Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Jenis-Jenis Korupsi di Lingkungn Kampus, Pelayanan Keseharan Dan di Masyarakat


Serta Menunjukan Korupsi Dalam Berbagai Perspektif

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Dosen Pembimbing :

Desmaniarti Z, SKp, Msi

Disusun oleh : Kelompok 5


Dhiya Syifa Az-zahra P17320118096
Cicim Sugiman P17320118085
N Anjali Nur Amaniah P17320118102
Silda Septiani P17320118115
Syifa Nurul Hikmah P17320118095
Nadya Noer Basith P17320118114
Yunita Etikawati P17320118087

JURUSAN D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Jenis-jenis Korupsi di Lingkungn
Kampus, Pelayanan Keseharan dan di Masyarakat Serta Menunjukan Korupsi Dalam Berbagai
Perspektif” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai
pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis
khususnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Desmaniarti Z,


SKp, Msi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini dan kami juga mengharapkan saran dan kritik
agar daat lebih baik untuk kedepannya.

Bandung, 19 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................................................3

BAB II ISI........................................................................................................................................4

2.1 Pengertian...............................................................................................................................4

2.2 Jenis-Jenis Korupsi Secara Umum.........................................................................................5

2.3 Korupsi Di Lingkungan Kampus..................................................................................................6

2.4 Korupsi Di Lingkungan Pelayanan Kesehatan...........................................................................7

2.5 Korupsi Di Lingkungan Masyarakat..........................................................................................11

2.6 Korupsi Di Berbagai Perspektif..................................................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15

3.2 Saran.....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari, korupsi muncul dari
kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti memberi hadiah
kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK,
2006: 1)

Korupsi merupakan fenomena yang masih memerlukan perhatian lebih karena


merupakan kejahatan luar biasa yang dampaknya sangat merugikan masyarakat. Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi tidak
hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan
ekonomi masyarakat secara luas.Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius
dinegeri ini.

Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat, meluas
dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasayang canggih dan memanfaatkan
teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari kian marak. Hampir setiap hari
berita tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan Korupsi dianggap biasa dan
dimaklumi banyak orang sehingga masyarakat sulit membedakan nama perbuatan korup dan
mana perbuatan yang tidak korup. Meskipun sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK)
dan beberapa instansi antikorupsi lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking teratas
sebagai negara terkorup di dunia.

Dari data yang telah diperoleh dari Indonesia Corruption Watch(ICW), sepanjang periode
1 Januari hingga 31 Juli 2012 sebanyak 579 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus korupsi oleh para penegak hukum seperti KPK, Kepolisian RI dan Kejaksaan. Kasus
yang ditangani tiga penegak hukum tersebut sepanjang enam bulan pertama tahun 2012
mencapai 285 kasus dengan potensi kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi sebesar
Rp.1,22 triliun. Dalam jumpa pers pada tanggal 4 Oktober 2012, Agus Sunaryanto salah satu
anggota tim Divisi Investigasi dikantornya mengungkapkan bahwa pada enam bulan
awaltahun 2012 kasus korupsi tertinggi di sektor infrastruktur sebanyak 87 kasus. Menyusul
setelah korupsi di infrastruktur, ada juga kasus korupsi di sektor anggaran daerah sebanyak
50 kasus, sektor pendidikan sebanyak 29 kasus dan sektor sosial kemasyarakatan atau
keagamaan sebanyak 21 kasus. Disusul dengan kasus korupsi di pertanian sebanyak 12
kasus, perdagangan perindustrian sebanyak 10 kasus, bea cukai, pertambangan dan
pertanahan sebanyak 9 kasus dan terakhir kesehatan 7 kasus.Perbandingan penindakan kasus
korupsi pada semester I tahun 2011, penegak hukum menyidik 436 kasus korupsi dengan
tersangka berjumlah 1053 orang. Jumlah kerugian negara dalam penyidikan mencapai Rp 2,1
triliun. Sementara itu data ICW semester I tahun 2010, penegak hukum menyidik 176 kasus
korupsi dengan tersangka 441 orang. Sementara itu, jumlah kerugian capai Rp 2,1 triliun
(Anonim. (2012). Lahan dan Jumlah Korupsi Semester 1 di Indonesia Versi ICW.

