Anda di halaman 1dari 7

ABSES TUBA OVARIUM

2.1 Definisi

Abses tuba ovarium adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba ovarial yang ditandai
dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba ovarial maupun keduanya. Abses tuba
ovarium merupakan komplikasi jangka panjang dari salpingitis akut, tetapi biasanya akan
muncul dengan infeksi berulang atau kerusakan kronis dari jaringan adneksa. Biasanya
dibedakan dengan ada tidaknya rupture, dapat terjadi bilateral walaupun 60% dari kasus
abses yang dilaporkan merupakan kejadian unilateral dengan atau tanpa penggunaan IUD dan
abses biasanya polimikroba.1,2

2.2 Etiologi
Abses tuba ovarium biasanya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, seperti
disebabkan oleh Gonococcus, disamping itu oleh Staphylococcus dan Streptococcus. Infeksi
dapat terjadi sebagai berikut :

1. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.
2. Naik dari cavum uteri.

Dikatakan bahwa nekrosis tuba fallopi dan kerusakan epitel terjadi dikarenakan bakteri
pathogen menciptakan lingkungan yang diperlukan untuk invasi anaerob dan pertumbuhan.
Terdapat salpingitis yang melibatkan ovarium dan ada juga yang tidak. Proses inflamasi ini
dapat terjadi spontan atau merupakan respon dari terapi. Hasilnya dapat terjadi kelainan
anatomis yang disertai dengan perlengketan ke organ sekitar. Keterlibatan ovarium biasanya
terjadi di tempat terjadinya ovulasi yang merupakan tempat masuk infeksi yang luas dan
pembentukan abses. Apabila eksudat purulent itu ditekan, maka akan menyebabkan rupture
dari abses yang dapat disertai peritonitis berat serta tindakan laparotomi. Perlengketan yang
lambat dari abses akan menyebabkan abses cul de sac. Biasanya abses ini muncul ketika
penggunaan IUD, atau munculnya infeksi granulomatous (TBC ataupun aktinomikosis).2

Adapun faktor risikonya adalah sebagai berikut :

1. Multiple partner
2. Status ekonomi rendah
3. Riwayat PID
4. Menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
5. Riwayat STD2,3

2.3 Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salfingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa terjadi pada
pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan ginekologik sebelumnya.

Mekanisme pembentukan Abses tuba ovarium yang pasti sukar ditentukan, tergantung
sampai dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen
tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan
peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami peradangan, tempat
ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat
masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula
melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.

       Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan, keadaan ini
biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya.
Apabila prosesnya menghebat dapat terjadi pecahnya abses.

Infeksi ini sering muncul akibat PID yang berasal dari penyebaran pathogen melalui
lumen organ reproduksi dan kedalam cavum peritoneal pelvis melalui ostium tuba. Jika
organisme tersebut tidak dapat diatasi oleh imunitas tubuh atau pengobatan medis, akan
merusak jaringan tubuh. Infeksi permukaan, aglutinasi dan abses terbentuk saat bakteri,
lekosit, dan cairan terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses ke dinding dalam
sangat berbahaya, menimbulkan lingkungan anaerob asli ataupun fakultatif dapat
berkembang biak.

Ovarium dapat melekat dengan fimbria dari tuba yang terinfeksi (pyosalphing) dan
menjadi dinding abses atau infeksi ovarium primer yang dapat berlanjut menjadi abses. Usus,
peritoneum parietal, uterus, dan omentum biasanya menjadi melekat. Abses dapat membesar
dan mengisi cavum douglas atau bocor dan menimbulkan metastasis.

Jika pertahanan tubuh dapat mengatasi, maka infeksi kemudia menjadi steril. Proses ini
mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan tetapi jika terjadi rupture
intraperitoneal, infeksi dapat menyebar cepat dan timbul bakterimia. Pembentukan abses
merupakan keadaaan terakhir pertahanan tubuh dan infeksi mencapai keadaan ini sangat berat
dan berbahaya. Abses tuba ovarium merupakan bentuk paling berbahaya dari PID.

2.4 Gejala Klinis


Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat disertai suhu
badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri panggul dan perut bawah disertai
pula nyeri tekan, febris (>38°C) (60-80 % kasus), takikardia, mual dan muntah, bisa pula
terjadi ileus. Adanya massa pada perut bawah dan adneksa lebih memastikan suatu Abses
tuba ovarium. Tes terpilih untuk mengkonfirmasi atau mengeklusi Abses tuba ovarium adalah
ultrasonografi.

2.5 Pemeriksaan dan Diagnosa


1. Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis
Pernah infeksi daerah panggul dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya
adalah nulipara.

2. Pada pemeriksaan dalam


 Nyeri kalau portio digoyangkan
 Nyeri kiri dan kanan dari uterus
 Kadang-kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat tak teraba)
 Nyeri pada ovarium karena meradang
3. Pemeriksaan laboratorium
Adanya lekositosis (60-80 % dari kasus) tetapi ada juga yang leukopenia. Hasil urinalis
memperlihatkan adanya pyuria tanpa bakteriuria. Nilai LED minimal 64mm/h serta
nilai akut C-reaktif protein minimal 20mg/L dapat dipikirkan kea rah diagnose Abses
tuba ovarium.

4. Foto abdomen
Dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya masa di adneksa.

5. Ultrasonografi
Digunakan pada kecurigaan adanya abses tuba ovarium atau adanya massa di adneksa,
melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi
kemajuan terapi. USG ini dapat membantu mendeteksi perubahan seperti terjadinya
progressi, regresi, ruptur, atau pembentukan pus. USG dapat dilakukan dengan
transvaginal atau transabdominal. Pencitraan transvaginal memberikan gambaran lebih
detail dimana transduser berada di dalam dekat dengan daerah pemeriksaan. Sedangkan
pencitraan transabdominal menawarkan keuntungan imaging dalam satu tampilan organ
besar seperti rahim.

Abses tuba ovarium tampak pada USG berupa gambaran homogeny, kadang simetris,
kistik, dinding tipis, berbatas tegas, berdampingan. Gambaran udara mungkin terlihat
bersepta pada Abses tuba ovarium multilokulasi. USG juga prosedur terbaik untuk
membedakan antara Abses tuba ovarium dan komplek tubo ovarian. Komplek tubo
ovarian adalah massa inflamasi pelvik berupa edema, perlengketan, infeksi struktur
pelvis pada PID. Pada gambaran USG akan tampak massa dengan dinding tebal batas
tidak jelas dan tidak ada komponen kistik dominan atau simetri.

6. Pada Cavum Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol. Pada
Abses tuba ovarium yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada
Abses tuba ovarium yang pecah atau pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat
pus pada lebih 70 % kasus.

7. Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita dengan Abses tuba ovarium yang tidak rupture
memperlihatkan gambaran reaction fluid sama seperti salfingitis akut. Apabila terjadi
rupture Abses tuba ovarium, maka akan ditemukan cairan yang purulent.2

2.6 Diagnosis Banding


1. Abses Tuba Ovarium utuh dan belum memberikan keluhan
a) Kistoma ovarii, tumor ovarii
b) Kehamilan ektopik yang utuh
c) Abses peri-apendikuler
d) Mioma uteri
e) Hidrosalping
2. Abses Tuba Ovarium utuh dengan keluhan
a) Perforasi appendiks
b) Perforasi divertikel / abses divertikel
c) Perforasi ulkus peptikum
d) Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
e) Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir

2.7 Komplikasi
1. Abses Tuba Ovarium yang utuh
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas, kehamian ektopik

2. Abses Tuba Ovarium yang pecah


Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru/otak1,2,4

2.8 Penatalaksanaan
1. Curiga Abses tuba ovarium utuh tanpa gejala
a) Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin 2x /
100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu.
b) Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar
adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk
laparatomi
2. Abses tuba ovarium utuh dengan gejala
a) Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi ketat tanda vital
dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
b) Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactam) minimal 48-72 jam
c) Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg
BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr
reksup 2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari
metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2
x1 gr selama 5-7 hari
d) Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
e) Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ
genetalia interna
3. Abses tuba ovarium yang pecah, merupakan kasus darurat
a) Dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah
b) Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan
metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)2
Prinsip pengobatan Abses tuba ovarium adalah antiobika baru yang poten. Apabila
terapi medis gagal atau ditemukan abses besar, prosedur drainase perlu dikerjakan. Oleh
karena kebanyakan wanita dengan Abses tuba ovarium adalah wanita usia produktif, tujuan
utama penanganannya adalah sebisa mungkin secara konservatif jika dipertimbangkan
drainase perkutan versus pembedahan. Keberhasilan prosedur drainase umumnya
didefinisikan sebagai kesembuhan dari infeksi akut tanpa diperlukan laparotomi.

Drainase Abses tuba ovarium menggunakan arahan USG atau laparoskopi merupakan
kemajuan besar dalam terapi keadaan ini. Pendekatan transvaginal memberikan jalur
langsung dari vagina ke dalam cavum douglas atau region adneksa dimana abses biasanya
terlokalisasi. Selain itu, terapi Abses tuba ovarium juga dapat dilakukan dengan pemasangan
kateter atau prosedur tunggal melalui USG, drainase transgluteal terarah dengan USG, dan
drainase cavum douglas dengan insisi kolpotomi.

2.9 Prognosis
1. Abses tuba ovarium yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medidinaslis tidak
ada perbaikan keluhan dan gejalanya maupun pengecilan tumornya lebih baik
dikerjakan laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin perlu
tindakan lebih luas. Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan reinfeksi harus
diperhitungan apabila terapi pembedahan tak dikerjakan.

2. Abses tuba ovarium yang pecah


Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tuncer SZ, Boyraz G, Yücel SO, Selçuk I, Yazicioğlu A. Tuboovarian Abscess

due to Colonic Diverticulitis in a Virgin Patient with Morbid Obesity: A Case

Report. Hindawi Case Report.2012.

2. Hakimi M. Penyakit Radang Panggul Dalam: Anwar M, Baziad A, Prabowo RP.


Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka. 2011;227-31.

3. A. E. Washington, S. O. Aral, P. Wolner-Hanssen, D. A. Grimes, and K. K.


Holmes, “Assessing risk for pelvic inflammatory disease and its
sequelae,” Journal of the American Medical Association, vol. 266, no. 18, pp.
2581–2586, 1991.

4. J. DeWitt, A. Reining, J. E. Allsworth, and J. F. Peipert, “Tuboovarian abscesses:


is size associated with duration of hospitalization and complications?” Obstetrics
and Gynecology International, vol. 2010, Article ID Article ID 847041, 5 pages,
2010.

Anda mungkin juga menyukai