Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV

ALIRAN FLUIDA

Disusun Oleh :

Nama : Dirga Aulia Eka Putri

NIM : 2017430050

FAKULTAS TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
I. JUDUL
Aliran Fluida

II. PRINSIP PERCOBAAN


Berdasarkan Hukum kesetimbangan massa, dimana massa suatu sitem akan
tetap terhadap waktu

III. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Menentukan hubungan pressure drop dengan kecepatan aliran menggunakan
suatu orificemeter dan venturimeter.
2. Mengamati efek perubahan diameter orifice terhadap diameter pipa secara
seri maupun pararel,elbow,tee dan valves terhadap head loses (Δh)
3. Mempelajari aliran fluida dan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan
transportasi fluida.
4. Menentukan parameter-parameter untuk :
a. Karakteristik sight gage
b. Karakteristik venturimeter
c. Karakteristik orificemeter
d. Karakteristik elbow
e. Karakteristik tee
f. Karakteristik gate valve
g. Karakteristik pipa tunggal
h. Karakteristik pipa pararel

IV. TEORI PERCOBAAN


Fluida adalah suatu zat yang dpat mengalir bisa berupa cairan atau
gas. Fluida mengubah bentuknya dengan mudah dan didalam kasus
mengenai gas,mempunyai volume yang sama dengan volume uladuk yang
membatasi gas tersebut. Pemakaian mekanika kepada medium
kontinyu,baik benda padat maupun fluida adalah didasari pada hukum
gerak newton yang digabungkan dengan hukum gaya yang sesuai.
Fluida didefinisikan oleh Chorlton (1967), sebagai zat yang
mengalami perubahan bentuk bila mendapat tekanan, meskipun tekanan
tersebut sangat kecil. Fluida dapat dipandang sebagai struktur molekul atau
media kontinu, tetapi untuk memodelkan fluida secara matematis, maka
fluida diasumsikan sebagai media kontinu .
Menurut Darren, 2013. Fluida berdasarkan pengaruh tekanan
terhadap volume,dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Fluida tak termampatkan (incompressible)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan
adanya perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.
Contohnya Air
2. Fluida termampatkan (compressible)
Pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume
dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida ini secara
umum disebut fluida termampatkan. Contohnya Gas.
Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi
tabung aliran,bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap
tidak berubah bentuknya dan fluida yang pada suatu saan berada didalam
sebuah tatung akan tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan
aliran didalam tabung aliran adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai
besar berbanding terbalik dengan luas penampangnya.
Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam
pipa adalah :
1. Hukum kekentalan Massa
2. Hukum Kekentalan energi
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orifacemeter
6. Arcameter (rotarimeter).
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan–
lapisan, atau lamina–lamina dengan satu lapisan meluncur
secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi
untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara
lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas
Newton yaitu :

τ = µ dy/du

2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida
sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran
partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang
besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke
aliran turbulen.

Dalam suatu sistem perpipaan transportasi fluida, terdapat


beberapa komponen atau peralatan umum yang digunakan, seperti:
pipa/tabung, valve, blower, pompa, dll. Pipa merupakan tempat
mengalirnya fluida, dan valve dipasang untuk mengatur laju alir/bukaan
fluida. Dalam suatu sistem perpipaan dibutuhkan penambahan energi
mekanik untuk mempercepat laju alir fluida. Alat yang dapat digunakan
antara lain pompa, blower, kipas, dan kompresor.
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam
keadaan laminer. Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau
arah vektor kecepatan aliran pada suatu titik ke titik yang lain. Agar
memperoleh penjelasan tentang medan fluida, kondisi rata-rata pada
daerah atau volume yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang
sesuai. Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa
laju aliran, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada
ketelitian, kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan,
kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut.
Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan,
debit, gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara
melaksanakan pengukuran-pengukuran, misalnya : langsung, tak langsung,
gravimetrik,volumetrik, elektronik, elektromagnetik dan optik.
Pengukuran debit secara langsung terdiri dari atas penentuan volume atau
berat fluida yang melalui suatupenampang dalam suatu selang waktu
tertentu. Metoda tak langsung bagi pengukuran debit memerlukan
penentuan tinggi tekanan, perbedaan tekanan atau kecepatan dibeberapa
dititik pada suatu penampang dan dengan besaran perhitungan debit.
Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan gravimerik
atau penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau
penentuan dengan mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk
selang waktu yang diukur.

Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :


a) Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas,
dengan gaya F dianggap bekerja secara tegak lurus
terhadap luas permukaan A, maka :

P = [ kg/m2 ] (2-5)
dimana P = tekanan (kg/m2)
F = gaya (kg)
A = luas permukaan (m2)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai
nama resmi Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal
dipakai 1 Pa = 1 N/m2. Namun untuk penyederhanaan, sering
menggunakan N/m2. Satuan lain yang digunakan adalah dyne/cm2, lb/in2,
(kadang disingkat dengan “psi”), dan kg/cm2 (apabila kilogram adalah
gaya : yaitu, 1 kg/cm2 = 10 N/cm2).
Konsep tekanan sangat berguna terutama dalam berurusan dengan
fluida. Sebuah fakta eksperimental menunjukkan bahwa fluida
menggunakan tekanan ke semua arah. Hal ini sangat dikenal oleh para
perenang dan juga penyelam yang secara langsung merasakan tekanan air
pada seluruh bagian tubuhnya. Pada titik tertentu dalam fluida diam,
tekanan sama untuk semua arah. Ini diilustrasikan dalam II-1. Bayangan
fluida dalam sebuah kubus kecil sehingga kita dapat mengabaikan gaya
gravitasi yang bekerja padanya. Tekanan pada suatu sisi harus sama
dengan tekanan pada sisi yang berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya
netto yang bekerja pada kubus ini tidak akan sama dengan nol, dan kubus
ini akan bergerak hingga tekanan yang bekerja menjadi sama.
b) Berat Jenis
Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai
perbandingan kerapatan bahan terhadap kerapatan air. Berat
jenis (specific gravity disingkat SG) adalah besaran murni
tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan pada persamaan 2-3
dan 2-4 sebagai berikut :
ρc (g/cm3)

Dimana ρc = massa jenis cairan (g/cm3)


ρw = massa jenis air (g/cm3)
ρg = massa jenis gas (g/cm3)
ρa = massa jenis udara (g/cm3)
c) Viskositas
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai
gesekan internal atau gesekan fluida terhadap wadah
dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas,
dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang
berdekatan ketika bergerak melintasi satu sama lain atau
gesekan antara fluida dengan wadah tempat ia mengalir.
Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif
antara molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal
tumbukan diantara molekul-molekul tersebut.
d) Aliran dalam tabung
Jika fluida tidak mempunyai kekentalan, ia dapat
mengalir melalui tabung atau pipa mendatar tanpa
memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan,
perbedaan tekanan antara kedua ujung tabung diperlukan
untuk aliran mantap setiap fluida nyata, misalnya air atau
minyak didalam pipa. Laju alir dalam tabung bulat
bergantung pada kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan
dimensi tabung. Seorang ilmuan Perancis J.L Poiseuille
(1977-1869), yang tertarik pada fisika sirkulasi darah (yang
menamakan “poise”), menentukan bagaimana variabel yang
mempengaruhi laju aliran fluida yang tak dapat mampat
yang menjalani aliran laminar dalam sebuah tabung
silinder. Hasilnya dikenal sebagai persamaan Poiseuille
sebagai berikut :

Q = πr4 ( P1 – P2 )
[ m3/detik ] (2-11) 8 η L

dimana : r = jari-jari dalam tabung ( m )


L = panjang tabung ( m )
P1-P2 = perbedaan tekanan pada kedua ujung
(atm)
η = kekentalan (P.s/m2)
Q = laju aliran volume (m3/detik)

Perilaku zat cair yang mengalis sangat bergantung pada kenyataan


apakah fluida itu berada dibawah pengaruh bidang batas padat atau tidak.
Di daerah yang pengaruh gesekan dinding kecil, tegangan geser dapat
diabaikan dan perilakunya mendekati fluida ideal, yaitu incompresible dan
mempunyai viskositas nya 0. Aliran fluida ideal yang demikian disebut
aliran potensial. Pada aliran potensial berlaku prinsip newton dan hukum
kekekalan massa.

Aliran Potensial mempunyai 2 ciri pokok :

a. Tidak terdapat sirkulasi atau pun pusaran sehingga aliran


potensial itu disebut aliran irotasional.
b. Terjadi gesekan shingga tidak ada disipasi (Pelepasan) dari
energy mekanik menjadi kalor.

Prinsip – prinsip dasar yang paling berguna dalam penerapan


mekanika fluida adalah persamaan – persamaan neraca massa atau
persamaan kontinuitas, persamaan neraca momentum linier dan neraca
momentum angular (sudut) dan neraca energy mekanik. Persamaan –
persamaan itu dapat dituliskan dalam bentuk diferensial yang
menunjukkan kondisi pada suatu titik didalam elemen volume fluida, atau
dapat pula bentuk integral yang berlaku untuk contoh volume tertentu atau
massa tertentu.

Laju alir fluida dapat diukur dengan berbagai jenis alat ukur,
contohnya pitot tube, orificemeter, dan venturimeter. Ketiga alat ini
menggunakan prinsip Bernoulli untuk menentukan laju alir fluida.

Bilangan Reynolds

Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat


membedakan suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.

Re = ρ VD / µ

Dimana : V kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)


D adalah diameter dalam pipa (m)
ρ adalah masa jenis fluida (kg/m3)
µ adalah viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N.
det/ m2)

Dengan ν (nu) adalah kekentalan kinematik. Dari percobaan yang


dilakukan untuk aliran air melalui pipa dapat disimpulkan bahwa pada
angka Reynolds rendah gaya kental dominan sehingga aliran adalah
laminer. Dengan bertambahnya angka Reynolds baik karena bertambahnya
kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau bertambah besarnya
dimensi medan aliran (pipa), akan bisa menyebabkan kondisi aliran
laminer menjadi tidak stabil. Sampai pada suatu angka Reynolds di atas
nilai tertentu aliran berubah dari laminermenjadi turbulen.
Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, reynolds
menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran
dapat diredam oleh kekentalan zat cair, dan aliran pada kondisi tersebut
adalah laminer. Aliran akan turbulen apabila angka Reynolds lebih besar
dari 4000. Apabila angka Reynolds berada diantara kedua nilai tersebut
2000<Re<4000 aliran adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di
atas (Re =2000 dan Re = 4000) disebut dengan batas kritik bawah dan
atas.

Jenis Alat Ukur Aliran Fluida

Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantara
alat ukur lainnya adalah alat ukur aliran fluida jenis beda tekanan. Hal ini
dikarenakan oleh konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang
mudah. Alat ukur aliran beda tekanan dibagi atas empat jenis :
a. Venturi Meter
Tabung Venturi adalah suatu alat yang terdiri dari pipa
dengan penyempitan dibagian tengah yang dipasang di dalam suatu
pipa aliran untuk mengukur kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida
yang digunakan pada venturi meter ini dapat berupa cairan gas dan
uap.
Pada venturi ini fluida masuk melalui bagian inlet dan
diteruskan kebagaian inle cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan
titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida akan
mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet
cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian
throat. Kemudian fluida akan masuk kebagian throat, pada bagian
throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana
throat ini berbentuk bulat datar.
Laju fluida akan melewati bagian akhir dari tabung venturi
yaitu outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimanan
bagian kecil berada pada throat dan pada outlet cone ini tekanan
akan kembali normal. Jika aliran melalui tabung venturi benar-
benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan
meteran tentulah sama persis dengan tekanan fluida yang
memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut
tidak akan menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat
permanen dalam tekanan. Penurunan tekanan pada inlet cone akan
dipulihkan dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat
ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam
sebuah meteran yang dirancang dengan tepat.

b. Plat Orifice
Plat orifice merupakan pengukur aliran yang paling murah,
paling mudah pemasangannya tetapi kecil juga ketelitiannya di
antara pengukur-pengukur aliran jenis head flow meter. Pelat
orifice merupakan plat yang berlubang dengan piringan tajam.
Pelat-pelat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat. selain terbuat
dari logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastic agar tidak
terpengaruh oleh fluida yang menglir (erosi atau korosi).

c. Nozzle
Flow nozzle sama halnya dengan Plat Orifice yaitu
terpasang diantara dua flens. Flow nozzle biasa digunakan untuk
aliran fluida yang besar, sedangkan plat orifice digunakan untuk
aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle mempunyai lubang
besar dan kehilangan tekanan lebih kecil dari pada plat orifice
sehingga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti
uap tekanan tinggi pada temperatur tinggi dan untuk penyediaan air
ketel.
Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran
aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya.
Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang
diukur atau alat sekundernya adalah berupa manometer. Pada flow
nozzle kecepatan bertambah dan tekanan semakin berkurang
seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara
bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat
orifice.
Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama dapat dilihat
pada gambar II-8, yaitu bagian yang melengkung dan bagian yang
silinder. Pada flow nozzle tap-up stream atau tap awal ditempatkan
pada jarak yang sama dengan diameter dari pipa yang digunakan,
sedangkan untuk tap-down stream atau tap akhir ditempatkan pada
jarak setengah dari diameter pipa yang digunakan.