Karena banyaknya kasus korupsi di berbagai bidang di Indonesia oleh karena itu, penulis
memnuat judul makalah “ Jenis-jenis Korupsi di Lingkungnn Kampus, Pelayanan Keseharan
dan di Masyarakat Serta Menunjukan Korupsi Dalam Berbagai Perspektif”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan rumusannya
masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah jenis-jenis korupsi yang terjadi dilingkungan kampus

2. Bagaimanakah jenis-jenis korupsi yang terjadi dilingkungan pelayanan kesehatan

3. Bagaimanakah jenis-jenis korupsi yang terjadi dilingkungan masyarakat

4. Bagaimanakah korupsi dalam berbagai perspektif


1.3 Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan makalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan jenis jenis korupsi yang terjadi dilingkungan kampus

2.Untuk menjelaskan jenis jenis korupsi yang terjadi dilingkungan pelayanan kesehatan

3. Untuk menjelaskan jenis jenis korupsi yang terjadi dilingkungan masyarakat

4. Untuk menjelaskan korupsi dalam berbagai perspektif


BAB II
ISI

2.1 Pengertian
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut TransparencyInternational adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publikyang dipercayakan kepada mereka.Dalam Kamus
Al-Munawwir, term korupsi bisa diartikan meliputi: risywah, khiyânat, fasâd, ghulû l, suht,
bâthil.Sedangkan dalam Kamus Al-Bisri kata korupsi diartikan ke dalam bahasa arab:
risywah, ihtilâs, dan fasâd.Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara
harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan padanya, dapat
disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).

Adapun arti terminologinya, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang


negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Sementara, disisi lain,
korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna kebusukan, keburukan, dan
kebejatan. Definisi ini didukung oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu
tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh keuntungan
untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi adalah
menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan
pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki
kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun
digunakan untuk keuntungan diri sendiri.

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana
karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut: Kerugian keuangan Negara, suap-menyuap, penggelapan
dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
gratifikasi.

2.2 Jenis-Jenis Korupsi Secara Umum


Beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di antaranya Syed Hussein Alatas yang
mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi di kelompokkan menjadi tujuh jenis
korupsi sebagai berikut.

1. Korupsi transaktif (transactivecorruption)
Menunjukan kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak
penerima, demikeutungan kedua belah pihak dan dengan aktif di usahakan tercapainya
keuntungan bagi kedua belah pihak.
2.  Korupsi yang memeras (extortivecorruption)
Jenis korupsi di mana pihak pemberi di paksa untuk menyuap guna mencegah kerugian
yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang di
hargainya.
3.   Korupsi investif (investivecorruption)
Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dari keungan tertentu, selain
keuntungan yang di bayangkan akan di peroleh di masa yang akan dating.
4.  Korupsi perkerabatan (nepotisticcorruption)
Penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan
dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan
dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan
norma dan peraturan berlaku.
5.  Korupsi definitive (definisifecorruption)
Perilaku korban korupsi dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka
mempertahankan diri.
6.  Korupsi otogenik (autogeniccorruption)
Korupsi yang di laksanakan oleh seorang diri.
7.   Korupsi dukungan (supportivecorruption)
Korupsi tidak secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk
lain.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Pidana Korupsi


yang di perbarui dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 menetapkan 7 (tujuh) jenis
Tindak Pidana Korupsi yaitu korupsi terkait kerugian keuangan Negara, suap-menyuap,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan perbuatan curang, benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan gratifikasi.

2.3 Korupsi di Lingkungan Kampus

Selain mencetak generasi antikorupsi, ternyata kampus juga bisa menjadi tempat
bersarangnya tindakan korupsi. Tak heran, saat ini banyak kasus kampus yang memerangi
korupsi di institusinya sendiri.

korupsi yang terjadi di lingkungan kampus merupakan salah satu bentuk kejahatan
kerah putih. Bahkan yang lebih mengejutkan, para koruptor di negeri ini kebanyakan berasal
dari perguruan tinggi.

Beberapa contohnya korupsi di lingkungan kampus, yakni plagiarisme. Contohnya


beberapa kasus, seperti dosen suka menjiplak dan mantan rektor dibui karena korupsi lahan
kampus. Selain itu menjiplak skripsi, bahkan dilakukan oleh universitas ternama. Dari
beberapa kasus tersebut artinya tindak korupsi sudah mulai terjadi di ruang belajar. Selain
maraknya tindak korupsi di kampus, dia juga menyayangkan dominasi akademisi yang
berasal dari sektor hukum tentang peran pemberantasan korupsi di kampus. korupsi itu
gejala sosial, politik, dan ekonomi. Tapi yang akademisi yang terkait tindak korupsi dominan
hukum. Selain itu, beberapa akademisi malah menjadi saksi ahli pada beberapa kasus
korupsi,
Contoh lain kasus korupsi dilingkungan kampus :
1. titip absen dan bolos kuliah (korupsi supportive)
2. menyontek lembar jawaban teman (korupsi autognik)
3. copy paste tugas teman (korupsi autogenic)
4. memalsukan data untuk beasiswa (korupsi autogenic)
5. menggunakan uang kuliah untuk belanja (korupsi autogenic)
6. memberikan barang kepada dosen untuk maksud tertentu (korupsi investif)

2.4 Korupsi di Lingkungan Pelayanan Kesehatan

Setidaknya terdapat 7 area korupsi sektor kesehatan: konstruksi dan rehabilitasi


fasilitas kesehatan, pembelian alat dan suplai termasuk obat-obatan, distribusi dan
penggunaan obat-obatan dan suplai dalam pelayanan pengiriman, regulasi kualitas produk,
pelayanan, fasilitas dan professional, pendidikan profesi kesehatan, penelitian medis, dan
pengadaan pelayanan kesehatan (Vian, 2005). Selain contoh korupsi alat kesehatan yang
disebutkan pada awal naskah ini, Tabel 1 memuat area korupsi, jenis korupsi, dan akibat
korupsi di sektor kesehatan. Yang paling berdampak buruk kepada masyarakat luas adalah
jenis korupsi di mana pimpinan mengarahkan program dengan pertimbangan politis yang
memengaruhi proses kontrak dan spesifikasi dan pemenang-pemenang lelang. Grand
corruption seperti ini actor intellectual-nya jarang tersentuh hukum, karena ia mendesain
program dan mengarahkan pemenang lelang; tetapi secara teknis pelaksanaan, para
penandatangan kontrak dan anggaran adalah yang menanggung risiko akibatnya.

Area Korupsi Jenis korupsi


Konstruksi dan rehabilitasi  Suap, kickback, Korupsi defensive
fasilitas kesehatan. pertimbangan politis yang
memengaruhi proses
kontrak.
 Kontraktor gagal
memenuhi dan tidak
diminta
pertanggungjawabannya.
Pembelian alat dan suplai,  Suap, kickback, dan korupsi transaktif
termasuk obat-obatan. pertimbangan politis yang
memengaruhi spesifikasi
dan pemenang-pemenang
lelang.
 Kolusi pada pengadaan
barang dan jasa.
 Kurangnya insentif untuk
memilih harga rendah dan
kualitas tinggi suppliers.
 Promosi obat secara tidak
etis.
 Suppliers gagal memenuhi
dan tidak dimintai
pertanggungjawaban.

Distribusi dan penggunaan Pencurian (untuk manfaat Korupsi otogenik


obat-obatan dan suplai pribadi) atau membelokkan
dalam pelayanan (untuk penjualan kembali bagi
pengiriman sektor swasta) obat-obatan,
suplai di titik-titik
penyimpanan dan distribusi.
 Penjualan obat-obatan atau
suplai yang seharusnya
gratis.

Regulasi kualitas produk,  Suap untuk mempercepat Korupsi transaktif


pelayanan, fasilitas, dan
profesional proses atau mendapat
persetujuan bagi registrasi
obat, inspeksi kualitas
obat, atau sertifikasi
praktik manufaktur yang
baik.
 Suap atau pertimbangan
politis yang memengaruhi
hasil inspeksi atau
meredam temuan.
 Aplikasi yang bias
terhadap regulasi sanitasi
bagi restoran-restoran,
produsen makanan, dan
kosmetik.
 Aplikasi bias terhadap
akreditasi, sertifikasi atau
lisensi prosedur-prosedur
dan standar-standar.

Pendidikan profesi  Suap untuk mendapat Korupsi Supportive


kesehatan tempat di fakultas
kedokteran atau pelatihan
(training) pelayanan
kesehatan.
 Suap untuk mendapat nilai
kelulusan
 Pengaruh politik,
nepotisme dalam seleksi
kandidat-kandidat untuk
kesempatan pelatihan
(training).

Pengadaan pelayanan oleh  Penggunaan fasilitas Korupsi Defensif


garda depan pekerja publik dan peralatan untuk
kesehatan. memeriksa pasien di
praktik pribadi
 Rujukan yang tidak perlu
ke praktik pribadi atau
fasilitas pelayanan medis
lainnya milik pribadi.
 Tidak hadir dalam
pelayanan medis.
 Pembayaran informal
diminta dari pasien untuk
pelayanan yang harusnya
gratis.
 Pencurian atau
menggunakan biaya
pemasukan, pembelokan
alokasi budget.
2.5 Korupsi di Lingkungan Masyarakat

Terdapat beberapa indikator kebiasaan atau perilaku di masyarakat yang menjurus kepada
perilaku koruptif. Indikator tersebut dibagi menjadi tiga lingkup, yaitu lingkup keluarga,
lingkup komunitas dan lingkup publik.

Contoh perilaku koruptif yang biasa dilakukan di lingkup publik jauh lebih banyak.

Misalnya saja pemberian uang atau barang jaminan kepada keluarga atau rekan agar seseorang
diterima menjadi pegawai negeri atau swasta. (Nepotistic)

Contoh lain, memberi uang pelicin untuk mempercepat urusan administrasi seperti pembuatan
Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga dan lain sebagainya. (Defensif) Bahkan, hanya
62,28 persen masyarakat yang menilai pemberian uang pelicin untuk urusan administrasi
tersebut merupakan hal tidak wajar

Adapun perilaku koruptif lainnya yang juga biasa dilakukan di lingkup publik di antaranya
pemberian uang damai kepada polisi saat melanggar lalu lintas. (Defensif)

Contoh lain, petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transport, pemberian uang
jaminan kepada guru agar anaknya diterima masuk ke sekolah yang diajarnya, hingga
pembagian uang dan barang pada pelaksanaan pemilu. (extortive)

2.6 Korupsi di Berbagai Perspektif

Permasalahan korupsi dapat dilihat dalam berbagai perspektif yang meliputi ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta pertahanan keamanan nasional. Korupsi masih
terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa berlangsung di manapun, di lembaga
negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Korupsi dapat terjadi karena adanya
tekanan, kesempatan, dan pembenaran. Mengetahui bentuk/jenis perbuatan yang bisa
dikategorikan sebagai korupsi adalah upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak
melakukan korupsi. Karena itu, pendidikan integritas dan antikorupsi sejak dini menjadi
penting. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul generasi yang memiliki jiwa
antikorupsi serta standar perilaku sehingga berkontribusi bagi masa depan bangsa.
1. Korupsi dalam Perspektif Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang


merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris disebut Culture. Secara
umum perilaku seseorang yang melakukan praktik korupsi didorong oleh beberapa hal,
antara lain perilaku serakah sebagai potensi yang ada dalam diri setiap orang, kesempatan
untuk melakukan kecurangan, dan kebutuhan untuk memenuhi tingkat kehidupan yang
menurutnya mapan. Dalam hal ini pelaku sadar bahwa tindakannya akan merugikan suatu
pihak dan akan ada konsekuensi yang dihadapinya apabila kecurangan itu diketahui.

a. Ada kebiasaan masyarakat memberikan uang pelicin atau tips kepada petugas
kesehatan untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
(Defensive)

b. Seorang petugas kesehatan merekomendasikan obat pesanan sponsor karena ia


telah menerima gratifikasi dari produsen obat tersebut. (Investive)

c. Penyalahgunaan kartu miskin/Jamkesmas/Jamkesda untuk mendapatkan fasilitas


kesehatan gratis yang dilakukan masyarakat dalam golongan mampu.(Transtactive)

d. Mahasiswa memberikan parsel atau uang kepada dosen pembimbing dan dosen
penguji sebagai ucapan terima kasih menjelang dilaksanakannya seminar proposal atau
ujian karya tulis ilmiah. (Defensive)

e. Orangtua calon mahasiswa memberikan sejumlah uang kepada panitia penerima


mahasiswa baru agar anaknya dapat diterima di perguruan tinggi negeri. (Defensive)

2. Korupsi dalam Perspektif Agama

Dalam perspektif agama korupsi dipandang sebagai suatu perbuatan yang sanbgat
tercela, dalam perspektif ajaran islam korupsi termasuk perbuatan yang merusak
kemaslahatan, kemanfaatan hidup, dan juga tatanan kehidupan. Pelakunya dikategorikan
melakukan dosa besar. Dalam konteks ajaran islam yang lebih luas, korupsi merupakan
tindakan yang bertentangan dengan prinsip keaddilan, akuntabilitas dan juga tanggung
jawab

Agama berperan dalam proses pendidikan dan pengasuhan manusia untuk membentuk jati
diri, watak, dan perilaku manusia yang saleh dan beriman. Ada faktor-faktor lain yang bisa
mengalahkan pengaruh ajaran agama sebagai godaan manusiawi, yaitu nilai-nilai agama
tidak menjadi pedoman dalam tindak perilaku di masyarakat, ketiadaan apresiasi terhadap
nilai-nilai kemuliaan disertai dengan lemahnya disiplin diri dan etika dalam bekerja, serta
adanya sifat tamak dan egois yang hanya mementingkan diri sendiri.

Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: yang artinya "Barangsiapa yang kami angkat
menjadi karvawan untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya,
maka apa yang ia ambil lebih dari upah yang semestinya, maka itu namanya korupsi".
(HR. Abu Dawud dari Buraidah). Jadi semua komisi atau hadiah yang diterima seorang
petugas atau pejabat dalam rangka menjalankan tugasnya bukanlah menjadi haknya.

Misalnya seorang staf sebuah kantor pemerintahan dalam pembelian inventaris


kantornya dia mendapat discount dari si penjual, maka discount tersebut bukanlah
meniadi miliknya, tetapi menjadi milik kantor.

Contoh lainnya seorang pejabat menerima hadiah dari calon tender supaya calon tender
yang memberi hadiah tersebut mendapatkan tender tersebut. (Investive)

3. Korupsi dalam Perspektif Hukum

•Korupsi merupakan suatu perbuatan melawan hukum baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara yang dari segi
materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-
nilai keadilan masyarakat.

•Dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia, sesuai dengan asas
hukum maka diterapkan peraturan khusus tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi yaitu UU No. 3 Tahun 1971, UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20 Tahun
2001, akan tetapi peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kejahatan seperti
kejahatan perpajakan, money laundering, kehutanan, perikanan, pertambangan dan
sebagainya yang deliknya dapat memenuhi unsur-unsur perbuatan korupsi, berlaku
peraturan perundang-undangan masing-masing.

Korupsi harus dipahami sebagai tindakan melawan hukum dan ada pandangan sebagai
kejahatan luar biasa (extraordinary crime). KPK telah mendata tindakan korupsi di
Indonesia sehingga diperoleh hasil 50% adalah penyuapan (Republika, 2014). Dari data ini
KPK memandang korupsi sebagai kejahatan luar biasa. Lebih jauh KPK mengungkap tiga
sebab mengapa korupsi di Indonesia menjadi kejahatan luar biasa.

a. Korupsi di Indonesia sifatnya transnasional sehingga beberapa koruptor Indonesia


mengirimkan uang ke luar negeri. Hasil pendataan KPK menunjukkan bahwa 40 persen
saham di Singapura adalah milik orang Indonesia. Itu berarti orang terkaya di Singapura
bukanlah orang Singapura, melainkan orang Indonesia. Oleh sebab itu, Singapura hingga
saat ini tak mau meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Tujuan dari perjanjian
ini adalah meminta buron dari suatu negara yang Korupsi 25 lari ke negara lain untuk
dikembalikan ke negara asalnya. Singapura telah menjadi tempat nyaman untuk pelarian
koruptor di Indonesia.

b. Pembuktian korupsi di Indonesia itu super. Artinya, membutuhkan usaha ekstrakeras.


Seperti diketahui, 50 persen kasus korupsi bentuknya penyuapan. Koruptor yang menyuap
tidak mungkin menggunakan tanda terima atau kuitansi. Secara hukum, pembuktiannya
cukup sulit. Itu sebabnya undang-undang memberi kewenangan kepada KPK untuk
memenjarakan orang yang korupsi.

c. Dampak korupsi memang luar biasa. Contohnya, dari sektor ekonomi, utang Indonesia di
luar negeri mencapai Rp1.227 triliun. Utang ini dibayar tiga tahap, 2011–2016, 2016–2021,
dan 2021–2042. Permasalahan yang muncul apakah kita dapat melunasinya pada 2042? Di
sisi lain, menjelang tahun itu banyak timbul utang-utang baru dari korupsi baru.
(Republika, 2014)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya
dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara
lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika,
kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman
yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai
bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.

3.2 Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Justin Sandri, Muslih Agus, Iryanti, Kamelia Emma, dkk. 2014. Pendidikan dan Budaya
Antikorupsi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Shoim Muhammad.2009.Pengaruh Pelayanan Publik Terhadap Tingkat Korupsi pada Lembaga


Peradilan dikota Semarang.Dikutip 19 Juli 2019.www.eprints.walisongo.ac.id

Komisi Pembersntasan Korupsi. 2006. Buku Panduan untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi.
Dikutip pada 19 Juli 2019. www.kpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai