Akhlak Dalam Keluarga
Akhlak Dalam Keluarga
A. BIRRUL WALIDAIN
Istilah Birrul Walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw. Birrul Walidain
terdiri dari kata birru dan walidain. Birru atau al-birru berarti kebajikan dan al-walidain
artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Birrul walidain berarti berbuat baik kepada kedua
orang tua.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”
Birrul Walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran islam. Ada
beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut, antara lain:
1. Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakan oleh Allah SWT di dalam al-Quran
langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada-nya semata mata atau sesudah
larangan mempersekutukan-nya, Allah berfirman :
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling”
2. Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak.
Allah berfirman :
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.
Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
3. Allah SWT meletakkan perintah berterima kasih kepada ibu bapak langsung sesudah
perintah berterimakasih kepada Allah SWT. Allah berfirman :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
4. Rasulullah saw meletakkan Birrul Walidain sebagai amalan nomor dua terbaik
sesudah shalat tepat pada waktunya.
“Amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.”
Aku melanjutkan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang
tua.” Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan
Allah.”
5. Rasulullah saw meletakan ‘uququl walidain’ (durhaka kepada orang tua) sebagai dpsa
besa nomor dua sesudah syirik
‘Rasulullah saw bersabda: tidakkah akan aku beritahukan kepada kalian dosa dosa
yang paling besar, beliau mengulangi lagi pertanyaan tersebut tiga kali. Kemudian
para sahabat mengiyakan. Lalu Rasulullah saw menyebutkan: ‘Yaitu
mempersekutukan Allah dan durhaka kepada ibu bapak’
6. Rasulullah saw mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah SWT dengan keridhaan
dan kemarahan orang tua. Beliau bersabda:
“Keridhoan Allah berada pada keridhoan orangtua dan kemarahan Allah berada pada
kemarahan orangtua”
Demikian Allah dan Rasul-nya menempatkan orang tua pada posisi yang sanhgat
istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada keduanya jua menempati posisi yang sangat hina. Hal demikian
menurut kami, mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reroduksi dan
regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu
dalam mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anaknya. Perhatikanlah kembali
ungkapan al-Quran tentang hal tersebut dalam surat Luqman ayat 14.
Banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain tersebut,
antara lain sebagai berikut :
1. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik
masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainnya. Tentu dengan satu
catatan penting. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran islam. Hal
tersebut sesuai dengan tuntunan al-Quran:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.(QS. Luqman 31:15)”
2. Menghormati dan memuliakan kedua orangtua dengan penuh rasa terimakasih dan
kasih sayang atas jasa jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apa pun.
Ibu yang mengandung dengan susah payah dan penuh penderitaan. Ibu yang
melahirkan, menyusui, mengasuh, merawat dan membesarkan. Bapak yang
membanting tulang mencari nafkah untuk ibu dan anak-anaknya.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman 31:14)
3. Membantu ibu bapak secara fisik dan material. Misalnya sebelum bekeluarga dan
mampu berdiri sendiri. Anak-anak membantu orang tua terutama ibu mengerjakan
pekerjakaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri membantu orangtua
secara finansial, baik untuk membeli pakaian, makanan, minuman, apalagi untuk
berobat.
“Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia
menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian
membebaskannya.” (Dikeluarkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 10, shahih)
Lihat Al Irwa’ (1737): [Muslim: 20, kitab Al ‘Itqu, hal 25-26]”
4. Mendoakan ibu bapak semoga diberi oleh Allah swt kemampuan, rahmat dan lain lain
sebagainya. Allah SWT menukilkan dalam al-Quran doa Nabi Nuh memintakan
kemampuan untuk orang tuanya, dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan
rahmat Allah bagi orangtuanya.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al-Isra 17:24)
5. Setelah orangyua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain:
a. Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya
b. Melunasi utang-utangnya
c. Melaksanakan wasiatnya
d. Meneruskan silaturahim yang dibinanya di waktu hidup
e. Memuliakan sahabat-sahabatnya
f. Mendoakannya
Uququl-Walidain
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Allah SWT menempatkan perintah untuk
birrul walidain langsung sesudah perintah untuk beribadah kepadanya, maka sebaliknya
Allah SWT pun menempatkan uququl walidain sebagai dosa besar yang menempati ranking
kedua sesduah syirik.
Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orangtua. Kita tentu memahami kenapa
Rasulullah saw mengaitkan keridhaan Allah dengan Keridhaan orangtua dan memasukannya
ke dalam kelompok dosa-dosa besar, bahkan azabnya disegerakan di dunia.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra
17:23)
Dalam salah satu hadis Rasulullah saw memberikan tuntunan : “Seorang wanita
dinikahi berdasarkan empat pertimbangan: karena harta, keturunan, kecantikan, dan
agamanya. Peganglah yang memiliki agama niscaya kedua tanganmu tidak akan terlepas”
Hak – Hak Bersama Suami Istri
Dalam hubungan suami istri di samping hak masing-masing ada juga hak bersama
yaitu (1) hak tamattu badani (menikmati hubungan sebadan dan segala kesenangan badani
lainnya) (2) hak saling mewarisi (3) hak nasab anak dan (4) hak muasyarab bi al-ma’ruf
(saling menyenang dan membahagiakan).
Dalam surat an-Nisa ayat 12 dijelaskam bahwa suami mendapat ½ dari harta
warisan bila istri tidak punya anak, dan ¼ bila istri punya anak. Sebaliknya istri
dapat ¼ bila suami tidak punya anak dan 1/8 bila suami punya anak
1. Mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk istri. Suami tidak boleh
memanfaatkannya kecuali seizin dan serela istri
2. Nafkah
Nafkah adalah menyediakan segala keperluan istri berupa makanan, minuman,
pakaian, rumah, pembantu, obat-obat dll. Hukumnya wajib berdasarkan al-Quran,
sunnah, dan Ijma.
3. Ihsan al-Asyarah
Ihsan al-Asyarah artinya bergaul dengan istri dengan cara yang sebaik-baiknya.
Teknisnya terserah kepada kiat masing-masing suami.
4. Membimbing dan Mendidik Keagamaan Istri
Seorang suami bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap istrinya karena
dia adalah pemimpinnya. Setiap pemimpin harus mempertanggungjawabkan
kepemimpinannya. Oleh karena itu menjadi kewajiban suami mengajar dan mendidik
istrinya supaya menjadi seorang imraah shalihah.
1. Pendidikan Aqidah
2. Pendidikan Ibadah
3. Pendidikan Dakwah
4. Pendidikan Akhlaq
D. SILATURAHIM DENGAN KARIB KERABAT
Istilah Silaturahim terdiri dari dua kata : Shillah (hubungan, sambungan) dan
rahim (peranakan). Istilah ini simbol dari hubungan baik penuh kasih sayang anatara
sesama karib kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim.
Hubungan kasih sayang harus dijaga dan dibina sebaik-baiknya dengan
seluruh anggota keluarga besar itu. Allah SWT berfirman:
Manfaat Silaturahmi
Memutuskan Silaturahmi
Islam juga mengingatkan secara tegas bahkan mengancam dengan dosa yang besar
orang orang yang memutuskan silaturahmi.
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS. Muhammad
47:22-23)