Anda di halaman 1dari 10

DISKUSI PRA PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Pelet Azolla-


Kascing Dan Pupuk NPK Terhadap Ketersediaan
P-tanah, Anakan Produktif Serta Produksi
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Pada Tanah Rawa
Lebak
Pemrasaran / NIM : Ahmad Baqir Taqiy Taloulu/05101381621039
1. Dr. Ir. Agus Hermawan, M.T
2. Dr. Ir. Marsi, M.Sc.
Hari/ Tanggal : /
Waktu : WIB s.d selesai
Tempat : Ruang Diskusi / Seminar Jurusan

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas penting dan menempati urutan
pertama di Indonesia. Sebagai bahan pangan utama, produksi sangat dibutuhkan
agar kualitas dan kuantitasnya tetap terjaga. Selain itu peningkatan teknologi,
perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya, dan pasca panen perlu dilakukan
secara berkesinambungan agar produksi padi terus berlanjut (Wendi et al., 2014).
Produksi padi pada tahun 2017 mencapai 81.148.594 ton gabah kering giling
(GKG) (Badan Pusat Statistik, 2017).
Peningkatan pengelolaan lahan rawa lebak melalui penerapan teknologi
pengelolaan air, lahan, dan meningkatkan keterampilan dalam budidaya adalah
solusi yang tepat untuk dapat menaikan indeks pertanaman (IP 300%) dan
produktifitas sehingga produksi pertanian khususnya tanaman pangan dapat
menjadi kontributor dalam ketahanan pangan (Djamhari, 2009a). Produksi padi
dari lahan sawah tidak lagi dapat diandalkan karena luas arealnya semakin
berkurang akibat alih fungsi lahan. Peluang peningkatan produksi padi adalah
pemanfaatan lahan rawa (Pujiharti, 2017).
Luas lahan rawa lebak di Indonesia yang potensial diperkirakan mencapai 13,3
juta hektar, yang terdiri dari 4,2 juta hektar rawa lebak dangkal,6,07 hektar lahan
rawa lebak tengahan, dan 3,0 hektar lahan rawa lebak dalam dan tersebar di Pulau
Sematera, Pulau Kalimantan, dan Pulau Irian Barat. Penyebaran lahan rawa lebak
yang terluas berada di Sumatera, yaitu sekitar 3.440.000 hektar dan yang
dinyatakan sesuai untuk lahan pertanian adalah 1.152.404 hektar (Djamhari,
2009b). Luas lahan rawa lebak yang belum dibuka masih cukup luas (sekitar
11,73 juta hektar (Kementan, 2017).
Secara umum, permasalahan yang terdapat pada lahan rawa untuk usaha
pertanian adalah bahan induk miskin hara, bersuasana anaerob, banyak yang
bergambut tebal, berpirit, apabila dialihfungsikan akan mengeluarkan senyawa

1 Universitas Sriwijaya
yang dapat meracuni tanaman (sulfida, besi fero, asam-asam organik), dan pH
tanah rendah (Suryana 2016).
Selain itu, penggunaan pupuk anorganik dalam sektor pertanian khususnya
budidaya tanaman pangan masih sangat diperlukan, terutama pupuk-pupuk yang
mengandung unsur hara N, P dan K sebagai unsur hara makro untuk tanaman
tumbuh. Kandungan unsur hara yang ada didalam pupuk anorganik sangat tinggi
dan cepat untuk diserap oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya. Hasil
penelitian Rois et al. (2017) dosis dari interpretasi perangkat uji tanah rawa
(PUTR) 300 kg urea/ha + 50 kg SP-36/ha + 150 kg KCl/ha dapat meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah malai. Bahan Organik
pemberian dosis Kascing (K) terdiri dari 3 taraf yaitu: K1: 2 ton/ha kascing (0,96
kg/ha), K2: 3 ton/ha kascing (1,14 kg/ha), dan K3: 4 ton/ha kascing (1,92 kg/ha).
Hal ini dikarenakan bahwa pemberian kascing dapat memperbaiki sifat fisika,
biologi dan kimia tanah sehingga NPK yang diberikan mudah diserap oleh
tanaman (Dailami, 2009).
Kandungan bahan organik tanah yang rendah menunjukkan bahwa kesuburan
tanah berkurang karena memiliki kandungan C-organik sangat rendah. C-organik
memiliki peran penting di dalam meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
tanah. KTK tanah berfungsi untuk menjaga unsur hara di dalam tanah tidak
mudah hilang melalui pencucian dan aliran permukaan. Usaha peningkatan
kesuburan tanah dengan pemberian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk anorganik, dan mampu menghapuskan pemakaian pupuk
anorganik (Hamawi et al., 2015). Untuk mengatasi kendala kesuburan tanah yang
terus menurun dan perilaku penggunaan pupuk Nitrogen (N) perlu dicarikan
solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Salah satu solusi yang diharapkan adalah
dengan pengenalan dan penerapan teknik penggunaan pupuk organik azolla pada
sistim budidaya padi sawah (Husen et al., 2016)
Bahan organik berfungsi penting dalam tanah yaitu fungsi fisika tanah seperti
memperbaiki agregat dan permeabilitas tanah demikian juga fungsi kimia tanah
dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan
efisiensi penyerapan P, dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi
aktivitas jasad renik tanah. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan produktifitas padi sawah ialah azolla yang dapat diberikan dalam
bentuk segar atau kompos (Soedharmo et al., 2016).
Kascing mengandung unsur hara makro dan mikro. Kascing mengandung
unsur hara makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian
kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat tanah. Kandungan yang terdapat di
dalam kascing pada dasarnya bergantung dari sumber makanan cacing itu sendiri.
Semakin beragam kandungan unsurnya maka akan semakin beragam pula
kandungan unsur-unsur yang terdapat di dalam kascing. Namun demikian pada
umumnya kandungan hara yang terdapat pada kascing antara lain nitrogen 1,79%,
kalium 1,79%, fosfat 0,85%, kalsium 30,52%, dan karbon 27,13%. Kandungan ini
sangat efektif untuk menggemburkan tanah dan membuat tanaman menjadi subur,
bila dibandingkan dengan kandungan pada pupuk kimia (Kementan, 2018)
Pemberian pupuk organik saja dalam jangka pendek belum mampu memenuhi
kebutuhan hara, sehingga perlu dilakukan penambahan pupuk anorganik seperti
NPK. Pemberian pupuk organik perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk
anorganik, pemakaian pupuk organik kascing yang dikombinasikan dengan pupuk
kimia dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai dengan 25% dari dosis

2 Universitas Sriwijaya
pupuk kimia yang dianjurkan sehingga dapat menghemat sumber daya alam dan
ekonomi (Dailami, 2015)
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengkaji pengaruh pemberian pupuk pelet azolla-kascing dan pupuk NPK
terhadap serapan pospor tanaman yang dibudidayakan. Untuk itu, dilakukan
penelitian skala rumah kaca dengan menerapkan perlakuan dosis pupuk pelet
berbahan baku azolla-kascing. Tanaman indikator yang digunakan adalah tanaman
padi yang ditanam pada tanah sawah lebak.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk pelet
azolla-kascing dan pupuk NPK terhadap ketersediaan P pada tanah rawa lebak.

1.3. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang pengaruh pemberian pupuk organik pelet berbahan baku
kascing dan biomassa azolla serta pupuk anorganik NPK terhadap ketersediaan P-
tanah, anakan produktif dan hasil produksi tanaman padi (Oryza Sativa L.) pada
tanah rawa lebak.

1.4. Hipotesis
1. Diduga pemberian pupuk organik pelet berbahan baku biomassa azolla dan
kascing dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan terhadap ketersediaan P-tanah,
anakan produktif dan hasil produksi tanaman padi (Oryza Sativa L.) pada
tanah rawa lebak.
2. Diduga pemberian dosis pupuk anorganik NPK dengan dosis anjuran 100%
(300 kg urea/ha + 50 kg SP-36/ha + 150 kg KCl/ha) dapat meningkatkan
terhadap ketersediaan P-tanah, anakan produktif dan hasil produksi tanaman
padi (Oryza Sativa L.) pada tanah rawa lebak.
3. Pemberian kombinasi pupuk organik pelet berbahan baku biomassa azolla
dan kascing serta pupuk anorganik dapat meningkatkan ketersediaan P-tanah,
anakan produktif dan hasil produksi tanaman padi (Oryza Sativa L.) pada
tanah rawa lebak.

