MATA KULIAH
TEKNOLOGI KERAMIK II
Untuk digunakan di
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Peminatan Teknologi Silikat
Disusun Oleh:
Irfan Purnawan, ST, MChemEng
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2010
- Bahan Ajar Teknik Pembakaran -
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Chapter 1
Perpindahan Panas
1.1. PP Konduksi
Adalah perpindahan/perambatan panas yang berlangsung tanpa adanya perpindahan
molekul/materi dari benda yang dilalui. Perpindahan panas secara konduksi hanya terjadi
jika ada perbedaan suhu sebagai driving force. Besar kecilnya perpindahan panas sebanding
dengan besarnya perbedaan suhu dan berbanding terbalik dengan tahanan (heat resistance).
1.2. PP Konveksi
Aliran panas dibarengi aliran fluida, tetapi pada lapisan tipis dekat dinding fluida dianggap
diam dan memiliki tahanan panas spesifik serta koefisien perpindahan panas permukaan (h),
atau disebut juga tetapan film.
Lapisan x1 dan x2 sangat tipis dianggap suatu tetapan sehingga:
Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 1
- Bahan Ajar Teknik Pembakaran -
x1 x2
L
1
R1
T1 h1 A1
1
R2
h2 A2
T2
Δt2 1
RL
hL AL
Δt1 Δt3
T1 T2
q
1 /( h1 A1 ) L /( hL AL ) 1 /( h2 A2 )
t1 t2 t3
= =
1 /( h1 A1 ) L /( hL AL ) 1 /( h2 A2 )
1.3. PP Radiasi
Perpindahan panas radiasi tidak memerlukan media sebagai transfer panas.
Q
. .T 4
A
Dengan: ε = emisifitas
σ = konstanta
1.4. PP Keseluruhan
Dalam tungku Dinding tungku Dinding luar
Panas Udara
Konveksi Konduksi Konveksi
Radiasi Radiasi
a. PP di dinding tungku
ti ta
t1
t2
to
l1 l2 l3
λ1 λ2 λ3
(1) 3 lapisan
ti t 0
Q1
1 / 1 2 / 2 3 / 3
(2) n lapisan
ti t 0
Qn
1 / 1 2 / 2 ...... n / n
ti t 0
t2 = t1 - Q1 x l1/λ1 = t1 - x l2/λ2
2 / 2 3 / 3
b. PP di luar dinding
dinding hc = 1.5 x 4 to ta
atap hc = 2.1 x 4 to ta
lantai hc = 1.1 x 4 to ta
Chapter 2
Teknologi Pembakaran
2.1. Pembakaran
Arti pembakaran adalah suatu pencampuran yang cepat antara oksigen dengan elemen
bahan bakar yang menghasilkan panas sebagai akibat reaksi kimia antara elemen bahan bakar
dan oksigen.
Syarat-syarat yang menentukan terjadinya pembakaran, seperti tergambar dalam segitiga
pembakaran, yaitu:
1. Bahan Bakar (Fuel)
2. Oxidizer (O2)
Fuel Oxidizer 3. Energi Aktivasi, Ea (Activated Energy)
Bila dalam keadaan kelembaban 80% dan 100% serta suhu 60 oF (± 16°C) maka
komposisinya dapat dilihat pada table 1 berikut:
Tabel 1: Komposisi udara pada kelembaban 80% dan 100%
Unsur Udara 80% Kelembaban suhu 60°F 100% Kelembaban suhu 60°F
02 20,696% vol 20,623% vol
22,997% berat I 22,944% berat
N2 76,938% vol 76.665% vol
74,806% berat 74.631% berat
Air 0,927% vol 1,285% berat
1,288% berat
H20 1,399% vol 1,749% vol
0,872% berat 1,096% berat
Nyala api pada pembakaran oksidasi cenderung lebih pendek dan lebih jernih. Sedang
pada pembakaran reduksi, nyala api cenderung lebih panjang dan kadang-kadang berasap
(hitam).
Karena O2 diperoleh dari udara, maka volume udara yang diperlukan haruslah lebih
banyak dibanding apabila digunakan oksigen murni. Didalam proses pembakaran, sering
digunakan pengertian udara primer, udara sekunder dan udara tertier.
Udara primer adalah udara yang bercampur langsung dengan bahan bakar atau di dalam
alat pembakar. Udara sekunder adalah udara luar dari sekitar pembakaran. Sedangkan udara
primer adalah udara tambahan yang dialirkan dari luar alat pembakar.
Atmosfer tungku disebut oksidasi bila di dalam tungku terdapat kelebihan oksigen
atau udara. Kondisi oksidasi ini seringkali diperlukan untuk tujuan tertentu agar terjadi
reaksi kimia tertentu dalam barang yang dipanasi oleh panas gas hasil pembakaran. Hal
ini memberikan akibat terjadinya pemborosan bahan bakar dan timbulnya kerak-kerak
karbon. Tetapi hal ini kadang diperlukan untuk menurunkan temperatur nyala dengan
memasukkan udara dingin ketika temperatur pembakaran masih rendah.
Atmosfer tungku disebut reduksi jika di dalam tungku masih kekurangan oksigen
atau udara untuk mencapai pembakaran sempurna. Kondisi ini menyebabkan banyak
bahan bakar tak terbakar sempurna terikut dalam gas yang keluar cerobong/tungku dan
menurunkan temperatur.
Atmosfer tungku netral jika bahan bakar terbakar sempurna dan temperatur
pembakaran mencapai harga tertinggi dan menyatakan jumlah bahan bakar maksimum
yang ekonomis dalam pembakaran.
b. Tekanan Tungku
d. Nilai Panas
Nilai panas adalah panas yang dibebaskan ketika bahan bakar terbakar oleh
udara/oksigen, yaitu banyaknya panas/kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 satuan
massa per 1 satuan volum bahan bakar. Nilai panas bahan bakar dinyatakan sebagai
BTU (British Thermal Unit), Kilokalori (kcal), joule, watt-detik.
Nilai panas kotor (Nilai kalor atas)
Gross Heating Value atau Higher Heating Value atau Higher Caloritic Value adalah
banyaknya panas/kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 satuan massa per 1 satuan
volum bahan bakar dengan ketentuan H2O hasil pembakaran berada pada fase cair.
Nilai panas bersih (Nilai kalor bawah)
Net Heating Value atau Lower Heating Value atau Lower Caloritic Value adalah
banyaknya panas/kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 satuan massa per 1 satuan
volum bahan bakar dengan ketentuan H2O hasil pembakaran berada pada fase gas.
Nilai panas kotor = Nilai panas bersih - panas penguapan air yang dihasilkan dari
reaksi hidrogen dan oksigen.
Pada temperatur yang tinggi gas hasil pembakaran bisa terurai/terdisosiasi, misalnya:
2 CO2 + PANAS 2 CO + O2
2 H2O + PANAS 2 H2 + O2
Temperatur mulai terjadinya proses disosiasi adalah antara 1870 - 2090 °C untuk
kebanyakan bahan bakar. Temperatur nyala teoritis dapat dihitung dengan mengabaikan
kehilangan panas ke sekelilingnya.
Temperatur nyala aktual = temperatur nyala teoritis dikurangi panas yang hilang ke
sekitarnya.
Temperatur nyala akan menurun jika terdapat udara kelebihan dalam gas hasil
pembakaran. Misalnya: udara ekses 16,2% (0,86 equivalent ratio) menurunkan
temperature nyala sebesar 262°. Oleh karena itu, bila temperatur tungku harus tinggi
maka ketelitian perbandingan bahan bakar/udara harus teliti atau dikontrol ketat sekali.
Chapter 3
Bahan Bakar Untuk Industri Keramik
Kayu bakar
- Kayu bakar kering matahari (setelah dijemur), biasanya mengandung air 15-20%
berat kayu
- Kayu bakar mengandung bahan bakar
- 80% berupa zat yang mudah menguap pada suhu penyalaannya
- 20% berupa arang karbon yang sukar terbakar tanpa udara yang cukup.
- Kurang dari 5% abu.
- Nilai panas kayu antara 3500 - 5500 kcal/kg (tergantung berat jenis kayu)
- Berat jenis kayu bakar bervariasi antara 0,6 - 0,7 kg/dm3. Atau kira-kira 400 -
500 kg/m3 tumpukan kayu
- Suhu penyalaan ± 300°C
Bahan bakar limbah pertanian
Sekam Padi
- Kadar abu tinggi (sampai 24%)
- Zat yang mudah terbakar < 60%
- Zat karbon < 30%
Yang dimaksud bahan bakar cair dalam hal ini adalah bahan bakar cair hasil
penyulingan minyak bumi. Untuk bahan bakar yang umum dipakai adalah:
Minyak tanah atau kerosene
Bahan bakar ini sebenarnya tidak boleh digunakan untuk bahan bakar bagi industri,
karena diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga sebagai salah satu dari 9 bahan
pokok.
Kerosene mempunyai berat jenis antara 0,7 - 0,8 g/cc dan warnanya tergantung dari
lamanya berhubungan dengan udara. Bila berhubungan dengan udara, ada Nitrogen
yang terlarut sehingga memberi warna agak violet dalam warna yang asli (seperti
air). Kerosen mudah menyala, bila suhu sekitarnya sekitar 150°C.
Minyak Solar
Minyak solar diperuntukkan sebagai bahan bakar untuk mesin-mesin disel yang
berputaran cepat baik mesin disel kendaraan umum atau industri atau untuk
pembakaran pada tungku-tungku di industri kecil.
- Berat jenis minyak solar: 0,82 - 0,87 gram/oC.
- Minyak solar ini lebih kental sedikit dibanding minyak kerosen, tetapi lebih
encer dibanding minyak disel putaran lambat.
- Nilai panasnya rata-rata 10.400 kcal/kg
- Tidak mudah menguap seperti bensin
Minyak Disel
Nama lain dari minyak disel ini ialah I.D.O. (Industrial Disel Oil) atau MDF Minyak
Disel mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- Berat jenis 0,85 - 0,92 gram/cc
- Lebih kental dari minyak solar (35-45 detik Redwood)
- Nilai panas 10.000 kcal/kg
- Warna lebih gelap dari pada minyak solar
- Pada suhu kamar bentuknya cair
Minyak Bakar
Nama lain adalah F.O. (Fuel Oil) atau M.F.O (Marine Fuel Oil) sering pula disebut
sebagai minyak residu.
Sifat-sifat:
- Berat jenis 0,92 - 0,99 gram/cc
- Kental (400 - 1000 detik Redwood I pada suhu ± 40°C.
- Nilai panas = 9.500 kcal/kg
- Sering tidak mudah mengalir, terutama dalam pipa alir yang kecil dan panjang
- Warna hitam gelap karena banyak karbon kasar dalam cairannya
Yang umum digunakan oleh industri adalah gas alam (misalnya di industri kapur
Palimanan Cirebon) dan gas ELPIJ1 atau gas yang dicairkan. Gas ELPIJI lebih mudah
dibeli, karena disimpan dalam tabung-tabung khusus yang beratnya sampai 50 kg.
Gas alam masih sulit dipakai bila tanpa membuat instalasi pipa pengalir dan daerah
sumbernya.
Sifat-sifat Gas:
Berat jenis diukur terhadap berat jenis udara
Berat jenis udara = 1,225 kg/m3 (Pada t = 0°C, tekanan 1 atm)
= 0,0765 lt/ft3
Berat jenis gas Propane (LPG) = 1.856 x 1,225 kg/m3
= 2,27 kg/m3
Bila berat jenis udara dianggap = 1
maka berat jenis propan = 1,52
berat jenis butan = 2,0
Panas Pembakaran Gas
5443,20 kcal
Gas Propane: 21.600 BTU/lb atau
0,454 kg
Bahan bakar
Bahan Bakar Gas Bahan Bakar Minyak Bahan Bakar Padat
Sifat Pembakaran
1. Efisiensi pembakaran Baik Agak baik Miskin (kecil)
8. Ruang bakar Paling kecil Lebih besar dari gas Paling besar
Chapter 4
Proses Pembakaran Keramik
4.1. Pendahuluan
Produk keramik sedikitnya telah mengalami satu kali pembakaran_untuk mengubah
barang mentah berbentuk tertentu secara Irreversible menjadi produk yang keras, tahan lapuk
oleh air dan kimia. Ceramic Tiles meliputi produk-produk Ubin Dinding (Floortiles), Granito
dan Genteng Berglasur.
Keramik berasal dari kata Yunani Kuno "KERAMOS" yang berarti api. Oleh karena itu,
produk keramik dalam proses produksi meski sudah berbentuk barang keramik belum bisa
disebut keramik selama belum dibakar.
Baik produk Walltiles (WT) maupun Floortiles (FT) merupakan bahan bangunan yang
nilainya dibanding seluruh produk keramik dunia bisa mencapai 80%. Indonesia merupakan
negara yang maju cepat industri keramiknya pada periode 1992-1998 dari urutan 12 produksi
dunia Ceramic Tiles melompat ke urutan 6 besar dunia, bahkan pernah ke urutan 5 besar dunia
pada tahun 1998.
Kapasitas terpasang produksi tiles Indonesia sekitar 400 juta m 2 per tahun, dimana
sekarang ini bekerja pada 70% kapasitas terpasang. Italia sebagai negara nomor satu di dunia
dalam produksi Ceramic Tiles mempunyai produksi 560 juta m 2 per tahun. Indonesia dalam
pemakaian Ceramic Tiles baru mencapai 1.0 m 2 per kapita per tahun. Sedangkan untuk Italia
sudah mencapai angka 14 m2 per kapita per tahun.
Barang keramik yang berglasir secara tradisional dibakar dua kali yaitu pembakaran
biskuit (Biscuit Firing) untuk semua bodi kecuali porselen keras harus sampai masak. Barang
biskuit ini kemudian dilapisi bahan glasir dan dibakar glost (mengkilap) pada suhu yang lebih
rendah untuk mematangkan glasir. Dalam hal porselen keras (hard porcelain) pembakaran
biscuit tidak sampai masak bodinya, produk yang berpori yang ingin dihasilkan. Kemudian
setelah diglasir dilakukan pembakaran glost pada suhu yang lebih tinggi sehingga bodi dan glasir
masak bersama-sama.
Kecenderungan modern adalah ingin menghilangkan pembakaran kedua dan barang yang
berglasir mentah dapat dibakar sekali sehingga disebut once firing atau single firing. Kedua bodi
dan glasir, komposisinya harus diatur agar cocok untuk metloda single firing ini agar sukses.
Barang keramik dekoratif mengalami pembakaran lebih dari sekali. Dekorasi under glaze
seringkali diterapkan dengan menggunakan minyak atau pernis yang harus dibakar habis dalam
api pada suhu 700 - 800°C, sebelum dilapisi glasir, sedangkan dekorasi on glaze diterapkan pada
permukaan keramik berglasir dengan pembakaran hingga 600 - 900°C biasanya 750 - 850°C
dalam tungku dekorasi (enamel kiln) yang mana harus berupa muffle kiln atau electric kiln.
Warna yang berbeda memerlukan temperatur dekorasi yang berbeda pula, sehingga dapat
memerlukan sejumlah pembakaran. Dalam pembakaran bodi keramik perubahan kimia dan fisika
akan terjadi karena aksi panas yang bekerja pada bodi keramik. Perubahan ini makin kompleks
bila campuran bodi keramik juga kompleks dan termasuk ada reaksi yang sempurna dan tidak
sempurna, cepat dan lambat dan sebagainya. Geometri barang yang dibakar juga mempengaruhi.
Dalam pembakaran barang keramik tertentu, tidak hanya agar dapat dicapai temperatur
tinggi yang diinginkan tetapi penting, pula pengendalian kecepatan pemanasan dan pendinginan.
Skejul pembakaran yang terbaik untuk bodi diatur sesuai reaksi yang bakal terjadi.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan skejul pembakaran:
A. Komposisi Bodi
- Air terikat dan air higroskopis dapat bebas diuapkan
- Pembakaran dan pemisahan campuran dan pengotor organic
- Pembakaran dan pemisahan pengotor berbelerang
- Reduksi dan oksidasi konstituen bodi
- Perubahan volume secara gradual
- Perubahan volume mendadak ketika pemanasan/pendinginan
- Temperatur kemasakan.
B. Penyiapan Bodi
- Ukuran butir konstituen bodi
- Geometri barang keramik
- Permeabilitas permukaan dapat dilewati gas, konduktifitas panas dan elastisitas pada
temperatur berbeda.
C. Metoda Pembakaran
- Waktu dan panas diperlukan untuk memanaskan tungku dan perabotnya.
- Beda waktu antara barang yang disusun yang berbeda lokasi untuk mencapai suhu yang
ditetapkan.
- Cara pengendalian metoda pemanasan.
D. Pembakaran Glasir
Faktor utama yang berpengaruh:
- Pemanasan yang merata dan juga pendinginannya
- Oksidasi endapan karbon sebelum glasir menutup permukaan
- Kematangannya glasir tepat dan tidak mereduksi kekentalan glasir hingga mengalir
meninggalkan barang.
Proses pembakaran keramik merupakan unit operasi yang padat energi, sehingga
perbaikan teknologi diarahkan kepada peningkatan efisiensi bahan bakar dari sekitar 30-40%
menggunakan tungku konvensional (shuttle & tunnel kiln) kini bisa dicapai efisiensi hingga 60%
dengan Roller Hearth Kiln.
Selama pembakaran, terjadi perubahan-perubahan fisika dan kimia yang sangat kompleks
seperti dijelaskan berikut ini.
d. Pada temperatur 450-650 oC air kristal yang ada pada bahan-bahan bodi akan pecah,
air keluar sebagai uap sehingga terjadi kerusakan kristal. Proses ini terjadi pada
tanah liat, kaolin, mika dan chlorite.
Kaolin dan tanah liat (clay)
Al2O3 . 2 SiO2 . 2 H2O Al2O3 + 2 SiO2 + 2 H2O
Mika
K2O . 3 Al2O3 . 6 SiO2 . 2 H2O K2O + 3 Al2O3 + 6 SiO2 + 2 H2O
Mika berdekomposisi pada 850-1000 oC dan dekomposisi berakhir pada
temperatur 1000 oC.
Chlorite
Mg3 (Mg3-X AlX) (Si4-X AlX) O10 (OH)8 , dengan x = 1 dan 2.
Chlorite berdekomposisi pada temperatur 700 oC, dengan reaksi sebagai
berikut, misalnya pada Chlorite dengan x = 1.
MgO.4 Mg(OH)2.Al2O3. 3 SiO2 5 MgO + Al2O3 + 3 SiO2 + 4 H2O + 2 O2
e. Antara temperatur 210-280 oC akan terjadi perubahan kristal-kristal Quartz.
-crystobalite -crystobalite, dengan perubahan volume 2 %
Pada temperatur 573 oC
-quartz -quartz, dengan perubahan volume 5 %
Pada kedua temperatur di atas, pembakaran harus dilakukan dengan rate of heating
lamban (kenaikan temperatur lambat).
f. Dalam body ubin keramik terdapat sedikit beberapa senyawa kalsium,
magnesium/dolomit sebagai impuritas, meskipun jumlahnya sedikit, tetapi akan
mengganggu karena dapat mengakibatkan terjadinya reaksi dekomposisi pada
temperatur 800-950 oC.
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
(Dolomit) MgCO3. CaCO3 CaO + MgO + 2 CO2
g. Campuran antara K2O, Al2O3dan SiO2 sebagian akan mulai melebur pada
temperatur 732 oC. Semakin tinggi temperatur, maka akan makin bertambah tingkat
meleburnya. Begitu pula antara Na2O, Al2O3dan SiO2 mulai melebur pada
temperatur 695 oC dan tingkat leburan akan bertambah bila temperatur terus naik.
h. Pada temperatur 700 oC akan terjadi pembentukan kristal dari senyawa silikat atau
senyawa silikon aluminit kompleks. Reaksi silika dan alumina akan membentuk
tekstur bodi keramik yang membuat bodi keramiknya lebih keras dan mempunyai
breaking load lebih tinggi.
Pada temperatur 800-1160 oC, talc akan berubah menjadi enstalite dan amorphous
silika.
3 MgO . 4 SiO2 3 MgO . SiO2 + SiO2
800 – 1160 oC enstalite amorphous silica
Transformasi yang terjadi pada ubin keramik yaitu perubahan fisika dan kimia yang dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5: Diagram of the Transformation Brought Abour in a Clay for Red Stoneware
Temperature, oC
400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200
Compounds
Kaolinite
Al2O3 . 2 SiO2 . 2 H2O
Chlorite
MgO.4 Mg(OH)2.Al2O3. 3 SiO2
Raw Material
Components
Micas
K2O . 3 Al2O3 . 6 SiO2 . 2 H2O
Quartz, SiO2
Feldspars
Na2O.3Al2O3.6SiO2.2H2O
K2O.3Al2O3.6SiO2.2H2O
SiO2-Al2O-Fe Compounds
Components Of
NeoFormation
Spinel (MgO-Al2O3)
Mullite (3 Al2O3-2 SiO2)
Vitreous phase
Pembentukan feri-silika-alumina
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 SiO2 . Al2O3 . Fe2O3 (fsa)
Pada temperatur 770 oC, K2O dari feldspar akan bereaksi dengan Silika, dengan reaksi
sebagai berikut:
K2O + 4 SiO2 K2O . 4 SiO2 atau K2Si4O9 (770 oC)
Kemudian K2O dari feldspar yang mencair pada temperatur 1045 oC akan bereaksi
dengan silika, dengan reaksi sebagai berikut:
K2O + 2 SiO2 K2O . 2 SiO2 atau K2Si2O5 (1045 oC)
K2O dari feldspar bereaksi dengan alumina silika membentuk Leucite
K2O + Al2O3 + 4 SiO2 K2O . Al2O3 . 4 SiO2 (Leucite)
Pembentukan Cordierite
2 MgO + 2 Al2O3 + 5 SiO2 2 MgO . 2 Al2O3 . 5 SiO2
Pembentukan Nepheline
Na2O + Al2O3 + 2 SiO2 Na2O . Al2O3 . 2 SiO2 (Nepheline)
Selama pembakaran ubin keramik selalu terjadi perubahan-perubahan fisik seperti bahan
baku mineral yang banyak berbentuk kristal, pada temperatur tinggi berubah menjadi amorf dan
fase vitreous. Perubahan ini menyebabkan bodi menjadi kompak dan pori-pori mengecil,
sehingga penyerapan air pun lebih kecil (3 – 6 %).
Selama pembakaran pun banyak terjadi reaksi kimia, baik reaksi dekomposisi maupun
reaksi pembentukan seperti telah dijelaskan sebelumnya. Dalam reaksi tersebut, ada sebagian
bodi yang diubah menjadi titik-titik gelas.
a. Sintering
Pada proses sintering, butiran-butiran yang paling halus pada body (tergantung dari bahan
dan jenis keramik) bereaksi dengan flux (Na 2O, K2O dan SiO2) membentuk lapisan gelas
tipis. Proses sintering berhubungan dengan pengikatan (bonding), perekatan (adhesi) dan
pemadatan (solidification) dari bahan-bahan yang diolah. Hal ini dapat ditinjau dari
perubahan volumenya. Semakin kecil butiran bahan, akan memudahkan proses sintering
(mendekati titik lebur) tanpa terjadinya retak-retak dan deformasi (perubahan bentuk). Bila
temperatur dinaikkan, permukaan gas-gas mengembang dan menguap, mejadikan partikel
bebas bergerak saling mendekati dan membentuk ikatan yang lebih kuat. Karakteristik
hasil sintering dapat dilihat pada sifat-sifat fisik body, yaitu penyusutan (shrinkage),
penyerapan/keporosan (porosity) dan kekuatan mekanik (CRC).
b. Vitrifikasi
Vitrifikasi merupakan proses peleburan awal dari oksida-oksida Na2O / K2O pelebur
dalam body keramik yang berbutir halus. Pada proses ini, flux (Na2O, K2O, CaO + SiO2)
berubah menjadi massa vitrous (massa gelas). Vitrikfikasi terjadi pada temperatur antara
1050 - 1320 oC tergantung dari bahan dan jenis keramik.
c. Fusion
Fusion atau secara umum dikenal dengan istilah melting terjadi pada glazur (karena paling
banyak mengadung flux). Fusion terjadi pada titik lebur glazur, flux pada glazur
menyebabkan glazur meleleh/mencair (melt). Untuk beberapa saat, kondisi yang terjadi
pada titik maksimum pembakaran ini dipertahankan agar glazur meleleh sempurna dan
terdistribusi merata (homogen) di atas permukaan body. Kemudian lelehan ini akan
menggelas pada proses pendinginan.
Chapter 5
Pengendalian Pembakaran Barang Keramik
Jenis dan komposisi keramik sangat banyak dan memerlukan kondisi dan cara
pembakaran yang berbeda. Untuk mendapatkan hasil bakaran yang baik, perlu ada persiapan dan
pengendalian yang baik.
Sebagai alat kontrol suhu pembakaran ada 3 (tiga) macam yaitu optic (pyrometer),
thermoskop dan thermocoupple.
a. Alat Optik (Pyrometer)
Alat ukur panas yang berdasarkan warna nyala atau warna barang dibakar. Warna ini
ditangkap oleh pirometer yang akan menunjukkan tingginya temperatur yang diamati.
Kekurangannya tidak dapat mengukur barang yang tidak membara. Pirometer radiasi:
langsung menunjukkan tinggi suhu. Pirometer optik: membandingkan warna nyala dengan
warna kawat pijar dalam alat tersebut.
Alat optik mirip seperti camera atau teropong yang bila diarahkan pada barang panas
yang dibakar, terdapat dua lingkaran merah besar dan kecil satu pusat, yang warna
merahnya berbeda intensitas. Tugas kita untuk membuat warna kedua lingkaran tersebut
sama dengan memutar-mutar lensa. Setelah warna sama, maka suhu benda panas dapat
dibaca pada perunjuk
b. Thermoskop
Alat pengukur temperatur berdasarkan jumlah panas yang diterima alat ini.
Thermoskop terbuat dari campuran bahan keramik dengan komposisi berbeda. Bila
thermoskop terkena panas maka akan melebur dan berubah bentuk pada suhu tertentu. Ada
4 macam thermoskop yang biasa digunakan, yaitu:
Pancang Seger atau Orthon Cone
Batang keramik yang dicetak berbentuk piramid kecil dengan diberi nomor
tertentu sesuai temperatur. Pancang ini dipasang miring 81 derajat di atas pelat
tahan api, taruh di tungku dan ditempatkan di tempat yang mudah dilihat dari
luar. Untuk mengamati suhu biasanya dipasang beberapa pancang (± 3).
Pancang Seger dan Orthon bentuknya sama, namun orthon lebih kecil dan
penunjukkan suhu berbeda sedikit. Pancang tidak menunjukkan suhu nominal
tetapi lebih menunjukkan jumlah kerja panas yang diterima. Disebut orthone
cone (buatan USA) dan seger kegel (buatan Jerman). Prinsip Orthon atau Seger
akan membengkok pada temperatur tertentu. Orthon atau Seger diletakkan di
antara barang yang dibakar. Untuk melihat suhu pembakaran ada tabel antara
nomor Orthon atau Seger dan suhu (lihat table 6 di bawah).
09 930 4 1165
08 945 5 1180
07 975 6 1190
06 1005 7 1210
05 1030 8 1225
04 1050 9 1250
03 1080 10 1260
02 1095 11 1285
01 1110 12 1310
13 1350
14 1390
Batang Hardcorft
Alat pengukur temperatur sejenis pancang namun bentuknya segiempat. Pada
pemakaiannya diletakkan di atas penyangga, biasanya empat buah. Pada suhu
tertentu batang ini akan melengkung.
Cincin Bullers
Alat pengukur temperatur berbentuk cincin terbuat dari bahan keramik dengan
komposisi seperti barang yang dibakar, biasanya 6 buah. Tiap waktu cincin
diambil, didinginkan dan diukur diameternya dengan alat khusus.
Pencatat Watkin
Alat pengukur temperatur berbentuk pelet terbuat dari campuran bahan keramik
yang melebur pada temperatur berbeda. Pelet dipasang pada bahan tahan api
ukuran 5x1,3x1,3 cm berlubang dengan diameter 6,3 mm untuk penempatan
pelet. Setelah pembakaran selesai baru dapat dilihat pelet mana yang melebur.
c. Termokopel
Alat pengukur panas terbuat dari 2 macam kawat yang ujungnya dihubungkan
dengan las. Jika ujung sambungan terkena panas maka timbul tegangan listrik yang
dapat diukur dengan alat ukur listrik (galvanometer).
Prinsipnya adalah dua logam yang berbeda (Pt dan Rf - Rh) yang disambung
pada ujung Coupple. Bila kena panas, maka akan terjadi arus listrik - voltage -
dikonversi ke suhu, Thermocoupple menunjukkan suhu atmosfer pembakaran,
bukan suhu keramik yang dibakar.
d. Loss of Ignition
Yaitu jumlah prosentase berat yang hilang sewaktu dibakar sampai 1200°C untuk
body FT dan 1140 oC untuk body WT.
Chapter 6
Tungku Keramik (Kiln)
1. Kapasitas pembakaran
2. Suhu dan kondisi pembakaran.
3. Jenis barang yang dibakar.
4. Jenis bahan bakar.
1) Menurut bentuk:
o Tungku bulat.
o Tungku persegi.
o Tungku ring (melingkar).
o Tungku terowongan.
o Tungku botol.
6) Menurut pemakaiannya:
o Tungku pembakaran biskuit.
o Tungku pembakaran glasir.
o Tungku peleburan frit.
o Tungku dekorasi.
Dalam industri keramik, tungku diberi nama gabungan dari klasifikasi tersebut.
Untuk memilih tungku yang sesuai dengan keperluan, perlu diperhatikan beberapa
keunggulan dan kekurangan masing-masing tungku.
1. Keuntungan Tungku Persegi
- Memerlukan tempat lebih kecil daripada tungku bulat untuk kapasitas yang sama.
- Lebih mudah menyusun dan membongkar barang yang dibakar dibandingkan dengan
tungku bulat.
- Dapat dibuat untuk kapasitas yang besar.
- Konstruksinya lebih mudah.
2. Keuntungan Tungku Bulat
- Suhu dalam tungku lebih merata, tidak ada titik mati.
- Dibandingkan dengan tungku persegi, konsumsi bahan bakarnya lebih irit dan bahan
konstruksinya lebih sedikit.
- Pengisian/penyusunan barang.
- Penutupan pintu tungku.
- Pembakaran.
- Pendinginan.
- Pembongkaran.
Kiln adalah tungku pembakaran keramik, baik keramik pecah-belah, sanitar maupun Wall
Tile (WT) dan Floor Tile (FT).
1. Snake Kiln
Sejarah perkembangan kiln dimulai dari Zaman Tiongkok Kuno, dimana SNAKE KILN
(kiln ular) yang panjang terdiri dari 10 unit kiln dibangun berantai ke atas pada lereng
gunung yang berfungsi sebagai penghematan energi.
Bila kiln 1 dibakar dan didinginkan, maka kiln 2 yang berada sedikit lebih tinggi dalam
keadaan dipanaskan dengan menggunakan gas hasil pembakaran dan gas panas dari kiln 1.
Demikian diteruskan dengan kiln 3 dan seterusnya.
2. Periodik Kiln
Periodik kiln adalah kiln yang berbentuk kubah yang di dalamnya berbentuk kubus dengan
bagian atap yang melengkung. Gas hasil pembakaran menuju cerobong asap yang tinggi 15-
25 m melalui lubang-lubang kecil di lantai dan kanal yang menuju cerobong. Periodik kiln
merupakan batch kiln yang mempunyai satu siklus sbb:
Diisi dengan barang-barang keramik dan disusun ke atas menggunakan saggor - pintu ditutup
- pembakaran - pendinginan - pengeluaran produk dan mulai diisi kembali untuk siklus
berikutnya. Konsumsi panas sangat tinggi dan bisa mencapai 2600 kcal per kg produk yang
dibakar. Tentu saja kiln seperti ini tidak efisien lagi untuk zaman sekarang. Dengan
perbaikan design dan menggunakan bahan Glasswol dan Ceramic Tiles, maka pemakaian
bahan bakar dapat diturunkan menjadi ± 1900 kcal per kg produk. Kiln periodik jenis ini
masih sangat cocok sampai sekarang untuk pembakaran isolator-isolator besar dan barang
sanitair.
3. Tunnel Kiln
Tunnel kiln adalah sebuah tungku pembakaran keramik yang bekerja secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Jadi bukan batch kiln lagi. Barang keramik yang akan dibakar masuk
kiln secara terus-menerus dan produk keramik keluar secara terus-menerus juga yang disusun
pada kereta-kereta kiln.
Kiln menyerupai terowongan kereta api yang panjangnya antara 60-150 m. Konsumsi panas
sudah ada perbaikan menjadi sekitar 1500 kcal per kg produk. Sebagian besar tunnel kiln
bertahan sampai 1975, kecuali yang dipakai untuk membakar pecah-belah dan sanitair masih
digunakan sampai sekarang.
4. Roller Kiln
Pembakaran keramik adalah rakus akan energi, tebukti perlu 1500-1900 kcal per kg produk.
Pada tahun 1975 saat harga minyak mentah dunia meningkat hebat dari USD 2 menjadi USD
12 per barrel, maka terjadi revolusi teknologi pada design kiln. Lahirlah yang disebut
ROLLER KILN. WT dan FT satu lapisan berada di atas roller-roller yang berputar sepanjang
kiln sambil dibakar dengan burner dari kiri ke kanan. Mulai saat itu, pembakaran WT dan FT
yang semula 30-50 jam cycle-nya turun drastis. menjadi 30-50 menit. Keperluan energi turun
drastic menjadi 350 kcal per kg produk atau hanya 22% dari sebelumnya. Oleh karena itu,
pemakaian Roller Kiln berkembang secara pesat sekali.
Chapter 4
Pengeringan Produk Keramik