d. Pitot Tube
Nama pitot tubes datang dari konsepsi Henry De Pitot Pada
tahun 1732. Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan
jalan menghasilkan beda tekanan yang diberikan oleh kecepatan
fluida itu sendiri, dapat dilihat pada gambar II-9, sama halnya
seperti plat orifice, pitot tubes membutuhkan dua lubang pengukur
tekanan untuk menghasilkan sesuatu beda tekanan. Pada pitot tube
ini biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas.
Pitot tubes terbuat dari stainless steel dan kuningan.
Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ini sama yaitu
bila aliran fluida yang menglir melalui alat ini maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum dan sesudah alat ini. Beda tekanan
menjadi lebih besar bila laju arus yang diberikan kepada alat ini
bertambah.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Percobaan
 Satu set system perpipaan
 Stopwatch
 Gelas ukur
2. Bahan percobaan
 Air sebagai fluida

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Sambungkan aliran listrik, isikan air pada tabung sampai penuh
kemudian tampung air ke dalam beaker glass 1000 ml untuk
menentukan debit alir pada waktu tertentu
2. Lakukan kalibrasi pada Orifice meter dengan membuka valve 21
dan 22. Catat ketinggian yang terlihat pada manometer dan catat
juga volume yang didapat pada waktu yang ditentukan dan
percobaan dilakukan sampai beberapa kali.
3. Untuk kalibrasi Venturi meter dengan membuka valve 19 dan 20.
Catat ketinggian yang terlihat pada manometer dan catat juga
volume yang didapat pada waktu yang ditentukan dan percobaan
dilakukan sampai beberapa kali.
4. Kemudian lakukan percobaan pada pipa baik seri maupun
pararel,catat beda ketinggiannya
5. Percobaan diulangi untuk variable diameter pipa yang berbeda
dengan mencatat beda ketinggian dan volume penampungan yang
diperoleh pada waktu tertentu.
6. Untuk mengetahui karakteristik valve, Tee, dan Elbow lakukan
langkah yang sama pada tahap sebelumnya.

VII. DATA PENGAMATAN

Waktu Volume (m3) Q (m3/s)


3 9,2 x 10-5 3,067 x 10-5
4 11,6 x 10-5 2,9 x 10-5
5 14,8 x 10-5 2,96 x 10-5
Rata – rata 11,867 x 10-5 2,9757 x 10-5

Q = Debit Fluida
Volume
Q=
Waktu

Waktu No.
No. Jenis ΔH V (m3) Q (m3/s) √ ∆ H Rata–rata
(s) Valve

21 51,7 6,8 x 7,19


3 2,267 x 10-5 7,17
22 51,1 10-5 7,15
21 6,3 5,9 x 2,51
1. Orifice meter 4 1,475 x 10-5 2,48
22 6,0 10-5 2,45
21 11,1 16,1 x 3,23
5 3,22 x 10-5 3,325
22 11,0 10-5 3,32
2. Venturi meter 3 19 1,0 9,0 x 3 x 10-5 1 1,05
20 1,2 10-5 1,1
19 0,1 11,2 x 0,32
4 2,8 x 10-5 0,32
20 0,1 10-5 0,32
19 0,2 16,0 x 0,45
5 3,2 x 10-5 0,5
20 0,3 10-5 0,55

17 2,2 15,8 x 1,48


3 5,27 x 10-5 1,515
18 2,4 10-5 1,55
17 0,9 11,8 x 0,95
3. Elbow 4 2,95 x 10-5 0,75
18 0,3 10-5 0,55
17 0,5 20,8 x 0,71
5 4,16 x 10-5 0,74
18 0,6 10-5 0,77
14 0,6 8,4 x 0,77
3 2,8 x 10-5 1,09
16 0,1 10-5 0,32
14 0,4 11,0 x 0,63
4. Seri 4 2,75 x 10-5 0,63
16 0,4 10-5 0,63
14 0,6 12,2 x 0,77
5 2,44 x 10-5 0,74
16 0,5 10-5 0,71
6 1,9 10,2 x 1,38
3 3,4 x 10-5 1,74
14 4,4 10-5 2,10
6 5,2 15,6 x 2,28
5. Paralel 4 3,9 x 10-5 2,385
14 6,2 10-5 2,49
6 4,8 14,9 x 2,19
5 2,98 x 10-5 2,19
14 4,8 10-5 2,19

 Perhitungan Orificemeter (Co) dan Venturimeter (Vo)


1. Orificemeter (Co)
1 Do 1,725
A= x π x Do 2 β= = = 0,6021
4 Dp 2,865
1
= x 3,14 x ( 1,725 )2
4
= 2,336
Gc = 9,81 m/s2

4
Co = Co 1−β
A 2 gc √ 4
= 0,013 1−(0,6021)
2,336 √
2 x 9,81
= 1,704 x 10-3
Co 2 x gc x ∆ H
Vo =
√1−β 4
x
√ ρ

a. t = 3 sekon
1,704 x 10−3 2 x 9,81 x 51,7
V21 =
√1−(0,6021) 4

x
1

1,704 x 10−3
= x 31,848
0,931
= 0,058
1,704 x 10−3 2 x 9,81 x 51,1
V22 =
√1−(0,6021) 4
x
√ 1

1,704 x 10−3
= x 31,663
0,931
= 0,0579
b. t = 4 sekon
1,704 x 10−3 2 x 9,81 x 6,3
V21 =
√1−(0,6021) 4
x
√ 1

1,704 x 10−3
= x 11,117
0,931
= 0,0203
1,704 x 10−3 2 x 9,81 x 6,0
V22 =
√1−(0,6021) 4
x
√ 1

1,704 x 10−3
= x 10,849
0,931
= 0,019
c. t = 5 sekon
1,704 x 10−3 2 x 9,81 x 11,1
V21 =
√1−(0,6021) 4
x
√ 1

1,704 x 10−3
= x 14,757
0,931
= 0,027
1,704 x 10−3 2 x 9,81 x 11,0
V22 =
√1−(0,6021) 4
x
√ 1

1,704 x 10−3
= x 14,69
0,931
= 0,0268
3. Venturimeter
4 Co 2 x gc x ∆ H
Cv = kv x 1−β
A √
9 x gc
Vc =
√1−β 4
x
√ ρ

a. t = 3 sekon
3,50510−5 2 x 9,81 x 1
V19 =
√1−(0,5323)4
x
√ 1

3,50510−5
= x 4,429
0,959
= 1,6187 x 10-4
3,50510−5 2 x 9,81 x 1 , 2
V20 =
√1−(0,5323)4
x
√ 1

3,50510−5
= x 4,852
0,959
= 1,773 x 10-4
b. t = 4 sekon
3,50510−5 2 x 9,81 x 0,1
V19 =
√1−(0,5323)4
x
√ 1

3,50510−5
= x 1,4007
0,959
= 5,119 x 10-5
3,50510−5 2 x 9,81 x 0,1
V20 =
√1−(0,5323)4
x
√ 1

3,50510−5
= x 1,4007
0,959
= 5,119 x 10-5
c. t = 5 sekon
3,50510−5 2 x 9,81 x 0,2
V19 =
√1−(0,5323)4
x
√ 1

3,50510−5
= x 1,9809
0,959
= 7,239 x 10-5
3,50510−5 2 x 9,81 x 0,3
V20 =
√1−(0,5323)4
x
√ 1

3,50510−5
= x 2,426
0,959
= 8,866 x 10-5

 Menentukan Karakteristik Pipa


θ0 = Ko x √ ∆ H
= 0,20958356
Maka, θ0 = θP
θ0 = Kp x √ ∆ H
θ0
Kp =
√∆ H
1. Pipa Tee

t = 3 sekon
Kp3 = t = 4 sekon

θ0 Kp4 = t = 5 sekon
√∆ H
θ0 θ0
Kp5 =
= √∆ H √∆ H
=
0,20958356 =
√ 1,055 0,20958356
0,20958356
= 0,2880 √ 0,515
√ 0,945
= 0,2920
= 0,2156

2. Pipa Elbow

t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon

Kp3 = Kp4 = Kp5 =

θ0 θ0 θ0
√∆ H √∆ H √∆ H
= = =

0,20958356 0,20958356 0,20958356


√ 1 ,515 √ 0,75 √0,74
= 0,1702 = 0,2420 = 0,2436

3. Pipa Seri

t = 3 sekon = 0,2839 =
θ0
Kp3 = 0,20958356
√∆ H t = 4 sekon √ 0,63
= θ0
Kp4 = = 0,2640
0,20958356 √∆ H
√ 0,545
t = 5 sekon = = 0,2436
θ0
Kp5 = 0,20958356
√∆ H
√0,74
4. Pipa Pararel

t = 3 sekon
θ0 t = 4 sekon t = 5 sekon
Kp3 =
√∆ H θ0 θ0
Kp4 = Kp5 =
√∆ H √∆ H
= = =

0,20958356 0,20958356 0,20958356


√1,74 √ 2,19 √2,34
= 0,1588 = 0,1416 = 0,1370

VIII. PEMBAHASAN
Fluida adalah suatu zat yang dpat mengalir bisa berupa cairan
atau Gas yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen. Secara umum aliran fluida dapat dibedakan menjadi fluida
Incompressible (Fluida yang tidak dipengaruhi tekanan) dan fluida
Compressible ( Fluida yang dipengaruhi tekanan ). Aliran fluida
melalui instalasi (pipa) terdapat tiga jenis aliran yaitu : aliran laminar,
aliran transisi dan aliran turbulensi.
Untuk melakukan pengendalian pada proses-proses industri,
kuantitas bahan yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui.
Karena itu perlu diukur laju alir fluida pada pipa atau saluran. Yang
paling banyak digunakan untuk mengukur aliran adalah beberapa jenis
alat ukur head dan area meter . Contoh alat ukur head adalah venturi
meter, oreifice meter, dan tabung pitot.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pabrik kimia sedapat
mungkin dalam keadaan berupa fluida. Hal ini memungkinkan agar
transportasinya mudah dan murah. Oleh sebab itu praktikum aliran
fluida penting untuk dipelajari.
Dalam praktikum ini dipelajari mengenai alat ukur fluida, yaitu
berupa orifice. Untuk keperluan tersebut digunakan variabel-variabel :
diameter orifice, volume, dan waktu.Dengan variabel-variabel tersebut
dipelajari pengaruh diameter orifice terhadap kecepatan aliran fluida
dan terhadap diameter pipa berdasarkan perbedaan tekanan yang
terjadi sebelum dan seudah aliran melalui orifice. Dalam praktikum ini
kecermatan melihat perbedaan tekanan pada manometer sangat
penting. Selain itu ketepatan dalam menampung aliran fluida dengan
volume yang tepat serta mengatur waktu dengan cermat juga
menentukan besar kecilnya faktor kesalahan.

IX. KESIMPULAN
1. Faktor-faktor kesalahan yang terjadi dalam praktek
terdiiri dari :
 Pengamatan, yaitu adalah kurang teliti dalam membaca
manometer
 Peralatan, diantaranya adalah alat-alat yang sudah tua dan
mempunyai ketelitian yang sangat kurang (manometer).
 Pengerjaan, misalnya pemasangan orifice kurang sempurna
sehingga terjadi kebocoran pada fllange. Kemudian penadahan
volume dan pencatatan waktu kurang teliti.
 Lain-lain, seperti tegangan (voltase) listrik yang tidak konstan,
sehingga mengakibatkan laju aliran fluida tidak konstan pula.
2. Semakin besar diameter orifice maka volume yang tertampung
dalam waktu konstan akan semakin banyak.
3. Semakin besar diameter orifice maka waktu yang dibutuhkan untuk
menampung aliran fluida pada volume konstan semakin cepat.
4. Presure drop yang terjadi dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana
semakin besar diameter orifice pressure dropnya akan semakin
kecil. Kecepatan aliran fluida juga dipengaruhi oleh diameter
orifice, dimana semakin besar diameter orifice maka kecepatan
alirannya semakin pelan.

X. DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2003. Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia , Lab.
Operasi Teknik Kimia FT-UMJ. Fakultas Teknik, Jurusan. Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Cabe W.L, Mc. and Smith, J.C. 1956. Unit Operation of Chemical
Engineering, Mc.Graw Hill Ltd. New York

Satibi, Lukman Dr. Ir. 2003. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Jurusan. Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai