
bayi dan ibu pasca–melahirkan. Selain dilatih, mereka diajak untuk mendorong setiap ibu
melahirkan agar dapat ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti bidan. Setiap dukun bayi
mendapatkan insentif Rp 50.000 manakala merujuk upaya persalinan ini ke bidan desa.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi,ferry & Makhfudi.(2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sofiah dkk, (2016). Pencegahan Kematian Ibu dan Anak Melaui Pendekatan Strategi
Komunikasi Program EMAS.Jurnal ilmu komunikasi. 14(3).
Surasaya,Ketut,(2010).Strategi Menurunkan Kematian Ibu (AKI) Di Indonesisa.Sleman :
Penerbit Deepublish.
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.(2014).Rencana Pembangunan Nasional 2015-
2019.Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Anda mungkin juga menyukai