Anda di halaman 1dari 8

KULTUR dan MANAGEMENT SEKOLAH

SMP NEGERI 2 BANGKINANG KOTA

Meila Handaini

Prodi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP,UP

Kampus UP Jln. Tuanku Tambusai, Kampar.

ABSTRAK

Kultur (budaya) organisasi yang melekat pada organisasi. Kultur merupakan pandangan
hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencangkup cara berfikir,
perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Kultur sekolah
adalah sebuah keyakinan, nilai-nilai serta asumsi yang di percaya bersama yang dapat menjadi
sebuah ciri khas dari sekolah yang nantinya dapat berguna sebagai cara untuk pemecahan
masalah yang dianggap benar dan diwariskan dari generasi ke generasi yang terus akan
dikembangkan untuk menjaga keeratan seluruh warga sekolah. Kultur sekolah dalam suatu
lingkungan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Perwujudan
kultur sekolah perlu diusahakan kondisi yang mendukungnya, yaitu: kepemimpinan/keteladanan,
dan bimbingan terhadap setiap anggota agar mampu meningkatkan semangat kerja dan rasa
bangga akan korpnya. Nilai, moral, sikap dan perilaku siswa tumbuh berkembang selama waktu
di sekolah, dan perkembangan mereka tidak dapat dihindarkan dipengaruhi oleh struktur dan
kultur sekolah serta oleh interaksi mereka dengan aspek/komponen di sekolah.

Kata Kunci : Management, Kultur Sekolah.


A. PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan sebagai salah pendidikan kepada warga masyarakat


satu pilar pengembangan sumber daya (Gunawan, 2010: 113).
manusia (SDM), bermakna strategis bagi
pembangunan nasional. Artinya, masa depan Sekolah sebagai tempat terjadinya
bangsa sangat bergantung kepada kualitas proses pendidikan memiliki kebiasaan-
pendidikan masa kini, dan pendidikan kebiasaan yang sudah diterapkan sejak
berkualitas akan muncul jika pendidikan di dahulu untuk mendidik siswa. Ketika
level sekolah juga berkualitas.Dalam kebiasaan-kebiasaan, tata cara dan norma-
konteks pendidikan, pengertian kualitas norma dari sekolah sudah diterapkan sejak
mengacu kepada proses dan hasil dahulu untuk keberlanjutan proses
pendidikan. pendidikan di sekolah dalam perkembangan
saat ini, yang kemudian akan menjadi
Kualitas dalam pengertian proses, sebuah budaya sekolah (school culture).
terkait dengan manajemen sekolah serta
masih fasilitas yang dimiliki sekolah seperti Budaya sekolah (Dewi, 2012)
bahan ajar, sarana sekolah, dukungan merupakan suatu hal yang tidak dapat
administrasi dan sumber daya lainnya. dipisahkan dari sekolah sebab merupakan
Kualitas dalam pengertian hasil pendidikan suatu yang dapat menjelaskan,
(pendidikan dasar dan menengah), tercermin menggambarkan, dan mengidentifikasi
dalam perolehan rata-rata hasil ujian. Belum mengenai sekolah tersebut baik secara nyata
meratanya faslitas yang dimiliki oleh maupun tidak nyata. Misalnya menjelaskan
sekolah dan rendahnya nilai rata-rata hasil mengenai tujuan, visi dan misi dari adanya
ujian merupakan gambaran bahwa kualitas pembangunan sekolah tersebut. Terkait
pendidikan kita masih perlu untuk dengan sekolah, budayaatau kultur merujuk
ditingkatkan. pada suatu proses pewarisan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh sekelompok
Dalam meningkatkan kualitas masyarakat.
kehidupan maka salah satunya ditentukan
oleh faktor pendidikan seseorang. Kultur sekolah mendukung
Pendidikan dapat diperoleh melalui terciptanya motivasi berprestasi untuk para
pendidikan formal ataupun nonformal. siswa di sekolah. Sebagai sasaran dan obyek
Sekolah merupakan sebuah institusi dalam dunia pendidikan, peserta didik
pendidikan yang menjadi wadah dan diberikan kesempatan yang sama dalam
berlangsungya proses pendidikan, memiliki mengasah bakat, minat, keterampilan,
sistem yang komplek dan dinamis dalam (skill), dan pengetahuan yang telah
perkembangan masyarakat yang semakin diperoleh selama berada di sekolah. Setiap
maju. Sekolah sebagai pusat pendidikan peserta didik membawa kulturnya masing-
formal lahir dan berkembang dari pemikiran masing dari sekolah sebelumya dan harus
efisiensi dan efektifitas dalam pemberian disesuaikan dengan keadaan kultur sekolah
yang baru (Hanum, 2013).
Untuk menciptakan kultur 2. Nilai-nilai keyakinan
berprestasi agar peserta didik tertarik dan Nilai dan keyakinan yang ada
mau terlibat dengan perbaikan mutu sekolah di sekolah dan menjadi ciri utama
maka komponen sekolah yang sudah sepakat sekolah, misalnya: a) ungkapan rajin
untuk memajukan kultur sekolah yang baik pangkal pandai, b) air beriak tada tak
harus bekerja keras membangkitkan dalam, dan berbagai penggambaran
semangat berprestasi untuk para siswa. nilai dan keyakinan lain. Nilai dan
Khususnya kepala sekolah dan guru, yang keyakinan ini biasanya tersembunyi
berinteraksi secara langsung dengan orang dalam artifak yang ada pada kultur
tua dan siswa di sekolah dalam membangun sekolah yang bersangkutan. Di balik
semangat dan mendukung keputusan dari artifak itulah tersembunyi kultur
siswa untuk mendalami kemampuan yang yang dapat berbentuk nilai-nilai
mereka miliki. seperti mutu, disiplin, toleransi dan
sebagainya. Kemudian juga terdapat
Terkait dengan kultur dan keyakinan yang tergambarkan
management sekolah SMP NEGERI 2 melalui keinginan untuk
BANGKINANG KOTA, di anggap sudah memperbaiki mutu sekolah agar
sangat baik dan bagus. Karena peneliti sudah mampu bersaing dengan sekolah
melakukan observasi. lainnya.
B. KAJIAN PUSTAKA Menurut Djemari Mardapi
(Furkan, 2013: 31-32) membagi
Menurut pandangan Herminarto unsur-unsur budaya sekolah jika
(Furkan, 2013: 33) mengidentifikasi kultur ditinjau dari usaha peningkatan
sekolah sebagai berikut: kualitas pendidikan sebagai berikut:
1. Budaya sekolah yang positif.
1. Artifak
Budaya sekolah positif adalah
Artifak memiliki dua jenis,
kegiatan-kegiatan yang mendukung
yaitu: a) artifak yang dapat diamati
peningkatan kualitas pendidikan,
seperti: arsitektur, tata ruang,
misalnya kerja sama dalam mencapai
eksterior dan interior, kebiasaan dan
prestasi, penghargaan terhadap
rutinitas, peraturan-peraturan, ritus-
prestasi dan komitmen terhadap
ritus, simbol, logo, slogan, bendera,
belajar.
gambar-gambar, tanda-tanda, sopan
2. Budaya sekolah yang negative
santun, cara berpakaian; b) artifak
Budaya sekolah yang negatif
yang tidak dapat diamati berupa
adalah kultur yang kontra terhadap