II.PELAKSANAAN PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Laboratorium Kimia,
Biologi, dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Indralaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai
Desember 2019.

2.2. Bahan dan Metode


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ayakan
berdiameter 2 mm, 2) Cangkul, 3) Oven, 4) Ember, 5) Peralatan analisis di
laboratorium, 6) Neraca analitik, 7) Karung, 8) ATK, 9) Timbangan, 10) Kamera,
11) Kertas tisu, 12) Penggiling, 13) Meteran, 14) Koran bekas, 15) Tampah.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Biomassa azolla, 2) Bahan-bahan kimia untuk analisis di laboratorium, 3) Bibit

3 Universitas Sriwijaya
padi varietas inpara, 4) Tanah rawa lebak, 5) Air, 6) Abu terbang batubara, 7)
Kascing, 8) Urea, 9) TSP, 10) KCl.
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan pupuk pelet
azolla-kascing dan pupuk NPK. Dengan perlakuan seperti di bawah ini :
1. Faktor I: Perlakuan dosis pupuk pelet azolla-kascing, terdiri dari:
P0 = 0 ton ha-1 (Kontrol)
P1= 10 ton ha-1 (50 g/ember)
P2= 20 ton ha-1 (100 g/ember)
P3= 30 ton ha-1 (150 g/ember)

2. Faktor II : Perlakuan dosis pupuk NPK, meliputi :


A0 = 0% (Kontrol)
A1= 50% x (150 kg Urea/ha + 25 kg SP-36/ha + 75 kg KCl/ha) [0,75 g
Urea/10 kg + 0,125 g SP-36/10 kg + 0,36 g K2O/10 kg]
A2= 100% x (300 kg Urea/ha + 50 kg SP-36/ha + 150 kg KCl/ha) [1,5 g
Urea/10 kg + 1,5 g/10 kg Urea + 0,72 g K2O/10 kg]
Berdasarkan banyaknya faktor dan taraf perlakuan yang dilakukan maka
diperoleh 12 kombinasi perlakuan yang diulangi sebanyak 3 kali, sehingga
diperoleh 36 unit percobaan.

2.3. Cara Kerja


2.3.1. Kegiatan Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan persiapan meliputi:
1. Studi pustaka yakni pengumpulan literatur yang mendukung penelitian ini
dilaksanakan.
2. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.

2.3.2. Kegiatan Lapangan


Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi:
1. Pengambilan tanah rawa lebak di lahan rawa belakang, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya. Tanah diambil pada kedalaman 0-30 cm.
2. Penyediaan kascing dan biomassa azolla yang telah kering.
3. Penyediaan pupuk Urea, TSP dan KCl.

2.3.3. Pembuatan Pelet Azolla-Kascing


Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi :
1. Penyiapan biomassa azolla kering dan telah diblander hingga menjadi tepung
serta kascing yang telah diayak dengan ayakan 2 mm dan diblander.
2. Kemudian timbang semua bahan dengan perbandingan 2:2:1, azolla sebanyak
400 g, kascing 400 g, abu terbang batubara 200 g kemudian dicampur hingga
tercampur semua bahan tersebut.
3. Tambahkan air sebanyak 1 liter kedalaman adonan bahan pelet tersebut dan
aduk hingga menjadi bentuk adonan yang kira-kira bisa dicetak menggunakan
mesin penggiling daging.
4. Kemudian siapkan tampah yang dilapisan Koran bekas untuk wadah pupuk
pelet yang telah dibuat, kemudian dikeringkan.

4 Universitas Sriwijaya
2.3.4. Persiapan Media Tanam
Kegiatan persiapan media tanam dilakukan dengan pengambilan tanah rawa
lebak pematang dengan kedalaman 0-30 cm di lahan rawa, lahan percobaan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Tanah yang telah diambil kemudian
dikering anginkan selama beberapa hari selanjutnya dihaluskan dan diayak.
Kemudian tanah yang telah diayak ditimbang sebanyak 10 kg dalam keadaan
kering mutlak dan dimasukkan kedalam ember perlakuan yang telah disediakan.

