Anda di halaman 1dari 27

Konversi Limbah Kertas HVS menjadi Biobutanol Sebagai Energi Alternatif

Diajukan Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat


SMA/MA/SMK
Chemistry Creative Contest (C3) EXPO KIMIA UPI 2016

Disusun Oleh :
Eko Rachmat Julianto

13.59.07484

Ilham Aldi Pratama

13.59.07528

Karna Wijaya

13.59.07542

Guru Pembimbing :
Rusman, M.Si

SMK SMAK BOGOR


BOGOR

2015

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME , karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang
berjudul Pemanfaatn limbah kertas HVS menjadi Biobutanol . Meskipun
banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya , tapi kami
berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik mungkin dan tepat pada
waktunya .
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada guru pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan dan menyelesaikan
karya ilmiah ini agar hasilnya bisa sesuai dengan harapan . Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman teman seperjuangan yang sudah
memberi saran , kritik dan kontribusi lainnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini .
Tentunya , kami sangat berharap ada hal yang dapat kami berikan kepada
masyarakat dari hasil karya ilmiah ini , khususnya dalam memberikan alternatif
baru sebagai bahan bakar alternatif. Karena itu kami berharap semoga karya
ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama .
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jau dari
kata sempurna , untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini .Penulis berharap karya tulis
ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya .

Bogor , 20 September 2015

Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................ 3
ABSTRAK................................................................................................ 5
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH........................................................6
SURAT PERNYATAAN............................................................................... 7
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................8
Latar Belakang.................................................................................... 8
Rumusan Masalah...............................................................................9
Tujuan Penelitian............................................................................... 10
Manfaat Penelitian............................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................10
Limbah.............................................................................................. 10
Kertas HVS........................................................................................ 12
Komponen Lignoselulosa...................................................................12
Selulosa......................................................................................... 12
Hemiselulosa................................................................................. 13
Lignin............................................................................................. 13
Biobutanol......................................................................................... 13
Proses ABE........................................................................................ 14
BAB III METODE ANALISIS.....................................................................16
Jenis penelitian.................................................................................. 16
Alat dan bahan...............................................................................16
cara pembuatan.............................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 18
Pengaruh Penambahan Enzim Selulase Sebagai Katalis Terhadap
Kadar Butanol................................................................................... 18
pH Optimum Fermentasi Limbah kertas HVS Menjadi Biobutanol.....20
Pengaruh Jumlah Penambahan Inokulum Pada Proses Fermentasi
Terhadap Kadar Butanol....................................................................20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................23


Kesimpulan....................................................................................... 23
Saran................................................................................................ 23
Daftar Pustaka...................................................................................... 24

ABSTRAK
Dewasa ini, penggunaan kertas menjadi prioritas utama dalam berbagai
aspek kehidupan khususnya dalam penunjang media pendidikan dan perkantoran.
Kertas yang diproduksi saat ini ada berbagai jenis, salah satu diantaranya adalah
kertas HVS (Houtvrij Schrijfpapier). Kertas HVS dikenal sebagai kertas yang
tipis dan rata yang dihasilkan dari kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat
yang digunakan biasanya adalah serat alami, dan mengandung selulosa dan
hemiselulosa. Perbedaan yang terlihat antara selulosa dan hemiselulosa adalah
pada tingkat kelarutannya, hemiselulosa mudah larut dalam basa tapi sukar larut
dalam asam sedangkan selulosa sebaliknya. Komposisi kertas HVS sebagian besar
terdiri dari selulosa dibandingkan dengan kandungan lignin atau hemiselulosa.
Kandungan selulosa pada kertas HVS mampu mencapai persentase 90%, sehingga
secara teoritis akan mengahasilkan jumlah glukosa yang banyak. Dalam
pembuatan bahan bakar alternatif berbahan dasar kertas HVS ini terdapat
beberapa tahapan proses, yaitu pertama pemisahan selulosa dan hemiselulosa dari
ikatan lignin yang terdapat pada kertas HVS. Kemudian yang kedua, proses
hidrolisis menggunakan enzim selulase untuk mengubah selulosa menjadi
glukosa. Proses yang ketiga adalah fermentasi yang akan menghasilkan
biobutanol dengan menggunakan bakteri Clostridium Acetobutylicum. Dengan
melihat kepada terobosan baru dalam bidang energi , telah ditemukan beberapa
jenis bahan bakar alternatif salah satunya adalah
bioetanol .Biobutanol
merupakan salah satu bahan bakar yang paling menguntungkan karena kepadatan
energinya hampir sama dengan bensin, dengan angka oktan yang masih 25% lebih
tinggi dari bensin. Kelebihan lain dari biobutanol adalah mempunyai tingkat
penguapan yang relatif rendah bila dibandingkan dengan bioetanol sehingga akan
mengurangi jumlah emisi yang dikeluarkan . Dan juga karbon dioksida yang
dihasilkan dari pembakaran biobutanol akan menyeimbangkan jumlah karbon
dioksida di bumi . Dengan pembuatan biobutanol dari limbah kertas ini
diharapkan dapat mengurangi menumpuknya limbah kertas HVS dan dapat
menguangi kebutuhan akan penggunaan bahan bakar fosil yang sejatinya semakin
kedepan akan semakin berkurang jumlahnya dan akan sulit untuk didapatkan .

PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH


1. Judul Kegiatan

:Konversi Limbah Kertas HVS


menjadi

Biobutanol Sebagai

Energi Alternatif .
2. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap
b. NIS
c. SMA/SMK/MA
d. Alamat Rumah dan No Tel./HP

: Eko Rachmat Julianto


: 13.59.07484
: SMK-SMAK BOGOR
: Bukit Asri Blok D1 No. 12A,
Pabuaran, Cibinong, Bogor
: eko31rj@gmail.com
: 2 orang

e. Alamat email
3. Anggota kelompok
4. Guru Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP

: Rusman, M.Si.
:
:

Bogor, 22-12-2015
Menyetujui,
Guru Pembimbing

Ketua Kelompok

(Rusman, M.Si.)

(Eko Rachmat Julianto)

NIP.

NIS. 13.59.07484
Mengetahui,
Kepala Sekolah

NIP.

SURAT PERNYATAAN
Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:
Nama

: Eko Rachmat Julianto

NIS

:13.59.07484

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tuliskan bersama


anggota lainnya belum pernah diterbitkan/ dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa
paksaan pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagai mestinya.

Bogor, 22 Desember 2015


Yang Membuat Pernyataan

Mengetahui/Menyetujui
Guru Pembimbing

Materai
Eko Rachmat Julianto
NIS 13.59.07484

Rusman, M.Si.
NIP

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses
atau kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga) . Limbah yang
dihasilkan dari sektor industri biasanya lebih banyak dari limbah domestik . Hasil
8

limbah industri juga lebih berbahaya dari limbah domestik . Secara keseluruhan ,
wujud limbah yang dihasilkan dapat dibagi menjadi limbah cair , gas dan padat
.Limbah padat yang sering kita temui dan ada di sekitar kita adalah limbah kertas.
Kertas yang digunakan juga bermacam macam , ada kertas HVS , Art paper , Art
Carton dan lain sebagainya . Yang akan menjadi bahasan adalah tentang kertas
HVS , karena kertas HVS mengandung hampir 90% selulosa . Sehingga jumlah
biobutanol yang dihasilkan juga akan lebih banyak .
Meskipun sudah memasuki era modern yang mengakibatkan masyarakat
dunia di gempur oleh canggihnya alat alat elektronik seperti SmartPhone ,
Tablet , PC , Laptop dan lain sebagainya. Tetapi , kertas masih menjadi
kebutuhan utama setiap orang teruntuk kepada pelajar dalam menunjang
pekerjaan atau tugas . Oleh karena itu , penggunaan kertas sebagai sebagai media
utama dalam belajar dan percetakan masih tinggi dan tergolong meningkat setiap
tahunnya seiring bertambahnya populasi masyarakat dunia . Ada beberapa jenis
kertas yang sudah ada sekarang , seperti kertas HVS (houtvrij Schrijfpapier) .
Kertas HVS merupakan kertas tulis berkualitas tinggi yang muncul dengan
berbagai ukuran. Baik ukuran dimensi (pxl) maupun ukuran berat. Di Indonesia
kertas HVS biasanya di produksi dengan 3 tingkat ukuran berat yaitu 60 gr, 70 gr
dan 80 gr. Sementara ukurran kertas HVS yang biasa digunakan di Indonesia
adalah ukuran A4 dan F4. Kertas HVS ini sangat berguna , khususnya untuk
dijadikan kertas printer. Selain itu, kertas HVS juga digunakan untuk menggambar
serta menulis. Karena kertas HVS selalu diproduksi dan digunakan dalam skala
besar, maka pada kemudian hari itu akan menjadi limbah. Maka dari itu, kami
ingin mengubah limbah kertas HVS yang ada untuk dijadikan sesuatu yang lebih
bermanfaat salah satunya adalah pengganti bahan bakar fosil yang ada saat ini
menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan seperti biobutanol . Fokus utama
dalam pembahasan kali ini adalah meyediakan bahan bakar alternatif untuk
kendaraan bermesin non-diesel yaitu untuk menggantikan peran bensin . Hal ini
dikarenakan biobutanol memiliki kemiripian karakteristik dengan bensin sehingga
memungkinkan untuk menggantikan bensin secara utuh .
Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam
yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam.
Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan pengembangan industri dan
menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu atau peat untuk
panas. Ketika menghasilkan listrik, energi dari pembakaran bahan bakar fosil
seringkali digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali
menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi
di pembangkit listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin
gas secara langsung. Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan
sumber utama dari karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca
9

yang dipercayai menyebabkan pemanasan global. Sejumlah kecil bahan bakar


hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon dioksida di
atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbon dioksida di udara.
Dikarenakan bahan bakar fosil ini merupakan energi yang tidak terbarukan
, sehingga lama kelamaan akan habis . Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar
yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar konvensional yang terutana
bersumber dari bahan bakar fosil. Sudah ada banyak inovasi bahan bakar alternatif
, seperti listrik , alkohol , hidrogen , gas alam dan sebagainya. Yang akan dibahas
adalah mengenai pemanfaatan biobutanol sebagai bahan bakar alternatif .
Biobutanol merupakan butanol yang dihasilkan dari biomassa. Biobutanol
dipergunakan sebagai bahan bakar mengingat biobutanol merupakan hidrokarbon
rantai panjang bersifat non polar. Biobutanol lebih menyerupai bensin (gasoline)
dibandingkan dengan bioethanol maupun methanol. Biobutanol telah menunjukan
sebagai bahan bakar pada mesin tanpa melakukan modifikasi mesin. Biobutanol
ini mempunyai sifat yang sama dengan Petrobutanol yaitu butanol yang
bersumber dari bahan bakar fosil (fossil fuel).
Bio-butanol adalah senyawa alkohol yang memiliki rumus molekul
C4H9OH dan dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik yang
memiliki kandungan karbohidrat dengan menggunakan bakteri Clostridium
acetobutylicum. Penelitian yang telah dilakukan ternyata bio-butanol lebih
menguntungkan daripada bio-etanol dalam pengaplikasiannya.
Oleh karena itu , kami ingin membahas berbagai hal mengenai biobutanol
ini sebagai energi alternatif .

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian Pemanfaatan limbah kertas HVS
menjadi biobutanol adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan biobutanol dari bahan yang mengandung
selulosa yaitu limbah kertas HVS ?
2. Bagaimana pengaruh atau perbedaan antara biobutanol dengan energi
alternatif lainnya seperti bioetanol ?
3. Berapa perbandingan antara biobutanol dan bensin dalam penggunannya ?

Tujuan Penelitian

10

Tujuan dari penelitian yang berjudul pemanfaatan limbah kertas HVS


menjadi biobutanol adalah :
1. Memanfaatkan limbah kertas HVS menjadi biobutanol sebagai energi
alternatif
2. Memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa energi alternif biobutanol
memiliki banyak kelebihan dari bahan bakar alternatif lainnya .

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang berjudul Pemanfaatan limbah kertas HVS
menjadi Biobutanol adalah :
1. Memanfaatkan limbah kertas yang ada disekitar kita khususnya kertas
HVS menjadi biobutanol
2. Menekan dampak negatif yang ditimbulkan dari emisi bahan bakar bensin
yang ada sekarang .
3. Memberitahu kepada masyarakat luas bahwa limbah kertas HVS yang
sering kita lihat di sekitar kita mempunyai suatu manfaat yang besar dalam
memberikan energi alternatif yang ramah lingkungan .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Limbah
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses
atau kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan. Berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi
tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas . Limbah digolongkan menjadi dua
berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak terdegradasinya antara lain:
1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste
= mudah terurai), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh
bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.

11

2. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami
(nondegradable waste = tidak mudah terurai), misanya besi, plastik, kaca,
kaleng, dan lain-lain.
Jenis limbah ada 5 berdasarkan sifatnya yaitu:
1. Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit
dan dapat membuat logam berkarat
2. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk
ke dalam laut.
3. Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi
dan dapat menyebabkan kebakaran.
4. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak
lingkungan.
5. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan yang
menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api
Semakin banyak limbah yang dihasilkan akan dapat menyebabkan dampak
terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan bisa berdampak positif dan negatif
terhadap lingkungan. Perlu dilakukan pengolahan limbah untuk mengurangi
dampaknya terhadap lingkungan. Beberapa factor yang mempengaruhi kualitas
limbah antara lain volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi
pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan
penanganan limbah.

Kertas HVS

12

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta
melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya
kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun
toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang
menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas,
bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal
ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu,
kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti
dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.
Komposisi kertas HVS sebagian besar terdiri dari selulosa dibandingkan
dengan kandungan lignin atau hemiselulosa. Kandungan selulosa pada kertas
HVS, mampu mencapai 90% berat. Makin tinggi kandungan selulosa pada kertas
maka jumlah glukosa yang dihasilkan pada proses hidrolisis akan lebih besar
sehingga akan memungkinkan jumlah butanol yang terproduksi juga akan
semakin besar.
Jumlah butanol yang rendah yang dihasilkan dari pengolahan kertas
buram, dikarenakan jumlah lignin yang cukup besar yang dikandung oleh kertas
buram. Lignin merupakan komponen fenolik yang tidak mengandung gugus
glukosa, maka produk degradasi lignin tidak dapat difermentasikan menjadi
alkohol.

Komponen Lignoselulosa
Selulosa

Selulosa adalah salah satu komponen utama dari lignoselulosa yang terdiri
dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-glikosidik. Selulosa
cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler
sehingga memberikan struktur yang larut. Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe,
yaitu kristalin dan amorf.

13

Selulosa adalah karbohidrat yang paling melimpah dan mudah diperbarui.


Akhir-akhir ini, banyak peneliti mengungkapkan bahwa limbah yang mengandung
selulosa dapat digunakan sebagai sumber gula yang murah dan mudah didapat
untuk menggantikan bahan pati dalam proses fermentasi. Sumber selulosa yang
dapat digunakan diantaranya adalah sisa-sisa produk pertanian dan hasil hutan,
kertas bekas, dan limbah industri .
Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan salah satu penyusun dinding sel tumbuhan selain


selulosadan lignin, yang terdiri dari kumpulan beberapa unit gula atau disebut
heteropolisakarida, dan dikelompokkan berdasarkan residu gula utama sebagai
penyusunnya seperti xylan, mannan, galactan dan glucan.Hemiselulosa terikat
dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih mudah larut dibandingkan
dengan selulosa.
Lignin

Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan
polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin yang merupakan polimer aromatik
berasosiasi dengan polisakarida pada dinding sel sekunder tanaman dan terdapat
sekitar 20-40% .Komponen lignin pada sel tanaman (monomer guasil dan siringil)
berpengaruh terhadap pelepasan dan hidrolisis polisakarida

Biobutanol
Butanol dapat digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran
dalam. Karena rantai hidrokarbonnya lebih panjang, maka bersifat pada umumnya
bersifat non-polar. Butanol lebih mirip bensin daripada etanol. Bahan bakar
butanol sudah pernah didemontrasikan di mobil berbahan bakar bensin tanpa
ubahan apapun. Butanol dapat diproduksi dari biomassa (disebut "biobutanol")
sama seperti bahan bakar fosil (sebagai "petrobutanol"); tapi biobutanol dan
petrobutanol memiliki ciri-ciri kimia yang sama.
Biobutanol dapat diproduksi dengan proses fermentasi A.B.E. Proses ini
menggunakan bakteri Clostridium acetobutylicum. Bakteri ini pertama kali
digunakan oleh Chaim Weizmann untuk memproduksi aseton dari amilum pada
14

tahun 1916 (aseton ini dibuat untuk memproduksi Cordite. Butanol merupakan
produk sampingan dari proses ini. Proses ini juga menghasilkan beberapa produk
sampingan lainnya yaitu asam asetat, asam laktat, asam propionat, isopropanol,
dan etanol.
Perbedaan dari produksi etanol adalah fermentasi tanaman pokoknya dan
ada perubahan sedikit pada proses distilasi. Tanaman utama yang dipakai untuk
memproduksi butanol sama dengan tanaman yang digunakan untuk memproduksi
etanol: bit gula, tebu, jagung, gandum dan singkong, dan juga tanaman nonpangan seperti switchgrass dan guayule di Amerika Selatan. Menurut DuPont,
pabrik bioetanol yang ada sekarang ini dapat diubah ke produksi biobutanol
dengan biaya kecil.
Mengubah bahan bakar dari bensin ke butanol maka akan menyebabkan
konsumsi bahan bakar lebih boros sekitar 10% tapi efeknya untuk jangka panjang
masih harus diteliti lagi. Meskipun kepadatan energi dalam campuran butanol dan
bensin dapat dihitung, tapi tes dengan bahan bakar alkohol lainnya menunjukkan
bahwa kepadatan energi tidak mempunyai efek yang berbanding lurus dengan
ekonomi bahan bakar.
Nilai oktan dari n-butanol mirip dengan bensin tapi lebih rendah daripada
etanol dan metanol. n-Butanol mempunyai angka RON (Research Octane number
atau angka oktan) sebesar 96 dan angka MON (angka oktan motor) sebesar 78. tbutanol mempunyai angka oktan RON 105 dan MON 89. t-Butanol digunakan
sebagai bahan aditif pada bensin tapi tidak bisa digunakan sebagai bahan bakar
dalam bentuk murninya karena mempunyai titik beku sebesar 25.5 C, sehingga
akan menjadi gel dan membeku pada suhu ruangan.

Proses ABE
Proses ABE adalah salah satu jenis metode yang digunakan dalam
pembuatan biobutanol. Jenis Bakteri yang umum digunakan dalam produksi
butanol melalui fermentasi ABE (Aseton-Butanol-Etanol) adalah Clostridium sp.
Hasil fermentasi ABE adalah tiga produk utama yang terdiri atas butanol, etanol,
dan aseton dengan perbandingan kandungan masing-masing produk adalah 6:3:1
beserta produk samping berupa CO2, asam asetat, H2, dan asam butirat.
Fermentasi ABE hanya menggunakan satu tahap proses dimana gula sederhana
yang siap difermentasi dimasukan dalam fermentor bersamaan dengan broth
berupa glukosa dan diberi asupan N2 lalu dibiarkan proses fermentasi berlangsung
selama 22 jam pada suhu 35oC dan pH 4.5-5 di fed batch reactor. Dari fermentasi
setiap 1 g glukosa diperoleh 0.303 g butanol, 0.155 g aseton, 0.0068 g etanol,
0.0086 g asam asetat, 0.0084 g asam butirat, 0.6954 g CO2dan H2.

15

Setelah fermentasi berlangsung selama 22 jam kandungan aseton, butanol,


dan etanol telah mencapai konsentrasi tertentu (5g/L) sehingga dapat mulai
dilakukan proses gas stripping untuk menangkap uap aseton, butanol, dan etanol.
Uap yang terbawa kemudian masuk ke dalam kondenser untuk dikondensasi dan
didinginkan hingga suhu 10oC. Gas H2 dan CO2 yang pada proses ini tidak
mengalami kondensasi alirannya kembali disirkulasikan. Apabila produksi gas
CO2 dan H2 telah berlebih maka sebagian dilepaskan ke udara terbuka untuk
menjaga tekanan bioreaktor. Selanjutnya untuk memurnikan kandungan butanol
dalam produk dilakukan distilasi sebanyak dua tahap seperti yang dapat dilihat
dalam gambar. Penggunaan Fermentasi ABE secara komersial di dunia industri
bioteknologi telah berakhir semenjak 1980 karena dirasakan proses ini tidak
mampu bersaing dengan proses sintesis solven berbasis petroleum.
Reaksi pembentukan butanol dan produk sampingnya dalam fermentasi ABE
adalah sebagai berikut:

16

BAB III METODE ANALISIS


Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah
1. Tabung fermentor
2. Shaker
3. Electric stove
4. Neraca Digital
5. pH meter
6. Autoclaved
7. Centrifuge
8. Piala gelas
9. Gelas ukur
10. Erlenmeyer
11. Kapas
12. Pembakar teklu
13. Tabung reaksi
14. jarum ose
15. Kertas saring.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah
1. Aquades
2. Enzim selulase
3. Bakteri Clostridium Acetobutylicum
4. Limbah kertas HVS
17

5. Medium agar (NA)


6. Citric acid
7. H2SO4
8. NaOH.

cara pembuatan
Prosedur kerja pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
proses pretreatment dan treatment. Proses pretreatment meliputi:
1. Persiapan kertas HVS, yaitu kertas HVS terlebih dahulu dijemur di bawah
sinar matahari selama beberapa saat agar kandungan air dalam kertas HVS
berkurang.
1. Selanjutnya kertas dihancurkan sampai didapat ukuran yang kecil dan
menyerupai serbuk lalu dilakukan pengayakan menggunakan saringan
kasar agar diperoleh Kertas HVS yang lebih halus.
2. Pada proses delignifikasi atau pelepasan selulosa dan hemiselulosa dari
ikatan lignin, sebanyak 50 gram ekstrak kertas HVS direndam pada 500 ml
larutan NaOH 10% selama 60 menit disertai pemanasan 121 0C dengan
menggunakan autoklap.
3. Pembuatan starter Clostridium acetobutylicum, yaitu biakan murni bakteri
Clostridium acetobutylicum digoreskan secara zig-zag pada media NA
secara miring dengan menggunakan ose lalu didiamkan dalam incubator
pada suhu 37oC selama 5 hari. Selanjutnya sebanyak 1 tabung biakan
bakteri Clostridium acetobutylicum dilarutkan ke dalam 100 ml larutan
NaCl 0,9 % dengan cara melarutkan sedikit NaCl 0,9% dalam tabung
sambil digoreskan pada media hingga bakteri terangkat ke atas
menggunakan jarum ose.
4. Selanjutnya starter bakteri dicampur dengan sisa NaCl yang masih ada
dalam erlenmeyer dan diaduk hingga bakteri tercampur dengan larutan .
Sedangkan proses treatment meliputi:
1. Proses hidrolisis, yaitu kertas HVS yang telah didelignifikasi didinginkan
hingga mendekati suhu ruangan. Selanjutnya ditambahkan 10 ml H2SO4
4N dan 10 ml enzim selulase (berdasarkan variasi penambahan enzim).
Diinkubasi dalam shaker 100 rpm selama 72 jam.
2. Proses fermentasi, yaitu setelah 3 hari proses hidrolisis, kertas HVS
disaring untuk memisahkan filtrat dan endapannya. Filtrat hasil hidrolisis
18

diukur pH-nya menggunakan pH meter. Rata-rata tiap sampel memiliki pH


11. Selanjutnya sampel ditambahkan dengan asam sitrat untuk
menurunkan pH hingga pH larutan menjadi 5. Selanjutnya ditambahkan
larutan starter sebanyak 5 ml dan 10 ml sesuai dengan variasi
penambahan, kemudian difermentasi selama 12 hari di dalam inkubator
37oC. Proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob menggunakan
penutup.
3. Setelah proses fermentasi selesai, tutup botol dilepas, ditutup dengan
kapas lemak dan kertas coklat untuk disterilisasi menggunakan autoclaved
selama 60 menit. Selanjutnya hasil fermentasi yang telah disterilkan
diambil sebanyak 45 ml untuk di centrifuge selama 30 menit 3000 rpm
sebelum dilakukan analisa kadar butanol .
4. Kemudian dilakukan pengujian terhadap pengukuran kadar selulosa,
pengukuran gula tereduksi, dan pengukuran kadar butanol. Analisis
selulosa menggunakan metode Chessons, analisa kadar glukosa
menggunakan metode Luff Schoorl, sedangkan analisa kromatografi gas
dengan temperatur detector dan injector sebesar 270 0C dan 230 oC.
Berikut ini adalah metode untuk mengukur kandungan selulosa dan lignin
berdasarkan metode Datta yang dikemukakan oleh Chesson (1981) :
1. 1 g sampel (berat a) ditambahkan 150 mL H 2O atau alkohol-Benzene dan
direfluk pada suhu 100oC dengan water bath selama 1 jam.
2. Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas 300 mL.
3. Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai beratnya konstan dan
4. kemudian ditimbang (berat b).
5. Residu ditambah 150 mL H2SO4 1 N, kemudian direfluk dengan water bath
6. selama 1 jam pada suhu 100oC.
5. Hasilnya disaring dan dicudi sampai netral (300 mL) dan residunya
7. dikeringkan hingga beratnya konstan. Berat ditimbang (berat c).
6. Residu kering ditambahkan 100 mL H2SO4 72% dan direndam pada suhu
8. kamar selama 4 jam.
7. Ditambahkan 150 mL H2SO4 1 N dan direfluk pada suhu 100oC dengan
9. water bath selama 1 jam pada pendingin balik.
8. Residu disaring dan dicuci dengan H2O sampai netral (400 mL).
9. Residu kemudian dipanaskan dengan oven dengan suhu 105oC sampai
10. beratnya konstant dan ditimbang (berat d).
11. Selanjutnya residu diabukan dan ditimbang (berat e)
12. Perhitungan kadar selulosa dan kadar lignin menggunakan rumus berikut ini:
13. Kadar selulosa = (c-d)/a x 100%
14. Kadar lignin = (d-e)/a x 100%

19

Pada penelitian ini digunakan variasi:


1. Penambahan enzim pada proses hidrolisis: penambahan enzim dan tanpa
penambahan enzim.
2. pH awal proses fermentasi: 5 dan 7.
3. Penambahan starter bakteri Clostridium acetobutylicum: 5 ml dan 10 ml.
Parameter yang diamati adalah kadar butanol (% dalam 45 mL sampel).

BAB IV PEMBAHASAN
Pengaruh Penambahan Enzim Selulase Sebagai Katalis Terhadap Kadar
Butanol
Proses hidrolisis enzim selulase berlangsung selama 3 hari dengan
dilakukan pengadukan menggunakan shaker dengan kecepatan putaran 100 rpm.
Sehingga enzim selulase yang dicampurkan dapat bercampur rata dengan sampel
dan gula yang dihasilkan pada proses hidrolisis semakin meningkat. Setelah
proses hidrolisis selama 3 hari selanjutnya sampel diatur pH-nya sesuai dengan
variasi sampel yaitu 5 dan 7. Selanjutnya tiap sampel ditambahkan bakteri
Clostridium actebutylicum kemudian difermentasi hingga 12 hari. Hasil
fermentasi selanjutnya dianalisis kadar butanolnya menggunakan metode gas
kromatografi.
Pertama-tama temperatur detector dan inlet kromatografi diatur terlebih
dahulu pada suhu 250oC. Selain itu, beberapa hal yang harus diatur pada kondisi
kerja alat kromatografi adalah laju alir gas pembawa, besar arus yang melalui
detector, attenuator, kecepatan kertas rekorder, dan posisi pen pada rekorder.
Penyiapan larutan standar yaitu butanol murni dilakukan dengan menggunakan
jarum suntik sebanyak 1 L dan disuntikkan ke dalam kromatograf. Ditunggu
hingga terlihat titik puncak dan waktu retensi tiap senyawa yang diujikan.
Selanjutnya sampel yang akan diujikan disuntikkan dengan cara yang sama ke
dalam kromatografi (GC) dan diamati waktu retensi, luas puncak dan lebar
puncak yang tercetak pada kertas. Luas area butanol pada sampel dibandingkan
dengan luas area butanol pada larutan standar butanol. Sehingga didapatkan %
kadar butanol pada sampel. Persamaan metode pembacaan kadar butanol adalah
sebagai berikut:

20

Kadar Butanol =

Area [uV S]sampel


100
Area[uVS ]N

Keterangan :
Area[uV*S]sampel : Luas area N-Butanol sampel
Area[uV*S]N : Luas area N-Butanol larutan standar (Surayya dan Sukandar,
2008)
Berdasarkan hasil analisis kadar butanol yang tercetak pada kertas kromatografi,
didapatkan perbandingan variasi penambahan enzim dengan kadar butanol yang
dihasilkan dan dapat dilihat pada Tabel 1.
Penambahan
pH
Enzim

Enzim
Selulase

Tanpa
Enzim
Selulase

5
7
5

Konsentrasi
Bakteri
5 ml
10 ml
5 ml
10 ml
5 ml
10 ml
5 ml

2
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

Kadar Butanol (%)


Lama
Waktu
Fermentasi (Hari)
4
6
8
10
0,00 0,00 0,00 1,00
0,00 0,00 0,00 1,34
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00

12
1,55
1,88
1,07
1,25
0,00
0,20
0,00
0,21

10 ml
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variasi penambahan enzim selulase
sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisis. Kadar butanol pada sampel yang
ditambahkan enzim selulase, pH awal fermentasi 5 dengan inokulum 10 ml
menghasilkan butanol pada rentang fermentasi 10 hingga 12 hari lebih besar dari
pada variasi tanpa penambahan enzim, yakni sebesar 1,88%. Hal ini disebabkan
oleh enzim selulase memecahkan ikatan kompleks selulosa menjadi ikatan yang
lebih sederhana yaitu gula. Gula hasil hidrolisis ini pada proses selanjutnya akan
difermentasi oleh bakteri menjadi bentuk hidrokarbon butanol. Sedangkan pada
variasi hidrolisis tanpa penambahan enzim, pada rentang fermentasi 10 hari belum
menghasilkan butanol. Hal ini karena kadar gula yang dihasilkan pada proses
hidrolisis sangat sedikit. Sehingga kadar butanol yang dihasilkan sangat sedikit
hingga mendekati angka nol.

21

pH Optimum Fermentasi Limbah kertas HVS Menjadi Biobutanol


pH sangat berpengaruh pada proses fermentasi. pH medium fermentasi
penting untuk pertumbuhan bakteri, karena enzim-enzim tertentu hanya akan
mengurai substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu yang disebut
sebagai pH optimum. Oleh karena itu, pengaturan pH sangat penting dalam proses
fermentasi. pH optimum pertumbuhan bakteri Clostridium acetobutylicum berada
pada rentang 4,5-5. Pada penelitian ini, pH yang digunakan adalah pH 5 dan pH
netral yaitu 7. pH awal pada proses hidrolisis >12 sehingga sebelum proses
fermentasi dilakukan penyesuaian pH pada sampel sesuai dengan variasi pH awal
fermentasi. Yakni menggunakan larutan citric acid 40% dan larutan NaOH 20%
untuk menurunkan pH menjadi 5 dan 7. Perbandingan variasi pH awal fermentasi
dengan kadar butanol yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui kadar butanol pada sampel pada
waktu fermentasi 12 hari dengan variasi pH 5 lebih besar dari pada variasi pH 7.
Hal ini disebabkan oleh rentang pH optimum bakteri Clostridium acetobutylicum
berada pada rentang pH 4,5-5 [3]. Sehingga bakteri dapat memfermentasi gula
menjadi butanol. Hal ini sesuai pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan
bahwa pH fermentasi optimum bakteri Clostridium acetobutylicum adalah pH 5
[4]. Sedangkan pada pH awal fermentasi 7 kemungkinan bakteri Clostridium
acetobutylicum tidak aktif bekerja memproduksi senyawa butanol. Sebagian besar
bakteri dengan genus Clostridium sp. tidak dapat hidup pada pH netral.
Pengaruh Jumlah Penambahan Inokulum Pada Proses Fermentasi Terhadap
Kadar Butanol
Fermentasi butanol pada kondisi anaerob ini dilakukan pada berbagai
konsentrasi inokulum yang berbeda yaitu 5 ml dan 10 ml. Bakteri yang didapat
dari Laboratorium Bioteknologi UGM ini selanjutnya diinokulasi pada tabungtabung reaksi dan diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 37 o C. Hasil bakteri yang
telah diinokulasi selanjutnya dilarutkan dengan larutan NaCl 0,5% agar
membentuk fraksi cair sehingga mempermudah pada proses penambahan
inokulum. Sampel yang telah dihidrolisis menggunakan atau tanpa menggunakan
enzim selulase selanjutnya ditambahan dengan inokulum bakteri Clostridium
22

acetobutylicum sesuai dengan variasi yaitu 5 dan 10 ml. Selanjutnya media


fermentasi diinkubasi pada suhu 37o C dalam inkubator. Fermentasi berlangsung
selama 12 hari dengan pengukuran kadar butanol setiap 2 hari sekali.
Sebagian besar, penelitan biobutanol menggunakan mikroorganisme
anaerob dari Clostridium sp yang dapat mendegradasi selulosa dan hemiselulosa
[2]. Salah satu bakteri genus Clostridium yang dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan biobutanol adalah Clostridium acetobutylicum. Clostridium
acetobutylicum memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bakteri
penghasil butanol lainnya. C.acetobutylicum merupakan bakteri anaerob, sehingga
memberikan keuntungan pada proses fermentasi selulosa yang berlangsung dalam
keadaan anaerob. Selain itu, bakteri C.acetobutylicum, dapat bertahan pada pH
rendah, antara 4,5-5 dengan suhu optimum 37oC [3]. Kadar butanol yang
dihasilkan dari proses fermentasi selama 12 hari dengan berbagai variasi dapat
dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Gambar 1.Grafik Kadar Butanol dari Berbagai Variasi


Keterangan:
Series
1
Series
2
Series
3
Series
4
Series
5
Series
6
Series
7

= Variasi Enzim Selulase, pH 5,


Konsentrasi inokulum 5 ml
= Variasi Enzim Selulase, pH 5,
Konsentrasi inokulum 10 ml
= Variasi Enzim Selulase, pH 7,
Konsentrasi inokulum 5 ml
= Variasi Enzim Selulase, pH 7,
Konsentrasi inokulum 10 ml
= Variasi Tanpa Enzim Selulase, pH
5, Konsentrasi inokulum 5 ml
= Variasi Tanpa Enzim Selulase, pH
5, Konsentrasi inokulum 10 ml
= Variasi Tanpa Enzim Selulase, pH
7, Konsentrasi inokulum 5 ml

23

Series
8

= Variasi Tanpa Enzim Selulase, pH


7, Konsentrasi inokulum 10 ml

Pada fermentasi glukosa oleh bakteri Clostridium acetobutylicum ini,


glukosa diubah menjadi larutan asetonbutanol-etanol (ABE), sisa glukosa, gas
CO2, dan H2O. Reaksi pembentukan aseton, butanol, dan etanol adalah sebagai
berikut:
Aseton : C6H12O6 + H2O C3H6O + 3CO2 +4H2
Butanol : C6H12O6

C4H10O + 2CO2 + H2O

Etanol : C6H12O6

2C2H6O + 2CO2

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa kadar butanol dengan konsentrasi


inokulum 10 ml lebih besar dibanding dengan konsentrasi inokulum 5 ml yakni
pada waktu fermentasi 12 hari, proses hidrolisis penambahan enzim dan pH awal
proses fermentasi 5 sebesar 1,88%. Berbeda dengan variasi-variasi sampel yang
lain, misalnya pada variasi penambahan enzim, pH awal 5 dengan inokulum 5 ml,
kadar butanol yang dihasilkan hanya 1,55%. Hal ini disebabkan oleh jumlah
bakteri yang lebih sedikit sehingga kurangnya bakteri yang memfermentasi gula
menjadi senyawa butanol. Sedangkan pada variasi sampel tanpa penambahan
enzim, kadar butanol yang dihasilkan sangat sedikit hingga pada kurva Gas
Kromatografi sangat sulit dibaca karena mendekati angka nol.
Dari Tabel 1 juga diketahui bahwa proses pembentukan butanol baru
terjadi pada waktu fermentasi 10-12 hari. Hal ini disebabkan oleh aktifasi bakteri
baru terjadi pada waktu fermentasi 10-12 hari karena keadaan inhibitor atau
pengaruh kondisi ketersediaan oksigen pada proses fermentasi sehingga bakteri
mengalami proses tidak aktif sehingga tidak bisa memfermentasi gula dalam
sampel. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, aktifitas bakteri memproduksi
butanol sudah berlangsung pada hari ke-1 dan produksi butanol optimum pada
hari ke-6 [4]. Hal ini disebabkan oleh starter bakteri yang digunakan ditumbuhkan
pada media yang memiliki komposisi yang sama dengan media pertumbuhan
sebelumnya.
Sedangkan pada penelitian ini, starter tidak ditumbuhkan pada media
kertas HVS . Sehingga mikroorganisme membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru sebelum memulai
pertumbuhannya. Fase adaptasi ini disebut juga dengan fase log. Fase log ini akan
pendek jika inokulum yang digunakan adalah bakteri pada media yang memiliki
komposisi sama dengan media pertumbuhan sebelumnya. Inokulasi Fase log

24

mengindikasikan waktu yang diperlukan bakteri untuk mensintesis enzim yang


dibutuhkan dalam metabolisme nutrisi baru.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
a. Kadar gula reduksi pada proses hidrolisis dengan penambahan enzim selulase
lebih besar 13% dibanding dengan proses hidrolisis tanpa penambahan enzim
selulase.
b. pH optimum untuk fermentasi limbah kertas HVS menjadi biobutanol
menggunakan bakteri Clostridium acetobutylicum adalah pH 5.
c. Jumlah starter inokulum bakteri Clostridium acetobutylicum yang efektif pada
proses fermentasi kertas HVS sebesar 10 ml.
Saran
a. Sebaiknya diperlukan penelitian lebih lanjut tentang fermentasi butanol dengan
menggunakan limbah bahan lignoselulosa lainnya.
b. Perlu dicoba penelitian lebih lanjut tentang proses hidrolisis dalam berbagai
kondisi, antara lain dalam kondisi asam, basa, atau proses hidrolisis lainnya.
c. Sebaiknya diperlukan penelitian lebih lanjut tentang jumlah penambahan enzim
pada proses hidrolisis.
d. Hasil fermentasi berupa aseton dan etanol dapat dimanfaatkan untuk penelitian
selanjutnya.

25

Daftar Pustaka
A.K. Haghi. (2010). Waste Management. Canada :Nova Science.
Antara.http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/11/09/20/lrtr
20diperkirakan-537000-barelhari-impor-bbm-2012, diakses pada 21 November
2015.
Azhiizhaa.
2012.
http://azhiizhaa.blogspot.com/2012/03/pembuatanmediapengenceran-dan.html, diakses pada 20 November 2015.
https://anasnurhuda354.wordpress.com/2011/01/08/limbah-dan-pengelolaannya/
diakses pada 21 November 2015
Jujubandung. http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/05/kurvapertumbuhanbakteri/, diakses pada 23 November 2015.
Kristanto, P, 2002, Ekologi Industri, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Luis F. Diaz, M. De Bertoldi, WBidlingmaier. Compost Science and Technology.
Amsterdam:Elsevier.
Mahida,U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali. Jakarta.
Noomtim P., dan Cheirsilp B., 2011. Production of Butanol from Palm Empty
Fruit Bunches Hydrolyzate by Clostridium acetobutylicum. 9th Eco-Energy and
Materials Science and Engineering Symposium. Energy Procedia 9 : 140-146.
Nusa Idaman Said.(2011).Pengelolaan Limbah Domestik.Jakarta: BPPT.
Ohara, H., Karita S., Kimura T., Sakka K., and Ohmiya K., 1998. Cellulase
Complex from Ruminococcus albus. Annual Report IC Biotech Vol. 21. 358-370
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Qureshi N., Ezeji T.C., Ebener J., Dien B.S., Cotta M.A., Blaschek H.P. 2008.
Butanol production by Clostridium beijerinckii. Part I:

26

Rahma A., Junita D., Wuri L., 2011. Pabrik Biobutanol dari Ubi Kayu. TA.
Program Studi Teknik Kimia-ITB
Sofian.

(2011). Sukses

Membuat

Kompos

dari

Sampah.Jakarta

Selatan:

Agromedia Pustaka.
Suharto.Ign.

(2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara.

Yogyakarta : CV. Andi Offset.


Whitman W.B. 2009. Bergeys Manual of Systematic Bacteriology 2nd edition
Volume: 3 The Firmicutes. New York
Yulipriyanto. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

27

Anda mungkin juga menyukai