norma-norma atau caracara
peningkatan mutu pendidikan.
tradisional berperilaku yang telah
Artinya resisten terhadap perubahan,
lama dimiliki kelompok.
misalnya siswa takut salah, siswa
takut bertanya, dan siswa jarang
melakukan kerjasama dalam
memecahkan masalah.
3. Budaya sekolah yang netral dorongan untuk keunggulan
Budaya sekolah netral yaitu dibanding standarnya sendiri maupun
budaya yang tidak berfokus pada orang lain. berdasarkan pendapat ini,
satu sisi namun dapat memberikan dapat diambil rumusan bahwa
konstribusi positif terhadap motivasi berprestasi adalah dorongan
perkembangan peningkatan mutu yang timbul dari dalam diri individu
pendidikan. Hal ini bisa berupa sehubungan dengan adanya
arisan keluarga sekolah, seragam penghrapan bahwa tindakan yang
guru, seragam siswa dan lain-lain. dilakukan merupakan alat untuk
Peran penting kultur sekolah juga mencapai hasil yang baik, bersaing
dapat dicermati dengan pernyataan dan mengungguli orang lain,
Peterson dan Deal (Zamroni, 2016: mengatasi rintangan serta
93) yang mengatakan “At a deeper memelihara semangat yang tinggi.
level, all organizations, especially Dimilikinnya semangat yang tinggi
schools, improve performance by akan mendorong dirinya meraih
fostering a shared system of norms hasil belajar yang optimal.
folkways, values, and traditions. Sistem sosial merupakan
These infuse the enterprise with konsep yang paling umum dipakai
passion, purpose, and a sense of oleh kalangan ahli sosiologi dalam
spirit. Without a strong, positive mempelajari dan menjelaskan
culture, schools flounder and die”. hubungan manusia dalam kelompok
Kajian sosiologi pendidikan atau dalam pengertian sistem,
meyakini bahwa proses kelompok masyarakat yang mana
sosialisasidan internalisasi yang merupakan kesatuan utuh, terdiri dari
dialami oleh individu erat kaitannya individu-individu sebagai bagian-
dengan pertumbuhan kepribadian bagian yang saling bergantungan.
yang dialami. Sosialisasi disini juga Menurut Alvin L. Bertrand (1980),
berkonstribusi dalam menujukkan menyatakan bahwa dalam sistem
proses perkembangan kepribadian sosial, paling tidak harus terdapat,
seseorang. Sosialisasi berperan (1) terdapat dua oang atau lebih, (2)
penting pada seseorang dengan terjadi interaksi antara mereka, (3)
segala potensi diri yang dimilikinya mempunyai tujuan, dan (4) memiliki
dan berkembang melalui proses struktur, simbol dan harapan-harapan
sosialisasi. Need for Achievement bersama yang dipedomaninya
atau motivasi untuk berprestasi yang (Abdulsyani, 2007: 125).
tinggi erat kaitannya dengan
kemauan individu untuk mengambil C. METODE PENELITIAN
jalan atau tugas yang tidak mudah 1. Lokasi Penelitian
(Zamroni, 2016: 67). Penelitian yang mengkaji
Menurut Rabideu (2005) Kultur sekolah di SMP NEGERI 2
motivasi berprestasi sebagai BANGKINANG KOTA ini
mengambil lokasi di jalan Letnan Data primer adalah pengambilan
Boyak No. 11 Bangkinang Kota. data dengan instrumen
2. Waktu Penelitian pengamatan, wawancara, catatan
Penelitian ini dilakukan lapangan dan penggunaan
selama kurang dari 1 bulan lamanya. dokumen. Sumber data primer
Penelitian ini dilaksanakan pada merupakan data yang diperoleh
awal bulan Maret sampai akhir langsung dengan teknik
Maret. wawancara informan atau sumber
3. Bentuk dan Jenis Penelitian langsung.
Adapun bentuk penelitian 6. Tekhnik Pengumpulan Data
yang digunakan dalam penelitian ini a. Wawancara
adalah metode pendekatan kualitatif Wawancara digunakan sebagai
deskripstif. Penelitian kualitatif teknik pengumpulan data apabila
ditujukan untuk memahami peneliti ingin melakukan studi
fenomena-fenomena sosial dari sudut pendahuluan untuk menemukan
atau perspektif partisipan. Partisipan permasalahan yang harus diteliti,
ini adalah orang-orang yang diajak dan juga apabila peneliti ingin
berwawancara, diobservasi, diminta mengetahui hal-hal dari
memberikan data, pendapat, responden yang lebih mendalam
pemikiran, dan persepsinya. Strategi dan jumlah respondennya
penelitian bersifat fleksibel, sedikit/kecil. Teknik
menggunakan aneka kombinasi dari pengumpulan data ini
teknikteknik untuk mendapatkan data mendasarkan pada laporan
yang valid (Sukmadinata, 2009: 94). tentang diri sendiri atau self
4. Subjek Penelitian report, atau setidak-tidaknya
Penelitian ini membutuhkan pada pengetahuan atau keyakinan
10 subyek yang akan diteliti agar pribadi (Sugiyono, 2015: 188).
mampu menjawab pertanyaan b. Observasi
penelitian yang disiapkan oleh Pengamatan dapat
peneliti dan tentunya yang terkait diklasifikasikan atas pengamatan
dengan fokus peneliti. Adapun langsung (partisipan) dan tidak
subyek dalam penelitian ini yaitu berperan serta. Pengamatan
warga sekolah yang meliputi; Kepala terbagi menjadi dua, yaitu
sekolah, guru, karyawan, siswa, pengamatan terbuka dan
orang dewasa yang tidak mengajar pengamatan tertutup.
(satpam, petugas kebersihan, petugas Pengamatan bisa juga
rumah tangga, pengelola kantin dan menggunakan teknik terstruktur
koperasi sekolah). dan tidak terstruktur.
5. Sumber Data Penelitian D. PEMBAHASAN
a. Sumber Data Primer 1. Kultur Sekolah di SMP NEGERI
2 Bangkinang Kota
a. Artifak Fisik ketersediaan waktunya untuk
SMP Negeri 2 Bangkinang bertanya apa keperluan tamu dan
Kota berada di jalan Letnan melayani tamu dengan sangat
Boyak No. 11 Bangkinang Kota. baik. Siswa nya sangat sopan dan
Lokasi berada kepada keramaian santun kepada tamu yang datang.
dan juga di depan atau seberang Sekolah ini memiliki taman yang
sekolah terdapat Masjid Besar indah, lingkungan menjadi sejuk
yang di gunakan para siswa dan warga sekolah merasa
beribadah meskipun sudah nyaman berada di sekolah turut
memiliki mushola sendiri tetapi mendukung nilai-nilai kebersihan
para siswa juga beribadah di dan keindahan di sekolah.
masjid depan sekolahnya Pengaruh tata ruang sekolah
tersebut. akan berdampak pada kegiatan
Sarana dan prasarana yang warga sekolah. Maka dari itu di
dimaksud adalah mulai dari SMP N 2 BANGKINANG
bangunan atau gedung sekolah, KOTA memiliki tata ruang
taman sekolah, halaman sekolah, sendiri sesuai dengan ciri
interior sekolah, ketersediaan alat khasnya. Fasilitas untuk
penunjang mengajar, kegiatan kebutuhan olahraga di SMP N 2
ekstrakulikuler, dan olahraga, BANGKINANG KOTA bisa
adanya tempat ibadah, kantin dibilang sangat lengkap dan
sekolah, laboratorium mendukung aktivitas warga
pembelajaran, dan perpustakaan sekolah dalam kebutuhannya.
yang menunjang kelancaran b. Artifak Non Fisik
sekolah. Artifak non fisik segala
Adanya slogan-slogan di bentuk aktivitas warga
sekolah yang ditempel di sekolah di lingkungan
dindingdinding sekolah sekolah. Artifak non fisik
memperlihatkan keseriusan yang ada di sekolah meliputi
sekolah dalam usaha membangun kegiatan warga sekolah
kultur yang positif di sekolah. dalam upacara sekolah,
Keberadaan sloganslogan di keterlibatan dalam aktivitas
sekolah sama halnya dengan sekolah, penampilan, dan
keberadaan visi-misi yang interaksi warga sekolah.
menuntun warga sekolah untuk Berikut merupakan kegiatan
bergerak, berperilaku dan bekerja warga sekolah di lingkungan
sesuai visi-misi. Selain itu cara SMP N 2 Bangkinang kota:
sekolah itu menyambut tamu 1) Interaksi antar warga
sangat baik seperti para guru, sekolah
siswa dan bahkan kepala 2) Aktivitas siswa di
sekolahnya sangat menujukkan sekolah
3) Aktivitas guru di sekolah DAFTAR PUSTAKA
4) Aktivitas kepala sekolah
E. KESIMPULAN Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematilka,
Berdasarkan penelitian yang Teori, Dan terapan. Bumi Aksara: Jakarta.
dilakukan di SMP N 2 Bangkinang Dewi, Ana Purnama. 2012. Peran Budaya
Kota, maka dapat ditarik kesimpulan Sekolah Dalam Mendukung Prestasi Belajar
bahwa: Siswa Studi Kasus: Sekolah Menengah Atas
Gambaran kultur dan (SMA) Swasta Sugar Group Lampung.
managemen sekolah SMP N 2 Skripsi SI. Universitas Indonesia
Bangkinang Kota memperlihatkan
kondisi kultur sekolah yang positif. Furkan, Nuril. (2013). Pendidikan Karakter
Hal ini terlihat dari artifak fisik, Melalui Budaya Sekolah. Magnum Pustaka
artifak perilaku, dan nilai dan Utama: Yogyakarta.
keyakinan yang mendukung proses
siswa dalam berprestasi dan program
sekolah dalam membantu sekolah Gunawan, Ary H. (2010). Sosiologi
menemukan bakat atau potensi yang Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi
dimiliki siswa. Kultur sekolah Tentang Pelbagai Problem Pendidikan.
memberikan andil tersendiri dalam Rineka Cipta: Jakarta.
meningkatkan mutu sekolah. Di
dalam kultur sekolah terdapat
nilinilai dan keyakinan yang dimiliki Hanum, Farida. (2013). Sosiologi
oleh sekolah tersebut. Selain itu Pendidikan Edisi Revisi. Kanwa Publisher:
terdapat nilai-nilai yang Yogyakarta.
dikembangkan sekolah, adapun nilai-
nilai tersebut iyalah: nilai berprestasi,
nilai kedissiplinan, nilai kebersihan,
Maliki. (2010). Sosiologi Pendidikan.
nilai relegi dan nilai pendukung
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
kultur sekolah.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi
Pada implementasinya
Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:
nilainilai tersebut tidak muncul
Bandung.
begitu saja, melainkan ada usaha
untuk membudayakannya kepada Rabideau, S. T. (2005). Effect Of
para siswa. Nilai-nilai tersebut Achievement Motivation On Beahvior.
disosialisasikan terlebih dahulu http://www.personalityresearch.o
kesemua warga sekolah. Proses r/papaers/Rabideau.html diakses, 30
sosialisasi nilai-nilai yang dimiliki September 2016.
oleh sekolah lama kelamaan akan
menginternalisasi di dalam Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
kehidupan sekolah dan Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi
menjadikannya sebuah kultur.
(Mixed Methods). Penerbit Alfabeta:
Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009).


Metode Penelitian Pendidikan. Remaja
Rosdakarya: Bandung.

Zamroni. (2016). Kultur Sekolah. Gavin


Kalam Utama: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai