Anda di halaman 1dari 9

1

KEPENGAWASAN MODEL GOTONG ROYONG:


MEMBANGUN SEKOLAH EFEKTIF

Oleh
AAN SURURI )*

Pendahuluan

Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki standar pengelolaan yang baik,
transparan, responsible dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap
komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal. Dalam perspektif
manajemen, sekolah efektif merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya
sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistemik mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian (Satori,
2000:21). Tingkat efektivitas suatu sekolah menentukan tingkat keberhasilan
sekolah mencapai visi-misi-tujuan sekolah. Oleh karena itu seluruh komponen
sekolah seperti guru, Kepala Sekolah, Komite, termasuk Pengawas Sekolah,
memiliki tanggungjawab untuk bersama-sama membangun, mengembangkan dan
meningkatkan sekolah agar menjadi sekolah efektif.
Tugas Pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan
akademik dan manajerial pada satuan pendidikan (Peraturan Menteri PAN & RB
Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5). Oleh karena itu, kepengawasan di sekolah ini
ditujukan untuk mendorong, mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan pendidikan di suatu sekolah agar menjadi sekolah efektif. Berdasarkan
pengalaman dan pengamatan dengan menggunakan instrumen pengukuran
pemenuhan 8 standar nasional pendidikan selama dua tahun terakhir, diperoleh fakta
bahwa sekolah-sekolah yang menjadi sekolah binaan pengawas masih
menunjukkan: (1) perencanaan sekolah yang kurang jelas; (2) pengelolaan
ketenagaan kurang optimal; (3) gerakan Literasi dan karakter kurang berjalan; (4)
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penilaian yang masih kurang bermutu;
dan (5) sarana prasarana pendidikan kurang lengkap.
Fakta-fakta tersebut merujuk pada standar pengelolaan sekolah yang
mencakup masalah efektivitas, sehingga pertanyaan yang muncul adalah ‘bagaimana
2

membangun sekolah efektif yang dikaitkan dengan kepengawasan pendidikan?’


Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Pengawas sekolah mengambil peran sebagai
pendamping sekolah melalui Kepengawasan Model “Gotong Royong”. Gotong
royong merupakan istilah asli Indonesia yang berarti bersama-sama mengerjakan
sesuatu atau membuat sesuatu untuk mencapai suatu hasil budaya gotong royong
(Sudrajat (2014:14). Berarti gotong royong yaitu kegiatan yang dilakukan secara
bersama sama dengan berbagi tanggungjawab untuk mecapai tujuan bersama. Oleh
karena itu, tulisan ini menjelaskan bagaimana membangun sekolah efektif melalui
pendampingan sekolah dengan menerapkan kepengawasan model “gotong royong”.

Prosedur kepengawasan model “gotong royong” mengikuti gambar seperti di


bawah ini.

Menyepakati Melakukan
permasalahan yang Pendampingan,
harus diselesaikan, araham, bimbingan
membagi kelompok, kepada sekolah,
menyepakati waktu, bergotong royong
Identifikasi Masalah dan tindak lanjut memecahkan masalah
melalui rapat seluruh
dewan guru,
menghasilkan analisa
SWOT untuk
menemukan akar GOTONG ROYONG
masalah

Menuju Sekolah Menghasilkan


Efektif Kinerja,
keputusan,
produk

Gambar: Kepengawasan Model “Gotong Royong”

Kegiatan kepengawasan di awali dengan identifikasi masalah di sekolah itu,


kemudian menyepakati masalah yang akan diselesaikan melalui kerja sama seluruh
komponen sekolah, pendampingan dan pembimbingan, kemudian menghasilkan
keputusan bersama, produk dan kinerja sekolah. Seperti suatu siklus, kepengawasan
model ‘gotong royong’ seperti pada gambar terus menerus dilaksanakan untuk
masalah sekolah yang berbeda-beda selama waktu pendampingan. Setelah dua tahun
3

pelajaran berjalan, kepengawasan model ‘gotong royong’ telah menunjukkan


hasilnya sebagai berikut.
1. Restrukturasi Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS)

RKAS yang disusun ditinjau kembali bersama-sama guru, kepala sekoalh dan
wakil kepala sekolah, dan didampingi Pengawas sekolah untuk menentukan kegiatan
yang dilaksanakan secara rinci berdasarkan masukan ide dan saran dari guru-guru.
Salah satu contoh hasil restrukturasi sebagai berikut

Gambar : Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) Tahun 2018

Kegiatan Ekstrakurikuler (OSN, O2SN, Porseni, Pramuka, Paskibra, Rohis,


PMR) yang dilingkari warna merah dianggarkan Rp. 13.000.000,00 pada Triwulan
I, namun belum dirinci untuk masing-masing kegiatan. Restrukturasi anggaran
ditujukan untuk merinci belanja barang dan jasa melalui kegiatan gotong royong
menentukan prioritas kegiatan yang dilaksanakan di sekolah,
Dampak bagi peningkatan mutu sekolah adalah terpenuhinya asas
sekolah efektif yaitu asas transparansi dan akuntabel. Seluruh guru berupaya
mensukseskan kegiatan sekolah, bahu membahu bergotong royong untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah karena kegiatan disusun bersama. Selain
itu, cara ini juga mengenalkan pengelolaan sekolah yang sehat yang sebelumnya
hanya Kepala Sekolah dan beberapa orang saja yang menentukan kegiatan yang
dibiayai sekolah.
2. Peningkatan Peran dan Tanggungjawab Guru dalam Kegiatan
Pendidikan di Sekolah
4

Kepengawasan model ‘gotong royong’ memastikan keterlibatan komponen


sekolah di dalamnya, dengan demikian peran dan serta guru-guru semakin
meningkat. Hasil yang disepakati untuk penataan guru seperti berikut.
a. Guru yang mengajar mata pelajaran telah sesuai dengan kualifikasi pendidikan
dan kompetensi sesuai tingkatan kelas yang diajar
b. Pergantian wakil, bendahara, dan pembina melalui rapat terbatas sekolah
c. Mengefektifkan guru yang tidak menjadi wali kelas untuk piket guru di luar
jam tatap muka
d. Setiap kepanitiaan di sekolah selalu melibatkan 3 – 5 guru selain wakil kepala
sekolah
e. Membentuk Tim pengembang sekolah yang terdiri dari Tim Pengembang
Sekolah beranggotakan 8 orang, dan Tim Monev Sekolah yang beranggotakan
5 orang.
Dampak dari aktivitas penataan ini adalah peningkatan peran dan tanggungjawab
bersama yang harus diperankan oleh guru masing-masing.. Pembentukan Tim
Pengembang Sekolah, mengenalkan sistem penjaminan mutu secara internal sekolah
yang mulai diterapkan pada semester ini.

3. Gerakan sekolah untuk Meningkatkan Penerapan Pendidikan


Karakter, Literasi dan Ekstra Kurikuler

a. Sekolah tampak bersih dan nyaman karena guru maupun siswa dibiasakan
memungut sampah yang ditemui di halaman sekolah dan membuangnya ke
tempat sampah sebagai cerminan karakter bersih dan sehat
b. Guru dan siswa yang terlambat jauh berkurang, karena pada jam pertama
sebelum masuk siswa dibiasakan berbaris tertib di depan kelas dan baru masuk
kelas apabila guru pada jam pertama memerintahkan masuk.
c. Kebiasaan membaca mulai tamnpak dari banyaknya pengunjung perpustakaan
karena siswa dibiasakan setiap akan belajar di kelas selama 7 menit membaca
buku pelajaran dengan bimbingan guru yang mengajar di kelas itu.
d. Penghayatan terhadap ajaran agama Islam semakin tampak yang ditunjukkan
oleh antusiasme siswa untuk shalat dhuhur bersama dan melaksanakan doa
bersama sebelum Ujian Nasional
e. Meraih penghargaan pada Lomba Pramuka yang diselenggrakan oleh
Universitas Lampung
5

Dampak yang diharapkan adalah tumbuh kembang kebiasaan baik yang akan
membentuk budaya sekolah yang memungkinkan berkembangnya potensi, bakat,
dan prestasi siswa. Prestasi sekolah akan muncul jika ditunjang oleh suasana
akademik, disiplin tinggi, dan para siswa diberi kesempatan yang luas untuk
menunjukkan ekspresinya.

4. Kualitas RPP dan Penilaian yang Dilaksanakan Guru semakin


Meningkat

Proses pembimbingan guru dalam menyusun RPP dan penilaian seperti yang
telah dijelaskan, menggunakan langkah-langkah berjenjang yaitu bekerja sama
dalam kelompok MGMP sekolah, diskusi dengan pengawas, dan menyusun RPP
perbaikan. Hasil observasi guru-guru yang lain (32 orang) diperoleh 27 orang guru
telah mampu membuat RPP dan Penilaian sesuai pedoman, sedangkan 5 orang guru
perlu bimbingan lanjutan. Secara umum, selama tiga bulan (Januari – Maret 2018),
pendampingan guru-guru dalam menyusun RPP dan penilaian telah berhasil.