2.3.5. Penanaman bibit


Bibit padi yang ditanam yaitu padi varietas Inpara diperoleh dari Labuhan
dalam (Pemulutan). Bibit padi ditanam sebanyak 2 bibit di setiap ember perlakuan
dengan kedalaman penanaman 3-4 cm.

2.3.6. Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan didalam penelitian ini adalah pemberian pupuk
pelet azolla-kascing serta pupuk NPK (Urea, SP-36 dan KCl) dengan dosis sesuai
perlakuan masing-masing.

2.3.7. Pemeliharaan Tanaman


Setelah bibit padi ditanam, agar dapat tumbuh dengan baik maka
diperlukan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman padi meliputi
pengecekan tinggi genangan air pada ember perlakuan, penyulaman, penyiangan
bila terdapat gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Pengecekan tinggi
genangan air pada ember perlakuan dilakukan bila tinggi genangan air sudah tidak
sesuai dengan syarat tinggi genangan tanaman padi. Penyulaman dilakukan pada 1
minggu setelah tanam (MST) dengan bibit yang sama, apabila tanaman ada yang
mati. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma yang
tumbuh disekitar tanaman padi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
dengan cara menyemprotkan pestisida jika diperlukan.

2.4. Peubah yang Diamati


Peubah yang diamati adalah :
1. P-tanah dilakukan pada saat analisis awal dan setelah proses panen.
2. C- Organik dilakukan pada saat analisis awal dan setelah proses panen.
3. pH tanah dilakukan pada saat analisis awal dan setelah proses panen.
4. Anakan produktif dilakukan setelah proses panen.
5. Produksi tanaman padi dilakukan setelah proses panen.

2.5. Analisis Data


Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan
analisis keragaman (ANOVA) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap parameter yang diuji, kemudian dilakukan uji lanjutan beda
nyata terkecil (BNT) untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

5 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi dan
Palawija di Indonesia. www.pertanian.go.id.[online] (Diakses tanggal 18
September 2019)

Dailami. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Dan Npk Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays
Varsaccharata Sturt). https://media.neliti.com/ media/ publications/184567-
ID-none.pdf [online] (Diakses tanggal 12 September 2019)
Djamhari (a). 2009. Penerapan Teknologi Pengelolaan Air Di Rawa Lebak
Sebagai Usaha Peningkatan Indeks Tanam Di Kabupaten Muara Enim,
http://ejurnal.bppt. go.id/index.php/JHI/article/view/661 [online] (Diakses
tanggal 3 September 2019)

Djamhari (b). 2009. Peningkatan Produksi Padi Di Lahan Lebak Sebagai


Alternatif Dalam Pengembangan Lahan Pertanian Ke Luar Pulau Jawa
https://media.neliti.com/media/publications/132727-ID-peningkatan
produksi -padi-di-lahan-lebak.pdf [online] (Diakses tanggal 6 September
2019)

Hamawi, Sebayang dan Tyasmoro. 2015. Pengaruh Dosis P Dalam Fosfat Alam
Pada Peningkatan Biomasa Azolla Microphylla Kaulfuss, https://ejournal.
unida.gontor.ac.id /index.php (Diakses tanggal 18 September 2019)

Husen, Shartati, Hartawati dan Sukardi. 2016. Penerapan Azolla Pada Budidaya
Tanaman Padi Sawah http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-
report/article/ viewFile/ 763/ 986.[online] (Diakses tanggal 1 September
2019)

Kementan. 2017. Potensi Dan Karakteristik Lahan Rawa Lebak, http://repository.


pertanian.go.id/handle/123456789/7041 [online] (Diakses tanggal 13
September 2019)

Kementan. 2018. Pupuk Kascing (Bekas Cacing), http://ditlin.


hortikultura.pertanian.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&catid=13:terkini&id=369:pupuyk-
kascing. [online] (Diakses tanggal 18 September 2019)
Pujiharti. 2017. Peluang Peningkatan Produksi Padi Di Lahan Rawa Lebak
Lampung. http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jppp/article /view/
7439 [online] (Diakses tanggal 6 September 2019)

6 Universitas Sriwijaya
Rois, Syakur, A. dan Basri, Z. 2017. Uji Adaptasi Padi Unggul Inpara-3 Di
Lahan Rawa Lebak Menggunakan Berbagai Paket Pemupukan Adaptif. J.
Agroland 24 (3) : 237-241

Soedharmo, Tyasmoro dan Sebayanget. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Azolla


Dan Pupuk N Pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13,
https://www.neliti.com/id/publications/131255/pengaruh-pemberian-pupuk-
azolla-dan-pupuk-n-pada-tanaman-padi-oryza-sativa-l-var [online] (Diakses
tanggal 1 September 2019)

Suryana. 2016. Potensi Dan Peluang Pengembangan Usaha Tani Terpadu


Berbasis Kawasan Di Lahan Rawa. https://media.neliti.com/ media/
publications/123483-ID-potensi-dan-peluang-pengembangan-usaha-t.pdf
[online] (Diakses tanggal 2 September 2019)

Wendi, Gusmiatun dan Amir. 2014. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi


Beberapa Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Varietas Jati Luhur dan Situ
Bagendit pada Perbedaan Jumlah Benih yang Ditanam. jurnal.um-
palembang.ac.id › klorofil › article › download [online] (Diakses tanggal 19
September 2019)

7 Universitas Sriwijaya
DENAH PENELITIAN

P1A2 (1) P3A0 (2) P2A2 (1)


P3A1 (2) P2A0 (2) P2A1 (3)
P2A0 (1) P0A2 (3) P3A1 (3)
P0A0 (3) P0A1 (1) P3A0 (1)
P0A2 (2) P3A2 (1) P1A1 (1)
P1A0 (2) P1A0 (1) P2A1 (2)

P0A0 (2) P2A2 (3) P1A1 (3)


P2A2 (2) P3A1 (1) P3A2 (2)
P3A0 (3) P2A1 (1) P0A1 (3)
P1A0 (3) P0A1 (2) P3A2 (3)
P0A0 (1) P1A1 (2) P0A2 (1)
P1A2 (3) P2A0 (3) P1A2 (2)

8 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Dosis Anjuran : 300 kg Urea/ha, 50 kg SP-36/ha, 150 kg KCl/ha


100 10 kg 100
 Urea = xN # Dosis Pupuk = 5 x x 138 N
46 20.10 46
100
300 = xN = 0,5 x 10-5 x 2,17 x 138
46
13.800 = 100 N = 149,73 x 10-5 kg Urea
N = 138 kg N = 149,73 x 10-2 g Urea
= 1,49 g
= 1,5 g Urea /10 kg (100%)
= 0,75 g Urea /10 kg (50%)

100 10 kg 100
 SP-36 = x P2O5 # Dosis Pupuk = 5 x x 18 kg P2O5
36 20.10 36
100
50 = x P2O5 = 0,5 x 10-5 x 2,7 x 18 P2O5
36
1800
P2O5 = =18 kg P2O5 = 24,3 x 10-5 kg SP-36
36
= 24,3 x 10-2 g SP-36
= 0,243 g/10 kg
= 0,25 g SP-36/10 kg (100%)
= 0,125 g SP-36/10 kg (50%)

100 10 kg 100
 KCl = x K2O # Dosis Pupuk = 5 x x 90 kg K2O
60 20.10 60
100
150 = x K2O = 0,5 x 10-5 x 1,6 x 90
60
K2O = 90 kg K2O = 72 x 10-5 kg K2O/10 kg
= 72 x 10-2 kg K2O/10 kg
= 0,72 g K2O/10 kg (100%)
= 0,36 g K2O/10 kg (50%)

9 Universitas Sriwijaya
Dosis untuk pupuk pelet Azolla-Kascing : ( 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha,
30 ton/ha)
10 kg
 Kebutuhan Pupuk untuk 10 ton/ha = x 10.000 kg/ha
20.105
= 0,5 x 10-5 x 10.000 kg/ha
= 5.000 x 10-5
= 50 g/polybag pupuk pelet

10 kg
 Kebutuhan Pupuk untuk 20 ton/ha = x 20.000 kg/ha
20.105
= 0,5 x 10-5 x 20.000 kg/ha
= 5.000 x 10-5
= 100 g/polybag pupuk pelet

10 kg
 Kebutuhan Pupuk untuk 30 ton/ha = x 30.000 kg/ha
20.105
= 0,5 x 10-5 x 30.000 kg/ha
= 5.000 x 10-5
= 150 g/polybag pupuk pelet

10 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai