Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DIRI

Oleh :
Clausewitz Welmatus Masala (16061050)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2020
PENGERTIAN KONSEP DIRI SERTA CIRI-CIRINYA

1.      Pengertian Konsep diri

a. Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011 :  ) konsep diri adalah konsep seseorang dari
siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan
sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya
reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan
psikologis. Citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, sedangkan citra
diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.

b.  Song dan Hattie (dalam Nia, 2011 :  ) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri
atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep diri non
akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi
menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum dapat dibedakan menjadi
konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan penampilan diri.

c.   Menurut Burns (dalam Erawati, 2011 :  ) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri
kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.

d.   Menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmad (1985: 125)
yang menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya
sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.

e.   Menurut (Mulyana, 2000:7)  menyatakan konsep diri adalah pandangan individu


mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu

Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, maka dasar teori yang digunakan untuk
menyusun kisi-kisi konsep diri adalah gabungan dari teori Hurlock dan teori Song
& Hattie yang menyatakan konsep diri adalah gabungan dari keyakinan yang
dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.  Dimensi konsep diri
mencakup citra diri fisik, citra diri psikologis dan konsep diri sosial. Indikator
citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, indikator citra diri
psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan indikator
konsep diri sosial adalah pandangan, penilaian siswa terhadap kemampuan
bergaul dan kerjasama dengan orang lain.

2. Ciri-ciri Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran


mental terhadap diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri,
pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Salah satu ciri dari
konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang
tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-
ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam
Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya
mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:

 mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi


kehidupan yang dijalaninya,
 menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat
dengan manusia lainnya,
 mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang
lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
 bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
 menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
 kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri,
sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
 memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
 tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang
ada pada dirinya.
Manfaat  Mengetahui Konsep Diri

Dengan adanya konsep diri individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan
tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan
sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila
individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan
untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses
dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DIRI

Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah konsep memiliki arti gambaran,
proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu.
Istilah diri berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang lain.
Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri
atau penilaian terhadap dirinya sendiri (KBBI, 2008). Konsep diri merupakan
sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi pembahasan dalam ranah
ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008). Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)
menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
sendiri, dimana persepsi ini dibentuk melalui pengalaman dan interprestasi
seseorang terhadap dirinya sendiri. Marsh (1990) juga menambahkan bahwasanya
konsep diri merupakan nilai dari hasil proses pembelajaran yang dilakukan dan
dari hasil situasi psikologis yang diterima. Menurut Purkey (1988), konsep diri
merupakan totalitas dari kepercayaan terhadap diri individu, sikap dan opini
mengenai dirinya, dan individu tersebut merasa hal tersebut sesuai dengan
kenyataan pada dirinya. Menurut Rice & Gale (1975) konsep diri terdiri diri dari
berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspek fisik, dan moralitas. Konsep diri
merupakan suatu proses yang terus selalu berubah, terutama pada masa kanak-
kanak dan remaja. Menurut Gage dan Berliner (1998) selain merupakan cara
bagaimana individu melihat tentang diri mereka sendiri, konsep diri juga
mengukur tentang apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang, dan
bagaimana mereka mengevaluasi performa diri mereka. Konsep diri merupakan
hal yang penting dalam kehidupan sebab pemahaman seseorang mengenai konsep
dirinya akan menentukan dan mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika
konsep diri seseorang negatif, maka akan negatiflah perilaku seseorang,
sebaliknya jika konsep diri seseorang positif, maka positiflah perilaku seseorang
tersebut (Fits dan Shavelson, dalam Yanti, 2000). Hurlock (1999) menambahkan
bahwasanya konsep diri individu dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan
seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat. Dari beberapa definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwasanya konsep diri adalah sebuah pandangan ataupun
persepsi individu mengenai dirinya sendiri yang terbentuk melalui interaksi
dengan lingkungan serta berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan individu
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori konsep diri
Shavelson ,dkk (1976).

Perkembangan Teori Konsep diri

Freud pada tahun 1900 mengungkapkan bahwasanya hal yang terpenting dari diri
individu adalah proses mental. Freud mengatakan bahwasanya konsep diri
merupakan sebuah unit psikologis yang paling dasar untuk memahami proses
mental individu. Konsep ini terus dikembangkan oleh Freud dalam perkembangan
teori ego dan dalam interpretasi terhadap diri individu. Dalam perkembangannya,
konsep diri semakin luas digunakan dalam dunia terapi dan konseling. Lecky pada
tahun 1945 menggunakan istilah konsistensi diri yang mengacu pada dasar-dasar
perilaku individu dalam terapi dan pada tahun 1948, Raimy memperkenalkan
istilah konsep diri dalam wawancara konseling karena ia melihat bahwasanya
dasar-dasar dari konseling adalah bagaimana individu tersebut melihat dirinya
secara utuh dalam konsep dirinya (Purkey, 1988). Selanjutnya, Roger pada tahun
1947 mencoba untuk mengembangkan pola “self” dalam sebuah sistem
psikologis. Roger menilai bahwa ―self” merupakan dasar atau hal utama yang
menjadi bagian dari kepribadian dan penyesuaian individu. Roger juga
mengatakan bahwasanya ―self” merupakan produk sosial yang tumbuh dari
proses interpersonal yang dilakukan. Teori konsep diri semakin berkembang pada
tahun 1970 sampai tahun 1980-an dengan pola konsep diri umum. Pada saat itu
semakin banyak peneliti yang menyadari betapa pentingnya mempelajari konsep
diri karena konsep diri sangat mempengaruhi perilaku individu. Dalam
permasalahan seperti penggunaan alkohol, permasalahan keluarga,
penyalahgunaan obat-obatan, masalah akademis dan lain sebagainya, sangat
dipengaruhi oleh konsep diri seseorang. Sehingga banyak para peneliti
mengembangkan suatu cara bagaimana agar dapat menguatkan konsep diri untuk
menjadi lebih baik (Purkey, 1988).

Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat umum atau
yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo, 2006). Konsep diri
umum merupakan generalisasi pemahaman konsep diri tanpa melihat deskripsi
spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini mengandung arti bahwa
konsep diri umum merupakan pemahaman seorang individu terhadap diri mereka
secara umum tanpa melihat bagian-bagian yang lebih spesifik dari diri mereka
(Puspasari, 2007). Perkembangan konsep diri selanjutnya lebih mengarah pada
konsep diri yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah
multidimensional. Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri
individu yang melihat ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri individu,
sehingga bisa mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai sudut pandang
yang beragam dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada satu penjelasan
mengenai konsep diri unidimensional, maka pada konsep diri multidimensional
dapat melihat diri seseorang dari berbagai konteks, seperti konsep diri spiritual,
konsep diri sosial, konsep diri terhadap lingkungan dan lain sebagainya (James,
dalam Metivier, 2009). Pada seperempat abad terakhir, penelitian mengenai
konsep diri semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena keinginan para peneliti
untuk mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola
pengembangan konsep diri yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan
pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh & Craven, 2008). Marsh
& Parker (dalam Metivier, 2009) mengatakan bahwasanya pola pengukuran
konsep diri yang bersifat multidimensional memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan pola unidimensional. Dalam konsep diri yang bersifat
multidimensional kita dapat melihat karakteristik individu dari berbagai macam
konteks pada diri individu, dapat memprediksi perilaku seseorang, dapat
membantu menyelesaikan permasalahan pada individu, dan dapat
mengembangkan integrasi antar konstruk daripada konsep diri yang bersifat
unidimensional. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep diri yang
bersifat multidimensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsep diri secara
spesifik sehingga mendapatkan berbagai macam konsep diri individu dari sudut
pandang yang beragam selain dari beberapa keunggulan pola konsep diri
multidimensional yang telah disebutkan di atas.
Jenis dan Struktur Konsep Diri

Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi beberapa
bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
beberapa bagian lagi seperti dalam tabel berikut :

Struktur konsep diri Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)

Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :

1. Konsep diri akademis (Academic self concept), yang terdiri dari konsep diri
mengenai kemampuan berbahasa inggris, sejarah, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam.

2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman
sebaya (peers) dan konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant others).

3. Konsep diri emosional (emotional self-concept).

4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri
kemampuan fisik dan konsep diri mengenai penampilan diri.

Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama dengan
Shavelson dengan pola sebagai berikut : Struktur Konsep Diri Marsh &
Shavelson (1985)

Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial. Namun
lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis konsep
diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua, akademis,
problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang sejenis maupun
lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain. Marsh & Shavelson (1985) dalam
teorinya membuat 13 jenis konsep diri yang dapat diteliti dalam diri individu,
yakni :

1. Konsep diri umum (general self-concept).


2. Konsep diri akademis (academic self-concept).

3. Konsep diri matematika (mathematic self-concept).

4. Konsep diri problem-solving.

5. Konsep diri spiritual.

6. Konsep diri kestabilan emosi (emotional self-concept).

7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama
(same sex peers self-concept).

8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda
(opposite sex peers self-concept).

9. Konsep diri hubungan orangtua (parent self-concept).

10. Konsep diri penampilan fisik (physical appearance self-concept).

11. Konsep diri kekuatan fisik (physical ability self-concept).

12. Konsep diri verbal (verbal self-concept).

13. Konsep diri kejujuran (honesty self-concept).

Dari berbagai macam jenis konsep diri Marsh & Shavelson di atas, peneliti hanya
mengambil tujuh jenis konsep diri yang akan diteliti. Hal ini dilakukan peneliti
karena ketujuh jenis konsep diri ini dianggap berpengaruh oleh peneliti terhadap
proses mentoring Agama Islam yang dilaksanakan. Ketujuh jenis konsep diri
tersebut adalah :

1. konsep diri akademis, dalam prosesnya mentoring mengajarkan tentang


motivasi belajar dan strategi untuk memaksimalkan potensi akademis peserta
mentoring.

2. konsep diri problem-solving, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk


berfikir untuk memecahkan permasalahan yang ada.
3. konsep diri spiritual, dalam prosesnya mentoring memiliki tujuan utama untuk
meningkatkan potensi spiritual dalam diri peserta.

4. konsep diri kejujuran, dalam prosesnya mentoring mengajarkan tentang moral


(akhlak) yang di dalamnya terdapat poin-poin mengenai kejujuran.

5. konsep diri parent-relation, dalam prosesnya mentoring juga membicarakan


mengenai cara berbakti dengan orangtua.

6. konsep diri emotional, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk dapat
mengelola diri dan emosinya.

7. konsep diri umum (general-esteem), dalam prosesnya mentoring memiliki


tujuan untuk membangun individu untuk menjadi insan yang lebih berguna secara
paripurna (keseluruhan).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
(Marsh, 2003; Burger, 2008). Faktor internal tersebut diantaranya adalah
intelegensi, motivasi dan emosi (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock,
1999), kompetensi personal (Marsh, 2003; Hurlock, 1999; Christa, 2007;),
episode keberhasilan dan kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998;
Hurlock, 1999; Ulfah, 2007), episode dalam kehidupan (Burger, 2008; Stuart &
Sudeen, 1998) keberhasilan personal (Marsh, 2003), status kesehatan (Burger,
2008; Hurlock, 1999), usia (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah, 2007;
Rola, 2006), kondisi dan penampilan fisik (Hurlock, 1999; Rola, 2006), persepsi
individu tentang kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998), jenis kelamin
(Rola, 2006), aktualisasi diri (Fits, dalam Agustiani, 2006), religiusitas (Agustiani,
2006) dan tingkat stres seseorang (Burger, 2008).

Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga (Marsh, 2003;


Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981; Christa,
2007), teman sebaya (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah, 2007;
Shavelson & Roger, 1981; Christa, 2007), peran pendidik (Marsh, 2003; Stuart &
Sudeen, 1998; Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981; Christa,
2007), kebudayaan (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981),
status sosial (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981), dan
pengalaman interpersonal (Fits, dalam Agustiani, 2006).

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, maka peneliti
mengambil kesimpulan bahwasanya faktor-faktor utama yang mempengaruhi
konsep diri pada mahasiswa adalah :

1. Faktor internal :

a. Intelegensi, motivasi dan emosi (karakter mahasiswa).

b. Kompetensi personal (kemampuan dan keterampilan tertentu yang dimiliki oleh


mahasiswa).

c. Episode dalam kehidupan (pengalaman mahasiswa yang berpengaruh besar


dalam hidup, seperti masa sekolah).

d. Episode keberhasilan dan kegagalan (pengalaman dalam memanfaatkan


peluang, misalnya pengalaman berorganisasi).

e. Keberhasilan personal (pengalaman berprestasi).

f. Status kesehatan (riwayat kesehatan mahasiswa).

g. Penampilan fisik (kepercayaan diri mahasiswa terhadap penampilannya).

h. Aktualisasi diri, (misalnya hobi mahasiswa).

i. Persepsi tentang kegagalan (pengalaman kegagalan di masa lalu).

j. Jenis kelamin.

k. Religiusitas.

l. Usia.

m. Tingkat stres.
2. Faktor Eksternal

a. Orangtua dan keluarga (hubungan dengan orangtua, termasuk tempat tinggal


individu).

b. Teman sebaya (misalnya teman bermain/peers,teman kuliah, dan lainlain).

c. Peran pendidik (misalnya peran dosen, pementor, pembina, dan lain-lain).

d. Kebudayaan (misalnya suku, agama, adat istiadat, dan lain-lain).

e. Status sosial (misalnya status pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, dan


lain-lain).

f. Pengalaman interpersonal (misalnya riwayat pembinaan yang pernah


dilakukan).

Dalam penelitian ini, hal yang difokuskan untuk meningkatkan konsep diri
mahasiswa muslim adalah melalui faktor religiusitas dari faktor internal, dan
peran pendidik dari faktor eksternal.

Pengukuran Konsep Diri

Burns (dalam Strein, 1995) mengemukakan dua cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur konsep diri, yaitu :

1. Melalui respon atas aitem-aitem dalam skala konsep diri spesifik yang
diberikan kepada subjek.

2. Melalui pengamatan individual atas pola perilaku yang muncul dari subjek.

Untuk metode pelaporan yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri
individu di antaranya :

1. Skala Penilaian. Skala ini dapat berupa kuesioner, inventori, atau skala-skala
sikap yang diberikan kepada subjek.
2. Daftar ceklist. Metode ini mengarahkan subjek untuk memilih aitem-aitem
yang sesuai dengan kondisi subjek yang sebenarnya.

3. Teknik Sort-Q. Metode ini mengarahkan subjek untuk melakukan sortir


ataupun pengurutan terhadap kumpulan aitem-aitem yang ada dalam tes. Sehingga
didapatkan sebuah kontinum penilaian yang sesuai dengan diri subjek.

4. Metode respons yang tidak terstruktur (bebas). Metode ini meminta subjek
untuk memberikan jawaban yang tidak terstruktur (bebas). Jenis soal yang
ditawarkan biasanya tertulis dalam bentuk essay, dimana subjek disuruh untuk
menuliskan kata-kata dalam kolom yang kosong.

5. teknik-teknik proyektif. Teknik ini sering digunakan dalam mengukur konsep


diri yang tidak sadar (unconscious self-concept).

6. Wawancara. Alat ukur yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri ini
cukup banyak. Marsh (1992) membuat beberapa alat ukur konsep diri yang dapat
digunakan di berbagai negara, diantaranya adalah SAS (Sydney Attributional
Scale), SDQI, SDQII, & SDQIII (Self Description Questionnaire), ASDQI &
ASDQII (Academic Self Description Questionnaire), EASDQ (Elite Athlete Self
Description Questionnaire), PSDQ (Physical Self Description Questionnaire), dan
NSCQ (Nurse Retention Index Questionnaire).

Selain di atas, alat ukur konsep diri lainnya yang sering digunakan adalah
Tennessee Self-Concept Scale –Second Edition, Coopersmith Self-Esteem
Inventory, Multidimensional Self Concept Scale, Piers-Harris Children’s Self-
Concept Scale (Ellie, Hoffman, & Kemple, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan alat ukur SDQIII (Self Description Questionnaire) yang
dikembangkan oleh Marsh (1984). SDQIII merupakan alat ukur lanjutan dari
SDQI dan SDQII. Alasan peneliti menggunakan alat ukur ini karena SDQIII dapat
digunakan untuk subjek yang berusia remaja akhir hingga dewasa. Sejalan dengan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur konsep diri remaja akhir
(mahasiswa). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui teknik ceklist dan wawancara. Teknik ceklist dilakukan dengan
memberikan ceklist pada skala SDQIII yang sesuai dengan keadaan diri subjek.
Teknik wawancara dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian dari skala.

TIGA BAGIAN UTAMA KONSEP DIRI 

Menurut Brian Tracy, self-concept Anda memiliki tiga bagian utama yaitu: Self-


Ideal (Diri Ideal), Self-Image (Citra Diri), dan Self-Esteem (Jati Diri). Ketiga
elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda,
menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan
menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.

Self-Ideal (Diri Ideal)

Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept Anda. Self-ideal Anda


terdiri dari : harapan, impian, visi, idaman. Self-ideal terbentuk dari kebaikan,
nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari
orang lain yang Anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang paling
Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan Anda.
Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.

Self-Image (Citra Diri)

Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan


bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana
Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-
image semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan
dalam self-imageself-image

Self-Esteem (Jati Diri) self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri


aPnda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan
bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik
performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah
komponen emosional dalam kepribadian Anda. Komponen-komponen pentingnya
: bagaimana Anda berpikir, bagaimana Anda merasa, bagaimana Anda bertingkah
laku. Coba Anda memberikan jawaban sebuah simulasi: Siapa Saya? Mengapa
saya ada? Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik? Untuk siapa saya
bekerja? Apa hasil/produk dari pekerjaan saya? Dimana saya mengerjakannya?

BAGAIMANA ANDA AKAN MEMBENTUK KONSEP DIRI

Sangat ditentukan oleh sikap diri Anda sendiri. Sikap adalah kebiasaan berpikir
dan oleh karenanya dapat dibentuk dan dipelajari. Sikap yang baik harus terus
menerus dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke waktu dengan cara mengubah
cara berpikir Anda yang lama, menjadi cara berpikir yang baru dalam memandang
semua hal.
KUESIONER  KONSEP DIRI

Untuk mengukur variabel konsep diri digunakan kuesioner dengan lima alternatif
jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Cara menjawab : jika  pada butir 1 anda
menjawab Sangat Setuju maka  anda membuat jawaban dikomentar ” 1/SS” dan
seterusnya.

NO PERNYATAAN SS S KS TS STS

1 Saya merasa diri saya paling menarik diantara


teman-teman saya.

2 Saya merasa tidak memiliki bentuk tubuh yang


indah.

3 Saya merasa saya memiliki mata yang indah.

4 Saya merasa memiliki tinggi badan yang ideal.

5 Dihadapan orang saya merasa paling kecil.

6 Saya cocok mengenakan semua jenis pakaian.

7 Saya selalu merasa canggung di depan orang


banyak, karena penampilan saya jelek.

8 Saya merasa saya bukan orang yang cantik/tampan.

9 Saya merasa memiliki sesuatu yang dapat


dibanggakan dari bentuk tubuh saya.

10 Saya selalu merasa tidak puas dengan penampilan


saya.
11 saya merasa saya tidak pernah bahagia.

12 Saya selalu merasa hidup ini indah.

13 Saya merasa pemikiran saya tidak selalu buruk


dengan orang lain.

14 Saya merasa senang teman-teman memberikan


kepercayaan kepada saya.

15 Saya takut untuk mengeluarkan pendapat.

16 Saya merasa mampu menahan amarah saya di depan


umum.

17 Saya canggung untuk mencoba sesuatu hal yang


baru.

18 Saya merasa tidak mampu untuk mengambil


keputusan sendiri.

19 Saya selalu merasa bahagia menjalani hidup

20 saya merasa hidup saya selalu sengsara.

21 Saya tidak suka memilih-milih teman dalam


bergaul.

22 Saya suka membantu teman saya yang sedang


mengalami kesulitan.

23 Saya mudah mendapat teman dalam bergaul.

24 Saya bisa mengerjakan semua hal tanpa bantuan


orang lain.

25 Saya merasa malu mengeluarkan pendapat pada saat


berbicara dengan teman.

26 Saya suka memilih-milih teman dalam bergaul.

27 Saya tidak suka diajak jalan-jalan oleh teman-teman


saya.

28 Saya kurang menyukai belajar kelompok.

29 Saya simpati melihat teman saya yang sedang


tertimpa musibah.

30 Saya juga ikut bahagia, ketika teman saya bahagia.

DAFTAR PUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/

http://Wikipedia.com/

Ebook Chapter II USU/Konsep Diri

Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009

USU Repository ? 2008


Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku.
Jakarta, Penerbit Arcan.

Anda mungkin juga menyukai