Dampak dari peningkatan kualitas RPP yang utama adalah semakin


meningkatnya mutu layanan belajar yang diberikan oleh guru di sekolah. Semakin
meningkat mutu layanan belajar, pada akhirnya akan meningkatkan mutu lulusan
SMPN 1 Sungkai Selatan. Pemantauan dan pengendalian yang terpadu oleh Kepala
Sekolah dan Pengawas, perlu terus dilakukan secara berkesinambungan agar kondisi
ini dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan lebih baik lagi.

5. Melengkapi Sarana dan Prasarana Sekolah

Praktek baiknya adalah melakukan pendampingan sekolah dalam melakukan


perencanaan yang didasarkan kebutuhan sekolah melalui ‘gotong royong’ ide dan
saran. Pendampingan juga dilakukan dalam pengelolaan keuangan agar pengeluaran
efisien. Bendahara diminta untuk mengatur pengeluaran sehingga pada akhir bulan
Maret terdapat sisa anggaran yang berasal dari cashback belanja barang. Penting
untuk dilakukan, agar pada bulan April (TWII) masih memiliki saldo kas. Hasil
efisiensi anggaran dipergunakan membangun sanitasi atau lainnya sesuai juknis Bos
Salah satu sekolah yang berusaha melengkapi sarana dan prasarana sekolah
seperti yang ditunjukkan oleh gambar-gambar berikut: Sebelum dibangun tembok
pembatas, keadaan seperti gambar di bawah ini
6

Gambar 3. Pagar Bambu yang Membatasi Jamban Siswa dan Halaman

Pembangunan tembok hasil efisiensi anggaran seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4. Tembok yang Menggantikan Pagar Bambu

Dampak pemenuhan sarana prasarana sekolah melalui perencanaan yang


disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dapat meningkatkan efektivitas sekolah,
dikarenakan mekanisme pengadaannya berdasarkan kebutuhan sekolah yang
berawal dari evaluasi diri sekolah secara bergotong royong. Misalnya seperti
pembangunan tembok di atas, ketika dibatasi oleh pagar bambu memberikan kesan
tidak terurus dan tidak indah, namun setelah diganti tembok memberikan kesan
terurus dan nyaman bagi siapa saja yang mengunjungi SMPN 1 Sungkai Selatan
karena tidak secara langsung melihat keadaan Jamban Siswa yang letaknya di
halaman depan sekolah.
Praktik baik selama ini, telah memberikan landasan kerangka untuk
membangun sekolah efektif yaitu transparansi, partisipasi aktif, dan akuntabel
sebagai landasan membangun sekolah efektif secara bergotongroyong. Selanjutnya
agar kerangka ini menjadi suatu ‘bangunan’ sekolah efektif diperlukan upaya keras
7

dari kepala sekolah dengan melibatkan guru-guru untuk membangun sekolah efektif.
Peran dan tanggungjawab penulis sebagai pengawas pembina sangat penting, dengan
melakukan pemantauan, pengarahan, bimbingan dan evaluasi untuk menjamin
keberlanjutan praktik baik pengelolaan sekolah agar SMPN 1 Sungkai Selatan
menjadi sekolah efektif yang pada akhirnya akan melahirkan lulusan sekolah yang
bermutu.

Penutup

Kepengawasan model “Gotong Royong” dapat meningkatkan efektivitas


sekolah, seperti adanya perencanaan yang kuat. Dampak yang terjadi adalah
meningkatnya partisipasi warga sekolah untuk membangun sekolah efektif.
Pendampingan oleh pengawas terhadap sekolah harus berkesinambungan dan
kontinyu di satu sekolah agar dampak pembinaan oleh pengawas dirasakan oleh
sekolah. Agar kegiatan kepengawasan ini terus berlangsung, setiap Kepala Sekolah
agar pada awal tahun pelajaran meminta pendampingan dari pengawas pembinanya,
dengan menyepakati waktu, fokus pendampingan, dan evaluasi kepengawasan.
Bagaimana peran Pengawas Sekolah? Pengawas sekolah hendaknya melaksanakan
kepengawasan pendidikan secara terpadu dengan Kepala Sekolah, waktu dan fokus
keepengawasan di sepakati bersama dan menggunakan Model “Gotong Royong”
untuk melibatkan warga sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Mentri PAN &RB Nomor 21 Tahun 2010

Sajogyo dan Pudjiwati (2005) Implementasi Gotong Royong, Yogyakarta:


Alphabeta Karya

Satori, S (2000). Implementasi Manajemen Mutu di Sekolah. Bandung:


RosdaKarya Remaja

Sudrajat, Ahmad. (2014). Nilai-Nilai Luhur Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

)* Aan Sururi, S.Pd.,M.Pd diangkat sebagai pengawas SMP pada tahun 2010 di
lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Utara
8
9

Anda mungkin juga menyukai