Dan hanya kepada Allah pula kita meminta agar dijauhkan dari
keburukan-keburukan diri kita
Barang siapa yang Allah berikan hidayah maka tidak akan pernah
sesat selamanya
Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan maka tidak akan
mendapat petunjuk selamanya
2
Hari ini, kita masih berada di bulan Dzulhijjah, baru saja kita dan
seluruh ummat islam diseluruh dunia menyelesaikan rangkaian ibadah
kurban, Dzulhijjah adalah bulan di mana di dalamnya terdapat hari-hari
emas bagi kaum muslimin, yakni 10 Hari pertama yang terkandung
sekian banyak keutamaan. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan.
Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah. Dari Ibnu Abbas
radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
“Tidak ada amal pada hari-hari, yang lebih utama daripada amal-amal
di sepuluh hari ini.” Mereka berkata, “Tidak pula jihad?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda menjawab, “Tidak pula jihad di
jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat menghadapi
6
musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu
(dari keduanya atau mati syahid).” (HR. al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
no. 969).
Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci
yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya
haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari
raya haji dan bulan haji. Haji adalah ibadah tua seumur bapak para
nabi, Ibrahim ‘alaihissalam. Dialah pembangun Ka’bah Baitullah dan
setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi.
Salah satu hikmah Allah dalam mensyariatkan ibadah Haji adalah Dia
menjadikannya beragam, di mana hal ini bisa dilihat dalam ibadah-
ibadah yang merupakan rukun Islam, syahadat merupakan ibadah hati
karena ia merupakan keyakinan dasar yang kemudian dilafazkan
dengan lisan, sementara shalat adalah gerakan jasad, ia merupakan
ibadah badani, lain lagi puasa yang merupakan sikap menahan diri, lalu
zakat yang merupakan ibadah hartawi dan yang kelima adalah haji
yang menggabungkan semua sisi dari empat ibadah sebelumnya. Dari
sinilah, maka haji termasuk ibadah yang terakhir diwajibkan kepada
kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 Hijriyah. Hal ini karena haji
memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun
sebelumnya. Ia memerlukan landasan iman yang tertanam dalam
syahadat, ia memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada
shalat dan zakat, dan ia memerlukan sikap menahan diri yang
dikandung oleh puasa.
Maka dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan
jihad dan pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan
diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah istitha’ah.
Kita menengok lebih dalam kepada aturan dan tatanan manasik haji.
Kita bisa mendapatkan bahwa ia merupakan pendidikan jihad agar jiwa
menghormati dan menghargai batasan-batasan Allah, menahan diri
dengan tidak melanggarnya.
Seperti kita ketahui, haji ditunaikan dalam keadaan ihram, dan dalam
ihram ini terdapat pantangan-pantangan yang harus dijaga, seperti
pakaian berjahit, topi atau kopyah, mencukur rambut, memotong
kuku, membunuh binatang buruan, memakai minyak wangi,
bersetubuh, menikah dan menikahkan.
Mari kita lihat dan cermati tempat di mana haji ini dilaksa-nakan,
sebuah tempat yang berpusat di daerah Haram yang memiliki hukum-
hukum khusus yang berbeda dengan yang lain, salah satunya jika di
daerah selainnya keinginan berbuat keburukan belum diperhitungkan,
maka berbeda dengan di daerah Haram, ia diperhitungkan bahkan
diancam siksa yang pedih. Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
Oleh karena itu, ayat Alquran yang lain mengajarkan orang yang berhaji
agar menghindari perkara-perkara yang dapat mengurangi atau
menghapus keutamaan ibadah haji. Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Amr bin al-Ash
radhiallahu ‘anhu pada saat dia masuk Islam,