Tujuan:
menentukan cepat rambat bunyi di udara ( v )
Teori :
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda
lainyang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari
frekuensi itu. Resonansi berguna untuk mengukur kecepatan perambatan bunyi di
udara.
Dengan bantuan selang plastik/karet, reservoir R dan tabung kolom udara
(disebut tabung resonan) dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk bejana
berhubungan. Susunan tersebut kemudian diisi air hingga penuh. Garpu tala / speaker
yang frekuensinya telah diketahui dijepit dan digetarkan secara terus-menerus di atas
tabung kolom udara. Selama garpu tala bergetar, reservoir R diturunkan perlahan-lahan,
sehingga air dalam tabung kolom udara ikut turun dan gelombang bunyi merambat
dalam tabung kolom udara. Gelombang yang merambat ini dipantulkan permukaan air
sehingga antara gelombang yang datang dan yang dipantulkan terjadi interferensi.
Ketika panjang tabung kolom udara (2n +1 ) 1/4λ dengan n = bilangan cacah, maka
terjadi interferensiyang konstruktif, interferensi yang saling memperkuat
(Ingat interferensi pada ujung terikat dan pipa organa tertutup !). Dikatakan pada saat
itu antara garpu tala dan udara dalam tabung kolom udara terjadi resonansi (udara ikut
bergetar karena ada garpu tala yang bergetar). Jika A, B, C dan seterusnya merupakan
tempat terjadinya resonansi pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, maka jarak AB =
BC = 1/2λ dan AC = λ , sehingga panjang gelombangnya (λ ) dapat diukur. Karena
pada saat terjadi resonansi frekuensi yang bergetar sama, maka frekuensi udara yang
bergetar sama dengan frekuensi garpu tala. Dengan demikian cepat rambat bunyi di
udara dapat dihitung dengan rumus:
𝑣 = 𝑓. 𝜆
Pelaksanaan:
1) Isi tabung kolom udara dan reservoir R hingga penuh.
2) Hidupkan sumber getar dan pilih untuk frekunesi tertentu.
3) Cari tempat terjadinya resonansi pertama dan kedua dengan cara menurunkan air dalam reservoir R. (Saat terjadi
resonansi, ditandai suara yang agak nyaring). Catat skala tempat terjadinya resonansi-resonansi tersebut
4) Ulangi pelaksanaan 2 & 3 untuk frekuensi yang lain.
5) Tabelkan datanya dalam tabel data pengamatan dan lakukan percobaan sebanyak 7 kali.
Data Pengamatan
No Frekuensi Resonansi 1 Resonansi 2 𝜆 𝑣 Δ𝑣
(Hz) (m) (m) (m) (m/s) (m/s)
1 35 22.4 x 10-2 70 x 10-2 0.952 33.32 0.71
2 40 19.8 x 10-2 62 x 10-2 0.844 33.76 0.27
3 45 17.8 x 10-2 55.8 x 10-2 0.76 34.2 0.17
4 50 16 x 10-2 50.2 x 10-2 0.684 34.2 0.17
5 55 14.2 x 10-2 45.4 x 10-2 0.624 34.32 0.29
6 60 13 x 10-2 41 x 10-2 0.56 33.6 0.43
7 65 12 x 10-2 38.8 x 10-2 0.536 34.84 0.81
Pembahasan
Pada hari Selasa pada tanggal 25 Agustus 2015, kelompok saya melakukan percobaan mengenai resonansi bunyi.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda lain. Percobaan ini bertujuan untuk
menghitung cepat rambat bunyi di udara (𝑣). Resonansi pertama – tama dilakukan dengan menurunkan reservoir R
perlahan-lahan sehingga air dalam tabung kolom udara ikut turun dan gelombang bunyi merambat dalam tabung kolom
udara. Jika terdengar bunyi degungan keras / nyaring untuk pertama kalinya maka hal tersebut merupakan resonansi
bunyi yang pertama dan bunyi dengungan keras / nyaring yang kedua merupakan resonansi kedua. Bunyi degungan yang
keras / nyaring terjadi saat frekuensi garpu tala sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara dan
menyebabkan amplitudo maksimum. Dari percobaan ini, didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
𝜆 = 0.476 𝑚 × 2
𝜆 = 0.952 𝑚
̅̅̅̅)
Menghitung rata-rata perubahan cepat rambat bunyi di udara (∆𝒗
Σ∆𝑣
̅∆𝑣
̅̅̅ =
𝑛
2.85 m/s
=
7
≈ 0.41 𝑚/𝑠
Jika dilihat dari data pengamatan dan hasil perhitungan di atas, frekuensi yang semakin besar akan menghasilkan
resonansi pertama dan resonansi kedua pada skala yang semakin kecil. Misalkan, pada percobaan pertama dengan
frekuensi 35 Hz didapatkan resonansi pertama sebesar 0.224 m dan resonansi kedua sebesar 0.7 m, sedangkan pada
percobaan kedua dengan frekuensi 40 Hz didapatkan resonansi pertama sebesar 19.8 m dan resonansi kedua sebesar 0.62
m.
1
Pada pipa organa tertutup, panjang gelombang untuk resonansi pertama (nada dasar) adalah 𝐿1 = 𝜆 dan panjang
4
3
gelomabng untuk resonansi kedua adalah 𝐿2 = 𝜆 sehingga untuk mencari panjang gelombang resonansi pertama dan
4
3 1 2 1
kedua digunakan rumus ∆ 𝑟𝑒𝑠𝑜𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 = 𝐿2 − 𝐿1 = 𝜆 − 𝜆 = 𝜆 = 𝜆. Semakin besar perubahan resonansi, semakin
4 4 4 2
besar pula panjang gelombang. Misalkan, pada percobaan ketiga dengan frekuensi 45 Hz didapatkan perubahan resonansi
sebesar 0.38 m dan memiliki panjang gelombang sebesar 0.76 m, sedangkan pada percobaan keempat dengan frekuensi 50
Hz didapatkan perubahan resonansi sebesar 0.342 m dan memilik panjang gelombang sebesar 0.684 m. Semakin besar
𝑣
frekuensi maka semakin kecil panjang gelombang yang dihasilkan karena jika dilihat dari rumus 𝑣 = 𝑓. 𝜆 ⤍ 𝑓 = ,
𝜆
frekuensi berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Misalkan, pada percobaan kelima dengan frekuensi sebesar 55
Hz diperoleh panjang gelombang sebesar 0.624 m sedangkan pada percobaan keenam dengan frekuensi sebesar 60 Hz
diperoleh panjang gelombang sebesar 0.56 m.
Seharusnya, percobaan tersebut mampu menghasilkan cepat rambat bunyi di udara yang sama. Namun pada
kenyataannya, cepat rambat bunyi di udara tidak konstan denga interval 33.32 m/s hingga 34.84 m/s walaupun pada
percobaan ketiga dengan frekuensi 45 Hz dan percobaan keempat dengan frekuensi 50 Hz memiliki cepat rambat bunyi di
udara yang konstan yaitu sebesar 34.2 m/s. Oleh karen itu, percobaan ini memiliki kesalahan relatif sebesar 1.205%.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan relatif dalam percobaan adalah :
Pembulatan dalam perhitungan
Kurang teliti dalam mendengar bunyi yang keras / nyaring untuk menentukan resonansi pertama dan kedua
Kurang teliti dalam membaca skala pada tabung resonansi
Kesimpulan
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda lain. Resonansi terjadi saat
frekuensi garpu tala sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara. Rata-rata cepat rambat bunyi di udara
adalah 34.03 m/s. Semakin besar frekuensi, maka panjang gelombang yang dihasilkan akan semakin kecil.